Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“STUDI KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI


SNP FINANCE DAN DELOITTE”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi
yang diampu oleh:

Uswatun Hasanah, SE, M.Si, Ak

Disusun Oleh : Kelompok 5

Tita Anjarningsih C1C017068 Annisa Salma N. C1C017068

Annasta Tindi C. C1C017011 Raihan Arya C1C017114

Alvian Syahdida C1C017038 Maryani C1C017123

Rosita Isnaeni C1C017039

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Etika Bisnis dan Profesi ini
dengan tepat pada waktunya. Secara garis besar, makalah ini meliputi pembahasan
mengenai “Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan di SNP Finance dan
Deloitte”. Selain disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi, makalah ini pun disusun untuk menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya kepada penulis dan pembaca.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat


menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
2. Dosen Pengampu Uswatun Hasanah, SE, M.Si, Ak, selaku dosen mata
kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata ucapan terima kasih tiada terhindar kepada Allah SWT juga
mengucapkan doa dan syukur kepada semua pihak yang telah ikut mendorong dan
membantu terwujudnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.

Purwokerto, Mei 2019

Penulis

DAFTAR ISI

2
Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan di SNP Finance dan Deloitte
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1 Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia.......................................................3

2.2 Profil Perusahaan............................................................................................5

2.3 Kronologi Kasus...............................................................................................6

2.4 Analisis Kasus..................................................................................................7

2.5 Dampak Kasus Bagi Stakeholder ..................................................................9

BAB III PENUTUPAN..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12

3.2 Kritik dan Saran............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kode etik akuntansi merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam
profesi akuntansi. Kode etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi
negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral
profesi akuntansi dimata masyarakat.

Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak selalu sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga kasus pelanggaran
kode etik pun sering terjadi. Salah satunya adalah kasus pelanggaran kode etik
profesi akuntan yang terjadi pada SNP Finance dan Deloitte yang saling
berhubungan. SNP Finance melakukan pelanggaran dengan cara pemalsuan data
dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance.
Sementara itu Deloitte sebagai auditor, gagal mendeteksi adanya skema
kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merasa tertarik


untuk menyusun makalah “Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan di SNP
Finance dan Deloitte” untuk lebih memahami secara kronologis dari pelanggaran
kode etik profesi akuntan yang dilakukan oleh SNP Finance dan Deloitte yang
akan dibahas pada bab selanjutnya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi kasus pelanggaran kode etik profesi akuntan di


SNP Finance dan Deloitte?
2. Apa saja pelanggaran kode etik profesi akuntan yang dilakukan oleh
SNP Finance dan Deloitte?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kasus pelanggaran kode etik
profesi akuntan di SNP Finance dan Deloitte bagi stakeholder?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia

1. Kode etik akuntan profesional di Indonesia menurut IAI (Ikatan


Akuntan Indonesia) yaitu sebagai berikut:

Tanggung jawab Akuntan Profesional tidak hanya terbatas pada


kepentingan klien atau pemberi kerja. Dalam bertindak bagi kepentingan
publik, Akuntan Profesional memerhatikan dan mematuhi ketentuan Kode
Etik ini. Jika Akuntan Profesional dilarang oleh hukum atau peraturan untuk
mematuhi bagian tertentu dari Kode Etik ini, Akuntan Profesional tetap
mematuhi bagian lain dari Kode Etik ini.

Akuntan Profesional mematuhi prinsip dasar etika berikut ini:

a. Integritas, yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan


profesional dan bisnis.
b. Objektivitas, yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat
mengesampingkan pertimbangan profesional atau bisnis.
c. Kompetensi dan kehati-hatian profesional, yaitu menjaga pengetahuan
dan keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja akan menerima jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
peraturan, dan teknik mutakhir, serta bertindak sungguh-sungguh dan
sesuai dengan teknik dan standar profesional yang berlaku.
d. Kerahasiaan, yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
dari hasil hubungan profesional dan bisnis dengan tidak
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa ada
kewenangan yang jelas dan memadai, kecuali terdapat suatu hak atau
kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya, serta

6
tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
Akuntan Profesional atau pihak ketiga.
e. Perilaku Profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang mengurangi
kepercayaan kepada profesi Akuntan Profesional.
2. Kode etik profesi akuntan publik profesional di Indonesia menurut
IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) yaitu sebagai berikut :

Salah satu hal yang membedakan profesi Akuntan Publik dengan profesi
lainnya adalah tanggung jawab profesi Akuntan Publik dalam melindungi
kepentingan publik. Untuk dapat memperoleh izin Akuntan Publik, seseorang
harus memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi Akuntan Publik dan
memiliki pengalaman praktik sehingga mendapatkan sebutan sebagai Certified
Public Accountant of Indonesia (CPA) dari Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). Peraturan perundang-undangan yang berlaku mewajibkan setiap
Akuntan Publik untuk menjadi anggota IAPI selaku Asosiasi Profesi Akuntan
Publik.
Demikian pula bagi pemegang CPA yang merupakan bagian dari profesi
Akuntan Publik, meskipun belum memiliki izin Akuntan Publik, IAPI juga
menetapkan bahwa CPA tersebut harus menjadi anggota IAPI. Kewajiban
keanggotaan tersebut ditetapkan dalam rangka menjaga kesadaran dan
pemahaman secara terus-menerus para Akuntan Publik dan/atau CPA
mengingat peran dan tanggung jawab mereka sangat penting dalam rangka
melindungi kepentingan publik terutama berupa ketersediaan informasi
keuangan yang berkualitas.
Oleh karena itu, tanggung jawab setiap Akuntan Publik dan setiap CPA
tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Pada saat
bertindak untuk kepentingan publik, setiap Akuntan Publik atau CPA harus
memperhatikan dan mematuhi ketentuan Kode Etik ini. Jika Akuntan Publik
atau CPA dilarang mematuhi bagian tertentu dari Kode Etik ini oleh peraturan
perundang-undangan, Akuntan Publik atau CPA tersebut harus tetap

7
mematuhi bagian lain dari Kode Etik ini. Prinsip kode etik profesi akuntan
publik di Indonesia sama dengan prinsip kode etik akuntan profesional yang
disampaikan oleh IAI.

2.2 Profil Perusahaan

Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance merupakan


perusahaan multi finance,  anak perusahaan dari grup bisnis Columbia. Columbia
adalah perusahaan retail yang menjual produk perabotan rumah tangga seperti
alat-alat elektronik dan furnitur. Dalam menjual produknya, Columbia
memberikan opsi pembelian dengan cara tunai atau kredit cicilan kepada
customernya, dan SNP Finance inilah yang menjadi partner Columbia dalam
memfasilitasi kredit dan cicilan bagi customer Columbia. Columbia sendiri
mempunyai jumlah outlet yang sangat banyak, tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia, yang membuat SNP Finance harus memiliki modal kerja (working
capital) dalam jumlah yang besar untuk menutup kredit para customer Columbia.

SNP Finance memperoleh dana untuk mencukupi modal kerja yang


dibutuhkan dengan cara menghimpun dana melalui pinjaman Bank. Kredit yang
diberikan bank kepada SNP Finance terdiri dari dua jalur, yang pertama
melalui joint financing, dimana beberapa bank bergabung dan memberikan
pinjaman, dan yang kedua adalah secara langsung, dari sebuah bank kepada SNP
Finance. Bank Mandiri tercatat sebagai pemberi pijaman terbesar kepada SNP
Finance. Bank-bank yang memberikan pinjaman tersebut adalah kreditor, mereka
punya kepentingan untuk mengetahui bagaimana dana yang mereka pinjamakan
ke SNP Finance. Dalam hal ini bank bergantung pada informasi keuangan yang
tertuang dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen SNP Finance. SNP
Finance menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte Indonesia
yang merupakan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) asing elit (disebut the
Big Four) untuk mengaudit laporan keuangannya.

8
Deloitte Touche Tohmatsu (juga terkenal dengan merek Deloitte)
adalah salah satu Big Four, sebuah kelompok kantor akuntan internasional
terbesar di dunia yang bergerak di bidang perusahaan jasa profesional bersama
dengan PwC, EY, dan KPMG. Markas globalnya terletak di Amerika Serikat.
Deloitte menempati urutan kedua terbesar di dunia dalam bidang jasa profesional
setelah Pricewaterhouse Coopers. Di tahun 2004 dengan pendapatan 16,4 miliar
dolar Amerika Serikat, Deloitte merupakan yang terbesar di antara the Big Four
auditors dalam hal penghasilan. Deloitte menyediakan jasa audit, pajak,
konsultasi, risiko perusahaan dan jasa penasihat keuangan dengan lebih dari
200.000 profesional di lebih dari 150 negara.

2.3 Kronologi Kasus

SNP Finance merupakan bagian usaha Columbia, jaringan ritel yang


menawarkan pembelian barang rumah tangga secara kredit atau cicil. Dalam
kegiatannya, SNP lah yang menyokong pembelian barang yang dilakukan oleh
Columbia dengan sumber pendanaan dari perbankan atau surat utang.
Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan seiring dengan
turunnya bisnis ritel Columbia, kredit perbankan yang ditarik SNP Finance pun
bermasalah. SNP Finance diketahui menerima fasilitas kredit modal kerja dari 14
bank. Salah satu dan yang paling besar berasal dari PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. SNP Finance sendiri telah 20 tahun menjadi nasabah Bank Mandiri. Namun,
pada 2016, perusahaan mengajukan restrukturisasi kredit.
Saat itu, Bank Mandiri memasukkan SNP Finance dalam kelompok
kolektibilitas 2 (kol 2) atau dalam perhatian khusus. Restrukturisasi kredit
diperlukan bukan karena perusahaan menunggak pembayaran, melainkan agar
perusahaan bisa mendapat kucuran dana dari bank lain.
SNP Finance malah menunjukkan itikad buruk. Dalam beberapa bulan
terakhir, kreditnya mulai macet dan manajemen perusahaan mengajukan pailit
sukarela. Padahal, kredit macetnya saat itu mencapai Rp1,2 triliun.

9
PKPU terbit pada tanggal 4 Mei 2018, dan dalam PKPU disebutkan total
tagihan SNP Finance mencapai Rp4,07 triliun dari 14 bank sebagai kreditur
dengan jaminan Rp2,2 triliun, serta 336 pemegang MTN senilai Rp1,85 triliun.
Pada Desember 2017, menurut Sistem Informasi Debitur (SID) Bank
Indonesia kategori SNP Finance sebetulnya masih ada di kol 1 dengan status
lancar. Tapi, Januari 2018, terjadi peralihan dan di bawah kontrol OJK, yakni
Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang kemudian statusnya berubah
menjadi kol 2.
Hal itu berimbas pada timbulnya pertanyaan bank-bank yang
mengucurkan dana mereka ke SNP Finance dan berbuntut pada seretnya aliran
kredit dari bank-bank lain. Di sisi lain, sistem manajemen penagihan di kantor-
kantor cabang SNP Finance semakin lemah.
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh SNP Finance untuk mengatasi
kredit macetnya adalah menerbitkan surat utang berbentuk Medium Term Notes
(MTN), yang diperingkat oleh Pefindo, lembaga pemeringkat, berdasarkan
laporan keuangan yang diaudit oleh KAP DeLoitte. Namun penerbitan MTN tidak
melalui proses di OJK.
Deloitte mmberikan SNP Finance dengan peringkat idA- (single A minus)
sejak Desember 2015-November 2017. Lalu, peringkat itu dinaikkan menjadi idA
(single A) pada Maret 2018. Padahal, saat itu, keuangan SNP Finance mulai
bermasalah. Dua bulan setelahnya, yakni Mei 2018, OJK mengeluarkan sanksi
Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU) terhadap SNP Finance melalui Surat Deputi
Komisioner Pengawas IKNB II Nomor S-247/NB.2/2018.
Dengan diberlakukannya PKU, maka SNP Finance dilarang melakukan
kegiatan usaha pembiayaan. Jika mangkir dari hal itu, maka OJK dapat langsung
mengenakan sanksi pencabutan izin usaha.

2.4 Analisis Kasus

 Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan Oleh Delloit

1. Kompetensi & Kehati-hatian Profesional

10
Dalam hal ini Deloitte melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian
professional. Deloitte sebagai auditor gagal mendeteksi adanya skema
kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance . Terjadi pemalsuan data dan
manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance.
Diantaranya adalah membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang
itulah yang dijaminkan kepada para krediturnya, sebagai alasan bahwa nanti
ketika piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan untuk membayar
utang kepada kreditor. Deloitte sebagai auditor gagal mendeteksi adanya
skema kecurangan pada laporan keuangan SNP Finance . .Deloitte malah
memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan SNP
Finance.
Apalagi bukan setahun dua tahun Deloitte mengaudit SNP Finance, tetapi
dalam kurun waktu yang cukup lama. Deloitte yang merupakan KAP big four
melakukan kelalaian (negligence), yaitu dengan kurang menerapkan prinsip
kehati – hatian (professional skepticism) dalam mengaudit kliennya tersebut.
Ketika terjadi peningkatan hutang dan hutang yang menjadi non performing
loan, harusnya ini sudah menjadi lampu kuning bagi Deloitte untuk
memberikan opini going concern atas laporan keuangan SNP Finance.
Opini going concern adalah informasi tambahan yang diberikan auditor di
paragraph penjelas dalam laporan auditor independen yang berfungsi untuk
menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi beresiko mengalami
kebangkrutan. Dengan adanya opini tersebut, akan menjadi warning bagi para
kreditornya untuk berhati – hati dalam menyalurkan pinjaman. Selain itu
dengan adanya kondisi kesulitan keuangan yang dialami oleh SNP Finance,
seharusnya Deloitte juga mengetahui bahwa hal ini menjadi faktor
tekanan/pressure bagi perusahaan untuk melakukan kecurangan/fraud,yaitu
dengan memanipulasi laporan keuangan agar tampak baik.
Deloitte seharusnya mengkategorikan kliennya tersebut sebagai high risk,
atau beresiko tinggi melakukan fraud. Dengan adanya kondisi high
risk tersebut, mengacu pada standar audit yang dikeluarkan oleh International
Standard on Auditing (ISA) no 330 tentang respon auditor terhadap resiko

11
kecurangan klien, Deloitte seharusnya menambah porsi pengujian substantive
pada test of details, seperti menambah sampel untuk konfirmasi piutang
pelanggan..Sehingga dari prosedur audit tersebut akan terungkap apabila
ternyata banyak piutang fiktif yang sengaja dibuat oleh kliennya.

2. Tanggung Jawab Profesi

Karena ketidakhati-hatian Deloitte dalam mengaudit SNP Finance

menyebabkan kepercayaan masyarakat menurun, tanggung jawabnya sebagai

seorang akuntan dipertanyakan. Seorang akuntan harusnya melaksanakan

tanggungjawabnya secara profesional, harus senantiasa menggunakan

pertimbangan moral dan profesional terhadap semua kegiatan yang

dilaksanakannya.

2.5 Dampak Kasus Bagi Stakeholder

1. Bagi Perusahaan
 Untuk manajemen dari SNP Finance sendiri saat ini kasusnya telah
ditangani oleh Bareskrim Polri. Mereka diduga melanggar pasal berlapis,
yaitu KUHP 362 tentang pemalsuan surat, KUHP 362 tentang
penggelapan dan KUHP 378 tentang penipuan. *sumber tahun 2018.
 Sebanyak 1.000 karyawan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP
Finance) angkat kaki dari perusahaan yang sedang terlilit kasus gagal
bayar utang senilai Rp4 triliun. Hal ini terjadi karena operasional
perusahaan yang terbatas setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhi
sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU). PKU ini diberikan seiring
kasus gagal bayar utang perusahaan ke krediturnya, sehingga manajemen
harus menyetop kegiatan penyaluran pembiayaan baru dan fokus
menangani penagihan kepada nasabah existing.
 Perusahaan SNP Finance telah dibekukan izin usahanya oleh OJK sejak
Mei 2018 karena belum menyampaikan keterbukaan informasi kepada
seluruh kreditur dan pemegang medium term notesC (MTN) sampai batas

12
waktu sanksi peringatan ketiga sesuai Pasal 53 POJK nomor 29 Tahun
2014. OJK juga melarang penerbitan MTN tanpa seijin OJK. Regulator
pun melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan berkaitan
dengan kinerja Kantor Akuntan Publik. Dengan dibekukannya kegiatan
usaha, maka SNP Finance dilarang melakukan kegiatan usaha
pembiayaan. Apabila SNP Finance tetap melakukan kegiatan usaha
pembiayaan dan juga tidak memenuhi tindakan korektif selama masa
sanksi KPU dalam jangka waktu enam bulan sejak PKU, maka OJK dapat
langsung mengenakan sanksi pencabutan izin usaha.
2. Bagi Deloitte
 Sanksi kepada Deloitte diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
melalui siaran pers tertanggal 1 Oktober 2018, OJK memberikan
sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Marlina dan AP Merliyana
Syamsul, keduanya dari KAP Satrio Bing Eni dan rekan (pemegang
afiliasi Deloitte di Indonesia), dan juga KAP Satrio Bing Eny dan
rekan sendiri. Sanksi yang diberikan adalah pembatalan hasil audit
terhadap kliennya yaitu SNP Finance dan pelarangan untuk
mengaudit sektor perbankan, pasar modal dan Industri Keuangan Non
Bank (IKNB).
 Otoritas Jasa Keuangan juga memberikan sanksi kepada Dellioite atas
dasar bahwa AP Marlinna, AP Merliyana Syamsul telah melakukan
pelanggaran berat yaitu melanggar POJK Nomor 13/POJK.03/2017
tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
Pertimbangannya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Telah memberikan opini yang tidak mencerminkan kondisi
keuangan yang sebenarnya.
b. Besarnya kerugian terhadap industri jasa keuangan dan masyarakat
yang ditimbulkan atas opini kedua AP tersebut atas Laporan
Keuangan Tahunan Audit (LKTA) SNP Finance.
c. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa
keuangan akibat dari kualitas penyajian oleh akuntan publik.

13
3. Bagi Shareholders
 Investor mengharapkan adanya musyawarah dengan Manajemen SNP
Finance dan hadir lengkap dalam musyawarah tersebut. Hal ini dalam
rangka menyelesaikan kasus gagal bayar medium term notes (MTN)
SNP Finance kepada para pemegangnya.

Selain itu, mereka juga akan menunggu keputusan pada agenda voting
homologasi yang berisi pemungutan suara untuk proposal perdamaian yang
diajukan SNP Finance. Semua kreditur beserta pemegang MTN Finance memiliki
hak untuk voting. Karena mereka sebagai investor tentunya mendapat imbas yang
tidak sedikit dalam hal material dengan total kewajiban pembayaran bunga yang
gagal dilaksanakan sebesar Rp 6,75 miliar.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kasus SNP Finance dan Deloitte ini hendaknya menjadi pelajaran bagi
para pelaku bisnis dan auditor. Pelaku bisnis yang ingin melakukan kecurangan,
atau manipulasi laporan keuangan juga berpikir dua kali, karena saat ini OJK telah
bersikap kritis untuk menyelidiki kasus kecurangan manajemen (white collar
crime). Auditor dan Kantor Akuntan Publik juga harus berhati-hati dalam
memberikan opini audit, jangan sampai opini yang diberikan menjadi
menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan, sehingga dampaknya jadi
mengakibatkan kerugian material dalam jumlah besar.

3.2 Kritik dan Saran

Saran kami bagi SNP Finance adalah seharusnya tim akuntansi dan
keuangan dari SPN Finance tidak melakukan tindakan curang dan tetap bertindak
jujur sesuai dengan kode etik akuntan yang ada di Indonesia agar tetap terjalin
hubungan baik serta kepercayaan dari setiap stakeholder. Dengan tetap mematuhi
kode etik serta peraturan yang berlaku maka SNP Finance dapat menghindari
sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah. Namun, kami juga memiliki saran untuk
Delloite selaku auditor bagi SNP Finance agar lebih berhati-hati dalam melakukan
proses audit dan dalam hal memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu
perusahaan. Dengan lebih teliti dalam audit maka kesalahan dapat diminimalisir
dan dapat tetap menjaga integritasnya sebagai akuntan publik. Apalagi kesalahan
semacam ini juga sangat merugikan Kantor Akuntan Publik-nya itu sendiri,
karena nama perusahaannya menjadi tercoreng dan mengurangi nilai perusahaan.

15
Belum lagi perusahaan harus menerima sanksi yang tentu saja menjadi hambatan
bagi Delloite dalam menjalankan operasionalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Komite Etika Ikatan Akuntan Indonesia.2016.Kode Etik Akuntan Profesional.


Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Komite Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2018. Kode Etik Profesi
Akuntan Publik. Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/25/192253226/usai-dibekukan-ojk-
awasi-penuh-aktivitas-snp-finance

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/31/122000526/kasus-gagal-bayar-mtn-
pt-snp-ojk-akan-panggil-pefindo

https://www.cnbcindonesia.com/market/20180802101243-17-26563/ada-apa-
dengan-deloitte-dan-snp-finance-ini-penjelasannya

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926143029-78-333372/kronologi-
snp-finance-dari-tukang-kredit-ke-tukang-bobol

16

Anda mungkin juga menyukai