MANAGEMENT
AUDIT
Di Susun Oleh :
Nama : Risman
NPM : 02272011009
Kelas / Prodi : 6A / Akuntansi
Dosen Pengampuh :
Yustiana Djaelani, SE., M.Si
Puji Dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Perilaku Dalam Management Audit” untuk memenuhi salah satu
mata kuliah management audit.
Makalah ini berisi mengenai hubungan antara manusia dalam management audit,
hubungan kerjasama antara management dengan external auditor, hubungan kerjasama
antara management auditor dengan audite, serta komunikasi dalam management audit.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari dan merasakan betapa besar bantuan dari
berbagai pihak dan sumber manapun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
Di dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari dengan sepenuh hati akan
kurang sempurnanya makalah ini, mengingat tingkat kemampuan serta pengalaman
penulis belum luas. Namun demikian, penulis berusaha keras untuk menyusun makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi,
khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil
keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data
pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan
auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor
internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat
dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang
dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi
organisasi.
Auditor merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik akan
adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para
stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan.
Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh publik atau pengguna laporan keuangan,
hal ini disebabkan untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan.
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi inilah masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai
dasar pengambilan keputusan. Guna menunjang profesionalismenya sebagai
akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal
pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit
serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan
yang diauditnya secara keseluruhan.
Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi kunci di era globalisasi
untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu
profesionalisme akuntabilitas mutlak diperlukan, dengan mensyaratkan tiga hal
utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi, yaitu keahlian,
berpengetahuan, dan berkarakter.
Profesi akuntan publik atau auditor mempunyai standar yang seharusnya
bisa mencegah terjadinya kegagalan audit. Auditor tidak boleh memihak kepada
kepentingan siapapun, sebab jika auditor memihak maka dia akan kehilangan sikap
untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya.
Fenomena konflik audit merupakan hal yang lazim terjadi di Kantor Akuntan
Publik (KAP). Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa
dikecewakan oleh pihak yang lain (French dan Allbright, 1998 dalam Renata Zoraifi,
2005:12). Auditor yang memiliki profesi sebagai penyediaan jasa pemeriksaan
laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam pekerjaannya. Hal ini
berhubungan dengan kedudukan auditor sebagai pihak independen.
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers et al, 1987 dalam Arfan Ikhsan-Muhammad Ishak, 2005:261). Konflik
audit adalah suatu situasi ketika auditor dihadapkan pada kondisi apabila klien
menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar auditing di
antaranya memaksakan opini yang tidak sesuai fakta, sedangkan secara umum
auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar auditing.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal
mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat
hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi
dengan para auditor.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Jika diperhatikan faktor ke 3 itu, maka hubungan yang terjadi memang menjadi
ikut berperan. Apalagi kalau diperhatikan bahwa selalu ada kesan bahwa kegiatan
audit seringkali disalah artikan sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan. Hal
tersebut harus selalu dicoba untuk disingkirkan dan diganti dengan pengertian yang
lebih positif. Ini hanya bisa dibina jika terdapat kerjasama yang efektif antara kedua
pihak atau dapat dihindarkan timbulnya konflik yang merugikan.
Dengan demikian pembinaan hubungan antar auditor dengan auditee harus
didasarkan pada sasaran kepentingan bersama dalam posisi mereka sebagai
anggota organisasi. Perbedaan yang ada secara fungsional tidak boleh dijadikan titik
tolak mempertentangkan posisi dalam kegiatan mencapai sasaran tersebut. Hal ini
dalam pelaksanaannya memang sulit, karena pemahaman dari para pihak baik
auditor maupun auditee yang sering kali punya persepsi yang berbeda.
3. Peran “interviewer”
Komunikasi yang akan dilakukan oleh Auditor, sering kali dalam bentuk
wawancara. Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan opini. Karena itu
internal auditor harus faham mengenai;
Konteks dari wawancara yang dilakukan
Isi dari bahan yang ingin dicarinya
Pola interogasi harus dihindarkan. Hal ini mungkin terjadi jika keterampilan
wawancara kurang dikuasai dan pewawancara kurang mampu menggali
persoalan dengan memotivasi auditee. Wawancara sebaiknya dimulai dengan
menentukan posisi kepercayaan (trust), baru kemudian diikuti dengan
penetapan berbagai aspek yang diperlukan dalam wawancara (positioning) dan
dilanjutkan dengan mengembangkan wawancara sendiri.
4. Peran “Negosiator” dan “Komunikator”
Kedua peran ini juga dijumpai pada saat melakukan auditing. Mungkin peran
komunikator akan lebih menonjol dibanding dengan negosiator. Dalam peran
negosiator, seseorang dituntut untuk terus menerus mampu menjual “posisi
auditor”, program sang auditor ataupun ide-ide -nya. Karena itu kriteria dan
materi yang harus disampaikan haruslah masuk akal. Sebaiknya jangan
memandang remeh orang lain, karena keberhasilan seorang negosiator adalah
jika ia berhasil menciptakan kondisi dimana semua fihak dapat terpenuhi
keinginannya.Sebaiknya jangan memandang remeh orang lain, karena
keberhasilan seorang negosiator adalah jika ia berhasil menciptakan kondisi
dimana semua fihak dapat terpenuhi keinginannya.
Tetaplah berpegang pada sasaran dan sebaiknya diusahakan hubungan tidak
tegang.
Lebih baik diciptakan situasi agak longgar, tetapi nantinya tidak menyesal.
Usahakan mendapat hasil yang positif dalam setiap proses, walaupun mungkin
belum tentu dapat mencapai apa yang diharapkan.
Dalam peran komunikator, posisi auditor agak berbeda. Ingatlah bahwa
sebagian besar konflik dan ketidak setujuan itu datangnya karena saling kurang
fahamnya fihak-fihak yang berkepentingan. Komunikasi bukan barang baru bagi
kita. Tetapi mendapatkan yang efektif bukanlah hal yang mudah.
Selama kumunikasi berlangsung fahamilah lawan bicara. Tetapkan strategi
atas reaksinya. Jangan cepat-cepat sampai pada kesimpulan. Berpikirlah positif
dan sikap yang terkendali merupakan sarana pentingyang harus kita jaga.
Kuasailah bahan yang dibicarakan dan berdasarkan pada fakta
Berbagai peran tersebut perlu difahami karena bisa jadi dalam berhadapan
dengan berbagai anggota manajemen, diperlukan langkah-langkah khusus. Perlu
dicatat bahwa keberhasilan dari hubungan antar manusia ini juga ditentukan
oleh peran kepribadian sang auditor sendiri.
Sifat keterbukaan, tepat waktu, tidak menjatuhkan orang dimuka umum,
bertanya secara bijak dengan wawasan yang luas dan lain-lainnya juga sangan
menentukan pengembangan hubungan yang ada.
Perlu dicatat juga pada akhirnya, walaupun auditor sudah berbuat sebaik
mungkin dengan melaksanakan hal-hal yang disarankan atau auditor memang
sudah memiliki sendiri hal-hal tersebut, namun perlu juga diingat :
Auditor perlu mendengarkan orang lain, karena wawancara adalah seni
mendengarkan orang lain. Jika itu dilakukan, jelas tidak mungkin dapat tahu
apa kata akhir yang telah diucapkan oleh lawan bicara.
Telitilah kembali hal-hal yang sudah diperoleh dan konfirmasikan oleh lawan
bicara kita.
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan
gaya yang terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba
untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga
dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka
dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu
memperbaiki operasi.
Dalam hal perubahan, konflik sering kali terjadi pada proses audit.
Konflik terjadi dalam hal lingkup (manajemen), tujuan (auditor
eksternal), tanggung jawab (layanan manajemen), dan nilai.
Ikhsan Lubis Arfan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
renny.staff.gunadarma.ac.id/.../2.PerilakuDlmAudtMa.
primaconsultinggroup.blogspot.com/.../aspek-hubung
https://ml.scribd.com/doc/59910158/ Audit-Manajemen
www.academia.edu/.../AU