Disusun oleh:
Wijdania Meisyarah
55521120012
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
Kasus pada KAP XYZ)" dengan tepat waktu. Makalah disusun sebagai syarat
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
Wijdania Meisyarah
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
ditandai dengan semakin meningkatnya sektor investasi. Salah satu faktor yang
laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dihasilkan oleh
perusahaan harus bersifat relevan, dapat diandalkan, mudah dimengerti, dan dapat
dibandingkan. Selain itu, laporan keuangan harus terbebas dari salah saji. Untuk
memastikan laporan keuangan terbebas dari salah saji, maka dibutuhkan pihak
Auditor atau akuntan publik sebagai pihak ketiga independen dipercaya untuk
profesionalitas yang tinggi, yang diantaranya diwujudkan dalam tindakan etis dan
masyarakat sebagai pengguna jasa terhadap keberadaan profesi jasa akuntan publik.
Sikap dan tindakan tersebut diatur dalam Kode Etik Akuntan Publik. Disusunnya
kode etik tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai panduan tentang bagaimana
1
Christensen dan KAP Siddharta & Harsono. Berdasarkan kasus tersebut, timbul
tanda tanya di kalangan masyarakat mengenai kredibilitas dan nama baik akuntan
publik. Selain itu, adanya kasus tersebut mencoreng nama baik profesi akuntan
publik.
menegakkan etika profesi akuntan publik. Profesi ini seringkali dihadapkan pada
situasi dilema pada setiap jasa yang diberikan. Auditor dituntut untuk memiliki
kembali citra profesi akuntan publik di mata pengguna jasa, akuntan publik harus
memiliki kompetensi yang sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
dan kode etik yang berlaku. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, maka akan
semakin tinggi.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, terdapat citra yang buruk tentang
akuntan publik dikarenakan kasus fraud yang dilakukan oleh Enron yang
2
melibatkan KAP Arthur Andersen. Kasus tersebut dikaitkan dengan pelanggaran
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory
kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent)
hubungan agensi ini, maka munculnya agency problem yang dalam hal ini pihak
erat terkait dengan masalah umum agensi. Masalah untuk memengaruhi agen
umum. Masalah ini ada di semua jenis organisasi maupun perusahaan terutama
4
2.1.2 Etika dan Etika Profesi
Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethikos yang memiliki makna adat
istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan dengan baik atau tidaknya suatu tindakan,
kompetensi dan keahlian profesi saja, tetapi juga mencakup komitmen moral,
tanggung jawab, keseriusan, disiplin, dan integritas moral (Dewi & Ludigdo, 2012).
Sedangkan menurut Bertens (2004) etika dapat dianalisis dari dua sudut
pandang, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan Etika sebagai praksis
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak
pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, kita berpikir tentang apa yang
dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
merupakan pedoman bagi seseorang mengenai baik buruknya atau benar salahnya
suatu perbuatan.
dimaksud dengan akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin
5
untuk memberikan jasa atau menjalankan praktik akuntan publik. Jasa yang
diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa asurans (assurance service) atau jasa
Boynton dkk (2002: 20), assurance service adalah jasa profesional independen yang
pengambil keputusan. Contoh assurance service antara lain adalah jasa audit atas
laporan keuangan, jasa review atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas
Izin menjadi akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan dan berlaku
selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang. Untuk
sebagai berikut;
a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
publik;
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
6
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang mempunyai keahlian dan pelatihan
seseorang di bidang bisnis, iya tetap tidak menjadi seorang auditor karena tidak
tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini,
jika ia tidak memiliki pendidikan serta integritas memadai dalam bidang auditing.
cukup besar yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit objektif.
auditor akan membuat auditor semakin peka terhadap kesalahan penyajian laporan
keuangan dan berdampak pada kinerja yang semakin baik. Ketika auditor memiliki
kompetensi yang baik, maka pemahaman atas laporan keuangan akan tercapai juga
yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Novita & Husna, 2020).
7
kualitas informasi yang tertuang dalam laporan keuangan (Suwarni & Handayani,
2021). Etika profesi akuntan saat ini masih menjadi trending topic disebabkan
masih terdapat kasus seorang akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
akuntan pemerintah yang melanggar prinsip etika profesinya (F. Fauzi et al.,
2021). Suatu perusahaan maupun organisasi biasanya memiliki etika profesi yang
Contoh dari pelanggaran etika profesi akuntan publik yang dilakukan oleh
salah satu KAP big four di Indonesia yang disebabkan oleh kegagalan audit laporan
keuangan Tesco karena terdapat unsur familiarity terkait pemberian opini wajar
tanpa pengecualiannya. Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang diketahui oleh
KAP terkait overstated laba yang dibukuka oleh manajemen Tesco. Dalam hal ini,
KAP seharusnya bersikap profesional dan jujur sesuai etika profesi (Fachmi &
Utami, 2018).
Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota
positif dan signifikan terhadap kualitas audit pada KAP di Kota Medan.
8
Satisfaction on The Performance of Auditor” menunjukkan bahwa kompetensi
Audit Rotation, Audit Fee and Auditor Competence to Motivation Auditor and
pelanggaran dalam dunia usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan Akuntan Publik
dalam hal rotasi audit yang memotivasi auditor untuk menetapkan tingkat biaya
audit berdasarkan negosiasi daripada didasarkan pada standar oleh Kode Profesi.
Fee Audit yang diterima Kantor Akuntan Publik akan memotivasi auditor untuk
2.2 Hipotesis
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002). Adapun
hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor
publik.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
standar umum pertama SA seksi 210 dalam SPAP 2001 yang menjelaskan bahwa
audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Standar umum ketiga SA seksi 230 dalam SPAP
auditor akan meningkatkan kualitas audit dan peningkatan kinerja auditor. Hal ini
kesalahan material pada saat melakukan pemeriksaan. Oleh karena itu tidak ada
perbedaan antara yang sesungguhnya diterapkan oleh KAP XYZ dan hasil
penelitian terdahulu.
3.3 Pembahasan
Kantor Akuntan Publik (KAP) XYZ merupakan salah satu penyedia jasa
asurans dan auditing sejak tahun 2015 yang berlokasi di Jakarta, tepatnya di Jakarta
Pusat. Pihak yang terlibat sebagai informan dalam penelitian ini adalah auditor
10
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kasus pelanggaran etika
profesi di sebuah perusahaan. Oleh karena itu akan sangat penting bagi seorang
auditor untuk memahami apa yang dimaksud dengan etika profesi itu sendiri. Etika
merupakan keyakinan pada prioritas dadan prinsip. Para akuntan publik yang
menjadi informan dalam penelitian ini, pada dasarnya paham betul mengenai etika
profesi. Mereka menganggap etika profesi itu adalah sesuatu yang harus dimiliki
Etika profesi merupakan suatu hal yang melekat pada profesi akuntan publik
dalam memberikan jasa profesionalnya. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk
“Sebuah etika profesi dalam profesi akuntan publik sangat penting agar kami
memiliki batasan terkait hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan pada saat memberikan jasa kepada klien.” Akan tetapi tidak semua
auditor sadar mengenai penerapan etika profesi ini, maka pelanggaran pun tetap
terjadi.
Menurut salah satu informan, pelanggaran etika profesi akuntan publik ini
disebabkan oleh rendahnya kompetensi sehingga tidak memahami apa saja yang
hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam etika profesi. Dalam
upaya pencegahan pelanggaran etika profesi ini, KAP XYZ mengadakan beberapa
kompetensi auditor. Setelah pelatihan ini diharapkan semua auditor di KAP XYZ
11
“Setelah mendapatkan beberapa sesi pelatihan dari kantor, saya merasa
pengetahuan saya terhadap etika profesi akuntan publik semakin meningkat, saya
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kontrol sosial bagi masyarakat umum untuk suatu profesi tertentu. Sebagai cara
untuk mencegah intervensi dari pihak lain di luar organisasi, mengenai hubungan
pekerjaan. Namun pada prakteknya, masih terdapat pelanggaran pada etika profesi,
termasuk pada profesi akuntan publik. Sebagai usaha pencegahan pelanggaran etika
profesi akuntan publik di KAP XYZ adalah dengan memberikan pelatihan kepada
tinggi kompetensi seorang auditor maka akan semakin baik pula upaya pencegahan
4.2 Saran
dapat menggunakan lokasi penelitian yang lebih luas, tidak hanya pada satu KAP.
13
Daftar Pustaka
Bertens, K. (2004). Pengantar Etika Bisnis. Kanisius.
Dewi, L. K., & Ludigdo, U. (2012). Akuntan Publik dalam Penegakan Kode Etik
Profesi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 1(2).
Fachmi, A. H. N., & Utami, D. S. M. (2018). ETIKA PROFESI AKUNTAN
DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI KASUS SKANDAL TESCO
DAN KAP PwC. UNEJ E-Proceeding, 189–195.
Idawati, W. (2014). Effect of Audit Rotation, Audit Fee and Auditor Competence
to Motivation Auditor and Implications on Audit Quality (Study in
Registered Public Accountant Firms at Bank Indonesia). Audit Fee and
Auditor Competence to Motivation Auditor and Implications on Audit
Quality (Study in Registered Public Accountant Firms at Bank
Indonesia)(May 27, 2014).
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.
Kemenkeu. (2020). Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Lee, T., & Stone, M. (1995). Competence and Independence: The Congenial
Twins of Auditing. Journal of Business Finance and Accounting.
Luthan, E., Ali, S., & Hairaty, E. (2019). The Professionalism, Competence,
Organizational Commitment & Job Satisfaction on The Performance of
Auditor. The International Journal of Business Review (The Jobs Review),
2(2), 89–106.
Novita, D., & Husna, N. (2020). Peran ecolabel awareness dan green perceived
quality pada purchase intention. Jurnal Manajemen Maranatha, 20(1), 85–
90.
Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh kompetensi auditor,
independensi auditor, integritas auditor dan profesionalisme auditor terhadap
kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (Studi kasus
pada kantor akuntan publik di Kota Medan). Jurnal Manajemen, 5(1), 81–92.
Suwarni, E., & Handayani, M. A. (2021). Development of Micro, Small and
Medium Enterprises (MSME) to Strengthen Indonesiaâ€TM s Economic Post
COVID-19. Business Management and Strategy, 12(2), 19–34.
Tubbs, R. M. (1992). The Effects of Experience on The Auditors Organization
and Amount of Knowledge. The Accounting Review, Vol. 67, 783–801.
14