Makalah
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya maka saya bisa menyelesaikan sebuah makalah ini dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat kepada kita semua.
Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................23
4.2 Saran.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dari manajemen akan cenderung untuk banyak mengandung bias mengingat informasi
tersebut dihasilkan dari lingkungan yang dilingkupi oleh banyak kepentingan. Oleh karena itu
diperlukan jasa professional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh
pihak manajemen.Jasa profesi inilah yang dilakukan oleh auditor independent.
Disinilah letak peran penting profesi akuntan publik.Profesi ini hadir untuk
memberikan penilaian atas keandalan (reliability) informasi akuntansi yang disajikan
perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itulah maka pengujian oleh akuntan publik
diperlukan guna menetralisir bias yang melekat pada informasi tersebut, sehingga laporan
yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan berisi informasi yang reliable.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa:
“seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia
memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu
sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. 1 Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan
bahwa: 2 “Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut
kekhilafan (negligence); dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis laindari
kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi
dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan.”
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan
hukum terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan
keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara
kegagalan audit, dan risiko audit. Berikut ini defenisi mengenai kegagalan bisnis, kegagalan
audit dan risiko audit menurut Loebbecke dan Arens :
Kegagalan bisnis : kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidakmampu membayar
kembali utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi
ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan
yang tak terduga dalam industri itu.
Kegagalan audit : kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit yang
salah karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing yang
berlaku umum.
Risiko audit : adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
disajikan dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan
tersebut disajikan salah secara material.
Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman tersebut
menuntut suatu kesadaran dari profesi akuntan publik di mana perilaku-perilaku yang terlibat
terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah menjadi kewajiban yang nantinya
akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum
akan membawa profesi akuntan publik minimal ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang
dapat meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik.
Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan
dengan apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor menimbulkan adanya suatu
perbedaan yang disebut expectation gap. Auditor di dalam melaksanakan audit harus sesuai
dengan standar auditing yang berlaku umum sementara itu para pemakai laporan keuangan
memiliki keyakinan bahwa auditor menjamin akurasi laporan keuangan dan menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
Keyakinan yang dimiliki oleh para pemakai laporan keuangan nantinya cenderung
akan menjadi masalah ketika opini yang dikeluarkan oleh auditor pada kenyataannya tidak
sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan. Disinilah mulai hilang kepercayaan pemakai
laporan keuangan terhadap akuntan karena ketidakmampuannya mendekati harapan publik,
yang akan berakibat adanya tuntutan dan gugatan terhadap kewajiban hukum profesi akuntan
publik yang dianggap telah melakukan kesalahan di dalam memberikan opini.
5
3.2 KEWAJIBAN MENURUT HUKUM KEBIASAAN (COMMON LAW)
Common law seringkali diartikan sebagai hukum yang tidak tertulis. Hukum ini
berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas hukum yang dibuat dan disahkan oleh
pihak legislative. Common law berasal dari prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan,
alasan, dan hal-hal yang masuk akal dan bukannya hukum yang absolute, tetap dan kaku.
Prinsi-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan social masyarakat. Oleh karena itu,
perubahan pada common law merupakan tanggapan atas kebutuhan masyarakat.
Dalam kasus-kasus yang spesifik, kewajiban seorang akuntan akan ditentukan oleh
putusan pengadilan Negara bagian atau federal yang mendorong untuk diterapkannya
yurisprudensi yang dirasakan mampu mengendalikan. Karena di Amerika Serikat terdapat 51
yurisdiksi yang independen, maka mungkin akan timbul keputusan-keputusan pengadilan
yang berbeda satu sama lain untuk masalah yang relative serupa. Dalam kasus common law,
hakim memiliki fleksibilitas untuk mempertimbangkan factor-faktor social , ekonomi, politik
maupun yurisprudensi yang pernah ada. Menurut common law, kewajiban para CPA
berkaitan luas dengan dua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
6
Melanggar hubungan kerahasiaan klien
Kewajiban auditor harus atas pelanggaran kontrak dapat meluas sampai subrogee.
Subrogee ialah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui substitusi. Sebagai contoh,
jaminan karyawan dianggap merupakan bagian yang penting dari lingkungan pengendalian
intern perusahaan. Apabila terjadi penggelapan, perusahaan penjamin akan membayar
kerugian yang diasuransikan. Selanjutnya sesuai dengan hak subrogasi terhadap klaim
kontraktual yang diasuransikan, CPA dapat digugat atas kegagalannya menemukan
kecurangan tersebut.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, penggugat akan mencari satu atau lebih jalan
keluar sebagai berikut :
1. Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak,
2. Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat pelanggaran tersebut,
3. Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi yang merupakan akibat tidak
langsung atas pelanggaran tersebut.
7
b. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Kewajiban auditor kepada pihak ketiga menurut common low merupakan hal yang
penting dalam setiap pembahasan tentang kewajiban auditor. Pihak ketiga (third party) dapat
didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada di
dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum, terdapat dua kelompok pihak ketiga, yaitu :
pemegang utama dan pemegang hak lainnya. Pemegang hak utama (primery beneficiary)
adalah seorang yang namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit
dilaksanakan sebagai penerima utama laporan auditor. Sebagai contoh, pada saat surat
perikatan di tandatangani, bahwa klien melaporkan bahwa akan digunakan untuk
mendapatkan pinjaman dari City National Bank, maka bank tersebut akan menjadi pemegang
hak utama. Sebaliknya, pemegang hak lainnya (uder beneficiaries) adalah pihak ketiga yang
namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan investor potensial.
Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian kotor dan
kecurangan menurut hukum kerugian (tort law). Sebaliknya kewajiban auditor atas kelalaian
biasa pada umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.
8
Bahaya yang ditimbulkan oleh bisnis yang di jalankan dengan persyaratan tersebut sangatlah
besar sehingga dapat membangkitkan keraguan apakah tidak terdapat kesalahan dalam kaitan
tugas yang membawa konsekuensi ini. Pengadilan juga menetapkan bahwa dengan adanya
kelalaian, tidak serta merta membebaskan para akuntan dari konsekuensi kecurangan. Kasus
ini termasuk kelalaian kotor yang berbentuk kecurangan.
Pada dasarnya kasus Ultramares mendukung doktrin hubungan pribadi dalam kontrak,
dimana pihak ketiga tidak dapat mengugat auditor untuk kelalaian biasa. Namun keputusan
hakin Cardozo memberikan hak kepada para pemegang hak utama sebagai yang mengetahui
tentang kontrak. Oleh karena itu, sebagai pemegang hak utama, Ultramares dapat menggugat
dang anti rugi terhadap kelalaian biasa seorang auditor.
Sebuah analisis atas keputusan tersebut menunjukkan adanya beberapa factor
lingkungan signifikan yang secara khusus menarik dalam pandangan lingkungan hukum yang
diuraikan sebelumnya. Pertama, hakim mengakui bahwa kewajiban yang diperluas atas
kelalaian biasa kepada pihak ketiga dapat menyurutkan langkah orang-orang untuk memasuki
profesi akuntan, sehingga dapat menghalangi masyarakat mendapatkan layanan yang bernilai.
Kedua, dia menjadi takut bahwa gangguan yang lebih luas atas doktrin hubungan pribadi
dalam kontrak akan berdampak juga kepada professional lainnya sebagai pengacara atau
dokter. Ketiga, keputusan tersebut menegaskan kembali kewajiban auditor kepada pihak
ketiga atas terjadinya kelalaian kotor atau kecurangan.
9
Putusan-putusan pengadilan telah mengakui adanaya 2 kategori pihak ketiga lain
sebagai pemegang hak sebagai berikut :
1. Golongan yang telah diketahui sebelumnya (foreseen class)
2. Pihak-pihak yang telah diketahui sebelumnya (foreseeable parties)
10
memperluas konsep auditor dalam menerapkan kecermatan pada setiap pihak yang dapat
diketahui sebelumnya akan menderita kerugian keuangan karena mengandalkan penyajian
auditor. Pihak yang diketahui sebelumnya meliputi para kreditor, pemegang saham, dan
investor yang ada sekarang maupun akan datang. Sebelumnya, keadaan dapat diketahui dapat
digunakan secara luas oleh pengadilan-pengadilan yang menangani kasus-kasus kerugian
fisik. Sebagai contoh, keadaan dapat diketahui secara universal digunakan dalam kasus-kasus
kewajiban produk apabila kelalaian pabrikan menyebabkan kerugian fisik. Konsep ini
diterapkan dalam kasus kelalaian audit yang terjadi pada awal tahun 1980-an.
11
3.4 KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG PASAR MODAL
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995:
”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”
Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum Negara (statutory law) yang
ditetapkan oleh lembaga legislative pada tingkat Negara bagian atau tingkat federal. Sebagian
besar Negara bagian memiliki Undang-undang pengamanan surat berharga (blue sky laws)
yang dimaksudkan untuk mengatur penerbitan dan perdagangan sekuritas dalam suatu Negara
bagian. Biasanya Undang-undang ini mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh suatu badan pengatur yang ditunjuk.
Dua fakotr yang memberikan kontribusi pada pengungkapan yang lebih luas pada kewajiban
hukum menurut Undang-undang sekuritas dibandingkan dengan common law adalah
Undang-undang tahun 1933 memberikan hak kepada pihak ketiga tertentu yang namanya
tidak disebutkan untuk menguugat auditor atas kelalaian biasa.
Tuduhan kejahatan dapat dikenakan pada auditor menurut Undang-undang tahun 1933
maupun tahun 1934.
12
Apabila terdapat suatu bagian dari bagian manapun dalam laporan pendaftaran yang
secara efektif memuat pernyataan yang tidak benar tentang suatu fakta yang material
atau mengabaikan fakta material yang perlu dinyatakan didalamnya atau diperlukan
agar laporan tersebut tidak menyesatkan, maka setiap orang yang membeli sekuritas
semacam itu (kecuali dapat dibuktikan bahwa pada saat pembelian ia mengetahui
tentang adanya ketidakbenaran atau pengabaian semacam itu) dapat...menggugat...
Pasal 11 tersebut mencantumkan dua istilah kunci, yaitu fakta yang material (material fact)
dan laporan keuangan yang menyesatkan (misleading financial statement). Istilah tersebut
didefinisikan oleh SEC sebagai berikut :
Istilah „‟materil‟‟ apabila digunakan untuk mengubah persyaratan dalam pemberian informasi
perihal apapun, akan membatasi informasi yang diperlukan pada masalah-masalah tersebut,
dimana seorang investor yang rata-rata beriskap hati-hati harus member informasi yang
layak.
Laporan keuangan dianggap dapat menyesatkan atau tidak akurat apabila masalah material
disajaikan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang tidak
memiliki dukungan kewenangan, atau memiliki dukungan kewenangan namun pengunaanya
bertentangan dengan peraturan SEC.
Sesuai dengan ketentuan perdata dari Undang-undang tahun 1933, kerugian keuangan yang
dapat diperoleh kembali oleh seorang penggugat dibatasi pada perbedaan antara :
Apabila sekuritas tersebut telah dijual, maka jumlah yang dapat dibayarkan sebagai ganti rugi
adalah selisih antara jumlah yang dibayarkan dikurangi dengan harga jual.
13
Pengaruh utama Undang-undang ini atas pihak-pihak yang terlibat dalam suatu gugatan dapat
diringkas sebagai berikut :
Penggugat
Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan dala
mlaporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien auditor atau
tidak.
Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau laporan
keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.
Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelaum penerbitan laporan laba-rugi yang
meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan pendaftaran,
pengugat tidak harus membuktikan adanya ketergantungan pada keandalan laporan
yang tidak benar atau yang menyesatkan atau bahwa kerugian yang diderita
diperkirakan sebagai akibat laporan keuangan tersebut.
Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakukan kelalaian atau kecurangan
dalam mengesahkan laporan keuangan terkait.
Tergugat
Memiliki beban untuk menegakan kebebasan dari kelalaian dengan cara membuktikan
bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai dengan itu pemilik
dasar yang memadai untuk percaya, dan memang percaya bahwa laporan keuangan
yang disahkan adalah benar pada tanggal laporan tersebut serta pada saat laporan
pendaftaran menjadi efektif.
Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara
keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh hal lain diluar laporan yang dianggap
tidak benar atau menyesatkan tersebut.
Konsep investigasi yang memadai sering merujuk pada pembelaan berdasarkan kecermatan
(due diligence defence). Pasal 11 (c) menyatkan bahwa standar kelayakan adalah kecermatan
yang diperlukan oleh orang yang bersikap hati-hati dalam mengelola harta benda sendiri.
Bagi seorang auditor, dasar dari investigasi yang memadai atas laporan keuangan yang telah
dibuat adalah GAAS.
14
b. Securities Exchange Act Tahun 1934
Informasi keuangan tertentu, temasuk laporan keuangan, harus diaudit oleh akuntan
public independen. Karena adanya persyaratan laporan yang berulang dengan SEC, maka
Undang-undang ini sering disebut sebagai continuous disclosure act (Undang-undang
pengungkapan berkelanjutan).
Ketentuan tentang kewajiban utama dalam undang-undang tahun 1934 ini disajikan dalam
pasal 18, 10, dan 32.
15
- Pasal 10 (b) menyatakan
“Merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang yang secara langsung
maupun- tidak langsung, menggunakan atau mengoperasikan dengan cara apapun
atau dengan peralatan interstate commerce atau pos, atau penjualan setiap
-
sekuritas setiap perdangangan sekuritas nasional, dalam kaitan dengan
-
pembelian atau penjualan setiap sekuritas terdaftar pada perdagangan sekuritas
nasional
- atau setiap sekuritas yang tidak terdaftar, se tiap muslihat yang
manipulatif atau menyesatkan atau menggunakan celah pertentangan dalam
- Pasal 32(a) menerapkan
ketentuan dan peraturan yang dirumuskan oleh komisi yang memang diperlukan
dan tepat unruk digunakan dalam menjaga kepentingan publik atau untuk
Undang-undang tahun 1933 diterapkan pada penjualan perdana sekuritas yang dapat
terdiri dari modal saham dan obligasi kepada publik oleh korporasi penerbit, dimana
ekuritas di bursa sekuritas nasional. Perbedaan antara undang-undang tahun 1933 dan
1.Penggugat
2.Bukti ketergantungan untuk mengandalkan laporan keuangan yang tidak benar atau
menyesatkan
3.Kewajiban auditor atas kelalaian biasa.
16
b. Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995
Undang-undang Private Securities Litigation Reform yang disahkan kongres pada tahun
1995 dimaksudkan untuk mengurangi resiko litigasi yang ceroboh bagi auditor,
perusahaan yang menjual sekuritanya kepada publik, dan para pihak yang berafiliasi
dengan penerbit sekuritas, seperti pejabat perusahaan, direktur, serts penasehat
professional (misalnya penjamin emisi dan penasehat hukum). Reform act ini merevisi
secara substansial securities act tahun 1933 dan securities exchange act
tahun1934.ketentuan spesifik dalam Undang-undang ini akan dibahas berikut ini :
Kewajiban Proporsional
Reform act ini memperkenalkan dan memulai suatu system kewajiban proporsional
(proportionate liability) dimana seorang tergugat yang tidak „‟mengetahui tindak
pelangaran‟‟ atas hukum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasrkan suatu presentase
tanggung jawab. Hal ini dimaskudkan untuk mengurangi tekanan paksa bagi para pihak
yang tidak bersalah untuk menyelesaikan gugatan yang tidak terlampaui berat diluar
pengadilan daripada mempertaruhkan resiko bagi diri sendiri dengan kewajiban yang
tidak proporsional atas kerugian dalam kasus tersebut.
Reform act juga menutup kerugian actual yang timul menurut Undang-undang sekuritas
berdasarkan harga pembelian investor atas sebuah sekuritas dan harga perdagangan
rata-rata selama perode 90 hari setelah tanggal informasi diterbitkan yang mengoreksi
adanya salah saji dan pengabaian dalam laporan keuangan.
Reform act menetapkan persyaratan laporan baru kepada auditor yang mendeteksi atau
menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak yang
menerbitkan sekuritas. Apabila seorang auditor menyimpulkan bahwa suatu tindakan
melanggar hukum memiliki pengaruh yang material atas laporan keuangan, sementara
17
manajemen senior belum mengambil langka yang tepat, dan kegagalan tersebut menjadi
alasan penerbitan laporan yang menyimpang dari laporan standar atau bahkan
pengunduran diri auditor dari perikatan, maka auditor harus segera melaporkan
kesimpulan ini langsung kepada Dewan direksi. Selanjutnya dewan akan memberitahu
SEC dalam waktu satu hari. Apabila ternyata dewan tidak menyampaikan laporan
tersebut dengan tepat waktu kepada SEC, maka auditor harus membuat laporan kepada
SEC. secara eksplisit reform act menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas setiap temuan, kesimpulan, atau pernyataan yang dibuat dalam
laporan tersebut.
Reform Act juga memberikan kelonggaran lain bagi profesi akuntan. Undang-undang
ini :
Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil pengugat dalam suatu class
action untuk kepentingan para investor institusional yang pada umumnya memiliki
kepentingan keuangan terbesar dalam ganti rugi tersebut serta untuk mengurangi adnaya
„‟perlombaan menuju ruang pengadilan oleh para penggugat profesional‟‟ yang pada
umumnya hanya memiliki kepentingan yang paling sedikit.
18
3.5 PERTIMBANGAN- PERTIMBANGAN LAIN
1. Kewajiban Menurut Racketeer Influenced And Corrupt Organization Act (Rico)
Pada awalnya RICO merupakan konsep yang menjadi bagian dari Undang-undang
Pengendalian Kejahatan Terorganisir tahun 1970 untuk menekan lajunya kejahatan
terorganisir dalam kegiatan bisnis yang sah. RICO memuat ketentuan perdata yang
memperbolehkan semua orang yang secara pribadi menjadi korban “pola kegiatan
pemerasan” untuk menuntut ganti rugi tiga kali lipat ditambah dengan penggantian
imbalan untuk kuasa hukum. Meskipun berfokus pada kejahatan terorganisir, ketentuan
dalam RICO telah meluas sampai pada kerugian yang ditimbulkan pada kerugian yang
ditimbulkan oleh kecurangan dalam penewaran sekuritas serta kegagalan bisnis yang sah.
Para CPA seringkali menjadi tergugat berdasarkan teori bahwa keterlibatan CPA pada
penerbityan laporan keuangan yang secara material tidak benar untuk masa minimum dua
tahun dari rentang waktu sepuluh tahun dianggap termasuk pada pola kegiatan pemerasan.
Pernyataan AICPA :
19
Pernyataan SEC
1. Auditor memiliki kewajiban yang sama melampaui GAAP dan GAAS yang
spesifik atau kebiasaan profesional untuk berkomunikasi secara efektif tentang
komunikasi yang material.
2. Apabila GAAP dan GAAS ternyata memiliki kekurangan, maka SEC tidak ragu-
ragu meminta badan yang berwenang untuk menetapkan standar kinerja yang
berarti tanpa memperhatikan kesaksian para pakar pada standar nasional.
1. Apabila profesi telah menetapkan GAAS yang spesifik untuk menghadapi masalah
yang muncul, maka tugas profesional akan dibatasi pada menyesuaikannya dengan
standar, sehingga laporan keuangan dapat memberikan informasi yang wajar, dan
berati bagi investor meskipun auditor tidak mengikuti standar profesional, namun
kewajiban hanya dibebankan apabila laporan keuangan benar-benar menjadi
penyebab timbulnya kerugian bagi penggugat. Akan tetapi, apabila laporan
keuangan yang menyesatkan ternyata menimbulkan kerugian keuangan maka
pengadilan tidak akan ragu-ragu menghukum auditor meskipun terdapat bukti kuat
adanya kesesuaian dengan GAAP dan GAAS.
2. Apabila penerapan standar auditing memerlukan keahlian dalam mengevaluasi dan
menguji pengendalian intern, pengambilan sampel transaksi, dan mendapatkan
bukti yang kompeten, maka kesaksian pakar akan sangat meyakinkan. Namun, bila
sebalikny aitu terjadi maka kesaksian pakar tentang kepatuhan pada GAAP hanya
besifat persuasif saja dan bukan sesuatu yang memaksa
Sebagaimana profesi yang lain, seperti dokter dan pengacara, dewasa ini para CPA
juga menjalankan praktiknya di dalam iklim kebijakan public nasional yang sedang
menekankan pada pentingnya perlindungan bagi konsumen (masayarakat umum) dari
pekerjaan di bawah standar yang dilakukan oleh para professional. Dari hasil analisis
atas berbagai kasus pengadilan yang melibatkan para CPA, direkomendasikan
sejumlah tindak pencegahan yang perlu diambil oleh seorang CPA untuk
meminimalkan risiko terjerarat dalam litigasi, yaitu:
20
1. Menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa professional. Surat-surat
terssebut akan menjadi dasar persetujuan kontraktual serta meminimalkan risiko
kesalahpahaman tentang jasa yang telah disepakati.
2. Melakukan investigasi yang menyeluruh atas klien prospektif. Investigasi ini
penting untuk meminimalkan kemungkinan CPA dikaitkan dengan klien yang
manajemennya tidak memiliki integritas.
3. Lebih menekankan mutu jasa daripada pertumbuhan. Kemampuan sebuah
koantor akuntan public untuk menetapkan staf dengan tepatr pada suatu perikatan
merupakan hal yang penting bagi mutu pekerjaan yang akan dihasilkan.
Penerimaan tugas dengan objek usaha baru yang akan menimbulkan perlunya
kerja lembur yang berlebihan, beban kerja di atas normal, serta kurangnya
supervise dari professional yang berpengalaman sebaiknya ditolak/
4. Mematuhi sepenuhnya ketentuan professional. Kepatuhan pada Statement on
Auditing Standard (SAS) merupakan hal yang penting. Seorang auditor harus
mampu memberikan alasan terjadinya setiap penyimpangan dari pedoman yang
telah ditetapkan.
5. Mengakui keterbatasan ketentuan professional. Pedoman professional tidak
mencakup semuanya. Selainitu, pengujian subjektif atas kelayakan dan
kewajaran akan digunakan oleh para hakim, juri, dan pejabat pemerintah dalam
menimbang pekerjaan auditor. Auditor harus menggunakan pertimbangan
professional yang mantap selama audit berlangsung dan dalam penerbitan
laporan audit.
6. Menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian mutu. Kantor
CPA dan para auditor secara perorangan jelas dinyatakan bertanggung jawab atas
pengendalian mutu. Review sejawat (peer review) akan memberikan keyakinan
independen tentang mutu dan efektivitas berkanjut prosedur yang telah
dirumuskan.
7. Memperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien
dalam kesulitan keuangan. Ancaman atas keadaan klien yang tidak solven
ataupun kepailitan dapat mengarah kepada kesengajaan salah saji dalam laporan
keuangan. Banyak gugatan hukum yang dilancarrkan terhadap auditor berawal
dari kepailitan perusahaan yang terjadi setelah terbitnya laporan auditor. Auditor
harus menimbang dengan cermat kecukupan dan kompetensi bukti yang
diperoleh ketika mengaudit perusahaan tersebut.
21
Mewaspadai risiko audit. Dalam pertemuan konsultatif antara para staf AICPA dengan
Dewan Standar Auditing (ASB) yang dilaksanakan secara periodik, dibahas tentang
masalah-masalah risiko audit yang harus diwaspadai. Risiko audit yang harus
diwaspadai mengandung informasi penting tentang perkembangan ekonomi dan
kebijakan dalam industri tertentu yang dapat mempengaruhi pemeriksaan auditor dan
pertimbangan professional. Mengenali resiko audit yang harus diwaspadai akan sangat
membantu dalam menilai kelayakan dan kewajaran laporan keuangan seorang klien
dalam industri tertentu.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan
profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan
konsisten.Dalam setiap penugasan yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu bersikap
independen dan menggunakan kemahiran jabatannya secara profesional (due
professional care).
Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan tercela, seperti kolusi
(collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan (fraud) yang sangat
merugikan berbagai pihak. Semoga Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik (RUU-
AP) yang telah disusun cukup lama tersebut, segera dapat ditetapkan oleh Pemerintah
beserta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi UU-AP, sehingga akuntan publik
memiliki landasan operasional (aspek legal) yang kuat dan masyarakat (publik)
mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan malpraktik yang melanggar kode etik
profesi.
4.2 SARAN
pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan
dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu
penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter, 2003. Modern Auditing, buku
satu, edisi ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Toruan, L Henry, 2001. Tanggung jawab akuntan publik, Media Akuntansi, No.18/Juni/2001,
Penerbit Intama Artha Indonusa, Jakarta
https://syamsidiq.wordpress.com/2012/05/21/kewajiban- legal-auditor/
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8
&ved=0CCwQFjACahUKEwjrp67T8uHHAhWGcY4KHQ8qDcM&url=https%3A%2F%2F
natawidnyana.files.wordpress.com%2F2008%2F11%2Fauditing-ch-5_kewajiban-
hukum.pdf&usg=AFQjCNEpTR1gMwllSAzGqEd25gqtJ7C6Nw&bvm=bv.102022582,d.c2E
www.academia.edu/28637867/kewajiban_legal_auditor
24