MAKALAH
PARTAI POLITIK DAN SISTEM
PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
Dosen Pengampu :
Dr. Maswir, M.H
Kelompok 10 :
Muhammad Wahyudi Hasibuan ( 12120414400 )
Muhammad Umar ( 12120412577 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Partai politik dan sistem pemilu di indonesia” ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah “Partai politik dan sistem pemilu di indonesia” ini Penyusun akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang Penyusun miliki masih sangat kurang. Oleh
karena itu, Penyusun harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan.............................................................................................. 4
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
A. Bagaimana pengertian partai politik......................................... 5
B. Bagaimana peran dan fungsi partai politik.................................. 6
C. Bagaimana sistem pemilihn umum................................................ 11
BAB 3 PENUTUPAN.............................................................................................. 20
A. Kesimpulan...................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 21
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Budiardjo partai politik adalah sekelompok orang yang
terorganisasir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-
cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk
melkasnakan programnya. Sedangkan menurut Giovani Sartori partai politik adalah
suatu kelompok poloitik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan
umum itu mampu menempatkan calon-calonya untuk menduduki jabatn-jabatan
politik.Salah satu wujud dari penyelenggaraan demokrasi adalah dengan pemilihan
umum.Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat
dapat berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya.
Pemilihan umum adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan.
Pemilu adalah pengejewantahan sistem demokrasi, melalui pemilihan umum rakyat
memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen, dan dalam struktur pemerintahan.
Ada negara yang menyelenggarakan pemilihan umum hanya apabila memilih wakil
rakyat duduk dalam parlemen, akan tetapi adapula negara yang juga
menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih para pejabat tinggi
negara.Umumnya yang berperan dalam pemilu dan menjadi peserta pemilu adalah
partai-partai politik. Partai politik yang menyalurkan aspirasi rakyat dan mengajukan
calon-calon untuk dipilih oleh rakyat melalui pemilihan itu. Dalam ilmu politik
dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi umumnya berkisar
pada dua prinsip pokok, yaitu: singel member constituency (satu daerah pemilihan
memilih satu wakil, biasanya disebut sistem distrik). Multy member constituenty
(satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan proporsional
representation atau sistem perwakilan berimbang)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik ?
2. Bagaimana peran dan fungsi politik ?
3. Bagaimana sistem pemilihan umum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui politik
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi politik.
3. Untuk mengetahui sistem pemilihan umum.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Edmund Burke (2005) partai politik adalah lembaga yang terdiri
dari atas orang-orang yang bersatu, untuk memperomosikan kepentingan nasional
secara bersama-sama, berdasarkan prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka
setujuai. Menurut Lapalombara dan Anderson (1992) partai politik adalah setiap
kelompok politik yang memiliki label dan organisasi resmi yang menghubungkan
antara pusat kekuasaan dengan lokalitas, yang hadir saat pemelihan umum, dan
memiliki kemmapuan untuk menmpatkan kandidat pejabat publik melalui
kegiatan pemilihan umum, baik bebas maupun tidak bebas.
Partai politik disebut sebagai sarana pembuat kebijakan apabila partai yag
bersangkutan merupakan mayoritas dalam badan perwakilan atau memegang
tampuk pemerintahan.Akan tetapi jika sebuah partai politik hanya berkedudukan
sebagai partai oposisi, ia tidak dapat dikatakan sebagai sarama pembuatan
kebijakan sebab fungsinya hanya mengkritik kebijkasanaan-kebijaksanaan yang
di buat oleh pemerintah.
Sistem paersaiangan politik dan control media masa membuat partai poltik
perlu melakukan tranformasi diri. Berbagai cara lama yang sering berkembnag di
seperti manipulasi, tekanan,eksploitasi tidak relevan lagi untuk digunakan .
Sehingga perlu di pikirkan cara-cara baru untuk memenangkan persaiangan
politik. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa untuk memenangkan persaiangan
politik tidak dapat dicapai dalam waktu yang cepat dan instan. Apalagi untuk
emmbangun kepercayan publik .atau dukungan publik, dan komitmen publik
untuk mendukung suatu partai politik. Oleh karena itu bagaimana membuat partai
politik dapat berlangsung lama(sustanaible). Hal ini harus dilakuakn dengan
menciptakan profesionalisme politik pada organisasi dan para politisinya.
tanggungjawab sebagai elit partai atau politisi. Tentunya hal ini diharapkan dapat
membnatu partai politik dan politisi dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Bagi Hobes , hanya terdapat satu macam kotrak politik yaitu pemerintahan
dengan jalan mana segenap individu menyerahkan semua hak-hak kodrat mereka
yang dimiliki ketika hidup dalam keadaan alamiah, kepada seorang atau
sekelompok orang yang di tunjuk untuk mengatur kehidupan mereka. Negara atau
pemerintah harus di berikan kekuasaan yang mutlak sehingga kekuasaan negara
tidak dapat ditandingi atau di saingi oleh kekuatan apapun.
13
Dari pemikiran tentang konrak poltik yang di kemukakan oleh Thomas Hobe,
tentang teori konrak politik, dapat di pahami bahwa kontrak politik antara masyarakat
dengan negara atau pemerintah, dalam rangka pemebntukan negara dan pelaksanaan
kekuasaan politik, berdasarkan pada suara mayoritas dalam proses yang demokrasi. Bentuk
kontrak politik terlihat pada penyelenggaraan pemilihan umum scara deomkrasi. Yaitu
setiap invidu memiliki kebebasan dan keseteraan untuk memberikan kedaulatannya para
kandidat yang mencalonkan diri baik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Anggota
Parlemen maupun sebagi kepala daerah dan wakil Kepala daerah.
Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam kata lain, Pemilu
adalah pengejawantahan penting dari “demokrasi prosedural”. prosedur utama
demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang bakal
mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat sejalan dengan semangat demokrasi secara
subtansi atau “demokrasi subtansial”, yakni demokrasi dalam pengertian pemerintah
yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah
yang memegang kekuasaan tertinggi.
Berdasarkan uraian di atas, Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik
untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pemerintahan perwakilan (representative government). Secara sederhana, Pemilihan
Umum didefinisikan sebagai suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang
yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan.
1. Sistem Distrik
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan didasarkan atas
kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena
kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat.
Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil
rakyat dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang di
14
dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak dikatakan pemenang, sedangkan suara-
suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dianggap hilang dan tidak diperhitungkan
lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahannya.
a. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Distrik
1) Keuntungan Sistem Distrik
• Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena
kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini
akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan
yang ada dan mengadakan kerja sama, sekurang-kurangnya menjelang
pemilihan umum, antara lain melalui stembus accord.
15
Banyak atau sedikitnya kursi yang diraih adalah ditentukan oleh jumlah suara yang diraih
masing-masing parpol atau orsospol peserta pemilihan umum. Calon terpilih untuk
menjadi wakil rakyat duitenukan berdasarkan nomor urut calon yang disusun guna
mewakili orsospol pada masing-masing daerah. Inilah yang disebut perhitungan suara
secara proporsional, bukan menurut distrik pemilihan (yang pada setiap distrik hanya aka
nada satu calon yang terpilih).
16
2) Pemilu 1977
Pemilu 1977 diselenggarkan dengan berlandaskan pada Undang-
Undang No. 4 tahun1975 tentang Pemilihan Umum pengganti UU No.
15 tahun 1969, dan UU No. 5 tahun 1975 pengganti UU No. 16 tahun
1969 tentang Susunan dan Kedudukan PR, DPR dan DPRD. Selain
kedua UU tersebut, Pemilu 1977 juga menggunakan UU No. 3 tahun
1975 tentangv Partai Politik dan Golongan karya. Berdasarkan ketiga
UU itulah diselenggarakan Pemilihan Umum pada tanggal 3 Mei 1977
dengan diikuti oleh 3 Organisasi Peserta Pemilu (OPP), yakni dua
Partai Politik dan satu Golongan Karya.
18
3) Pemilu 1982
Dengan UU No. 2 tahun 1980 pengganti UU No. 4 tahun 1975 tentang
Pemilihan Umum, Indonesia kembali menyelenggarakan Pemilihan
Umumnya yang keempat pada tanggal 4 Mei 1982.
4) Pemilu 1987
Dengan UU No. 1 tahun 1985 penggantinUU No. 2 tahun 1980,
Indonesia menyelenggarakan Pemilihan Umum yang kelima tahun
1987. Pemungutan suara Pemilu 1987 secara serentak dilaksanakan
pada tanggal 23 April 1987.
5) Pemilu 1992
Mengingat UU No. 1 yahun 1985 ini dianggap masih sesuai dengan
perkebangan politik Orde Baru, tahun 1992 diselenggarakan Pemilu
keenam di Indonesia berdasarkan paying hokum yang sama dengan
paying hokum Pemilu sebelumnya. Pemungutan suara diselenggarakan
secara serentak pada tanggal 9 Juni 1992
6) Pemilu 1997
Dengan paying hokum (undang-undang Pemilu) yang sama dengan
Pemilun sebelumnya, Indonesia kembalinmenyelenggarakan Pemilu
yang ketujuh.
c. Pemilu Era Reformasi
Pasca jatuhnya pemerintahan Orde Baru tahun, 21 Mei 1998, rakyat
Indonesia telah menyelenggarkan tiga kali Pemilu, yakni Pemilu 1999,
Pemilu 2004 dan Pemilu 2009.
1) Pemilu 1999
Pemilihan Umum 1999 ditujukan untuk memilih anggota DPR dan
DPRD. Pemungutan suaranya dilaksanakan pada taggal 7 Juni 1999.
Pemilu ini diikuti oleh 48 Partai dengan berlandaskan UU No. 2 tahun
1999 tentang Partai Politik dan Ubdang-Undang No. 3 tahun 1999
tentang Pemilihan Umum. Pemilu 1999 ini disebut oleh banyak
kalangan sebagai Pemilu paling Demokratis setelah Pemilu 1955. Cara
pembagian kursi hasil Pemilu kali ini tetap menggunakan system
proporsional dengan mengikuti Varian Roget. Dalam system ini,
sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang
diperolehnya di daerah pemilihan, termasuk perolehan kursi
berdasarkan the largest remainder.
2) Pemilu 2004
Pemilu ini berbeda dengan pemilu sebelumnya, termasuk Pemilu
1999. Hal ini dikarenakan selain demokratis dan bertujuan memilih
anggota DPR dan DORD, Pemilu 2004 juga memilih Dewan
Perwakilan daerah (DPD) dan memilih Presiden dan Wakil Presiden
tidak dilakukan secara terpisah. Pada Pemilu ini, yang terpilih adalah
pasangan calon (pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden). Bukan
calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara terpisah.
Pemilu ini dibagi menjadi maksimal tiga tahapan:
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya.
Pemilihan umum adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan.
Dalam ilmu politik sendiri dikenal bermacam-macam sistem Pemilihan Umum dengan
berbagai variasinya, akan tetapi pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:
Single-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya disebut
Sistem Distrik) Multy-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil;
biasanya dinamakan sistem perwakilan berimbang atau Sistem Proporsional).Dan Indonesia
sendiri menganut sistem pemilihan umum multy member constituency. Dalam kurun waktu
67 tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum
sebanyak sepuluh kali, dimulai dengan Pemilihan Umum tahun 1955 hingga yang paling baru
adalah Pemilihan Umum yang dilaksanakan Tahun 2009.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis masih banyak kekurangan, utuk itu kami dari
kelompok 2 meminta saran dan kritik nya jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah ini, terimakasih.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://adm.fisip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/BAHAN-AJAR-PARPOL-
DAN-PEMILU-dikonversi.pdf.
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish, Yogyakarta, 2015.
Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13, Nomor
2, 2016.
Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan
Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain
Dengan Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1, Nomor 1,
2019.
22