Anda di halaman 1dari 17

Analisis Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Pencegahan

Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Publik


(Studi Kasus Pada KAP XYZ)

Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Kewirausahaan

Disusun oleh:
Wijdania Meisyarah
55521120012

Universitas Mercu Buana


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Analisis Pengaruh Pengetahuan

Auditor Terhadap Pencegahan Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Publik (Studi

Kasus pada KAP XYZ)" dengan tepat waktu. Makalah disusun sebagai syarat

kelulusan Mata Kuliah Kewirausahaan. Selain itu, makalah ini bertujuan

menambah wawasan tentang pencegahan pelanggaran etika profesi akuntan publik

bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Sudjono selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kewirausahaan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 14 November 2022

Wijdania Meisyarah

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


Daftar Isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 3
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 3
1.5.1 Manfaat Teoretik .................................................................................................. 3
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 4
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ............................................ 4
2.1.1 Agency Theory..................................................................................................... 4
2.1.2 Etika dan Etika Profesi......................................................................................... 5
2.1.1 Akuntan Publik .................................................................................................... 5
2.1.2 Kompetensi Auditor ............................................................................................. 7
2.1.3 Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Publik .......................................................... 7
2.1.4 Studi dan Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
2.2 Hipotesis ...................................................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 10
3.1 Penerapan .................................................................................................................. 10
3.2 Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dan Praktek ............................................ 10
3.3 Pembahasan ............................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 13
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
4.2 Saran .......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi di Indonesia sudah sedemikian pesatnya. Hal ini

ditandai dengan semakin meningkatnya sektor investasi. Salah satu faktor yang

mempengaruhi investasi adalah kondisi perusahaan yang dikomunikasikan melalui

laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dihasilkan oleh

perusahaan harus bersifat relevan, dapat diandalkan, mudah dimengerti, dan dapat

dibandingkan. Selain itu, laporan keuangan harus terbebas dari salah saji. Untuk

memastikan laporan keuangan terbebas dari salah saji, maka dibutuhkan pihak

ketiga yang independen untuk memberikan keyakinan atas laporan keuangan.

Auditor atau akuntan publik sebagai pihak ketiga independen dipercaya untuk

melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan.

Dalam melakukan pekerjaannya, auditor dituntut untuk memiliki

profesionalitas yang tinggi, yang diantaranya diwujudkan dalam tindakan etis dan

sikapnya. Sikap dan tindakan tersebut akan mempengaruhi pandanganan

masyarakat sebagai pengguna jasa terhadap keberadaan profesi jasa akuntan publik.

Sikap dan tindakan tersebut diatur dalam Kode Etik Akuntan Publik. Disusunnya

kode etik tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai panduan tentang bagaimana

seharusnya para akuntan publik bertindak.

(Dewi & Ludigdo, 2012) menyebutkan bahwa terdapat kasus

penyimpangan dalam proses berjalannya pemeriksaan, salah satunya kasus yang

menimpa Enron Corporation dan KAP Arthur Andersen; dan PT Easman

1
Christensen dan KAP Siddharta & Harsono. Berdasarkan kasus tersebut, timbul

tanda tanya di kalangan masyarakat mengenai kredibilitas dan nama baik akuntan

publik. Selain itu, adanya kasus tersebut mencoreng nama baik profesi akuntan

publik yang mengakibatkan menurunnya kepercayaan public terhadap akuntan

publik.

Terjadinya kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa tidak mudahnya

menegakkan etika profesi akuntan publik. Profesi ini seringkali dihadapkan pada

situasi dilema pada setiap jasa yang diberikan. Auditor dituntut untuk memiliki

professional judgement dengan mempertimbangkan sudut pandang moral.

Berdasarkan hal tersebut, penulis menganggap bahwa dalam usaha membangun

kembali citra profesi akuntan publik di mata pengguna jasa, akuntan publik harus

memiliki kompetensi yang sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)

dan kode etik yang berlaku. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, maka akan

semakin tinggi.

1.2 Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh

kemampuan auditor terhadap pencegahan pelanggaran etika profesi akuntan publik

pada KAP XYZ.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, terdapat citra yang buruk tentang

akuntan publik dikarenakan kasus fraud yang dilakukan oleh Enron yang

2
melibatkan KAP Arthur Andersen. Kasus tersebut dikaitkan dengan pelanggaran

etika profesi akuntan publik.

1.4 Tujuan

Makalah ini bertujan untuk mengetahui pengaruh dari kompetensi auditor

terhadap upaya pencegahan pelanggaran etika profesi akuntan publik.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoretik

Secara keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan dan wawasan akademis mengenai pengaruh kompetensi auditor

terhadap pencegahan pelanggaran etika profesi akuntan publik

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Kantor Akuntan

Publik dalam mencegah pelanggaran etika profesi akuntan publik.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

2.1.1 Agency Theory

Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai

kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent)

untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Akibat

hubungan agensi ini, maka munculnya agency problem yang dalam hal ini pihak

agen akan berupaya untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri sementara

mengabaikan kepentingan prinsipal padahal tujuan utama dari suatu perusahaan

adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik modal. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu bentuk pengendalian untuk mengendalikan tindakan pihak agen.

Karena hubungan antara pemegang saham dan manajer perusahaan sesuai

dengan definisi hubungan agensi murni, seharusnya tidak mengherankan jika

mengetahui bahwa masalah yang terkait dengan "pemisahan kepemilikan dan

pengendalian" di perusahaan modern dengan kepemilikan yang menyebar sangat

erat terkait dengan masalah umum agensi. Masalah untuk memengaruhi agen

berperilaku seolah-olah dia memaksimalkan kesejahteraan prinsipal itu cukup

umum. Masalah ini ada di semua jenis organisasi maupun perusahaan terutama

yang memisahkan antara kepemilikan dan pengendalian.

4
2.1.2 Etika dan Etika Profesi

Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethikos yang memiliki makna adat

istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan dengan baik atau tidaknya suatu tindakan,

baik yang dilakukan oleh seseorang, masyarakat, atau kelompok masyarakat.

Sedangkan etika profesi berarti mencakup perilaku seorang professional daalam

melaksanakan pekerjaannya. Etika profesi lebih menekankan pada tuntutan

seseorang terhadap profesinya sendiri. Tidak hanya menyangkut tentang

kompetensi dan keahlian profesi saja, tetapi juga mencakup komitmen moral,

tanggung jawab, keseriusan, disiplin, dan integritas moral (Dewi & Ludigdo, 2012).

Sedangkan menurut Bertens (2004) etika dapat dianalisis dari dua sudut

pandang, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis

berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan Etika sebagai praksis

berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak

dipraktikkan walaupun seharusnya dipraktikkan. Sebagai refleksi, etika merupakan

pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, kita berpikir tentang apa yang

dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh

dilakukan. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika

merupakan pedoman bagi seseorang mengenai baik buruknya atau benar salahnya

suatu perbuatan.

2.1.1 Akuntan Publik

Berdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik (UU AP) tahun 2011, yang

dimaksud dengan akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin

5
untuk memberikan jasa atau menjalankan praktik akuntan publik. Jasa yang

diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa asurans (assurance service) atau jasa

lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,

perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik. Menurut

Boynton dkk (2002: 20), assurance service adalah jasa profesional independen yang

mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya untuk kepentingan para

pengambil keputusan. Contoh assurance service antara lain adalah jasa audit atas

laporan keuangan, jasa review atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas

pelaporan informasi keuangan, dan lain sebagainya.

Izin menjadi akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan dan berlaku

selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang. Untuk

mendapatkan izin menjadi akuntan publik seseorang harus memenuhi syarat

sebagai berikut;

a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;

b. Berpengalaman praktik memberikan jasa profesional akuntan public;

c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

e. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan

publik;

f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih; dan

6
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh

Menteri. h. Tidak berada dalam pengampuan (Kemenkeu, 2020).

2.1.2 Kompetensi Auditor

Standar Profesi Akuntan Publik menjelaskan bahwa proses audit harus

dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang mempunyai keahlian dan pelatihan

teknis yang mencukupi sebagai auditor. Betapapun tingginya kemampuan

seseorang di bidang bisnis, iya tetap tidak menjadi seorang auditor karena tidak

tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini,

jika ia tidak memiliki pendidikan serta integritas memadai dalam bidang auditing.

Lee & Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang

cukup besar yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit objektif.

Tubbs (1992) menyatakan bahwa semakin tinggi pengalaman dan pengetahuan

auditor akan membuat auditor semakin peka terhadap kesalahan penyajian laporan

keuangan dan berdampak pada kinerja yang semakin baik. Ketika auditor memiliki

kompetensi yang baik, maka pemahaman atas laporan keuangan akan tercapai juga

menjadi lebih baik.

2.1.3 Pelanggaran Etika Profesi Akuntan Publik

Akuntan adalah profesi yang terkait dengan aktivitas akuntansi dan

mengelola keuangan,menilai wajar atau tidaknya laporan keuangan yang

diperiksanya harus bersikap profesional sesuai dengan standar etika akuntan

yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Novita & Husna, 2020).

Sedangkan akuntan publik memiliki peran dalam meningkatkan kredibilitas dan

7
kualitas informasi yang tertuang dalam laporan keuangan (Suwarni & Handayani,

2021). Etika profesi akuntan saat ini masih menjadi trending topic disebabkan

masih terdapat kasus seorang akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) dan

akuntan pemerintah yang melanggar prinsip etika profesinya (F. Fauzi et al.,

2021). Suatu perusahaan maupun organisasi biasanya memiliki etika profesi yang

harus dijunjung dan dihormati oleh seluruh pekerja.

Contoh dari pelanggaran etika profesi akuntan publik yang dilakukan oleh

salah satu KAP big four di Indonesia yang disebabkan oleh kegagalan audit laporan

keuangan Tesco karena terdapat unsur familiarity terkait pemberian opini wajar

tanpa pengecualiannya. Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang diketahui oleh

KAP terkait overstated laba yang dibukuka oleh manajemen Tesco. Dalam hal ini,

KAP seharusnya bersikap profesional dan jujur sesuai etika profesi (Fachmi &

Utami, 2018).

2.1.4 Studi dan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan & Simanjuntak, 2019) yang

berjudul “Pengaruh Kompetensi Auditor, Independensi Auditor, Integritas Auditor

dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor

Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota

Medan)” menunjukkan hasil bahwa secara parsial kompetensi auditor berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit pada KAP di Kota Medan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Luthan et al. (2019) yang

berjudul “The Professionalism, Competence, Organizational Commitment & Job

8
Satisfaction on The Performance of Auditor” menunjukkan bahwa kompetensi

auditor berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Sikap independensi auditor

yang tinggi akan menghasilkan kinerja auditor yang lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Idawati (2014) yang berjudul “Effect of

Audit Rotation, Audit Fee and Auditor Competence to Motivation Auditor and

Implications on Audit Quality (Study In Registered Public Accountant Firms at

Bank Indonesia)” mengemukakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif

terhadap motivasi auditor. Kesimpulan ini dapat dijelaskan bahwa terdapat

pelanggaran dalam dunia usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan Akuntan Publik

dalam hal rotasi audit yang memotivasi auditor untuk menetapkan tingkat biaya

audit berdasarkan negosiasi daripada didasarkan pada standar oleh Kode Profesi.

Fee Audit yang diterima Kantor Akuntan Publik akan memotivasi auditor untuk

meningkatkan pendidikan, keterampilan dan pelatihan auditor dalam melaksanakan

tugasnya dan tanggung jawab

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002). Adapun

hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor

dapat berpengaruh pada usaha pencegahan pelanggaran etika profesi akuntan

publik.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan

KAP XYZ menerapkan standar kompetensi auditor yang tertera pada

standar umum pertama SA seksi 210 dalam SPAP 2001 yang menjelaskan bahwa

audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

teknis yang cukup sebagai auditor. Standar umum ketiga SA seksi 230 dalam SPAP

2001 menjelaskan bahwa pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama

(due professional care).

3.2 Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dan Praktek

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi

auditor akan meningkatkan kualitas audit dan peningkatan kinerja auditor. Hal ini

dibuktikan dengan semakin meningkatnya kemampuan auditor dalam menemukan

kesalahan material pada saat melakukan pemeriksaan. Oleh karena itu tidak ada

perbedaan antara yang sesungguhnya diterapkan oleh KAP XYZ dan hasil

penelitian terdahulu.

3.3 Pembahasan

Kantor Akuntan Publik (KAP) XYZ merupakan salah satu penyedia jasa

asurans dan auditing sejak tahun 2015 yang berlokasi di Jakarta, tepatnya di Jakarta

Pusat. Pihak yang terlibat sebagai informan dalam penelitian ini adalah auditor

dengan jabatan Semi Senior, Senior, Supervisor, dan Director.

10
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kasus pelanggaran etika

profesi di sebuah perusahaan. Oleh karena itu akan sangat penting bagi seorang

auditor untuk memahami apa yang dimaksud dengan etika profesi itu sendiri. Etika

merupakan keyakinan pada prioritas dadan prinsip. Para akuntan publik yang

menjadi informan dalam penelitian ini, pada dasarnya paham betul mengenai etika

profesi. Mereka menganggap etika profesi itu adalah sesuatu yang harus dimiliki

oleh seorang profesional.

Etika profesi merupakan suatu hal yang melekat pada profesi akuntan publik

dalam memberikan jasa profesionalnya. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk

menerapkannya dengan sebaik mungkin, hal tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kepercayaan pengguna jasa terhadap auditor. Informan berpendapat,

“Sebuah etika profesi dalam profesi akuntan publik sangat penting agar kami

memiliki batasan terkait hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh

dilakukan pada saat memberikan jasa kepada klien.” Akan tetapi tidak semua

auditor sadar mengenai penerapan etika profesi ini, maka pelanggaran pun tetap

terjadi.

Menurut salah satu informan, pelanggaran etika profesi akuntan publik ini

disebabkan oleh rendahnya kompetensi sehingga tidak memahami apa saja yang

hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam etika profesi. Dalam

upaya pencegahan pelanggaran etika profesi ini, KAP XYZ mengadakan beberapa

pelatihan untuk seluruh karyawannya yang bertujuan untuk meningkatkan

kompetensi auditor. Setelah pelatihan ini diharapkan semua auditor di KAP XYZ

memiliki kesadaran akan etika profesi seiring dengan pengingkatan kompetensinya.

11
“Setelah mendapatkan beberapa sesi pelatihan dari kantor, saya merasa

pengetahuan saya terhadap etika profesi akuntan publik semakin meningkat, saya

berharap kedepannya dapat mencegah adanya pelanggaran etika.”

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Etika profesi menjadi sangat penting dikarenakan digunakan sebagai

panduan bagi semua karyawan pada prinsip-prinsip profesional. Sebagai sarana

kontrol sosial bagi masyarakat umum untuk suatu profesi tertentu. Sebagai cara

untuk mencegah intervensi dari pihak lain di luar organisasi, mengenai hubungan

pekerjaan. Namun pada prakteknya, masih terdapat pelanggaran pada etika profesi,

termasuk pada profesi akuntan publik. Sebagai usaha pencegahan pelanggaran etika

profesi akuntan publik di KAP XYZ adalah dengan memberikan pelatihan kepada

karyawannya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi auditor. Semakin

tinggi kompetensi seorang auditor maka akan semakin baik pula upaya pencegahan

pelanggaran etika profesi akuntan publik.

4.2 Saran

Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel seperti

objektivitas, perilaku profesional dan lainnya. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya

dapat menggunakan lokasi penelitian yang lebih luas, tidak hanya pada satu KAP.

13
Daftar Pustaka
Bertens, K. (2004). Pengantar Etika Bisnis. Kanisius.
Dewi, L. K., & Ludigdo, U. (2012). Akuntan Publik dalam Penegakan Kode Etik
Profesi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 1(2).
Fachmi, A. H. N., & Utami, D. S. M. (2018). ETIKA PROFESI AKUNTAN
DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI KASUS SKANDAL TESCO
DAN KAP PwC. UNEJ E-Proceeding, 189–195.
Idawati, W. (2014). Effect of Audit Rotation, Audit Fee and Auditor Competence
to Motivation Auditor and Implications on Audit Quality (Study in
Registered Public Accountant Firms at Bank Indonesia). Audit Fee and
Auditor Competence to Motivation Auditor and Implications on Audit
Quality (Study in Registered Public Accountant Firms at Bank
Indonesia)(May 27, 2014).
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.
Kemenkeu. (2020). Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Lee, T., & Stone, M. (1995). Competence and Independence: The Congenial
Twins of Auditing. Journal of Business Finance and Accounting.
Luthan, E., Ali, S., & Hairaty, E. (2019). The Professionalism, Competence,
Organizational Commitment & Job Satisfaction on The Performance of
Auditor. The International Journal of Business Review (The Jobs Review),
2(2), 89–106.
Novita, D., & Husna, N. (2020). Peran ecolabel awareness dan green perceived
quality pada purchase intention. Jurnal Manajemen Maranatha, 20(1), 85–
90.
Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh kompetensi auditor,
independensi auditor, integritas auditor dan profesionalisme auditor terhadap
kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi (Studi kasus
pada kantor akuntan publik di Kota Medan). Jurnal Manajemen, 5(1), 81–92.
Suwarni, E., & Handayani, M. A. (2021). Development of Micro, Small and
Medium Enterprises (MSME) to Strengthen Indonesiaâ€TM s Economic Post
COVID-19. Business Management and Strategy, 12(2), 19–34.
Tubbs, R. M. (1992). The Effects of Experience on The Auditors Organization
and Amount of Knowledge. The Accounting Review, Vol. 67, 783–801.

14

Anda mungkin juga menyukai