Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEWAJIBAN HUKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah auditing I yang diampu oleh

Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.

disusunoleh :

Fachri Zulfan 0115101325

Tia Chintya Tambunan 0115101094

Raden Muhammad Taufiq 0115101118

Peby Rhamdani 0115101478

Hendrikus Rianto 0115101457

Herdian Kusumah 0115101499

KELAS I

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

KOTA BANDUNG

2017
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

BAB I..........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3

I.I.    Latar Belakang................................................................................................................................3

I.II. TUJUAN..........................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5

II.I. LINGKUNGAN HUKUM YANG BERUBAH..........................................................................5

II.II. MEMBEDAKAN ANTARA KEGAGALAN BISNIS, KEGAGALAN AUDIT, DAN RISIKO


AUDIT....................................................................................................................................................6

II.III. KONSEP-KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI KEWAJIBAN............................7

II.IV. KEWAJIBAN KEPADA KLIEN................................................................................................10

II.V. KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA MENURUT COMMON LAW...........................12

II.VI. KEWAJIBAN SIPIL MENURUT UNNDANG-UNDANG SEKURITAS FEDERAL...............13

II.VII. KEWAJIAN KRIMINAL...........................................................................................................14

II.VIII. RESPONS PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM...................................................16

II.IX. MELNDUNGI AKUNTAN PUBLIK INDIVIDUAL DARI KEWAJIBAN HUKUM...............16

BAB III......................................................................................................................................................18

PENUTUP.................................................................................................................................................18

III.I. KESIMPULAN.............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ kewajiban hukum “
tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengaplikasikan pengetahuan mengenai kewajiban hukum berdasarkan teori-teori yang telah
penulis peroleh selama dibangku kuliah dan sekaligus untuk memenuhi tugas softskill

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dan membantu dalam penyelesaian pembuatan makalah ini, dalam hal ini penulis
menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak
dan dengan segala kerendahan hati semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak yag membutuhkan sehingga dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para
pembaca.

Bandung, 1 oktober 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

I.I.    Latar Belakang


Kita hidup di masyarakat hukum. Saat ini auditor patut berhati-hati karena setiap
tindakan tidak terlepas apakah hal itu benar atau salah dapat dipersoalkan secara hukum dan
mungkin menimbulkan kerugian yang substansial.

Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum.

Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
dapat manearik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor. Pemahaman terhadap hukum tidaklah
mudah mengingat pemahaman tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang
terlibat di dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap
keberadaan suatu hukum.

Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang
terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang
nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap
hukum akan membawa profesi akuntan publik ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat
meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya apabila akuntan
publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka
akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas pada publik
yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai profesi termasuk profesi
akuntan publik.
Dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor.

Untuk itu dalam makalah ini, pemakalah menulis tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kewajiban hukum yang harus diperhatikan dan ditaati oleh akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya.

I.II. TUJUAN
1. Mengetahui lingkungan hukum yang berubah.
2. Dapat membedakan antara kegagalan bisnis, kegagalan audit, dan resiko bisnis.
3. Memahami konsep-konsep hukum yang mempengaruhi kewajiban.
4. Mengetahui kewajiban hukum auditor kepada klien.
5. Mengetahui kewajiban terhadap pihak ketiga menurut common law.
6. Mengetahui kewajiban sipil menurut undang-undang sekuritas.
7. Mengetahui respons profesi terhadap kewajiban hukum.
8. Mengetahui bagaimana melindungi akuntan publik individual dari kewajiban
hukum.
BAB II

PEMBAHASAN

II.I. LINGKUNGAN HUKUM YANG BERUBAH

Menurut common law, para profesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi apa


yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabila auditor gagal memberikan jasa atau
tidak cermat dalam pelaksanaannya, mereka secara hukum bertanggung jawab kepada klien atas
kelahiran dan/atau pelanggaran kontrak, dan dalam situasi tertentu, kepada pihak selain klien
mereka.

Auditor juga bertanggung jawab kepada pihak ketiga menurut undang-undang statuter.
Securities Act tahun 1933, Securities Exchange Act tahun 1934 dan Sarbanes Oxley Act berisi
ketentuan yang berlaku sebagai dasar tindakan hukum terhadap auditor Jarang sekali auditor
dituntut atas tindakan kriminal. Tuntutan kriminal terhadap auditor dapat terjadi apabila pihak
penggugat membuktikan bahwa auditor tersebut bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab utamanya:

1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
jawab akuntan publik.
2. Kesadaran yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission (SEC)
mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3. Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya
ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.
4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang
salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep
kewajiban ‘deep pocket”).
5. Keputusn pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan
akuntan publik telah mendorong para pengacara  untuk memberikan pelayanan hukum
atas dasar fee kontujensi. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan kepada pihak yang
dirugikan bila tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum bila tuntutannya tidak
berhasil.
6. Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar
pengadilan untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
7. Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan
masalah teknis akuntansi dan auditing.

Biaya litigasi akuntan telah menimbulkan keprihatinan karena semuanya ditanggung


anggota masyarakat. Pihak legislatif telah berupaya mengendalikan biaya ligitasi dengan
menghindari perkara yang tidak bermanfaat dan yang lebih merugikan dibandingkan dengan
kesalahannya. Namun demikian, kewajiban akuntan masih sangat besar dan merupakan
pertimbangan utama dalam praktik profesional kantor akuntan publik.

II.II. MEMBEDAKAN ANTARA KEGAGALAN BISNIS, KEGAGALAN AUDIT, DAN


RISIKO AUDIT
Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan hukum
kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan keuangan
atas dua konsep:

1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit


2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu


mengembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para investor karena keadaan ekonomi
atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk., atau persaingan yang tak terduga
dalam industry itu.

Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit yang


tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya adalah kantor yang
menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit tertentu, di
mana mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang seharusnya
dapat ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.

Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah


melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar,
sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak dapat
dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian dan karena
kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi. Seorang auditor mungkin
saja menaati seluruh standar auditing, namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang
material akibat kecurangan.

Dalam kasus kegagalan audit, UU yang berlaku sering memperbolehkan pihak yang
dirugikan menuntut akuntan publik untuk membayar sebagian atau seluruh kerugian yang
disebabkan oleh kegagalan audit. Dalam praktiknya, karena kerumitan auditing, sulit di tentukan
apakah auditor gagal dalam menggunakan kemahirannya. Juga sulit untuk untuk menentukan
siapa yang berhak memperoleh keuntungan dari audit. Kegagalan auditor dalam menggunakan
kemahirannya sering kali menimbulkan kewajiban hukum, bahkan kerugian yang besar bagi
kantor akuntan publik.

Kesulitan sering muncul ketika terjadi kegagalan bisnis, bukan kegagalan audit. Jika yang
telah terjadi adalah kegagalan bisnis dan ternyata laporan keuangan tersebut mengandung salah
saji, para pemakai laporan keuangan akan mengganggap bahwa auditor ceroboh meskipun audit
telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum. Konflik anatara pemakai
laporan keuangan dan auditor ini sring muncul karena ada “kesenjangan harapan” di antara
keduanya.

Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing
adalah satu-satunya yang dapat diharapkan auditor. Kesenjangan harapan ini sering kali
mengakibatkan tuntutan hukum yang tidak terjamin. Profesi ini akan memikul tanggumg jawab
yang lebih besar untuk mendidik para pemakai laporan keuangan tentang peran auditor dan
perbedaan kegagalan bisnis, kegagalan audit, serta risiko audit.

II.III. KONSEP-KONSEP HUKUM YANG MEMPENGARUHI KEWAJIBAN


Konsep Orang yang Bijak
Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa aditor bukan penjamin
atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk melakukan audit dengan
kemahiran, dan tidak diharpakan benar 100 persen. Standar kemahiran (due care) disebut
sebagai konsep orang yang bijak (prudent person concept), hal ini dikemukakan dalam Cooley
on Torts sebagai berikut:

yaitu :

 Setiap orang yang menawarkan jasa kepada orang lain dan yang dipekerjakan memiliki
kewajiban untuk menggunakan keahlian yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan
secara hati-hati dan tekun. Dalam semua pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
itu, bila seseorang menawarkan jasanya, dia sudah memahami bahwa ia mengumumkan
kepada publik bahwa ia memiliki keahlian yang umumnya dimiliki orang lain yang
menangani pekerjaan tersebut, dan bila ia berpura-pura memiliki keahlian itu dan orang
lain tahu, ia sudah melakukan penipuan terhadap setiap orang yang mempekerjakan ia
menyangkut profesi publiknya. Tetapi tidak seorang pun, baik yang terlatih maupun
tidak, menjalankan tugas yang ia perkirakan bisa berhasil tanpa kesalahan sedikitpun. Ia
bekerja dengan keyakinan dan intergritas yang baik, tetapi bukannya tanpa kesalahan,
dan ia bertanggung jawab kepada pemberi kerja atas kecerobohan, niat buruk, atau
ketidakjujuran, tetapi bukan untuk konsekuensi kerugian yang semata-mata akibat
kekeliruan penilaian.

Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain

Biasanya, para partner, atau para pemegang saham korporasi profesional, memiliki
tanggung jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata (Civil action) terhadap setiap
pemilik. Akan tetapi, situasinya berbeda jika kantor ini beroperasi sebagai persekutuan dengan
kewajiban terbatas (Limited Liability Partnership = LLP), perseroan dengan kewajiban terbatas
(Limited Liability Company), korporasi umum atau korporasi profesional dengan tanggung jawab
terbatas. Menurut struktur perusahaan tersebut, kewajiban yang timbul dari tindakan salah satu
pemilik tidak mempengaruhi aset pribadi pemilik lain, kecuali pemilik lain terlibat langsung
dalam tindakan yang dilakukan pemilik yang menyebabkan kewajiban ini. Tentu saja, aset
perusahaan menjadi jaminan atas kerugian yang mungkin timbul.

Para partner mungkin juga bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang mereka
andalkan menurut UU Keagenan. Tiga kelompok auditor yang paling mungkin diandalkan
adalah para karyawan, kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian
pekerjaan, dan para spesialis yang dihubungi untuk menyediakan informasi teknis. Jika seorang
karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut bertanggung jawab
atas kinerja karyawan tersebut.

Tidak adanya Komunikasi Istimewa

Menurut Common Law, akuntan public tidak berhak menyembunyikan informasi dari
pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara klien
dan auditor tidak dapat disembunyikan dari pengadilan.

Syarat-syarat Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban Akuntan Publik

 Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan:


1. kelalaian biasa, Tidak adanya Perhatian yang layak yang dapat diharapkan dari
seseorang dalam suatu situasi. Bagi auditor, ini berarti apa yang seharusnya
dilakukan oleh auditor kompeten lainnya dalam situasi yang sama.
2. kelalaian besar, Tidak ada perhatian sama sekali, setara dengan perilaku ceroboh,
yang dapat diperkirakan dari seseorang. Beberapa negara bagian tidak
membedakan antara penipuan biasa dan penipuan besar.
3. penipuan konstruktif, Adanya kelalaian yang ekstrem atau luar biasa sekalipun
tidak ada maksud untuk menipu atau merugikan. Penipuan konstruktif juga disebut
kecerobohan. Kecerobohan dalam kasus audit terjadi jika auditor mengetahui
bahwa audit yang memadai tidak dilakukan tetapi tetap menerbitkan pendapat,
sekalipun tidak ada maksud untuk menipu pemakai laporan.
4. Penipuan, Terjadi bila suatu salah saji telah dilakukan dan auditor sama-sama
mengetahui adanya kesalahan itu dan juga adanya maksud untuk menipu.
 Syarat yang berkaitan dengan hukum kontrak:
1. pelanggaran kontrak, Kegagalan dari satu atau kedua pihak yang terlibat dalam
kontrak untuk memnuhi persyaratan kontrak. Salah satu contohnya adalah
kegagalan kantor akuntan untuk mengembalikan SPT pajak pada tanggal yang
telah ditentukan. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan yang ditetapkan dalam
kontrak dikatakan mempunyai privity of contract.
2. manfaat pihak ketiga, Pihak ketiga yang tidak mempunyai privity of contract tetapi
dikenal oleh pihak-pihak yang mengontrak dan bermaksud untuk mempunyai hak
serta manfaat tertentu menurut kontrak. Contoh yang umum adalah bank.
 Syarat-syarat lain:
1. common Law, UU yang telah dikembangkan melalui keputusan pengadilan, bukan
melalui undang-undang pemerintah
2. UU Statuter, Undang-undang yang telah disahkan oleh Kongres AS dan lembaga
pemerintahan lainnya. Securities Exchange Act tahun 1933 dan 1934 serta
Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 adalah UU Statuter penting yang mempengaruhi
auditor.
3. Kewajiban bersama dan tertentu, Penetapan terhadap pihak tergugat atas kerugian
penuh yang diderita pihak penggugat, tanpa memperhatikan sampai dimana bagian
pihak-pihak lain dalam kesalahan tersebut.
4. kewajiban terpisah dan proporsional, Penetapan terhadap pihak tergugat bagian
kerugian yang disebabkan oleh kalalaian tergugat

Sumber-sumber Kewajiban Hukum

1. Empat sumber kewajiban hukum:


1. Kewajiban kepada klien
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common law
3. Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal
4. Kewajiban kriminal.
II.IV. KEWAJIBAN KEPADA KLIEN
Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap akuntan publik adalah dari klien.
Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor tidak dapat
menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan audit. Masalah
utama dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian biasanya adalah tingkat kemahiran yang
diperlukan.

Empat Sumber Utama Kewajiban Hukum Audit


Sumber Kewajiban Contoh Klaim yang Potensial
Kewajiban kepada klien Klien menuntun auditor karena tidak dapat
menemukan kecurangan yang material selama
audit.
Kewajuban kepada pihak ketiga menurut Bank menuntut auditor karena tidak dapat
common low menemukan bahwa laporan keuangan
peminjam mengandung salah saji secara
material.
Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal Gabungan kelompok pemegang saham
menuntut auditor karena tidak menemukan
salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
Kewajiban kriminal Pemerintah federal menghukum auditor
kembali karena diketahui menerbitkan laporan
audit yang tidak benar.

Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor
tidak dapat menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan audit.
Tuntutan hal ini fapat menjadi pelanggaran kontrak, tindakan yang merugikan akibat kelalaian
keduanya. Tindakan yang merugikan lebih umum terjadi karena jumlah ganti-rugi yang
diperoleh biasanya lebih besar ketimbang pelanggaran kontrak. Tindakan yang merugikan dapat
didasarkan pada kelalaian biasa, kelalaian besar, atau kecurangan.
Masalah utama dalam kasus yang melibatkan dengan kelalaian biasanya adalah tingkat
kemahiran yang diperlukan. Meskipun pada umumnya sudah disekapati bahwa tidak ada
seorangpun yang sempurna, termasuk juga para profesional, namun pada kebanyakan contoh,
setiap kekeliruan atau kesalahan yang signifikan dalam pengam bilan kesimpulan mengakibatkan
paling tidak suatu pendapat bahwa para profesional seharusnya bisa menghindari kesalahan itu.
Dalam audit, kegagalan untuk memenuhi standar auditing sering dianggap sebagai bukti yang
jelas tentang kelalaian.

Pembelaan Auditor terhadap Tuntutan Klien

Kantor akuntan publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaan
bila ada tuntutan hukum oleh klien, yaitu:

1. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, jasa berarti bahwa kantor akuntan publik
mengklaim bahwa tidak adanya kontrak yang tersirat atau pun yang dinyatakan secara
jelas. Sebagai contoh, kantor akuntan publik dapat mengklaim bahwa salah saji tidak
dapat diungkapkan karena kantornya hanya melakukan jasa review, bukan audit.
Penggunaan surat penugasan oleh akuntan publik memberikan dasar untuk
memperlihatkan tidak adanya kewajiban untuk melaksanakan jasa. Banyak pakar
ligalitas merasa yakin bahwa surat penugasan yang tersusun rapi secara segnifikan akan
mengurangi kemungkinann tindakan hukum yang buruk.
2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian (nonnegligent performance), (nonnegligent
performance) dalam suatu audit, kantor akuntan publik mengklaim bahwa audit
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Meskipun salah saji yang tidak terungkap,
auditor tidak bertanggung jawab jika audit telah dilakukan secara tepat. Konsep yang
bijak secara hukum menetapkan bahwa kantor akuntan publik tidak diharapkan benar
100 persen. Demikian pula, SAS 107 (AU 312) dan SAS 107 (AU 312) dan SAS 39
(AU 316) menyatakan dengan jelas bahwa suatu audit yang sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum juga mempunyai keterbatasan dan tidak dapat diandalkan
untuk memastikan bahwa semua kekeliruan atau salah saji akan ditemukan. Pada
dasarnya, mengharuskan auditor untuk menemukan salah saji yang material sama saja
dengan menganggap bahwa mereka menjadi penjamin ketepatan laporan keuangan.
Pengadlian tidak mewajibkan hal itu.

3. Kelalaian kontribusi (contributory negligence), Pembelaan terhadap kelalain kontribusi


apabila auditor mengklaim bahwa tindakan klien telah mengakibatkan baik kerugian
yang menjadi dasar denda atau atau pun campur tangan dalam pelaksanaan audit
dengan cara sedemikian rupa sehingga auditor tidak dapat menemukan penyebab
kerugian tersebut.

4. Ketiadaan hubungan timbal balik (sebab-akibat), Agar berhasil dalam menggugat


auditor, klien harus dapat menunjukan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara
kelalaian auditor dalam menaati standar auditing dengan kerugian yang diderita klien.

II.V. KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA MENURUT COMMON LAW


Pihak ketiga meliputi pemegang saham actual dan calon pemegang saham, pemasok,
bankir, dan kreditor lain, karyawan, serta pelanggan.

Doktrin Ultramares

Kasus audit utama yang mengawali kewajban terhadap pihak ketiga adalah Ultramares
Corporation vs. Touche (1931). Kasus ini membentuk suatu doktrin yang dikenal sebagai doktrin
Ultramares.

Foreseen Users.

Pengadilan telah memperluas doktrin Ultrames untuk mengizinkan pemulihan oleh pihak
ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang merupakan
anggota dari golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan.

            Meskipun konsep foreseen user dapat langsung diterapkan, pengadilan telah membuat
beberapa interpretasi yang berbeda. Tiga pendekatan utama yang diberlakukan sbb:

1. Credit Alliance.
Credit alliance vs Arthur Andersen (1986) di new York. Pemberi pinjaman menuntut
auditor atas nama salah satu peminjamannya, karena pemberi pinjaman itu telah
mengandalkan laporan keuangan peminjam dalam memberikan pinjaman, yang ternyata
itu menyesatkan.
2. Restatement of Torts.
Pendekatan ini digunakan oleh sebagian besar Negara bagian yang menerapkan
peraturan yang mengacu yaitu seperangkat prinsip hukum otoritatif. Restatement rules
menyatakan bahwa foreseen users harus menjadi anggota dari kelompok pemakai yang
terbatas dan dapat diidentifikasi yang mengandalkan pekerjaan akuntan public.

3. Foreseeble Users.
Ini adalah pendekatan interprestasi yang paling luas dari hak pihak ketiga. Para pemakai
yang sudah harus dapat ditentukan sebelumnya oleh auditor sebagai pemakai laporan
keuangan klien, memiliki hak yang sama seperti halnya pada privity of contract.

Pembelaan Auditor terhadap Tuntutan Pihak Ketiga

Tiga dari empat pembelaan yang tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan oleh
klien juga tersedia untuk tuntutan hukum oleh pihak ketiga, yaitu: tidak ada kewajiban untuk
melaksanakan jasa, pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, dan ketiadaan hubungan sebab-akibat.
Kelalaian kontribusi biasanya tidak berlaku karena pihak ketiga bukan penyebab terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan.

II.VI. KEWAJIBAN SIPIL MENURUT UNNDANG-UNDANG SEKURITAS FEDERAL


Securities Act Tahun 1933

Securities Act tahun 1933 hanya berkaitan dengan persyaratan pelaporan bagi perusahaan
yang menerbitkan sekuritas baru, termasuk informasi dalam laporan registrasi atau pendaftaran
dan propektus.

Securities Exchange Act Tahun 1934


Kewajiban auditor menurut Securities Axchange Act tahun 1934 sering kali berpusat
pada laporan keuangan yang tekah diaudit yang diterbitkan kepada publik dalam laporan
tahunan, yang diserahkan kepada SEC sebagai bagian dari laporan tahunan Form 10-K.

Peraturan 10b-5 dari Securities Exchange Act tahun 1934

Section 10 dan Peraturan 10b-5 sering kali disebut sebaga ketentuan anti kecurangan dari
undang-undang tahun 1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang melibatkan
pembelian atau penjualan setiap sekuritas. Berbagai keputusan pengadilan federal menjelaskan
bahwa Peraturan 10b-5 berlaku tidak hanya bagi penjual langsung, tetapi juga akuntan, penjamin
emisi, dan puhak lainnya.

Pembelaan Auditor

Tiga pembelaan serupa yang tersedia bagi auditor dalam kasus tuntutan menurut common
aw oleh pihak ketiga juga berlaku bagi tuntutan menurut UU tahun 1934: pelaksanaan kerja
tanpa kelalaian, tidak ada kewajiban, dan ketiadaan hubungan timbale balik atau sebab-akibat.

Sanksi SEC

Rules of Practise SEC akan memungkinkan SEC untuk menolak, baik untuk sementara
maupun seterusnya, praktik kantor akuntan publik dalam kaitannya dengan laporan keuangan
perusahaan publik, baik karena kurangnya kualifikasi yang tepat atau terlibat dalam perilaku
profesional yang tidak etis atau tidak pantas.

Foreign Corrupt Practise Act Tahun 1977

Tindakan penting lain oleh kongres yang mempengaruhi kantor akuntan publik maupun
kliennya adalah disahkannya Foreign Corrupt Practises Act tahun 1977. UU ini melarang
pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan
memperoleh atau mempertahankan hubungan bisnis. UU yang baru ini juga mewajibkan anggota
yang terdaftar pada SEC menurut Securities Exchange Act tahun 1934 untuk memenuhi
persyaratan tambahan yang menyangkut catatan yang lengkap dan akurat, serta sistem
pengendalian internal yang memadai.
II.VII. KEWAJIAN KRIMINAL
cara keempat para akuntan publik dapat dianggap bertanggung jawab adalah kewajiban
kriminal bagi akuntan ( criminal liability for accountants).akuntan publik dapat disalahkan
karena tindakan kriminal menurut hukum federal ataupun negara bagian.Menurut hukum
bagian ,undang-undang yang paling mungkin diberlakukan adalah Uniform Securities Act ,yang
serupa dengan sebagian peraturan SEC.UU federal yang lebih relevan yang mempengaruhi
auditor adalah False Statement Statute.Semua peraturan itu menetapkan bahwa menipu orang
lain ,yaitu dengan sabar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu merupakan tindakan
kriminal . Selain itu ,Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 juga menetapkan bahwa merupakan suatu
kejahatan bila merusak atau membuat dokumen untuk atau menghalangi penyelidikan
federal.Menurut Sarbanes-Oxley Act ,seseorang dapat dikenakan denda atau hukuman penjara
sampai 20 tahun karena mengubah atau merusak dokumen.

Sayangnya, dalam tahun tahun terakhir terdapat beberapa kasus kriminal yang melibatkan
akuntan publik .Sepanjang sejarah,salah satu kasus tindakan kriminal terkenal yang melibatkan
akuntan publik adalah United States vs Simon,yang terjadi pada tahun 1996.Dalam kasus ini ,3
auditor dihukum karena menyerahkan laporan keuangan yang palsu milik klien kepada
pemerintah ,dan ketiganya bersalah telah melakukan tindakan kriminal .Tiga kasus kriminal lain
setelah simon adalah :

 dalam kasus United States vs Natelli (1975),dua auditor dituduh melakukan tindakan
kriminal menurut UU tahun 1934 karena mengesahkan laporan keuangan National
Student Marketing Corporation yang memuat pengungkapan piutang secara tidak
memadai.
 Dalam kasus United States vs Weiner ( 1975) , tiga auditor dituduh melakukan penipuan
saham sehubungan dengan audit mereka atas Equity Funding Corporation of America
.Penipuan itu sangat besar dan pekerjaan audit begitu tidak memadai ,sehingga
pengadilan menyimpulkan bahwa seharusnya auditor menyadari adanya penipuan itu dan
karenanya mereka dinyatakan bersalah.
 Dalam ESM Goverment Securities vs Alexander Grant CO ( 1986) , manajemen
mengungkapkan kepada partner yang bertanggung jawab mengaudit ESM bahwa laporan
keuangan yang telah diaudit tahun sebelumnya mengandung salah kaji yang material .
partner itu setuju untuk tidak mengungkapkannya ketimbang mengikuti standar
profesional dan perusahaan ,karena berharap ,manajemen dapat menyelesaikannya dalam
tahun berjalan.Karena perannya melindungi kecurangan ,partner tersebut dihukum karena
melakukan kejahatan.

beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari kasus ini adalah :

 penyelidikan mengenai integritas manajemen adalah bagian penting dalam memutuskan


apakah seorang klien dapat diterima dan luas pekerjaan yang akan dilaksanakan
.Pedoman auditing bagi auditor dalam menyelidiki klien-klien baru
 indenpendensi oleh semua individu ketika melakukan penugasan sangatlah penting ,
terutama dalam pembelaan yang menyangkut tindakan kriminal
 transaksi pada pihak terkait perlu diperiksa secara khusus karena ada kemungkinan salah
saji.Persyaratan auditing untuk transaksi dengan pihak terkait.
 prinsip-prinsip akuntansi tidak dapat dijadikan pedoman secara ekslusif dalam
memutuskan apakah apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar .Substansi
dari laporan ini,dengan mempertimbangkan seluruh fakta ,memang dibutuhkan.
 Beratnya konsekuensi potensial jika auditor diketahui melakukan kesalahan tidak
memungkinkan manfaat potensial yang bisa membenarkan tindakan tersebut.

II.VIII. RESPONS PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM


AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melukukan sejumlah hal untuk mengurangi risiko
para praktisi terken tuntutan hukum:

1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau ligitasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan
lebih baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.

Beberpa aktivitas khusus dalam kewajiban hukum:

 Riset dalam auditing


 Penetapan standard an peraturan
 Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
 Menetapkan persyaratan peer review
 Melawan tuntutan hukum
 Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan
 Member sanksi kepada anggota karena perilaku dan kinerja yang tidak pantas
 Melobi perubahan UU.

II.IX. MELNDUNGI AKUNTAN PUBLIK INDIVIDUAL DARI KEWAJIBAN HUKUM


Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan tertentu untuk
meminimalkan kewajibannya. Beberapa dari yang umum itu adalah sebagai berikut:

 Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas


 Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka
secara layak
 Mengikuti standar profesi
 Mempertahankan independensi
 Memahami bisnis klien
 Melaksanakan audit yang bermutu
 Mendokumentasikan pekerjaan yang layak
 Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
 Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
 Mengadakan asuransi yang memadai
 Mencari bantuan hukum
 Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas
 Mengungkapkan skeptisme profesional
BAB III

PENUTUP

III.I. KESIMPULAN
Bab ini membahas lingkungan tempat para akuntan publik beroperasi dengan
menekankan pada signifikan kewajiban hukum yang dihadaopi oleh profesi akuntan
publik. Tidak adda akuntan publik yang rasional yang ingin menghapus tanggung jawab
hukum profesi atas kinerja yang curang atau tidak kompeten. Jelas bahwa kepentingan
terbaik profesi adalah mempertahankan kepercayaan publik atas kinerja yang kompeten
dari profesi auditing, sambil menghindari kewajiban pada kasus-kasus yang melibatkan
kegagalan bisnis ketimbang kegagalan audit. Untuk menghindari kewajiban hukum
secara lebih efektif, akuntan publik harus memahami bagaimana mereka dapat dianggap
bertanggung jawab terhadap klien atas pihak ketiga menurut federal securities law , dan
atas kewajiban kriminal membuat para auditor menyadari isu-isu yang dapat membuatnya
memiliki kewajiban yang lebih besar.
Para akuntan publik dapat melindungi dirinya dari kewajiban hukum dengan
beberapa cara, dan profesi ini telah bekerja dengan baik dalam mengidentifikasi cara-cara
untuk membantu para akuntan publik mengurangi risiko potensial bagi profesi ini.
Untunglah upaya reformasi litigasi atau proses pengadilan telah berhasil membatasi
tuntutan class-action terhadap akuntan publik.
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A Arens., Randal J Elder, Mark S Beasley, Auditing dan Jasa Assurance, (Jakarta:
Erlangga), Jilid 1, Edisi 15, 2014

Anda mungkin juga menyukai