Anda di halaman 1dari 12

KEWAJIBAN LEGAL AUDITOR

Makalah ini disusun oleh:

Muhammad Althoofian (A031211004)


Rezki Amaliah Azwar (A031211068)
Nurul Aksah (A031211083)
Indah Gustika (A031211087)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
Kata Pengantar
Saya bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan pertolongannya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KEWAJIBAN LEGAL AUDITOR”
dengan tepat waktu. Selain itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. DR.
Arifuddin, SE.,M.Si.,AK.,CA. Selaku dosen mata kuliah Etika Profesi Akuntan.

Penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan dari pembaca. Semoga ilmu dalam makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.

Makassar, 19 Maret 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
BAB 1 ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Etika dan Moralitas…………. ................................................................... 2
B. Kode Etik Profesional EICPA………………………. ................................. 7
C. Kode Etik Akuntan Indonesia.............................................................................8
D. Ketentuan Disiplin Otomatis…………………. ............................................. 10
BAB III .............................................................................................................. 11
PENUTUPAN ................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita hidup di masyarakat hukum. Saat ini auditor patut berhati-hati karena
setiaptindakan tidak terlepas apakah hal itu benar atau salah dapat dipersoalkan secara
hukum danmungkin menimbulkan kerugian yang substansial.Akuntan publik
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,konsultasi
manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi
kesalahanyang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secarahukum.
Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan publicdapat manearik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengantanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor.
Pemahaman terhadap hukum tidaklahmudah mengingat pemahaman tersebut
menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yangterlibat di dalamnya dan juga
adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadapkeberadaan suatu
hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku
yangterlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi
kewajiban yangnantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu
pemahaman yang baik terhadaphukum akan membawa profesi akuntan publik ke
dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapatmeningkatkan performance dan
kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya apabila akuntanpublik kurang
memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini makaakan
dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas pada
publikyang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai profesi
termasuk profesiakuntan publik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan lingkungan hukum pada profesi akuntan
2. Apa kewajiban menurut hukum kebiasaan
3. Apa kewajban menurut undang-undang pasar modal
4. Bagaimana pembelaan yang tersedia bagi auditor menurut undang-undang

1
C. Tujuan
1. Mengetahui perubahan lingkungan hukum pada profesi akuntan
2. Mengetahui kewajiban menurut hukum kebiasaan
3. Mengetahui kewajban menurut undang-undang pasar modal
4. Mengetahui Bagaimana pembelaan yang tersedia bagi auditor menurut undang-
undang

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. LINGKUNGAN HUKUM
Sepanjang prespektif sejarah, dapat dicatat bahwa profesi akuntan memiliki
presentase yang sangat rendah dalam hal perbandingan antara dugaan kegagalan audit
terhadap jumlah audit yang dilaksanakan. Kegagalan audit diibaratkan seperti
kecelakaan nuklir yang jarang terjadi. Namun, apabila terjadi dapat menimbulkan
akibat yang luar biasa. Banyak auditor yang tidak pernah mengalami kegagalan audit
sepanjang karirnya. Namun, dugaan kegagalan audit dapat berdampak buruk bagi
setiap kantor akuntan public.

a. Kecenderungan litigasi di Amerika Serikat


Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980-an, berlanjut dalam tahun
1990-an, dan sampai pada lahirnya private Securities Litigation Reform Act pada
tahun 1995. Jumlah dan biaya litigasi yang berkaitan dengan dugaan kekurangan audit
mencapai tingkat yang membahayakan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh
banyaknya laporan kegagalan bisnis yang berakibat pada kerugian signifikan yang
diderita oleh investor dan pembayar pajak, seperti kehancuran asosiasi ismpan pinjam
pada ahir tahu 1980-an dan awal 1990-an.
Namun, tidak semua kegagalan bisnis dianggap sebagai akibat kegagalan
audit. Ada pendapat yang tumbuh dimasyarakat bahwa terjadinya kegagalan bisnis
dan adanya dugaan kecurangan laporan keuangan sering diikuti dengan adanya
gugatan dari penggugat dan penasehat hukum yang ingin mencoba memanfaatkan
auditor tanpa memperhatikan tingkat kesalahannya. Para auditor menjadi sasaran
karena auditor merupakan pihak yang tersisa dengan sumber daya keuangan yang
dianggap cukup untuk mengganti kerugian para penggugat (seperti dalam teori “deep
pockets” maksudnya gugatan dilakukan pihak yang merasa dirugikan terhadap siapa
saja yang mampu memberikan ganti rugi tanpa memandang pihak mana yang
bersalah).
Betapa seriusnya keadaan lingkungan hukum pada awal tahun 1990-an
digambarkan sebagai berikut:

3
a) Pada akhir tahun 1990-an profesi akuntan menghadapi lebih dari 4000 gugatan
dengan estimasi klaim yang belum diselesaikan dalam jumlah yang cukup
fantastis, yaitu lebih dari $30 milyar.
b) Pada tahun 1992, kantor akuntan publik nasional terbesar ketujuh yang
bernama Laventhol dan Horwarth dinyatakan pailit, akibat besarnya beban
kewajiban.
c) Pada tahun 1993 sampai tahun 1995 biaya asuransi wajib bagi kantor akuntan
publik yang tergolong dalam enam besar meningkat sampai sepuluh kali
hingga lebih dari $ 5000 per akuntan, sementara biaya yang dapat dikurangkan
melonjak dari $2 juta menjadi sekitar $25 juta sampai $50 juta, sedangkan
batas jaminan sampai kantor merosot dari $200 juta menjadi $100 juta atau
kurang. Premi utuk kantor akuntan publik yang tergolong kantor ukuran kecil
dan menengah meningkat antara 200% sampai 300%, dengan median
deductible yang meningkat hampir enam kali. Selain itu, terdapat penurunan
tajam dalam jumlah perusahaan asuransi yang menawarkan kebujakan
kewajiban kepada kantor CPA.
d) Kantor-kantor akuntan publik dalam berbagai ukuran mengundurkan diri dari
layanan kepada klien yang memiliki risiko audit yang tinggi, dan banyak
kantor akuntan publik yang lebih kecil menghentikan pelaksanaan audit secara
serentak.
Krisis yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada profesi akuntan saja. Studi
yang diselenggarakan oleh Kelompok Konsultan Hukum dan ekonomi pada tahun
1993, menunjukkan bahwa gugatan class action tentang kecurangan (fraud) dalam
bidang sekuritas yang diterbitkan tanpa jaminan, diajukan terhadap satu dari setiap
delapan perusahaan pada New York Stock Exchange, satu dari setiap 18 perusahaan
pada American Exchange, serta satu dari setiap 20 perusahaan pada NASDAQ.
Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada sistem peadilan, mendorong
terbentuknya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits (CEASS). Koalisi ini
terdiri dari AICPA, kantor akuntan enam besar, para penjamin asuransi, lebih dari 300
perusahaan manufaktur, pegecer dan asosiasi niaga. Koalisi ini berusaha
memenangkan perubahan undang-undang yang dapat mengendalikan litigasi yang
tidak terjamin.

2. KEWAJIBAN MENURUT KEBIASAAN (COMMON LAW)

4
Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum
dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti
kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat
rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan
sebagai sebuah krisis. Proses litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak
citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik
tersebut.
Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan
yang diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa
yang dapat dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu
selalu bersifat obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta
berkompeten dalam teknis pekerjaannya.
Oleh karena itu, untuk mengedepankan kepentingan publik maka dibuatlah
suatu hukum yang mengatur kewajiban hukum auditor kepada para pihak yang
berhubungan dengan auditor yang dikenal sebagai hukum kebiasaan (Common Law).
(Common Law) adalah hukum yang tidak tertulis. Hukum ini berdasarkan atas
keputusan pengadilan dan bukan atas hukum yang dibuat dan disahkan oleh pihak
legislatif. Common law berasal dari prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan,
dan hal-hal yang masuk akal, dan bukannya hukum-hukum yang absolute, tetap, dan
kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan sosial masyarakat.
Menurut common law, kewajiban hukum para CPA berkaitan luas dengan dua pihak,
yaitu para klien dan pihak ketiga.
a) Kewajiban Kepada Klien Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual
langsung dengan klien. Dengan menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi
klien. CPA berperan sebagai kontraktor independen. Seorang akuntan
bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum kontrak atau tort law
(hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).

 Hukum Kontrak (Contract Law) Seorang auditor bertanggung jawab kepada


klien atas pelanggaran kontrak, apabila:
1) Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai dengan
GAAS.
2) Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati.

5
3) Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
Kewajiban auditor atas pelanggaran kontark dapat meluas sampai subrogee.
Subrogee adalah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui substitusi.sesuai
dengan hak subrogasi terhadap klain kontraktual yang diasuransikan, CPAdapat
digugat atas kegagalannya menemukan kecurangan tersebut.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya penggugat akan mencari satu
atau lebih jalan keluar sebagai berikut:
1) Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak.
2) Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggran tersebut.
3) Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibat
tidak langsung atas pelanggran tersebut.

 Hukum Kerugian (Tort Law) Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang
merugikan pemilik, badan, atau reputasi seseorang. Tindakan merugikan dapat
dilakukan berdasarkan salah satu penyebab berikut ini
1) Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk menerapkan
tingkat kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam
kondisi yang sama.
2) Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang paling ringan pada suatu kondisi tertentu.
3) Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji,
menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material, sehingga
dapat merugikan pihak lain.
Menurut hukum kerugian, biasanya pihak yang dirugikan mencari kerugian
keuangan. Kertas kerja auditor menjadi sangat penting untuk membuktikan bahwa
tuntutan pelanggaran kontrak dan pelanggaran tugas adalah tidak benar menurut
hukum kerugian.
Dalam banyak kasus, penggugat memiliki hak untuk menuntut dengan
menggunakan pasal-pasal kontrak atau menggunakan hukum kerugian.

b) Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai


seseorang yang tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada di dalam
kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat 2 kelompok pihak ketiga,
yaitu : (1) Pemegang hak utama, yaitu Seseorang yang namanya telah

6
diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai penerima
utama laporan auditor; dan (2) Pemegang hak lainnya, yaitu Pihak ketiga yang
namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan
investor potensial. Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas
semua kelalaian kotor dan kecurangan menurut hukum kerugian. Sebaliknya
kewajiban auditor atas

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh auditor untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti atas peristiwa ekonomis sebuah perusahaan
serta menyertakan kewajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan serta
menyampaikan hasil-hasil temuan yang didapatkan kepada pihak yang mempunyai
kepentingan (Mulyadi, 2016:8). Perusahaan di haruskan untuk menjalankan fungsi
pengawasan yang baik yaitu dalam mempertanggungjawabkan penggunaan
pendanaan untuk menjalankan kegiatan usaha yang mampu memberikan jaminan
terhadap terlaksananya kegiatan yang menyuluruh pada sektor perusahaan.
Audit adalah bagian dari memeriksa laporan keuangan yang terdapat didalam
perusahaan. Kualitas dari hasil audit juga harus diperhatikan. Saat ini kualitas audit
oleh auditor perusahaan masih menjadi pusat perhatian berbagai pihak salah satunya
klien. Hal ini dikarenakan kurang transparansinya temuan audit yang dapat terdeteksi
oleh auditor.Auditing yaitu sebuah fungsi penilaian independensi yang dilakukan
perusahaan yang berguna untuk menguji dan mengevaluasi sistempengendalian yang
ada diperusahaan (Hery, 2017). Kualitas auditing yang dilaksanakan akan
berhubungan dengan kompentensi dan objektivitas staf auditor perusahaan tersebut.
Karena auditing yang mempunyai kualitas baik mampu meningkatkan kualitas hasil
kerja auditor yang merupakan salah satu faktor kunci agar dapat tercapainya kinerja
perusahaan

7
DAFTAR PUSTAKA
Sikola.unhas.id. Etika Profesional. Unhas (Makassar). Diakses pada 19 Maret 2023 di
https://sikola.unhas.ac.id/main/lp/lp_controller.php?
cidReq=306A3313&id_session=36313&gidReq=0&gradebook=0&origin=&action=v
iew&lp_id=15120

Anda mungkin juga menyukai