Anda di halaman 1dari 4

PELANGGARAN ETIKA BISNIS

“KETERLAMBATAN LION AIR”

Tanggal 3 Februari 2017 mungkin menjadi hari yang sangat melelahkan bagi penumpang
Lion Air. Maskapakai dilaporkan mengalami Delay 10 jam dari jam keberangkatan. Delay tidak
hanya dirasakan oleh penumpang tujuan Jakarta saja namun juga dirasakan oleh penumpang
tujuan Surabaya, Manokwari, Makasar, Padang dan Medan.  Ini rincian kasus yang dirangkum
dari berbagai media massa untuk delay Lion Air dalam satu hari:

1. Penumpang Jakarta yang ingin ke Medan dengan pesawat penerbangan JT382 yang
seharusnya berangkat pukul 12.50 WIB dan J398T yang seharusnya berangkat pukul
12.30 WIB. Namun, hingga pukul 22.00 WIB, pesawat tersebut belum diberangkatkan
menuju Kualanamu, Medan. Maskapai beralasan, keterlambatan lantaran tidak adanya
pilot dan kru yang bisa dioperasionalkan untuk keberangkatan ke kualanamu yang
dikarenakan ditutupnya Bandara Adisutjipto dan Bandara Juanda, sehingga pesawat dan
crew Lion Air tertahan di bandara tersebut.
2. Penumpang Kualanamu dengan tujuan Padang dengan nomor penerbangan JT 131 yang
seharusnya berangkat pukul 13.00 WIB, namun pihak Lion Air menunda jadwal
penerbangan sampai pukul 15.40 WIB. Alasan penundaan yang terkesan dibuat-buat
tambah membuat penumpang geram, alasannya karena cuaca buruk sedangkan maskapai
lain dengan tujuan Padang bisa terbang.
3. Penumpang Bali yang ingin terbang ke Jakarta dengan nomor penerbangan JT 025 yang
seharusnya berangkat pukul 20.30 WIB. Namun, ternyata JT 025 no operate dan diganti
ke JT 027 yang belum bisa dipastikan jam berapa akan diberangkatkan. Sedangkan,
penumpang JT027 dan JT033 yang seharusnya berangkat pukul 18.15 masih memenuhi
bandara sampai pukul 22.00 WIB. Sekitar pukul 24.00 penumpang JT033 diterbangkan
dari Bali dan penumpang JT027 direncanakan terbang pada  pukul 03.00 dini hari, namun
ternyata penumpang JT027 diterbangkan pukul 7.40 WIB keesokan harinya.

Maskapai Lion Air memang memberikan kompensasi terhadap penumpang. Namun,


kompensasi yang diberikan belum benar dan sesuai aturan. Pelanggaran etika bisnis yang
dimaksud yaitu:

 Menurut Pasal 36 Permenhub 25/2008:


a. Keterlambatan lebih dari 30 menit sampai dengan 90 menit. Perusahaan angkutan udara
niaga berjadwal wajib memberikan minuman dan makanan ringan. Namun pada kasus
diatas tidak terlihat pemberian tersebut saat keterlambatan 90 menit.
b. Keterlambatan lebih dari 90 menit sampai dengan 180 menit, perusahaan angkutan udara
niaga berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan, makan siang atau malam
dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau ke perusahaan angkutan
udara niaga berjadwal lainnya, apabila diminta oleh penumpang. Untuk pemberian
makanan dan pengembalian tiket atau terbang dengan maskapai lain telah dilakukan
benar menurut undang-undang oleh pihak Lion Air
c. Keterlambatan lebih dari 180 menit, perusahaan angkutan udara barjadwal wajib
memberikan minuman, makanan ringan, makanan siang atau malam dan apabila
penumpang tersebut tidak dapat dipindahkan ke penerbangan berikutnya atau ke
perusahaan angkutan udara niaga berjadwal lainnya, maka kepada penumpang tersebut
wajib diberikan fasilitas akomodasi untuk diangkat pada penerbangan hari berikutnya.
 Menurut Pasal 10 Permenhub 77/2011:
a. Keterlambatan lebih dari 4 jam diberikan ganti rugi sebesar Rp 300.000/penumpang.

b. Diberikan ganti kerugian sebesar 50 persen dari ketentuan huruf (a) apabila pengangkut
menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan tujuan penerbangan akhir
penumpang (re-routing), dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan
atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda
transportasi selain angkutan udara

c. Dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikutnya atau penerbangan milik Badan
Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk
peningkatan kelas pelayanan (up grading class) atau apabila terjadi penurunan kelas atau
sub kelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari
tiket yang dibeli.

Intepretasi kasus :
Maskapai Lion Air telah memberikan kompensasi ganti rugi Rp 300.000/penumpang
kepada seluruh penumpang yang mengalami delay. Namun terjadi keganjilan disini. Sesuai
dengan data yang diperoleh, ada beberapa penumpang yang diberikan kompensasi di bandara
asalnya namun ada juga beberapa penumpang yang dijanjikan kompensasi di bandara tujuannya.
Penumpang Bali-Jakarta diberikan kompensasi di Bandara Bali saat pukul 01.00 WIB dini hari.
Namun penumpang Lion Air JT026 yang baru tiba dari Jakarta ke Bali, saat di Jakarta mereka
dijanjikan kompensasi Rp 300.000 yang akan dibayarkan di bandara Ngurah Rai. Namun ketika
mereka menanyakan perihal itu ke petugas bandara Ngurah Rai, petugas mengatakan akan
memberikan kompensasi tersebut dengan cara transfer. Seluruh penumpang kecewa, akhirnya
penumpang JT026 meminta jaminan transfer.
Menurut saya seharusnya etika bisnis yang secara khusus membahas tentang penerbangan
harus benar-benar diikuti. Gunakan aturan yang sudah dibuat untuk menyelesaikan masalah,
jangan membuat pernyataan yang mengada-ada ataupun menjanjikan sesuatu yang tidak bisa
ditepati. Pemberian kompensasi pun seharusnya tidak memberatkan pihak penumpang karena
pada kasus diatas penumpang lah yang menjadi korban atas keterlambatan penerbangan. Setiap
penumpang memiliki urgensi kepentingan yang berbeda beda. Jadi pihak maskapai harus mampu
melayani penumpang yan terlantar akibat keterlambatan penerbangan dengan baik agar
penumpang tetap mendapat peayanan yang nyaman dan aman selama menunggu penerbangan.
Disisi lain, penumpang pun harus lebih tegas untuk meminta kompensasi, penumpang setidaknya
harus mengetahui jenis-jenis kompensasi sesuai lamanya keterlambatan. Jadi penumpang tidak
harus menunggu 180 menit untuk kompensasi makanan bahkan penumpang seharusnya meminta
kompensasi saat keterlambatan 60-90menit yaitu berupa minuman dan makanan ringan. Sebab
itu sudah menjadi hak penumpang, sama seimbangnya jika penumpang terlambat maka tiket
akan dihanguskan oleh pihak maskapai. Jadi kedua belah pihak sebenarnya sudah diikat oleh
suatu aturan yang saling menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai