Anda di halaman 1dari 23

RISET PENDEK EKONOMI DAN AKUNTANSI SYARIAH

MENDORONG TRANSPARANSI PARTAI POLITIK

Dosen Pengampu :

Bapak y

Disusun Oleh:

Mr. x

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTARISI..........................................................................................................................................................i
INTISARI..............................................................................................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

1.1 LatarBelakang.................................................................................................................................................1
1.2 Permasalahan…..............................................................................................................................................2
1.3 TujuanPenulisan.............................................................................................................................................2
1.4 ManfaatPenulisan...........................................................................................................................................3
1.5 RuangLingkup Penulisan...............................................................................................................................3
BAB II TINJAUANPUSTAKA..........................................................................................................................4

2.1 Pengertian Partai Politik…............................................................................................................................4


2.2 Peran dan Fungsi Partai Politik......................................................................................................................10
2.3 Sumber Penerimaan Partai Politik………………………………………………………………………..… 11
2.4 Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Partai Politik…………………………………………..………. 12

BAB III METODE PENULISAN.....................................................................................................................15

3.1 Jenis Penulisan…...........................................................................................................................................15


3.2 PopulasiDan Sampel......................................................................................................................................15
3.3 MetodePengumpulan Data.............................................................................................................................16
3.4 TeknikAnalisis...............................................................................................................................................17
3.5 ProsedurPenulisan…......................................................................................................................................18
3.6 JadwalPenulisan.............................................................................................................................................18
INTISARI

Untuk membantu menyelenggarakan seluruh fungsinya, partai politik menerima sumber dana
dari iurananggota, sumbangan dari perseorangan dan badan usaha, serta bantuan dari negara.
Besarnya sumbangan dapatmengakibatkan partai politik terjebak kepada kepentingan
penyumbang dan melupakan misi memperjuangkankepentingan rakyat.Untuk menghindari hal
tersebut maka dibutuhkan laporan keuangan partai politik yangharus diaudit dan diumumkan
kepada publik. Namun dalam implementasi laporan tersebut masih terdapatbeberapa hambatan
yaitu: pengumuman sumbangan dari perseorangan dan badan usaha dianggap mencampuriurusan
pribadi seseorang meskipun sesungguhnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
telahmematahkan anggapan ini dengan mengamanatkan organisasi non pemerintah sepanjang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, sumbangan masyarakat
dan/atau luar negeri wajib membukainformasinya kepada publik. Hambatan berikutnya yaitu
laporan keuangan dari perseorangan dan badan usahasering tidak dilaporkan karena audit tidak
dilakukan oleh BPK melainkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)yang ditunjuk Parpol, oleh
karena itu untuk meningkatkan transparansi dan objektivitas seharusnya auditBPK mencakup
seluruh penerimaan dan pengeluaran partai politik. Kemudian Pemisahan antara
pengelolaankeuangan partai politik dengan kampanye pemilihan umum sulit untuk dilakukan,
meskipun begitu uraianterperinci mengenai sumber pemasukan dan pengeluaran partai politik
dan kampanye pemilu dapat menunjukkanpengelolaan keuangan yang sah.

Kata kunci : hak privasi; urgensi pembukuan; batasan pengelolaan keuangan.


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi
ideologidemokrasinya.Penyelenggaraan negara demokrasi seperti layaknya
gambaranmasyarakat terkait dengan demokrasi adalah diadakannya pemilihan umum
dalamperiode tertentu. Pemilihan umum sering kali menjadi tolok ukur keberhasilansistem
demokrasi di sebuah negara termasuk di Indonesia berdasarkan amanatKonstitusi Negara
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara RebpublikIndonesia Tahun 1945 selanjutnya
disebut (UUD NRI 1945) yang disepakatisebagai pedoman penyelenggaraan negara untuk
mencapai tujuan, cita-citaberbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila. Pemilihan Umum
merupakansuatu bentuk dan mekanisme penyaluran pendapat. Menurut Pasal 1 ayat (2)
UUDNRI 1945 “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurutUndang-
Undang Dasar”, demikian pula penegasan Pasal 1 ayat 3 bahwa Negarahukum memberi
kualifikasi hahwa demokrasi Indonesia bergerak dalam batasanhukum. Pelaksanaan
demokrasi bagi rakyat adalah dengan cara menentukan atauturut menentukan suatu kebijakan
kenegaraan tertentu. Kepentingan rakyat dapatdidengar dan turut menentukan proses
kebijakan kenegaraan, baik yangdituangkan dalam bentuk undang-undang maupun dalam
bentuk pengawasanterhadap kinerja pemerintahan dan upaya-upaya lain yang berkaitan
dengankepentingan rakyat. Untuk itu dalam memilihwakil-walil rakyatnya (legislatif) dan
juga memilih para pejabat publik tertentudalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan
(eksekutif), pemilu diadakan secara berkala, yaitu tiap lima tahun sekali, hal ini merupakan
wujud penyaluran aspirasi dan kedaulatan rakyat secara langsung sesuai dengan kalender
ketatanegaraan negara Indonesia. 2 Pasal 28 UUD NRI 1945 yang berbunyi Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang. Sikap dan hati nurani itu dijamin secara tegas oleh Pasal
28 E ayat (2) yang menyatakan “pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya”. Ketentuan
pasal ini dianggap sebagai fundamental, sehinggadianggap sebagai hak asasi manusia, seperti
yang ditentukan pula dalam Pasal 28 I ayat (1) Pasal itu menyatakan bahwa hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Kebebasan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pendapat, adalah condition sine qua non (pasyarat mutlak)
bagitegaknya mekanisme check and balances yang dianut oleh UUD NRI 1945.Pembagian
kekuasaan antara eksekutf legislatif, yudikatif akan bermakna bila adakewenangan untuk
saling mengimbangi diantara cabang kekuasaan itu.Kemampuan saling mengimbangi hanya
akan melaui relevansi dengan aspirasimasyarakat luas bila ada kebebasan berserikat,
berkumpul dan menyatakan pikiranbagi warga, kebebasan berserikat dan berkumpul juga
merupakan perkembanganlandasan demokrasi yang sehat. Kebebasan freedom of expression
tidak dapatdikurangi dalam keadaan apapun maka seharusnya freedom of association
sebagaipenyalurannya juga tidak dapat dikurangi, karena itu pengaturannya menurutPasal 28
dan 28 J, pengaturan dan pembatasan itu harus didasarkan atas suatureasonable ground
(alasan rasional yang masuk akal) dengan maksud untukmenjamin pengakuan, penghormatan
atas kebebasan orang lain dan memenuhituntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama,keamanan, ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokrasi .
Oleh karena itu partai politik merupakan perwujudanpartisipasi politik masyarakat dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi untukmenjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung
jawab.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dalampenelitian ini
penulis merumuskan permasalahan untuk mengatahui danmenegaskan masalah-masalah apa
yang hendak diteliti, diantaranya adalahsebagai berikut :

1. Bagaimanakah mekanisme bantuan keuangan kepada partai politik dalam peraturan


perundang-undangan Di Indonesia ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelaksanaan bantuan keuangan kepada partai
politik ?
3. Bagaimanakah tinjauan yuridis keterbukaan informasi dan akuntabilitas keuangan partai
politik terhadap publik berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku?
1.3 Tujuan
Suatu Kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak dicapaidengan
jelas.Tujuan Penelitian diperlikan untuk memberikan arah dalammelangkahdengan maksud
penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalampenelitian ini adalah :

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui mekanisme bantuan keuangan yang diberikan kepadapartai politik Di


Indonesia.
b) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan bantuankeuangan
kepada partai politik.
c) Untuk mengetahui tinjauan yuridis keterbukaan informasi danakuntabilitas keuangan
partai politik terhadap publik berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tujuan Subjektif

a) Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis di bidang IlmuHukum


khususnya Hukum Tata Negara mengenai keterbukaan informasi dan akuntabilitas
keuangan partai politik.
b) Untuk memperoleh bahan dan informasi yang dibutuhkan sebagaipenulisan karya ilmiah,
sekaligus melatih kemampuan penulis dalammenerapkan teori ilmu hukum yang
diperoleh selama masa perkuliahan.
c) Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik

1.4 Manfaat
Salah satu pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil penelitianini dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan penulisanini, yaitu bagi
penulis, maupun bagi pembaca dan pihak-pihak lain.Karena nilai dari sebuah penelitian
ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapatdiambil dari adanya penilitian tersebut. Adapun
manfaat yang penulis harapkandari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memperkaya referensi, literaturkepustakaan, selain itu
dapat di pakai sebagai bahan materi pengajaran, serta bisamenjadi sumber yang bermanfaat
bagi penelitian atau penulisan karyailmiah mendatang mengenai keterbukaan informasi dan
akuntabilitaskeuangan partai politik.

2. Manfaat Praktis
a. Memberikan manfaat dalam rangka pengembangan penalaran,pemahaman,
pembentukan pola pikir yang dinamis dan sistematis, sertamelatih sekaligus
mengetahui kemampuan penulis
b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan kontribusiatau masukan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta bermanfaat bagi masyarakatpada
umumnya dan pembaca pada khususnya.

1.5 Ruang Lingkup Penulisan


a) Teori politik, yang meliputi politik, sejarah perkembangan dan ide-ide politik.
b) Lembaga-lembaga politik, meliputi undang-undang dasar,pemerintah pusat
(nasional), pemerintahan daerah atau lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Partai Politik

Partai politik merupakan suatu keharusandalam kehidupan politik modern yang


demokratis.Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan
danmobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentumemberikan jalan kompromi bagi
pendapatyang saling bersaing, serta menyediakan secaramaksimal kepemimpinan politik secara
sah dandamai. Secara umum, dapat dikatakan bahwapartai politik adalah suatu kelompok
yangterorganisir yang anggota-anggotanya mempunyaiorientasi, nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuankelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaanpolitik dan merebut kedudukan politik,
biasanyadengan cara konstitusional untuk melaksanakankebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
MenurutSigmund Neumann dalam karangannya ModernPolitical Parties, partai politik adalah
organisasidari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untukmenguasai kekuasaan pemerintahan
serta merebutdukungan rakyat atas dasar persaingan dengansuatu golongan atau golongan-
golongan lain yangmempunyai pandangan yang berbeda.Dengandemikian, partai politik
merupakan perantara yangbesar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan danideologi-ideologi
sosial dengan lembaga-lembagapemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannyadengan aksi
politik di dalam masyarakat yang lebihluas.Austin Ranney menyatakan bahwa“politicalparties
are a special kind of political group” fundamental, sebagaiberikut:

a) They are groups of people to whom labels- “Republican”, “Communist”, “Liberal”, and
so on are generally applied by both themselves and others;
b) Some of the people are organized- that is, they deliberately act together to achieve party
goals;
c) The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organized and promote
their causes;
d) In some of their goal promoting activities parties work through the mechanism of
representative government;
e) A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office.
Berdasarkan definisi-definisi tentang partaipolitik di atas, maka basis sosiologis suatu
partaipolitik adalah ideologi dan kepentingan yangdiarahkan pada usaha-usaha untuk
memperolehkekuasaan. Tanpa kedua elemen tersebut, makapartai politik tidak akan mampu
mengidentifikasidirinya dengan para pendukungnya. Definisi partaipolitik di atas juga
menunjukkan kedudukan partaipolitik sebagai:

a. Salah satu wadah atau saranapartisipasi politik rakyat.

b. Perantara antara kekuatan-kekuatansosial dengan pemerintah.

2.2 Peran dan Fungsi Partai Politik

Dalam kepustakaan ilmu politik, seringdikemukakan bahwa partai politik


mempunyaiperanan:

1) Dalam proses pendidikan politik;


2) Sebagai sumber rekrutmen para pemimpin bangsa guna mengisi berbagai macam posisi
dalam kehidupan bernegara;
3) Sebagai lembaga yang berusaha mewakili kepentingan masyakat; dan
4) Sebagai penghubung antara penguasa dan rakyat.

Sementara itu, James Rosnau lebihmenekankan kepada fungsi partai politik sebagaisarana
penghubung antara berbagai macamkepentingan dalam suatu sistem politik.

Dalamhal ini, menurutnya ada dua peranan penting partaipolitik dalam linkage politik, yakni:

1) Sebagai institusi yang berfungsipenetratif (penetrative linkage),dalam arti sebagai lembaga


yang ikutmemainkan peranan dalam prosespembentukan kebijakan negara;
2) Sebagai reactive linkage, yaitu lembagayang melakukan reaksi atas kebijakanyang
dikeluarkan oleh negara.Dalam negara demokrasi modern, fungsipartai politik secara
umum adalah:
a) Partai politik sebagai sarana komunikasipolitik, yaitu di satu pihak
merumuskankepentingan dan menggabungkan ataumenyalurkan kepentingan
masyarakatuntuk disampaikan dan diperjuangkankepada pemerintah, sedangkan dipihak
lain juga berfungsi menjelaskandan menyebarluaskan kebijaksanaanpemerintah kepada
masyarakat (khususnya anggota partai politik yang bersangkutan).
b) Partai politik sebagai sarana sosialisasipolitik, yaitu proses dimana seseorangmemperoleh
pandangan, orientasi, dannilai-nilai dari masyarakat dimana diaberada. Proses tersebut
juga mencakupproses dimana masyarakat mewariskannorma-norma dan nilai-nilai
darisatu generasi ke generasi berikutnya.Melalui kursus-kursus pendidikan,partai politik
menanamkan nilai-nilaiideologi dan loyalitas kepada negaradan partai. Istilah sosialiasi
politikmerupakan istilah yang longgar pengertiannya, istilah yang ketat pengertiannya
adalah pendidikan politik,sedangkan yang paling ketat disebutindokrinasi politik.
c) Partai politik sebagai sarana rekrutmenpolitik, yaitu proses melalui mana partai mencari
anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses
politik. Rekrutmen politik akan menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, dan
sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi para calon pimpinan partai atau
pemimpin bangsa.
d) Partai politik sebagai sarana pengatur konflik, yaitu bahwa dalam negara demokratis yang
masyarakatnya terbuka dan plural, perbedaan dan persaingan pendapat sangatlah wajar,
akan tetapi sering menimbulkan konflik sosial yang sangat luas. Oleh karena itu, konflik
harus bisa dikendalikan atau dijinakkan agar tidak berlarutlarut yang bisa menggoyahkan
dan membahayakan eksistensi bangsa. Dalam hal ini, partai politik dapat berperan
menekan konflik seminimal mungkin.

2.3 Sumber Penerimaan Partai Politik

Secara umum, sumber penerimaan partaipolitik dalam sistem politik demokrasi berasal
dari tiga pihak.Pertama, berasal dari sumber internalpartai, seperti iuran anggota dan sumbangan
darikader partai yang duduk dalam pemerintahan danlembaga legislatif.Kedua, berasal dari
negara (APBN danAPBD) karena partai politik melaksanakan tugaspublik, setidak-tidaknya
mempersiapkan danmengajukan calon anggota DPR dan DPRD, dancalon presiden dan calon
kepala daerah, dan untukmenjamin persaingan yang adil antar-partai politikpeserta pemilu atau
antarcalon, sangat wajar pulaapabila negara melalui APBN menyediakan publicfunding, baik
yang dialokasikan secara langsungmaupun tidak langsung, baik yang diberikansebagai insentif
bagi partai untuk menjalankanfungsinya maupun sebagai upaya menjamin modaldasar minimal
yang sama antarpartai.Ketiga, berasal dari kalangan masyarakat,baik individu perseorangan
maupun organisasisosial dan badan usaha swasta. Untuk mencegahketergantungan partai politik
atau para calon kepadaanggaran negara pada satu pihak dan pada pihaklain agar partai politik
atau calon tetap menjalinhubungan interaktif dengan berbagai unsurmasyarakat, sejumlah negara
demokrasi membukakesempatan bagi partai politik untuk mendapatkansumbangan dari kalangan
swasta (private funding).Namun, untuk mencegah ketergantungan partaipolitik pada kontribusi
swasta, negara demokrasiini mengenakan sejumlah pembatasan pada jumlahmaksimal
sumbangan, baik perseorangan danorganisasi maupun perusahaan swasta.Berdasarkan kajian
komparasi, ternyata tidaksemua negara mengadopsi ketiga sumber ini. Adanegara yang tidak
melarang pemberian sumbanganindividual tetapi membatasi jumlah sumbanganindividual seperti
Ceko dan Amerika Serikat,sedangkan ada sebagian negara seperti Brazil,India, Israel dan
Meksiko yang hanya membatasisumbangan dari donatur-donatur tertentu. Sementara itu Italia
hanya membatasi sumbangan kepadaindividu yang mencalonkan diri tapi tidak
kepadasumbangan langsung kepada partai politik, dansebagian lagi membuka kesempatan bagi
partaipolitik mendapatkan dana dari masyarakat dannegara dengan derajat keseimbangan yang
berbedaantar negara, seperti Jerman dan Amerika Serikat.Tidak ada partai politik di negara
demokrasidewasa ini yang mengandalkan pembiayaan partaisepenuhnya dari iuran
anggota.13Pasal 34 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011
menetapkantiga jenis sumber keuangan partai politik, yaitu:

1. Iuran anggota

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2011, sertasemua AD/
ART partai politik menyebut iurananggota sebagai sumber pendapatan partai.Namun, prakteknya
hampir semua partaipolitik tidak melakukan pengumpulan iurananggota. Pencantuman iuran
anggota dalamundang-undang dan peraturan organisasi,lebih merupakan warisan ketentuan
lamadaripada instrumen organisasi modern. Jikaiuran anggota benar-benar hendak
dilakukan,seharusnya partai politik membuat peraturanoperasional atau peraturan teknis
(berupaperaturan organisasi atau pedoman pengurusatau petunjuk teknis ketua/bendahara,
ataubentuk lain), yang bisa digunakan sebagaipedoman menarik iuran anggota.
Peraturanoperasional ini menentukan berapa besaraniuran anggota, siapa yang
berwenangmengumpulkan (dalam arti pengurus tingkatmana), bagaimana pembagiannya,
sertabagaimana peruntukkannya.Semua itutidak ada, sehingga ketentuan iuran anggotamemang
hanya pajangan undang-undangdan AD/ART. Hal ini menunjukkan bahwatidak ada
kesungguhan dari partai untukmenggalang dana dari anggotanya.Berbeda dengan negara-negara
lain,hampir semua negara, seperti AmerikaSerikat, Jerman, Portugal, dan masih banyaklagi, yang
menekankan bahwa sumber

utama keuangan partai adalah iuran anggota.Mereka menyebutnya sebagai “UangJujur”, karena
anggota menyumbang bukanuntuk mendapatkan imbalan keuntunganatau fasilitas, tetapi karena
ingin agaridealismenya dan aspirasinya dibawakanoleh partai tempat dia menjadi anggota.15
Halini sejalan dengan hasil survei InternationalRepublican Institute (IRI) 2008 bahwa
hampir60% pemilih ternyata mau memberikansumbangan kepada partai politik.16
Indonesiaperlu untuk mencontoh pengaturan tersebut.Partai politik dalam sistem politik
demokrasiseharusnya dikelola berdasarkan prinsipdemokrasi, yaitu dari, oleh, dan untukanggota.
Disebabkan partai politik dimilikioleh seluruh anggota, dikelola oleh paraanggota atau yang
mewakilinya, baik secaralangsung maupun tidak langsung, dankegiatan partai diarahkan demi
kepentinganpara anggota, maka seharusnya sumber utamapenerimaan dana partai politik dalam
sistempolitik demokrasi adalah iuran anggota.Iuran anggota ini dikenakan dalam jumlahyang
sama untuk setiap anggota. Akan tetapi,wajar pula apabila kader partai yang dudukdalam
lembaga legislatif ataupun lembagaeksekutif memberi sumbangan kepada partaidalam persentase
tertentu yang ditetapkanpartai.

2. Sumbangan yang Sah MenurutHukum

Sumbangan yang sah menurut hukumadalah sumbangan dari perseorangan anggota, sumbangan
dari perseorangan bukananggota, sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha.Sumbangan
yang sahmenurut hukum adalah Sumbangan yangdimaksud dapat berupa uang, barang, danatau
jasa.Sumbangan dari perseorangananggota partai pelaksanaannya diatur dalamAD/ART.
Sumbangan dari perseoranganbukan anggota partai paling banyak senilaiRp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) perorang dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.Sedangkan, sumbangan dari
perusahaan dan/atau badan usaha paling banyak senilai Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima
ratus jutarupiah) per perusahaan dan/atau badan usahadalam waktu 1 (satu) tahun anggaran.
3. Bantuan keuangan dari APBN/APBD

Diberikan secara proporsional kepadapartai politik yang mempunyai kursi di DPR/DPRD


berdasarkan jumlah perolehan suara.Bantuan keuangan negara ini diprioritaskanuntuk
melaksanakan pendidikan politik bagianggota partai politik dan masyarakat, yaitu

yang berkaitan dengan kegiatan:

a. Pendalaman mengenai empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD
1945,Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
b. Pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam membangun
etika dan budaya politik.
c. Pengkaderan anggota partai politik secara berjenjang dan berkelanjutan.

2.4 Transparansi dan Akuntabilitas Pengaturan Keuangan Partai Politik

Uang merupakan kebutuhan mutlak untukproses politik demokratis, dan partai politik
harusmemiliki akses terhadap dana untuk dapat berperandalam proses politik. Proses politik
demokratistidak akan dapat berlangsung tanpa keuanganyang memadai. Partai politik tidak akan
dapatmengorganisasi dirinya, para politikus tidak akandapat berkomunikasi dengan publik, dan
kampanyepemilu tidak akan dapat dilaksanakan bila merekatidak memiliki dana yang memadai.
Bahkanuntuk konteks Indonesia, UUD Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 memberikan
penugasankepada partai politik, yaitu menjadi peserta PemiluAnggota DPR dan DPRD dan
menjadi pihak yangmengusulkan pasangan calon Presiden dan WakilPresiden (dan belakangan
UU menugaskan partaipolitik mengusulkan pasangan calon kepala daerahdan wakil kepala
daerah). Dengan tugas ini, partaipolitik tidak hanya berarti badan publik, tetapi jugapara kader
partai politiklah yang menyelenggarakantugas dan kewenangan lembaga legislatif daneksekutif.
Oleh karena itu, dana partai tidak hanyatak terhindarkan, tetapi juga diperlukan. Namun,bukan
berarti partai politik di dalam mengumpulkandana partai tanpa pengaturan. Harus ada
regulasiyang mengatur mengenai hal tersebut.Regulasi tentang keharusan transparansilaporan
keuangan, misalnya, akan dapat membantupengendalian pengaruh negatif uang dalam
prosespolitik, tetapi regulasi ini juga perlu dipersiapkandan diimplementasikan dengan baik.
Pengawasanyang efektif terhadap regulasi keuangan partai tidakhanya tergantung pada aktivitas
interaksi antarpemangku kepentingan (stakeholders), sepertiregulator, organisasi masyarakat
sipil, dan mediamassa, tetapi juga pelaksanaan prinsip transparansitersebut. Peningkatan
kesadaran publik tentangpentingnya pencegahan dan pemberantasan korupsidalam keuangan
partai politik sangat menentukanberfungsinya lembaga demokrasi.Pengaturan keuangan partai
politik harusdibedakan dengan pengaturan keuangan kampanye,meskipun dana kampanye tidak
bisa dipisahkandari keuangan partai politik karena kampanyePemilu merupakan kelanjutan dari
pelaksanaanfungsi partai politik, yaitu rekrutmen warga negaramenjadi anggota partai, kaderisasi
anggota menjadikader partai, merumuskan rencana pola dan arahkebijakan publik berdasarkan
aspirasi konstituendan ideologi partai (representasi politik), dannominasi kader partai menjadi
calon pemimpindi lembaga legislatif atau eksekutif. Selain itu,salah satu sumber dana kampanye
Pemilu adalahsumbangan dari kas Partai.17 Namun, keuanganpartai politik yang perlu mendapat
pengaturanadalah yang terkait dengan pendapatan dan belanjapartai politik untuk membiayai
kegiatan operasionalpartai politik sepanjang tahun. Kegiatan inimeliputi pembiayaan sekretariat,
rapat-rapat partai,pendidikan politik dan kaderisasi serta kegiatankeigatan unjuk publik (public
expose) yang betujuanmenjaga eksistensi partai politik, seperti perayaanulang tahun, seminar,
kajian, aksi sosial, dan lainlain.Sedangkan, pengaturan keuangan kampanyemengatur pendapatan
dan belanja kampanye yangberlangsung pada masa pemilu. Dalam hal ini semuatransaksi
keuangan yang dilakukan partai politikdan bertujuan mempengaruhi pemilih selama masapemilu,
diatur melalui pengaturan dana kampanye.Prinsip pokok pengaturan keuangan partaipolitik
adalah transparansi dan akuntabilitas. Prinsiptransparansi mengharuskan partai politik
bersikapterbuka terhadap semua proses pengelolaan keuanganpartai politik. Di sini sejumlah
kewajiban harusdilakukan partai politik, seperti membuka daftarpenyumbang dan membuat
laporan keuangan secararutin, yang mencatat semua pendapatan dan belanjapartai politik
sepanjang tahun. Tujuan membukadaftar penyumbang dan laporan keuangan kepadapublik
adalah untuk menguji prinsip akuntabilitas,yaitu memastikan tanggungjawab partai politikdalam
proses menerima dan membelanjakan danapartai politik secara rasional, sesuai etika dan
tidakmelanggar peraturan.Kewajiban untuk membuat laporan keuangansebenarnya sudah diatur
dalam Undang-UndangNo. 2 Tahun 2011, yang kemudian diatur lebihdalam Peraturan
Pemerintah No. 5 Tahun 2009tentang Bantuan Keuangan Partai Politik. Namun,aturan tersebut
tidak dipergunakan secara luas dantidak diimplementasikan dengan tegas.Di sini,penulis
mencoba untuk memberikan beberaparekomendasi terkait pengaturan keuangan partaipolitik ke
depannya.Pertama, disyaratkan setiappartai politik, baik di tingkat pusat hingga tingkatdaerah
membuat laporan keuangan tahunan yangdiumumkan ke publik dan diaudit oleh
auditoreksternal.Laporan keuangan harus dipisahkanantara pendapatan yang berasal dari
APBN/APBDdan yang berasal dari sumber di luar APBN/APBD.

Selain itu, juga perlu membuat standar laporankeuangan partai politik yang sangat rinci
dalamUndang-Undang Pemilu dalam rangka menjamintransparansi penerimaan dan pengeluaran
partaipolitik.Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 sudahmengatur bahwa partai politik wajib
menyampaikanlaporan pertanggungjawaban penerimaan danpengeluaran yang bersumber dari
bantuan APBNdan APBD kepada BPK secara berkala 1 (satu)tahun sekali untuk diaudit paling
lambat 1 (satu)bulan setelah tahun anggaran berakhir (Pasal 34A).Selain itu, pada Pasal 39 juga
sudah diatur bahwapengelolaan keuangan partai politik dilakukansecara transparan dan
akuntabel dengan membuatlaporan keuangan untuk keperluan audit dana olehakuntan publik
setiap 1 (satu) tahun dan diumumkansecara periodik. Laporan keuangan yang harusdibuat secara
periodik ini pun harus diatur secarajelas terdiri dari apa saja. Laporan keuanganperiodik bisa
diatur terdiri dari: laporan posisikeuangan, laporan aktifitas, laporan arus kas, dancatatan atas
laporan keuangan. Menurut penulis,sebaiknya tidak hanya ada kewajiban membuatlaporan
keuangan partai secara periodik saja, tetapijuga kewajiban membuat laporan keuangan
Pemilu,terutama pertanggungjawaban dana kampanye.Hampir semua negara di Afrika
mewajibkanpartai politik dalam membuat laporan keuangandengan persyaratan, yaitu pelaporan
harus cukuprinci memuat analisis yang efektif, meskipun tidakmenuntut untuk mematuhinya
yang membuatpartai-partai politik beralasan untuk tidak membuatlaporan keuangan.Namun,
banyak negara jugahanya membutuhkan laporan keuangan, baik daripihak partai politik, calon,
atau tidak dari keduanya.Memang, hanya 17 negara Afrika memiliki keduajenis persyaratan
pelaporan. Di beberapa negaralain, laporan keuangan partai harus menyertakanpendapatan dan
belanja calon yang diusulkan untukdikeluarkan secara independen dari partai. Namun,di Afrika
sendiri sedikit partai politik memilikikapasitas administratif untuk mengumpulkan
danmemverifikasi informasi-informasi tersebut.Memang, mekanisme pelaporan dana partaike
publik membuat pendonor dana takut sehinggamengakibatkan mereka tidak akan
memberikandonor keuangan kembali kepada partai politik.Namun, tanpa laporan tersebut,
memastikantransparansi dan kepatuhan terhadap peraturanlainnya secara efektif tidak mungkin,
meskipunpenyampaian laporan seperti ini tentu saja tidak adajaminan bahwa tujuan akan
tercapai karena laporantersebut mungkin saja tidak benar. Oleh karenaitu, ada beberapa negara di
Afrika yang membuatpengaturan, yaitu untuk meminta sumbangan di atasbatas tertentu harus
dilaporkan.Misalnya, di Liberiadan Lesotho.Sumbangan di bawah $10 hanyadilaporkan dalam
bentuk ringkasan, sedangkandalam sumbangan di atas $44,000 harus dilaporkanke Komisi
Pemilu dalam waktu tujuh hari sejakditerima sumbangan tersebut.18 Sekiranya Indonesiabisa
mencontoh pengaturan pelaporan keuanganpartai politik seperti di Afrika tersebut.Meskipun
sudah ada pengaturan kewajibanmembuat laporan keuangan partai, di dalamUndang-Undang
Pemilu maupun Undang-UndangPartai Politik belum mengatur mengenai standarlaporan
keuangan partai politik. Dengan diaturnyastandar laporan keuangan partai politik, maka
akanterjadi keseragaman pemahaman antar partai politikmengenai pembuatan laporan keuangan
partai. Jikapun partai politik berkehendak membuat laporan,mereka mengalami kesulitan karena
tidak adanyaformat laporan keuangan yang harus mereka buat.Hal ini berbeda dengan Undang-
Undang No. 2 Tahun1999 dan Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 yangdiikuti oleh pedoman
penyusunan laporan keuangantahunan partai politik yang masing-masing disusunoleh MA dan
KPU. Undang-Undang No. 2 Tahun2011 menyebutkan partai politik wajib membuatlaporan
keuangan untuk keperluan audit danameliputi:

(a) laporan realisasi anggaran partaipolitik;

(b) laporan neraca, dan;

(c) laporan aruskas.

Bagi kalangan keuangan, apa yang dimaksuddengan laporan realisasi anggaran partai
politik,laporan neraca, dan laporan arus kas, mungkinsudah jelas. Namun, belum tentu pengurus
partaipolitik mengerti betul apa yang dimaksud denganketentuan-ketentuan tersebut, meskipun
rumusanundang-undang itu dibuat oleh wakil-wakil partaipolitik di DPR.Selain itu, guna
memudahkan proses auditing,laporan realisasi anggaranpartai politik, laporanneraca, dan laporan
arus kas membutuhkan formatstandar. Mengenai siapa yang membuat formatlaporan ini, undang-
undang tidak menyebutkannya.Dalam rangka mendapatkan laporan keuangan yangkredibel juga
diperlukan sistem kelola keuanganyangbaku. Standar laporan keuangan partai harusdiatur
mengenai: (a) sumber penerimaan partai,termasuk di dalamnya identitas lengkap setiapsumber
penerimaan, jenis dan jumlah sumberpenerimaan, (b) pembangunan unit usaha, (c)batasan
jumlah biaya kampanye, (d) pemisahan danarutin dan dana kampanye, (e) pengaturan dana rutin,
(f) keterbukaan laporan keuangan, (g) keterbukaandana partai, dan (h) sanksi atas pelanggaran
aturan.Selain pengaturan kewajiban membuatlaporan keuangan partai dan laporan Pemilu,
jugaperlu mewajibkan partai politik membuat daftarpenyumbang dan menyimpan laporan
tersebut dalamfile agar bisa diakses oleh publik. Keterbukaan tidakhanya berlaku bagi
penerimaan yang bersumberdari APBN dan APBD saja, tetapi juga sumbangansumbangan lain
yang diterima partai, karena Pasal35 ayat (2) Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 sudahmengatur
bahwa sumbangan yang diterima partaipolitik didasarkan pada prinsip kejujuran,
sukarela,keadilan, terbuka, tanggungjawab, kedaulatan, dankemandirian partai politik. Hampir
semua negaramewajibkan partai politiknya untuk mengumumkankepada publik jumlah
sumbangan dan daftarsumbangan yang diterima partai politik kepadapublik.Argentina
membolehkan tidak diumumkansampai jangka waktu 3 (tiga) tahun setelahPemilu berlalu.Afrika
Selatan tidak mewajibkanketerbukaan ini tetapi publik bisa mendapatkaninformasi mengenai
keuangan partai politik lewatundang-undang hak atas informasi. Indonesia bisamencontoh
pengaturan hukum dari negara-negaralain terkait keterbukaan dana partai yang diterima.Selain
itu, juga dalam Pasal 28F UUD NRI Tahun1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untukmengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya,serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,dan menyimpan informasi dengan
menggunakansegala jenis saluran yang tersedia. Hak untukmemperoleh informasi merupakan
hak asasimanusia sebagai salah satu wujud dari kehidupanberbangsa dan bernegara yang
demokratis.Kedua, pada pasal 39 Undang-Undang No. 2Tahun 2011 mengatur bahwa
pengelolaan keuanganpartai politik yang diaudit oleh akuntan publikakan diumumkan secara
periodik. Kemudian,pada bagian penjelasan pasal 39 disebutkan bahwapengumuman tersebut
dilakukan melalui mediamassa. Di banyak negara demokrasi lain, lembagapengawasan dana
politik berhak dan mempunyaikepentingan untuk mengumumkan laporan yangmereka terima
dari parpol dan peserta pemilu. Untukmengumumkan laporan tersebut, mereka padaumumnya
memakai jasa internet. Dengan demikian,media dan masyarakat umum bisa memeriksaapakah
data yang dilaporkan oleh parpol sesuaidengan apa yang mereka amati sendiri di
lapangan.Misalnya, FEC (Federal Election Commission) diAmerika Serikat sering memulai
proses investigasiterhadap seorang calon hanya setelah mendapatkanpengaduan dari masyarakat
bahwa laporan resmiyang dipublikasikan di internet tidak sesuai denganfakta
sebenarnya.Perbandingan dengan Jerman, laporankeuangan parpol juga dipublikasikan di
internet,dan kemungkinan pelanggaran bisa dilaporkanlangsung kepada kantor Ketua DPR, yang
di Jermanbertanggungjawab atas pengawasan dana parpol.Oleh karena itu, sekiranya Indonesia
bisa mengikuticontoh negara demokrasi tersebut dan membuatbeberapa peraturan baru yang
mengatur penggunaaninternet (misalnya, melalui website KPU) sebagaisalah satu unsur utama
pengawasan dana politik.Dengan adanya publikasi melalui website maupunmedia massa,
undang-undang perlu memberikankewenangan kepada KPU untuk dapat melakukanpenyelidikan
lebih lanjut bila ditemukan bukti awalpenyimpangan dalam hasil audit tersebut, yangkemudian
KPU bisa meneruskan laporan tersebutkepada penegak hukum apabila penyimpangantersebut
termasuk kategori pidana pemilu. KPUdapat mengenakan sanksi sesuaidengan undangundang
jika penyimpangan tersebut termasukkategori pelanggaran administrasi pemilu.Ketiga, perlu
dibentuk lembaga pengawasanmengontrol kesungguhan partai politik dalammemenuhi
kewajiban membuat laporan keuangantahunan.Undang-Undang No. 2 Tahun 2011belum
mengatur kewajiban partai politik untukmenyampaikan laporan keuangan tahunan itukepada
institusi manapun. Memang, di dalam Pasal14 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2009
diaturbahwa laporan pertanggungjawaban penerimaandan pengeluaran keuangan yang
bersumber daridana bantuan APBN/APBD secara berkala 1 (satu)tahun sekali disampaikan
kepada:

1. Pemerintah melalui Menteri DalamNegeri oleh Partai Politik tingkatpusat;

2. Gubernur oleh Partai Politik tingkatprovinsi; dan

3. Bupati/walikota oleh Partai Politiktingkat kabupaten/kota.

Namun, hal itu hanya berlaku bagi sumber danabantuan berasal dari APBN dan APBD,
sedangkanuntuk laporan pertanggungjawaban sumber danayang berasal dari iuran anggota dan
sumbangansumbangan tidak diatur lembaga mana yangdiberikan laporan pertanggungjawaban
tersebut.Oleh karena itu, apabila di kemudian hari dibentukPeraturan Pemerintah sebagai
peraturan pelaksanaandari Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 bisa diaturlebih terperinci lagi
lembaga mana yang akandiserahi laporan keuangan dari sumber-sumberdana yang diperoleh
partai politik. Selain itu, jugaperlu melibatkan pihak LSM yang mewakili elemenmasyarakat
dalam mengawasi transparansi danakuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik.Tujuan
adanya lembaga yang melakukanpengawasan terhadap laporan keuangan partaipolitik adalah
untuk memudahkan mekanismekontrol serta penjatuhan sanksi terhadap partaipolitik yang tidak
memenuhi kewajiban membuatlaporan keuangan tahunan, karena akan segeradiketahui partai
politik mana yang telah menunaikankewajiban membuat laporan keuangan tahunan, danpartai
politik mana yang tidak membuat laporankeuangan tahunan.Keempat, pengaturan mengenai
sanksiyang dijatuhkan bagi partai politik yang tidakmembuat laporan keuangan
partaidiperlukanada.Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 belummengatur mengenai sanksi yang
tegas bagi partaipolitik yang tidak membuat laporan keuanganpartai.Bahkan, beberapa pengurus
partai politikyang mengikuti diskusi terbatas untuk membahasmasalah ini, mengakui pihaknya
tidak pernahmengetahui keberadaan laporan keuangan tersebut.Mestinya hal itu diketahui
bendahara partai politik,tetapi ketika bendahara partai politik ditanyakanitu, jawabannya tidak
tahu juga.Pada acara-acararesmi partai politik, seperti mukernas atau rakernas,atau rapat DPP
yang digelar setiap bulan, jugatidak pernah membahas tentang laporan keuanganpartai
politik.Tidak heran jika dalam dikusi terbatasdengan pengurus partai politik, beberapa
penguruspartai politik mengaku terang-terangan partainyatidak pernah membuat laporan
keuangan tahunan.Pasal 47 Undang-Undang No. 2 Tahun2011 sudah mengatur mengenai sanksi
bagipartai politik yang tidak menyampaikan laporanpertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluarankeuangan yang bersumber dari dana bantuan APBNdan APBD secara berkala 1
(satu) tahun sekali, yaitudikenai sanksi administratif berupa penghentianbantuan APBN dan
APBD sampai laporan diterimaoleh pemerintah dalam tahun anggaran berikutnya.Namun, sanksi
tersebut hanya berlaku bagi keuanganpartai yang bersumber dari dana bantuan APBN danAPBD,
sedangkan sumber dana partai politik tidakhanya berasal dari negara saja, tetapi juga ada
dariiuran anggota dan sumbangan-sumbangan. Sumberdana berupa sumbangan-sumbangan
inilah yangperlu mendapat perhatian.Jimly Asshiddiqie mengatakan pengelolaandana partai
politik ini tak sekedar terbuka, tapi jugaharus disertai dengan sanksi yang mengikat.
Sanksiseperti pembekuan sampai pembubaran partaipolitik juga harus diberikan kepada partai
politikyang tidak transparan pengelolaan dananya.Sebagian besar negara memberlakukan
sanksiadministratif terhadap partai politik yang melanggaraturan-aturan keterbukaan laporan
keuangan dandana partai. Sanksi administratif ini dari mulai yangterberat, seperti dibubarkannya
partai, yang sedangseperti tidak dizinkan mengikuti Pemilu atau yangringan seperti tidak
mendapatkan subsidi darinegara.Sebagian besar negara juga memberlakukansanksi pidana
terhadap pelanggaran-pelanggaranini dan prosesnya melalui pengadilan pidana.Negara-negara
yang memberlakukan sanksi pidanaini antara lain Amerika Serikat, Inggris, Jerman,Ceko,
Kanada, Portugal, Filipina dan Thailand.DiIndonesia perlu ada pengaturan sanksi bagi
partaipolitik yang tidak membuat laporan keuangan partaidan yang terlambat membuat laporan
keuangantersebut, apakah berupa sanksi administratif,misalnya bisa sampai pemberlakuan sanksi
berupatidak bisa menjadi peserta pemilu yang selanjutnya,atau bisa sanksi pidana.Sanksi pidana
menjadi sesuatu yang tidakmustahil untuk diberlakukan bagi partai politikyang tidak menerapkan
transparansi penggunaandana. Indonesia telah mempunyai sanksi pidanaterhadap badan hukum
(korporasi).Partai politikmerupakan badan hukum yang menjadi subyekhukum. Seperti yang
lazim diatur dalam sistemhukum berbagai negara, dalam Article 2 clauseUndang-Undang
tentang Partai Politik Jerman. Akan tetapi,sebagai badan hukum, partai politik itu tidak
dapatberanggotakan badan hukum yang lain. Yang hanyadapat menjadi anggota badan hukum
partai politikadalah perorangan warga negara sebagai natuurlijkepersoons.Status partai politik
sebagai badanhukum itu sangat penting dalam hubungan dengankedudukan partai politik itu
sebagai subyek dalamlalu lintas hukum.Oleh karena itu, sebagai subyekhukum, partai politik
dapat dikenakan sanksi pidanakorporasi apabila melanggar norma-norma hukumyang berlaku
terkait transparansi pemasukan danpengeluaran partai.Pemberlakuan sanksi yang tidak
diimbangidengan kesadaran dari anggota partai politikdan pengawasan dari semua elemen
masyarakatmenjadi sesuatu hal yang mustahil untuk dilakukan.Oleh karena itu, pemerintah perlu
terus melakukansosialisasi kepada anggota partai politik, khususnyapengurus partai politik
mengenai pentingnya prinsipketerbukaan dan akuntabilitas dalam pengelolaankeuangan partai,
karena akan memberikankepercayaan kepada stakeholders, khususnyakepada publik. Dengan
kepercayaan publik, makaorganisasi partai politik menjadi kuat.
BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan atau
studi literatur dimana peneliti mengandalkan berbagai literatur untuk memperoleh data penelitian
dan menggunakan pendekatan kualitatif.Pada penelitian ini, penelitian dilakukan dengan
memanfaatkan kajian-kajian yang mana serupa atau berhubungan.Penggunaan pendekatan ini
disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis mengenai
Mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pada praktek pendanaan partai politik.

Metode Studi Pustaka adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang lokasi dan tempat
penelitiannya dilakukan di pustaka, dokumen, arsip, dan lain sejenisnya.Dalam ungkapan
Nyoman Kutha Ratna metode kepustakaan merupakan metode penelitian yang pengumpulan
datanya dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan.

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan
secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan.Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci.Penelitian deskriptif merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partai Politik yang ada di Indonesia.
Sedangkan untuk pemilihan sampel pada penelitian ini hanya berupa dokumen-dokumen yang
berasal dari website resmi partai,jurnal ilmiah,serta penelitian penelitian yang telah dilakukan
terlebih dahulu.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data yang dibutuhkan,penulis dalam penelitiannya menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :

1. Tinjauan Literatur

Penulis melakukan pengumpulan data dengan membaca dan mencatat, serta mengelolah
buku buku, artikel,jurnal yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian yang
dibahas dalam penelitian ini.

2. Studi Pustaka

Penulis melakukan pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil penelitian
juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka merupakan Maka dapat dikatakan
bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.

D. Teknik Analisis

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti penulis merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan
pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi ini nantinya akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui
studi literature dan tinjauan pustaka dimana data tersebut kemudian dirangkum, dan
diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.

b. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau menyajikan data.
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan
adalah teks yang bersifat naratif.(Sugiyono,2005:95).

c. Conclusion Drawing/Verification (Simpulan/Verifikasi)


Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif dimana dilakukan
penarikan kesimpulan dan verifikasi.

E. Prosedur Penulisan

Prosedur penulisan karya ilmiah yang berjudul “Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
pada Praktek Pendanaan Partai Politik” dijelaskan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan Merupakan ringkasan dari keseluruhan isi penelitian yang dilakukan beserta
gambaran dari permasalahan yang diangkat. Berisi latar belakang,rumusan masalah,tujuan
penelitian,manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka Membahas tentang Pengertian Partai Politik,Peran dan Fungsi Partai
Politik,Sumber Penerimaan Partai Politik,serta Transparansi dan Akuntabilitas Pengaturan
Keuangan Partai Politik.

Bab III Metode Penulisan Mengurai tentang jenis penulisan,populasi dan sampel, metode
pengumpulan data,teknik analisis, dan bagaimana prosedur dalam penulisan karya ilmiah ini.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang penguraian hasil beserta
pembahasannya dari penelitian yang telah dilakukan tentang transparansi dan akuntabilitas partai
politik di Indonesia.

Bab V Kesimpulan Bab ini berisi kesimpulan tentang penguraian hasil dan pembahasan atas
penelitian yang telah dilakukann beserta saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

F. Jadwal Penulisan

Waktu Penulisan karya ilmiah ini dimulai dari Akhir Maret 2022 s/d awal Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai