Anda di halaman 1dari 4

ANAISIS PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT PADA

PT SARIGUNA PRIMATIRTA TBK (CLEO)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pasar Modal

Oleh Kelompok

Sartika 1711011001

Mutiha Larasati 1711011025

Trivinda 1711011089

Aji 1711011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019
PT SARIGUNA PRIMATIRTA TBK (CLEO)

A. SEJARAH DAN PROFIL SINGKAT PERUSAHAAN

Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) didirikan tanggal 10 Maret 1988 dengan nama PT Sari
Guna dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2003. Kantor pusat CLEO berlokasi
di Jln. Raya A. Yani 41-43, Kompleks Central Square Blok C-1 Gedangan, Sidoarjo 61254 –
Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CLEO adalah bergerak di
bidang Air Minum Dalam Kemasan Demineralisasi (AMDK-DM) dengan merek dagang
”CLEO” yang diolah dari mata air Pegunungan Arjuna di Pandaan – Jawa Timur.

B. ANALISIS HARGA PASAR

Rencana Sariguna Primatirta untuk memecah nilai nominal saham (stock split) dengan rasio
1:5 telah mendapatkan lampu hijau dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam keterbukaan
informasi, Senin 02 Juli 2018, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) Goklas Tambunan meyampaikan Sariguna Primatirta mengirimkan surat permohonan
pemecahan nilai saham atau stock split pada 9 Juni 2018. Kemudian, pada 26 Juni 2018, BEI
memberikan surat persetujuan pemecahan nilai nominal. Dengan demikian, sejak Selasa 3
Juli 2018, jumlah efek perseroan setelah stock split menjadi 11 miliar saham dengan nominal
Rp20 dari sebelumnya 2,2 miliar saham dengan nominal Rp100 per saham.

Berikut ini merupakan harga saham CLEO setelah merealisasikan stock split
Pada penutupan perdagangan Senin 02 Juli 2018, saham CLEO turun 50 poin atau 3,94%
menjadi Rp1.220. Sepanjang tahun berjalan, harga saham perseroan meningkat 61,59%.
Artinya, pada perdagangan Selasa 03 Juli 2018, dengan rasio stock split 1:5 maka saham
CLEO akan dimulai di level Rp244.

C. STRUKTUR MODAL

PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) berencana untuk menambah modal melalui penambahan
modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau private placement.

Berdasarkan Daftar Pemegang Saham Perseroan per tanggal 31 Agustus 2018, struktur
permodalan dan kepemilikan saham Perseroan adalah sebagai berikut:

Pemegang saham mayoritas CLEO adalah PT Global Sentral Abadi (GSA), dimana GSA
inilah yang akan menjadi pembeli PMTHMET. GSA adalah salah satu anak usaha CLEO
yaitu dengan kepemilikan sebesar 51,64% sehingga pelaksanaan private placement ini
merupakan suatu transaksi afiliasi. Aksi korporasi ini akan diputuskan saat Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) pada 7 November 2018. Berdasarkan keterbukaan informasi pada
01 Oktober 2018, harga rata-rata dari harga penutupan saham CLEO dalam periode selama
25 hari bursa sebelum tanggal 1 Oktober 2018 adalah sebesar Rp 274 per saham. Sehingga
total dana yang akan diraup CLEO sebesar Rp 274 miliar.

CLEO berniat menggunakan dana hasil pelaksanaan PMTHMETD untuk memperkuat


struktur permodalan perusahaan dan untuk membayar pinjaman di bank. Rinciannya sebagai
berikut:
 Sekitar Rp 225 miliar akan digunakan untuk membayar pinjaman Bank BCA.

 CLEO akan menggunakan Rp 20,3 miliar untuk membiayai pengeluaran modal


(capital expenditure), berupa pembelian mesin dan peralatan, kendaraan, inventaris
dan instalasi pabrik serta pengeluaran untuk bangunan.

 Sedangkan, sisanya akan digunakan untuk membiayai modal kerja CLEO.

Struktur Permodalan dan Kepemilikan Saham Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Rencana
PMTHMETD

Setelah pelaksanaan PMTHMETD, kepemilikan Global Sentral Abadi akan naik dari 51,64%
menjadi 55,67%. Sedangkan kepemilikan PT Global Sukses Makmur Sentosa akan turun dari
27,91% menjadi 25,58%. Saham publik di bawah 5% akan terdilusi dari 20,45% menjadi
18,75%.

Anda mungkin juga menyukai