Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

Diajukan Utnuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam
Ekonomi

Dosen Pengampu : Agus Sani, SE.,M.Sc

Di Susun Oleh :

YOGA PRAYUDI SIPAHUTAR

NPM : 2305180033

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA

2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Aspek Hukum
Dalam Ekonomi".Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Makalah ini.Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan, 18 April 2024

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
2.1 Analisis Hukum ................................................................................................................. 3
2.2 Tinjauan Kasus ................................................................................................................. 5
BAB III .................................................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 7
3.2 Saran ............................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi telah menjadi salah satu masalah kronis yang menghambat pembangunan
dan kemajuan negara Indonesia. Fenomena ini tidak hanya merugikan secara
ekonomi, tetapi juga menggerus kepercayaan publik terhadap sistem pemerintahan
dan menyebabkan ketidakadilan sosial yang luas. Sebagai negara yang berusaha
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memperbaiki
kesejahteraan masyarakat, Indonesia terus berjuang melawan praktik korupsi yang
merajalela di berbagai sektor, termasuk di sektor perdagangan komoditas.
Salah satu komoditas yang menjadi sorotan dalam kasus korupsi adalah timah.
Indonesia adalah salah satu produsen terbesar timah di dunia, dengan industri ini
memiliki peran penting dalam ekonomi negara. Namun, sayangnya, perdagangan
timah juga telah menjadi sasaran praktik korupsi yang merugikan negara dan
masyarakat. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan perdagangan komoditas timah
sering kali melibatkan pejabat tinggi, pengusaha, dan pihak terkait lainnya yang
memanfaatkan posisi dan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi, sementara
merugikan negara dan masyarakat.
Dalam konteks ini, kasus korupsi komoditas timah yang melibatkan suami dari
seorang public figure dan beberapa pihak lainnya menjadi sorotan publik. Tindakan
korupsi yang dilakukan dalam perdagangan komoditas timah telah menimbulkan
kerugian negara yang sangat besar, yang diperkirakan mencapai triliunan rupiah.
Kasus ini tidak hanya mencerminkan tingkat korupsi yang merajalela di berbagai
lapisan masyarakat, tetapi juga menyoroti kelemahan dalam sistem pengawasan dan
penegakan hukum yang memungkinkan praktik korupsi semacam ini terjadi.
Dalam upaya memahami akar permasalahan dan mencari solusi yang tepat untuk
mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan, penelitian mendalam terhadap
kasus korupsi komoditas timah ini menjadi sangat penting. Dengan pemahaman yang
lebih baik tentang faktor-faktor yang memfasilitasi korupsi dalam perdagangan
komoditas timah, serta identifikasi undang-undang yang dilanggar oleh tersangka,
kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk memberantas korupsi
dalam industri ini dan melindungi kepentingan negara serta masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam studi ini
adalah:
1. Apa saja faktor yang memicu terjadinya tindak pidana korupsi dalam perdagangan
komoditas timah yang melibatkan suami dari seorang public figure dan pihak
lainnya?
2. Undang-undang apa saja yang dilanggar oleh tersangka dalam kasus korupsi
komoditas timah tersebut?
3. Bagaimana cela hukum memfasilitasi tersangka untuk dengan "mudah"
melakukan tindak pidana korupsi tersebut?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis secara mendalam faktor-faktor yang memfasilitasi terjadinya tindak
pidana korupsi dalam perdagangan komoditas timah yang melibatkan suami dari
seorang public figure dan pihak lainnya.
2. Mengidentifikasi undang-undang yang dilanggar oleh tersangka dalam kasus
korupsi komoditas timah tersebut,serta menganalisis keefektifan undang undang
tersebut dalam mencegah dan menindak tindak pidana korupsi.
3. Memahami dengan lebih baik cela hukum yang memungkinkan tersangka untuk
dengan "mudah" melakukan tindak pidana korupsi, dan memberikan rekomendasi
untuk penguatan sistem hukum dan pengawasan guna mencegah terjadinya
korupsi dalam perdagangan komoditas timah di masa depan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Hukum


Kasus korupsi komoditas timah yang melibatkan suami dari seorang public figure
dan beberapa pihak lainnya merupakan contoh nyata dari bagaimana celah hukum dan
ketidaktransparanan dapat memfasilitasi terjadinya tindak pidana korupsi dalam skala
besar. Dalam melakukan tindak pidana korupsi terkait komoditas timah, tersangka diduga
melanggar beberapa undang-undang, antara lain:

A. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi.
Undang-undang ini merupakan landasan hukum utama dalam menindak
dan memberantas korupsi di Indonesia. Tindakan korupsi yang dilakukan oleh
tersangka termasuk dalam ranah pidana yang diatur dalam undang-undang ini.
Namun, penerapan undang-undang ini seringkali terhambat oleh berbagai faktor,
seperti lambatnya proses hukum, intervensi politik, dan rendahnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga penegak hukum.
B. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Tindakan korupsi juga seringkali diikuti dengan upaya pencucian uang
untuk menyembunyikan jejak dan hasil dari tindakan koruptif tersebut. Undang-
undang ini memberikan landasan hukum dalam menangani tindakan pencucian
uang yang terkait dengan kasus korupsi. Namun, dalam praktiknya, penegakan
undang-undang ini juga seringkali menghadapi kendala, seperti kurangnya
koordinasi antara lembaga penegak hukum dan kelemahan dalam sistem
pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan.
C. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Dalam melakukan korupsi terkait perdagangan komoditas timah,
tersangka juga melanggar prinsip pelayanan publik yang seharusnya dijalankan
dengan transparan, efektif, dan efisien. Undang-undang ini menetapkan standar

3
pelayanan publik yang harus dipatuhi oleh setiap penyelenggara pelayanan publik,
termasuk dalam konteks perdagangan komoditas. Namun, rendahnya kesadaran
akan pentingnya pelayanan publik yang berkualitas dan rendahnya pengawasan
terhadap pelaksanaan undang-undang ini membuatnya rentan terhadap
penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain melanggar undang-undang tersebut, terdapat faktor-faktor hukum lain yang


memfasilitasi tersangka untuk dengan "mudah" melakukan tindak pidana korupsi:

1. Ketidaktransparanan dan Ketidakcukupan Pengawasan.


Sistem pengawasan yang lemah dan kurangnya transparansi dalam proses
perdagangan komoditas timah memungkinkan tersangka untuk melakukan
tindak pidana korupsi tanpa segera terdeteksi. Pentingnya penguatan sistem
pengawasan dan pelaporan untuk mencegah terjadinya praktik korupsi dalam
perdagangan komoditas timah menjadi kunci dalam menangani masalah ini.
2. Keterlibatan Pejabat Tinggi dan Kolusi.
Keterlibatan suami dari seorang public figure dan beberapa pihak lainnya,
termasuk pejabat pemerintah, dalam skema korupsi ini menunjukkan adanya
kolusi yang memudahkan tersangka untuk melanggar hukum tanpa takut akan
tindakan hukum yang tegas. Penguatan mekanisme pengawasan dan
penegakan hukum yang independen menjadi penting untuk mengatasi
masalah kolusi dalam tindak pidana korupsi.
3. Keterbatasan Sanksi dan Penegakan Hukum yang Lemah.
Meskipun undang-undang yang ada memberikan landasan hukum untuk
menindak tindak pidana korupsi, namun seringkali hukuman yang diberikan
tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan. Selain itu, penegakan
hukum yang lamban dan rentan terhadap intervensi politik juga menghambat
efektivitas dalam memberantas korupsi. Diperlukan upaya untuk memperkuat
sanksi dan meningkatkan kapasitas lembaga penegak hukum agar dapat
bertindak lebih efektif dalam menindak para pelaku korupsi.

4
Dengan memahami faktor-faktor hukum yang memfasilitasi terjadinya tindak
pidana korupsi dalam kasus korupsi komoditas timah ini, langkah-langkah strategis dapat
diambil untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan. Penguatan regulasi,
peningkatan transparansi dan akuntabilitas, serta penegakan hukum yang tegas dan adil
menjadi kunci dalam upaya pemberantasan korupsi dalam perdagangan komoditas timah
dan sektor-sektor lainnya di Indonesia..

2.2 Tinjauan Kasus


Kasus korupsi komoditas timah yang melibatkan suami dari seorang public figure dan
beberapa pihak lainnya merupakan sorotan utama dalam ranah hukum dan politik
Indonesia. Kasus ini tidak hanya mencuat sebagai contoh nyata dari praktik korupsi yang
merajalela, tetapi juga menggambarkan kompleksitas dinamika kekuasaan, kepentingan,
dan interaksi antara aktor-aktor yang terlibat dalam perdagangan komoditas. Perdagangan
komoditas timah merupakan sektor ekonomi yang strategis bagi Indonesia, sebagai salah
satu produsen terbesar timah di dunia. Namun, ironisnya, sektor ini seringkali menjadi
arena yang rentan terhadap praktik korupsi yang merugikan negara dan masyarakat luas.

Kasus korupsi komoditas timah ini menimbulkan kehebohan di masyarakat karena


skala kerugian yang sangat besar yang diperkirakan mencapai IDR 271 Triliun. Tersangka
utama dalam kasus ini adalah suami dari seorang public figure, yang diyakini
memanfaatkan posisinya untuk melakukan tindak pidana korupsi terkait perdagangan
timah. Selain tersangka utama, beberapa orang lain juga terlibat dalam skema korupsi ini,
yang pada akhirnya merugikan negara secara signifikan. Keterlibatan sejumlah pihak
dalam skema korupsi tersebut menyoroti jaringan korupsi yang meluas dan kompleks
dalam perdagangan komoditas timah.

Kasus ini juga menunjukkan adanya keterkaitan antara sektor publik dan swasta
dalam praktik korupsi. Keterlibatan pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh bisnis
menimbulkan pertanyaan serius tentang keefektifan pengawasan dan regulasi dalam
perdagangan komoditas. Lebih lanjut, kasus ini menggambarkan bagaimana konflik
kepentingan, nepotisme, dan kolusi dapat merusak integritas dan kredibilitas lembaga -
lembaga publik serta sektor bisnis.Selain itu, kasus korupsi komoditas timah ini juga
menjadi cerminan dari tantangan dalam sistem peradilan dan penegakan hukum di

5
Indonesia. Lambatnya proses hukum, celah-celah dalam sistem peradilan, serta
kemungkinan adanya intervensi politik dan kepentingan lainnya menimbulkan keraguan
akan keadilan yang diperoleh oleh masyarakat dari proses hukum tersebut. Hal ini juga
menggambarkan perlunya reformasi dalam sistem peradilan dan penegakan hukum untuk
memastikan bahwa pelaku korupsi dapat diadili secara adil dan tuntas tanpa pandang
bulu.

Kasus korupsi komoditas timah ini mencerminkan bahwa korupsi bukanlah masalah
yang terisolasi, tetapi merupakan gejala yang kompleks dan terkait erat dengan dinamika
politik, ekonomi, dan sosial dalam masyarakat. Penanganan kasus ini bukan hanya
tentang penegakan hukum semata, tetapi juga tentang reformasi struktural dalam sistem
pemerintahan, pengawasan publik, dan budaya integritas yang diperlukan untuk
mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kasus korupsi komoditas timah yang melibatkan suami dari seorang
public figure dan beberapa pihak lainnya menjadi sorotan utama dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia. Kasus ini tidak hanya menimbulkan
kerugian keuangan yang sangat besar bagi negara, tetapi juga menggambarkan
kompleksitas dinamika kekuasaan, kepentingan, dan interaksi antara aktor-aktor
yang terlibat dalam perdagangan komoditas. Dari tinjauan kasus yang telah
dilakukan, beberapa kesimpulan dapat ditarik:
1. Korupsi Merupakan Ancaman Serius :Kasus korupsi komoditas timah
menegaskan bahwa korupsi merupakan ancaman serius bagi kemajuan dan
keberlanjutan pembangunan di Indonesia. Praktik korupsi merusak
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga publik,
serta menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
2. Keterlibatan Pejabat dan Sektor Swasta: Kasus ini menggambarkan adanya
keterlibatan pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh bisnis dalam praktik korupsi.
Keterkaitan antara sektor publik dan swasta menunjukkan kompleksitas
jaringan korupsi dalam perdagangan komoditas, serta perlunya penguatan
pengawasan dan regulasi dalam sektor tersebut.
3. Tantangan dalam Sistem Peradilan dan Penegakan Hukum : Lambatnya proses
hukum, celah-celah dalam sistem peradilan, dan potensi intervensi politik
menimbulkan keraguan akan keadilan yang diperoleh oleh masyarakat dari
proses hukum. Perlunya reformasi dalam sistem peradilan dan penegakan
hukum menjadi penting untuk memastikan bahwa pelaku korupsi dapat diadili
secara adil dan tuntas.
4. Perlunya Reformasi Struktural: Penanganan kasus korupsi komoditas timah
ini bukan hanya tentang penegakan hukum semata, tetapi juga tentang
reformasi struktural dalam sistem pemerintahan, pengawasan publik, dan
budaya integritas. Perlunya langkah-langkah konkret untuk meningkatkan

7
transparansi, memperkuat sistem pengawasan, serta memperketat sanksi
terhadap pelaku korupsi.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, beberapa rekomendasi
dapat diajukan sebagai langkah-langkah strategis dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi dalam perdagangan komoditas timah:
1. Penguatan Pengawasan dan Regulasi : Diperlukan langkah-langkah konkret
untuk memperkuat pengawasan dan regulasi dalam perdagangan komoditas
timah, termasuk peningkatan transparansi dalam proses perdagangan,
penerapan standar etika bisnis yang tinggi, dan penguatan lembaga-lembaga
pengawas.
2. Reformasi Sistem Peradilan dan Penegakan Hukum : Perlunya reformasi
dalam sistem peradilan dan penegakan hukum untuk memastikan bahwa
pelaku korupsi dapat diadili secara adil dan tuntas. Langkah-langkah untuk
mempercepat proses hukum, memperkuat independensi lembaga peradilan,
dan meningkatkan kualitas penyidikan dan penuntutan menjadi sangat
penting.
3. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat :Pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat dalam hal pengetahuan tentang korupsi, hak-hak mereka, serta
peran mereka dalam pengawasan terhadap pemerintah dan lembaga publik
menjadi kunci dalam upaya pencegahan korupsi. Masyarakat yang sadar akan
hak-haknya akan lebih cenderung untuk terlibat dalam pengawasan dan
pelaporan terhadap praktik korupsi.
4. Komitmen Politik dan Kepemimpinan : Komitmen politik yang kuat dan
kepemimpinan yang berintegritas dari para pemimpin politik, pejabat
pemerintah, dan tokoh-tokoh masyarakat menjadi kunci dalam memperkuat
upaya pemberantasan korupsi. Hanya dengan komitmen yang tulus dan aksi
nyata dari para pemimpin, maka upaya pemberantasan korupsi dapat berhasil
secara berkelanjutan.

8
Dengan mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi tersebut secara
komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan Indonesia dapat melangkah maju dalam
upaya pemberantasan korupsi dan menciptakan tatanan pemerintahan dan bisnis yang
lebih transparan, akuntabel, dan berintegritas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Klitgaard, R. (1998). Membasmi korupsi. Yayasan Obor Indonesia.

Putra, I. G., Setyawan, F., & Fahamsyah, E. (2024). TELAAH KORUPSI PT TIMAH
TBK MENURUT IMPLEMENTASI HUKUM PERUSAHAAN INDONESIA.
JURNAL LEGISIA, 16(1), 48-58.

Sadiyah, F. N. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan


Perdagangan Komoditas Pertanian di Idoneisa. Jurnal Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis, 5(3), 950-961.

Henry, I. (2020). Isu perang dagang mengancam aktivitas perdagangan komoditas


ekspor kelapa sawit. Jurnal Administrasi Bisnis, 16(2), 114-139.

10

Anda mungkin juga menyukai