KEWAJIBAN HUKUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah auditing I yang diampu oleh
disusunoleh :
KELAS I
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
KOTA BANDUNG
2017
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
I.II. TUJUAN..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................................18
III.I. KESIMPULAN.............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ kewajiban hukum “
tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengaplikasikan pengetahuan mengenai kewajiban hukum berdasarkan teori-teori yang telah
penulis peroleh selama dibangku kuliah dan sekaligus untuk memenuhi tugas softskill
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dan membantu dalam penyelesaian pembuatan makalah ini, dalam hal ini penulis
menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak
dan dengan segala kerendahan hati semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak yag membutuhkan sehingga dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum.
Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
dapat manearik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor. Pemahaman terhadap hukum tidaklah
mudah mengingat pemahaman tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang
terlibat di dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap
keberadaan suatu hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang
terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang
nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap
hukum akan membawa profesi akuntan publik ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat
meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya apabila akuntan
publik kurang memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka
akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas pada publik
yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai profesi termasuk profesi
akuntan publik.
Dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor.
Untuk itu dalam makalah ini, pemakalah menulis tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kewajiban hukum yang harus diperhatikan dan ditaati oleh akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya.
I.II. TUJUAN
1. Mengetahui lingkungan hukum yang berubah.
2. Dapat membedakan antara kegagalan bisnis, kegagalan audit, dan resiko bisnis.
3. Memahami konsep-konsep hukum yang mempengaruhi kewajiban.
4. Mengetahui kewajiban hukum auditor kepada klien.
5. Mengetahui kewajiban terhadap pihak ketiga menurut common law.
6. Mengetahui kewajiban sipil menurut undang-undang sekuritas.
7. Mengetahui respons profesi terhadap kewajiban hukum.
8. Mengetahui bagaimana melindungi akuntan publik individual dari kewajiban
hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
Auditor juga bertanggung jawab kepada pihak ketiga menurut undang-undang statuter.
Securities Act tahun 1933, Securities Exchange Act tahun 1934 dan Sarbanes Oxley Act berisi
ketentuan yang berlaku sebagai dasar tindakan hukum terhadap auditor Jarang sekali auditor
dituntut atas tindakan kriminal. Tuntutan kriminal terhadap auditor dapat terjadi apabila pihak
penggugat membuktikan bahwa auditor tersebut bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.
1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
jawab akuntan publik.
2. Kesadaran yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission (SEC)
mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3. Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya
ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.
4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang
salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep
kewajiban ‘deep pocket”).
5. Keputusn pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan
akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum
atas dasar fee kontujensi. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan kepada pihak yang
dirugikan bila tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum bila tuntutannya tidak
berhasil.
6. Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar
pengadilan untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
7. Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan
masalah teknis akuntansi dan auditing.
Dalam kasus kegagalan audit, UU yang berlaku sering memperbolehkan pihak yang
dirugikan menuntut akuntan publik untuk membayar sebagian atau seluruh kerugian yang
disebabkan oleh kegagalan audit. Dalam praktiknya, karena kerumitan auditing, sulit di tentukan
apakah auditor gagal dalam menggunakan kemahirannya. Juga sulit untuk untuk menentukan
siapa yang berhak memperoleh keuntungan dari audit. Kegagalan auditor dalam menggunakan
kemahirannya sering kali menimbulkan kewajiban hukum, bahkan kerugian yang besar bagi
kantor akuntan publik.
Kesulitan sering muncul ketika terjadi kegagalan bisnis, bukan kegagalan audit. Jika yang
telah terjadi adalah kegagalan bisnis dan ternyata laporan keuangan tersebut mengandung salah
saji, para pemakai laporan keuangan akan mengganggap bahwa auditor ceroboh meskipun audit
telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum. Konflik anatara pemakai
laporan keuangan dan auditor ini sring muncul karena ada “kesenjangan harapan” di antara
keduanya.
Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit yang sesuai dengan standar auditing
adalah satu-satunya yang dapat diharapkan auditor. Kesenjangan harapan ini sering kali
mengakibatkan tuntutan hukum yang tidak terjamin. Profesi ini akan memikul tanggumg jawab
yang lebih besar untuk mendidik para pemakai laporan keuangan tentang peran auditor dan
perbedaan kegagalan bisnis, kegagalan audit, serta risiko audit.
yaitu :
Setiap orang yang menawarkan jasa kepada orang lain dan yang dipekerjakan memiliki
kewajiban untuk menggunakan keahlian yang dimilikinya dalam melakukan pekerjaan
secara hati-hati dan tekun. Dalam semua pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
itu, bila seseorang menawarkan jasanya, dia sudah memahami bahwa ia mengumumkan
kepada publik bahwa ia memiliki keahlian yang umumnya dimiliki orang lain yang
menangani pekerjaan tersebut, dan bila ia berpura-pura memiliki keahlian itu dan orang
lain tahu, ia sudah melakukan penipuan terhadap setiap orang yang mempekerjakan ia
menyangkut profesi publiknya. Tetapi tidak seorang pun, baik yang terlatih maupun
tidak, menjalankan tugas yang ia perkirakan bisa berhasil tanpa kesalahan sedikitpun. Ia
bekerja dengan keyakinan dan intergritas yang baik, tetapi bukannya tanpa kesalahan,
dan ia bertanggung jawab kepada pemberi kerja atas kecerobohan, niat buruk, atau
ketidakjujuran, tetapi bukan untuk konsekuensi kerugian yang semata-mata akibat
kekeliruan penilaian.
Biasanya, para partner, atau para pemegang saham korporasi profesional, memiliki
tanggung jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata (Civil action) terhadap setiap
pemilik. Akan tetapi, situasinya berbeda jika kantor ini beroperasi sebagai persekutuan dengan
kewajiban terbatas (Limited Liability Partnership = LLP), perseroan dengan kewajiban terbatas
(Limited Liability Company), korporasi umum atau korporasi profesional dengan tanggung jawab
terbatas. Menurut struktur perusahaan tersebut, kewajiban yang timbul dari tindakan salah satu
pemilik tidak mempengaruhi aset pribadi pemilik lain, kecuali pemilik lain terlibat langsung
dalam tindakan yang dilakukan pemilik yang menyebabkan kewajiban ini. Tentu saja, aset
perusahaan menjadi jaminan atas kerugian yang mungkin timbul.
Para partner mungkin juga bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang mereka
andalkan menurut UU Keagenan. Tiga kelompok auditor yang paling mungkin diandalkan
adalah para karyawan, kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian
pekerjaan, dan para spesialis yang dihubungi untuk menyediakan informasi teknis. Jika seorang
karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut bertanggung jawab
atas kinerja karyawan tersebut.
Menurut Common Law, akuntan public tidak berhak menyembunyikan informasi dari
pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara klien
dan auditor tidak dapat disembunyikan dari pengadilan.
Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor
tidak dapat menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan audit.
Tuntutan hal ini fapat menjadi pelanggaran kontrak, tindakan yang merugikan akibat kelalaian
keduanya. Tindakan yang merugikan lebih umum terjadi karena jumlah ganti-rugi yang
diperoleh biasanya lebih besar ketimbang pelanggaran kontrak. Tindakan yang merugikan dapat
didasarkan pada kelalaian biasa, kelalaian besar, atau kecurangan.
Masalah utama dalam kasus yang melibatkan dengan kelalaian biasanya adalah tingkat
kemahiran yang diperlukan. Meskipun pada umumnya sudah disekapati bahwa tidak ada
seorangpun yang sempurna, termasuk juga para profesional, namun pada kebanyakan contoh,
setiap kekeliruan atau kesalahan yang signifikan dalam pengam bilan kesimpulan mengakibatkan
paling tidak suatu pendapat bahwa para profesional seharusnya bisa menghindari kesalahan itu.
Dalam audit, kegagalan untuk memenuhi standar auditing sering dianggap sebagai bukti yang
jelas tentang kelalaian.
Kantor akuntan publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaan
bila ada tuntutan hukum oleh klien, yaitu:
1. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, jasa berarti bahwa kantor akuntan publik
mengklaim bahwa tidak adanya kontrak yang tersirat atau pun yang dinyatakan secara
jelas. Sebagai contoh, kantor akuntan publik dapat mengklaim bahwa salah saji tidak
dapat diungkapkan karena kantornya hanya melakukan jasa review, bukan audit.
Penggunaan surat penugasan oleh akuntan publik memberikan dasar untuk
memperlihatkan tidak adanya kewajiban untuk melaksanakan jasa. Banyak pakar
ligalitas merasa yakin bahwa surat penugasan yang tersusun rapi secara segnifikan akan
mengurangi kemungkinann tindakan hukum yang buruk.
2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian (nonnegligent performance), (nonnegligent
performance) dalam suatu audit, kantor akuntan publik mengklaim bahwa audit
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Meskipun salah saji yang tidak terungkap,
auditor tidak bertanggung jawab jika audit telah dilakukan secara tepat. Konsep yang
bijak secara hukum menetapkan bahwa kantor akuntan publik tidak diharapkan benar
100 persen. Demikian pula, SAS 107 (AU 312) dan SAS 107 (AU 312) dan SAS 39
(AU 316) menyatakan dengan jelas bahwa suatu audit yang sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum juga mempunyai keterbatasan dan tidak dapat diandalkan
untuk memastikan bahwa semua kekeliruan atau salah saji akan ditemukan. Pada
dasarnya, mengharuskan auditor untuk menemukan salah saji yang material sama saja
dengan menganggap bahwa mereka menjadi penjamin ketepatan laporan keuangan.
Pengadlian tidak mewajibkan hal itu.
Doktrin Ultramares
Kasus audit utama yang mengawali kewajban terhadap pihak ketiga adalah Ultramares
Corporation vs. Touche (1931). Kasus ini membentuk suatu doktrin yang dikenal sebagai doktrin
Ultramares.
Foreseen Users.
Pengadilan telah memperluas doktrin Ultrames untuk mengizinkan pemulihan oleh pihak
ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang merupakan
anggota dari golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan.
Meskipun konsep foreseen user dapat langsung diterapkan, pengadilan telah membuat
beberapa interpretasi yang berbeda. Tiga pendekatan utama yang diberlakukan sbb:
1. Credit Alliance.
Credit alliance vs Arthur Andersen (1986) di new York. Pemberi pinjaman menuntut
auditor atas nama salah satu peminjamannya, karena pemberi pinjaman itu telah
mengandalkan laporan keuangan peminjam dalam memberikan pinjaman, yang ternyata
itu menyesatkan.
2. Restatement of Torts.
Pendekatan ini digunakan oleh sebagian besar Negara bagian yang menerapkan
peraturan yang mengacu yaitu seperangkat prinsip hukum otoritatif. Restatement rules
menyatakan bahwa foreseen users harus menjadi anggota dari kelompok pemakai yang
terbatas dan dapat diidentifikasi yang mengandalkan pekerjaan akuntan public.
3. Foreseeble Users.
Ini adalah pendekatan interprestasi yang paling luas dari hak pihak ketiga. Para pemakai
yang sudah harus dapat ditentukan sebelumnya oleh auditor sebagai pemakai laporan
keuangan klien, memiliki hak yang sama seperti halnya pada privity of contract.
Tiga dari empat pembelaan yang tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan oleh
klien juga tersedia untuk tuntutan hukum oleh pihak ketiga, yaitu: tidak ada kewajiban untuk
melaksanakan jasa, pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, dan ketiadaan hubungan sebab-akibat.
Kelalaian kontribusi biasanya tidak berlaku karena pihak ketiga bukan penyebab terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan.
Securities Act tahun 1933 hanya berkaitan dengan persyaratan pelaporan bagi perusahaan
yang menerbitkan sekuritas baru, termasuk informasi dalam laporan registrasi atau pendaftaran
dan propektus.
Section 10 dan Peraturan 10b-5 sering kali disebut sebaga ketentuan anti kecurangan dari
undang-undang tahun 1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang melibatkan
pembelian atau penjualan setiap sekuritas. Berbagai keputusan pengadilan federal menjelaskan
bahwa Peraturan 10b-5 berlaku tidak hanya bagi penjual langsung, tetapi juga akuntan, penjamin
emisi, dan puhak lainnya.
Pembelaan Auditor
Tiga pembelaan serupa yang tersedia bagi auditor dalam kasus tuntutan menurut common
aw oleh pihak ketiga juga berlaku bagi tuntutan menurut UU tahun 1934: pelaksanaan kerja
tanpa kelalaian, tidak ada kewajiban, dan ketiadaan hubungan timbale balik atau sebab-akibat.
Sanksi SEC
Rules of Practise SEC akan memungkinkan SEC untuk menolak, baik untuk sementara
maupun seterusnya, praktik kantor akuntan publik dalam kaitannya dengan laporan keuangan
perusahaan publik, baik karena kurangnya kualifikasi yang tepat atau terlibat dalam perilaku
profesional yang tidak etis atau tidak pantas.
Tindakan penting lain oleh kongres yang mempengaruhi kantor akuntan publik maupun
kliennya adalah disahkannya Foreign Corrupt Practises Act tahun 1977. UU ini melarang
pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan
memperoleh atau mempertahankan hubungan bisnis. UU yang baru ini juga mewajibkan anggota
yang terdaftar pada SEC menurut Securities Exchange Act tahun 1934 untuk memenuhi
persyaratan tambahan yang menyangkut catatan yang lengkap dan akurat, serta sistem
pengendalian internal yang memadai.
II.VII. KEWAJIAN KRIMINAL
cara keempat para akuntan publik dapat dianggap bertanggung jawab adalah kewajiban
kriminal bagi akuntan ( criminal liability for accountants).akuntan publik dapat disalahkan
karena tindakan kriminal menurut hukum federal ataupun negara bagian.Menurut hukum
bagian ,undang-undang yang paling mungkin diberlakukan adalah Uniform Securities Act ,yang
serupa dengan sebagian peraturan SEC.UU federal yang lebih relevan yang mempengaruhi
auditor adalah False Statement Statute.Semua peraturan itu menetapkan bahwa menipu orang
lain ,yaitu dengan sabar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu merupakan tindakan
kriminal . Selain itu ,Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 juga menetapkan bahwa merupakan suatu
kejahatan bila merusak atau membuat dokumen untuk atau menghalangi penyelidikan
federal.Menurut Sarbanes-Oxley Act ,seseorang dapat dikenakan denda atau hukuman penjara
sampai 20 tahun karena mengubah atau merusak dokumen.
Sayangnya, dalam tahun tahun terakhir terdapat beberapa kasus kriminal yang melibatkan
akuntan publik .Sepanjang sejarah,salah satu kasus tindakan kriminal terkenal yang melibatkan
akuntan publik adalah United States vs Simon,yang terjadi pada tahun 1996.Dalam kasus ini ,3
auditor dihukum karena menyerahkan laporan keuangan yang palsu milik klien kepada
pemerintah ,dan ketiganya bersalah telah melakukan tindakan kriminal .Tiga kasus kriminal lain
setelah simon adalah :
dalam kasus United States vs Natelli (1975),dua auditor dituduh melakukan tindakan
kriminal menurut UU tahun 1934 karena mengesahkan laporan keuangan National
Student Marketing Corporation yang memuat pengungkapan piutang secara tidak
memadai.
Dalam kasus United States vs Weiner ( 1975) , tiga auditor dituduh melakukan penipuan
saham sehubungan dengan audit mereka atas Equity Funding Corporation of America
.Penipuan itu sangat besar dan pekerjaan audit begitu tidak memadai ,sehingga
pengadilan menyimpulkan bahwa seharusnya auditor menyadari adanya penipuan itu dan
karenanya mereka dinyatakan bersalah.
Dalam ESM Goverment Securities vs Alexander Grant CO ( 1986) , manajemen
mengungkapkan kepada partner yang bertanggung jawab mengaudit ESM bahwa laporan
keuangan yang telah diaudit tahun sebelumnya mengandung salah kaji yang material .
partner itu setuju untuk tidak mengungkapkannya ketimbang mengikuti standar
profesional dan perusahaan ,karena berharap ,manajemen dapat menyelesaikannya dalam
tahun berjalan.Karena perannya melindungi kecurangan ,partner tersebut dihukum karena
melakukan kejahatan.
beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari kasus ini adalah :
1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau ligitasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan
lebih baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.
PENUTUP
III.I. KESIMPULAN
Bab ini membahas lingkungan tempat para akuntan publik beroperasi dengan
menekankan pada signifikan kewajiban hukum yang dihadaopi oleh profesi akuntan
publik. Tidak adda akuntan publik yang rasional yang ingin menghapus tanggung jawab
hukum profesi atas kinerja yang curang atau tidak kompeten. Jelas bahwa kepentingan
terbaik profesi adalah mempertahankan kepercayaan publik atas kinerja yang kompeten
dari profesi auditing, sambil menghindari kewajiban pada kasus-kasus yang melibatkan
kegagalan bisnis ketimbang kegagalan audit. Untuk menghindari kewajiban hukum
secara lebih efektif, akuntan publik harus memahami bagaimana mereka dapat dianggap
bertanggung jawab terhadap klien atas pihak ketiga menurut federal securities law , dan
atas kewajiban kriminal membuat para auditor menyadari isu-isu yang dapat membuatnya
memiliki kewajiban yang lebih besar.
Para akuntan publik dapat melindungi dirinya dari kewajiban hukum dengan
beberapa cara, dan profesi ini telah bekerja dengan baik dalam mengidentifikasi cara-cara
untuk membantu para akuntan publik mengurangi risiko potensial bagi profesi ini.
Untunglah upaya reformasi litigasi atau proses pengadilan telah berhasil membatasi
tuntutan class-action terhadap akuntan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A Arens., Randal J Elder, Mark S Beasley, Auditing dan Jasa Assurance, (Jakarta:
Erlangga), Jilid 1, Edisi 15, 2014