Anda di halaman 1dari 15

REKRUTMEN POLITIK

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen Pengampu :

Khoirul Huda S.sos, M. Sos.

Disusus oleh kelompok 4:

ANDRE SELAMAT SINAGA( 0404222032)

REYZA DIAN ISNAINI PRASETYA (0404223052)

PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikam kami
rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perilaku
Politik di Indonesia yang berjudul “Rekrutmen Politik ” .

Dalam pembuatan makalah ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar
makalah ini dapat diselesaikan. Dan kami ucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini banyak kesalahan dan kekurangan, Untuk
itu kami meminta kritik dan saran kepada semua pihak, sehingga kami dapat memperbaiki
makalah kami ini. Mudah mudahan dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua

Medan, 11 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHALUAN

1.1 Latar belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan masalah .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian rekrutmen politik ...........................................................................3

2.2 Faktor yang mempengaruhi rekrutmen politik..................................................5

2.3 Bentuk bentuk rekrutmen politik......................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rekruitmen politik merupakan seleksi dan pemilihan untuk pengangkatan seseorang


atau kelompok agar bisa melaksanakan sejumlah peranan sistem politik pada umumnya serta
pemerintahan pada khususnya. Pada fungsi ini semakin besar anggotanya manakala partai
politik ini merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter atai partai ini
sebagai mayoritas dalam badan perwakilan rakyatsehingga berwewenang membentuk
pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. fungsi rekrutmen merupakan fungsi yang
mencari kelnjutan untuk mempertahankan kekuasaan oleh karena itu fungsi rekrutmen politik
sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elite yang mampu melaksanakan
peranannya sistem politik akan mengalami kelangsungan hidup yang akan terancam.

Dalam proses rekrutmen politik ini akan membangun relasi (linkage) yang baik antara
partai politik dan masyarakat sipil. Apabila masyarakat sipil hanya dipandang secara numerik
sebagai angka bukan sebagai konstituen yang harus dihormati dan dipejuangkan. Ada
beberapa organisasi masyarakat yang hanya ditempatkan sebagai underbow artinya: sebuah
mesin politik yang memobilisasi massa, bukan sebagai basis perjuangan politik partai.
Adapun sebaliknya, pihakaktivis organisasi masyarakat tidak memandang partai politik
sebagai bagian dari gerakan sosial (social movement) untuk mempengaruhi kebijakan dan
mengontrol negara, melainkan hanya sebagai "kendaraan politik" untuk meraih kekuasaan
dan kekuasaan. Akibatnya, para anggota parlemen hanya berorientasi pada kekuasaan dan
kekayaan, bukan pada misi perjuangan politik yang berguna bagi masyarakat.1

1
Ramlan Subarkti memahami ilmu politik (Jakarta: PT Grasindo 2003 hal 118)

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian rekrutmen politik?


2. Apa saja yang mempengaruhi rekrutmen politik?
3. Bagaimana bentuk bentuk rekrutmen politik?

1.3 Tujuan Masalah

Makalah kami ini di buat dengan tujuan agar kita mengetahui apa itu rekrutmen politik
dan faktor yang mempengaruhi rekrutmen politik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekrutmen Politik

Kajian mengenai rekrutmen politik merupakan suatu studi yang luas dan banyak
faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Rekrutmen politik berlangsung dalam suatu
tatanan yang jelas membutuhkan keberlangsungan secara terus menerus dalam suatu
lembaga. Istilah rekrutmen lebih dikenal dalam bahasa perpolitikan, dan kemudian diadopsi
oleh partai politik seiring dengan kebutuhan partai akan dukungan kekuasaan dari rakyat,
dengan cara mengajak dan turut serta dalam keanggotaan partai tersebut. Rekrutmen sendiri
memiliki acuan waktu dalam prosesnya, seperti dalam momentum pemilu ataupun regenerasi
kepengurusan partai politik.Menurut Ramlan Surbakti (1992:118), rekrutmen politik sebagai
seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem-sistem politik pada umumnya dan
pemerintahan pada khususnya. Menurut fungsi ini semakin besar fungsinya manakala partai
politik itu merupakan partai tunggalseperti dalam sistem politik otoriter, atau partai mayoritas
dalam badan permusyawaratan rakyat sehingga berwenang untuk membentuk pemerintahan
dalam sistem politik yang demokratis. Fungsi rekrutmen merupakan fungsi dari mencari dan
mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi
keberlangsungan partai politik.2

Meninjau dari pendapat tersebut, dalam rekrutmen politik pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai penyeleksian terhadap individu ataupun sekelompok orang dalam
penempatan jabatan politik dalam sistem politik suatu negara. Fungsi rekrutmen tersebut
dalam pengaplikasiannya diterapkan oleh partai politik disesuaikan dengan mekanisme
masing- masing. Selain hal dari 23 pola tidak hanya untuk mengisi jabatan politik semata
tetapi kekuasaan yang lainnya. Dalam kaitannya terhadap partai politik, fungsi rekrutmen
merupakan bagian yang sangat penting bagi keberlangsungan partai politik.

Salah satu fungsi partai politik dalam sistem politik demokrasi adalah fungsi
rekrutmen politik (Norris, 2006: 89), fungsi ini merupakan fungsi khas partai politik. Bagi
partai politik, calon yang dinominasikan memainkan peran penting dalam menentukan
karakteristik partai politik yang bersangkutan di depan publik (Katz, 2001) bahwa rekrutmen
politik menunjukkan tipologi partai. Jadi, apakah sebagai partai massa, kader, catch-all, kartel
2
Agustino, L. (2010). Dinasti Politik Pasca-Otonomi Orde Baru: Pengalaman Banten. Jurnal Prisma

3
atau busines-firm dapat dilihat dari bagaimana rekrutmen politik dilakukan (Katz, 2001;
Pamungkas, 2009: 37).

Adapun yang dimaksud dengan rekrutmen politik adalah proses oleh partai politik
dalam mencari anggota baru dan mengajak orang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses
politik. Rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik tidak sebatas hanya untuk mencari
anggota baru, tetapi juga merekrut dan mencalonkan anggota partai untuk posisi jabatan
publik. Rekrutmen politik juga dimaknai luas, sebagai cara pemilihan, seleksi, dan
pengangkatan para warga negara guna untuk diorbitkan menjadi calon-calon pemimpin dalam
sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Haryanto, 1984: 41;
Surbakti, 1992: 118). Sedangkan, Mas'oed mengemukakan bahwa rekrutmen politik
merupakan fungsi penyeleksi rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui
penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkn diri untuk
jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. (Mas'ood dalam Tangkilisan, 2003:188). Arti dari
rekrutmen politik itu sendiri merupakan sebuah proses pengisian jabatan politik dalam sebuah
negara, agar sistem politik dapat difungsikan dengan sebaik-baiknya, guna memberikan
pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. (Gaffar, 1999: 155).3

Menurut Czudnowski dalam Pamungkas, (2011:91) mengartikan rekrutmen politik


sebagai proses dimana individu dilibatkan dalam peran-peran politik aktif. Lebih jauh, Romli
(2005:76) berpendapat dan menyebutkan dua hal. rekrutmen terbuka dan rekrutmen tertutup,
Lanjutnya, suatu rekrutmen dikatakan terbuka apabila seluruh warga negara tanpa terkecuali
mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah
memenuhi syarat- syarat yang telah ditentukan. Sedangkan rekrutmen tertutup adalah proses
rekrutmen secara terbatas, yaitu hanya individu-individu tertentu saja yang dapat direkrut
untuk menduduki jabatan politik atau jabatan pemerintahan.

Rekrutmen politik untuk pemilu diselenggarakan melalui tiga tahapan. Pertama, tahap
sertifikasi, adalah tahap pendefinisian kriteria siapa yang dapat masuk dalam pencalonan,
yang meliputi aturan-aturan pemilu, aturan-aturan partai, dan norma- norma sosial. Kedua,
tahap penominasian, mencakup ketersediaan (supply) calon yang memenuhi syarat dan
permintaan (demand) dari penyeleksi saat memutuskan siapa yang dinominasikan. Ketiga,
tahap pemilu, yakni tahap yang menentukan siapa yang memenangkan pemilu (Djojosockarto
& Sandjaja, 2008: 181; Norris, 2006: 89; Sigit Pamungkas & Parlindungan, 2011: 92) Tahap
pertama dan kedua dari proses rekrutmen politik adalah domain penuh partai
3
Amirin, T.M., Pokok-Pokok Teori Sistem, Rajawali, Jakarta, 1987, hal 87.

4
politik.Setelahnya, tahap ketiga adalah domain pemilih, yakni proses dimana pemilih
menentukan siapa di antara calon yang ada dipilih sebagai pemimpin

Rekrutmen politik juga diharapkan mampu menciptakan suatu sistem politik yang
dapat memberikan pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat. Untuk memperoleh hal
tersebut, aktor- aktor yang berkecimpung di dalam tersebut harus memiliki kualitas yang
mumpuni serta melalui proses seleksi yang didasarakan pada latar belakang yang jelas.
Tujuannya adalah agar rekrutmen yang dihasilkan untuk mengisi jabatan politik mampu
menjadi pelayan dan pelindung masyarakat. Artinya artikulasi kepentingan masyarakat dapat
diperjuangkan

Dalam konteks di Indonesia, sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2011 tentang partai
politik pasal 29, dijelaskan bahwa partai politik melakukan rekrutmen politik bagi warga
negara Indonesia untuk pengisian jabtan politik seperti anggota partai politik, calon anggota
dewan perwakilan tingkat pusat maupun daerah, calon presiden dan wakil presiden serta
bakal calon kepala daerah.4

2.2 Faktor yang mempengaruhi rekrutmen politik

Menurut Haris (2005:8). Perekrutan anggota legislatif oleh partai politik secara umum
mencakup tiga tahap penting yakni mencakup:

1. Penjaringan calon.
Tahapan ini mencakup interaksi antara elite partai di tingkat desa/kelurahan atau
ranting partai dengan elite partai ditingkat atasnya atau anak cabang.
2. Penyaringan dan seleksi calon yang telah dijaring.
Tahapan ini meliputi interaksi antara elit tingkat anak cabang dan elite tingkat
kabupaten/kota atau cabang/daerah.

3. Penetapan calon berikut nomor urutnya

4
Winardi Pengantar tentang Teori Sistem dan Analis Sestem Penerbit Alumini, (Bandung) 1986) hal
59.

5
Tahapan ini melibatkan interaksi antara elit tingkat cabang/daerah, terutama pengurus
harian partai tingkat cabang/daerah dengan tim kecil yang dibentuk dan diberikan
wewenang menetapkan calon legislatif.

Adapun beberapa pola kecenderungan partai politik dalam melakukanrekrutmen


politik terhadap calonnya yakni sebagai berikut:

1. Partisan
Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai
sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan strategis. Dalam partai politik
anggota yang memiliki loyalitas tinggi dalam kinerja sangatlah dibutuhkan untuk
kemajuan dan berkembangnya partai politik. Anggota partai yang memiliki loyalitas
tinggi akan sentral dalam perkembangan dan mudah melaksanakan tanggung jawab
yang diberikan partai politik
2. Compartmentalizatio
Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada latar
belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik
seseorang, misalnya aktivis LSM. Anggota partai diharuskan memiliki pendidikan
untuk menunjang kinerja kerjanya dalam partai politik dan disertai memiliki
pengalaman kerja yang menunjang menjadikan lebih berpengalaman dalam bidang
yang diberikan.
3. Immediate Survival
Proses rekrutmen dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan
kemampuan orang-orang yang direkrut.Immediate survival, yaitu proses rekrutmen
yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan
orang- orang yang akan direkrut. Dalam hal ini kedekatan dan ketrikatan dan
memiliki hubungan menjadi tolak ukur dalam rekrutmen anggota partai politik.
Apabila memiliki hubungan keluarga mempermudah dalam rekrutmen sebagai
anggota politik.
4. Civil Service Reform
Proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa
mendapatkan kedudukan lebih tinggi atau penting 8 dari 33 contoh non-kader and
sampai kedekatan dengan partai..Reformasi Pegawai Negeri Sipil adalah proses
rekrutmen yang mempromosikan kandidat ke posisi yang lebih penting atau senior
berdasarkan kompetensi dan loyalitas mereka. calon partai politik yang memiliki

6
kemampuan atau pengalaman, loyalitas kerja dandidukung latar belakang pendidikan
akan mempermudah dalamrekrutment dan mendapatkan kedudukan dalam partai
politik5

1. Jalur Koalisi Partai atau pimpinan - pimpinan partai politik


Rekrutmen politik sering kali tergantung kepada peranan masing-masing partai dalam
suatu koalisi. Sehingga berbagai kesepakatan dan pengangkatan politik sering kali
atas hasil koalisi antar partai yang berperan dalam suatu lingkup sistem politik suatu
negara.
2. Jalur Rekrutmen berdasarkan kemampuan-kemampuan dari kelompok atau individu.
Partai politik merekrut seseorang untuk menduduki jabatan-jabatan politik
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, dengan melihat distribusi sumber-sumber
kekuasaan dan bakat-bakat yang terdapat dalam masyarakat, langsung maupun tidak
langsung menguntungkan kepentingan partai.
3. Jalur Rekrutmen Politik berdasarkan kaderisasi.
Menurut Gabriel Almond dan G. Bingham Powell, rekrutmen politik tergantung pula
kepada proses seleksi dalam partai politik itu sendiri. Organisasi partai politik secara
berkesinambungan berusaha untuk merekrut anggotanya Untuk kepentingan
kepentingan partai yang menguntungkan partai politik membangun dan menyiapkan
kader-kaderyang dapat dipercaya.kedalam tingkatan tingkatan tertentu, dan mobilisasi
partisipasi politik mereka.
4. Jalur Rekrutmen politik berdasarkan ikatan primodial.
Almond dan Powell menyatakan bahwa dalam sistem politik tradisional, rekrutmen
politik masih didasarkan kepada hubungan keluarga (diffuse family). hubungan
agama (religious), dan pertalian keluarga berdasarkan perkawinan, misalnya sistem
politik monarki anak raja otomatis akan menggantikan ayahnya jika sang ayah wafat.

5
Gabriel A. Almond, Sosialisasi Politik, Budaya Politik dan Rekrutmen Politik, dalam Mochtar Masoed
dan Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press: 2000, hal. 50.

7
Dalam rekrutmen jabatan politik menurut Sutoro Eko mengungkapkan bahwa diperlukan
adanya model yang demokratis yang mengedepankan proses pemilihan secara terbuka,
kompetitif dan partisipatif. Persetujuan dan legitimasi rakyat menjadi unsur utama dalam
proses rekrutmen jabatan-jabatan politik, sebabpejabat politik itulah yang kemudian membuat
kebijakan dan memerintah rakyat. Model demokratis harus diterapkan dengan baik dalam
rekrutmen politik yang berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Parpol harus mempromosikan kandidat yang berkualitas, yakni memiliki kapasitas,


integritas, legitimasi dan populer (dikenal) di mata masyarakat
b. Proses rekrutmen harus berlangsung secara terbuka. Masyarakat harus memperoleh
informasi yang memadai dan terbuka tentang siapa kandidat dari parpol, track record
masing-masing kandidat dan proses hingga penentuan daftar calon.
c. Proses rekrutmen harus bersandar pada partisipasi elemen-elemen masyarakat sipil.
d. Parpol mau tidak mau harus mengembangkan basis atau jaringan dengankomunitas
atau organisasi masyarakat sipil.
e. Penerapan rekrutmen politik dengan model demokratis membutuhkan dukungan
pendidikan politik yang memadai kepada masyarakat.6

2.3 Bentuk bentuk rekrutmen politik

Menurut Almond dan Powell (1988: 108) prosedur rekrutmen politik dibagi menjadi
dua bentuk pelaksanaannya, yaitu:

1. Prosedur Tertutup (Closed Recruiment Proces)


Merupakan egisl rekrutmen partai yang ditentukan oleh elit partai, mengenai siapa
yang dicalonkan sebagai anggota egislative atau pejabat eksekutif. Prosedur tertutup
adalah rekrutmen yang dilakukan oleh elite partai yang mempunyai kekuasaan untuk
memilih calon yang dianggap layak diberi jabatan berdasarkan keterampilan dan
kapasitas memimpin. Jadi prosedur ini dianggap prosedur tertutup karena hanya
ditentukan oleh beberapa orang saja.
2. Prosedur terbuka (Open Recruitment Process)
Merupakan suatu proses dimana nama calon yang diusulkan diumumkan secara
terbuka dalam bentuk kompetisi yang murni dan transparan. Prosedur terbuka artinya

6
Gabriel A. Almond and G. Bingham Powel, Jr., Cooperative Politics Today: A World View, Fourth
Edition, Scott, Faresman and Company, London, 1988, hal. 108-140.

8
setiap masyarakat berhak memilih siapa yang akan menjadi calon pemimpin di
negaranya dan pengumuman hasil pemenang dilakukan secara terbuka dan terbuka.
Dari kompetisi dan terang terangan.

Hal lain dijelaskan Putra, (2003:209). Sebutkan beberapa mekanisme rekrutmen politik,
antara lain sebagai berikut:

a) Rekrutmen terbuka
Rekrutmen bersifat terbuka, berikut syarat dan tata caranyamenampilkan sosok yang
dikenal luas. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai alat elite politik yang
mempunyai untuk meraih dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elite politiknya. Jadi
metode ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan konsep demokrasi, cara ini
juga berfungsi sebagai sarana bagi rakyat untuk mengontrol legitimasi politik para
elit. Manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:
a. Mekanismenya demokratis.
b. Tingkat persaingan politik di masyarakat sangat tinggiakan dapat memilih
pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
c. Akuntabilitas pemimpin yang tinggi.
d. Menghasilkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai
integritas pribadi yang tinggi.

b) . Rekrutmen tertutup
Rekrutmen tertutup adalah kebalikan dari rekrutmen terbuka. Dalam rekrutmen
tertutup, persyaratan dan prosedur pencalonan tidak egi diketahui egisl secara bebas.
Partai mempunyai posisi mengusung elite-elite yang berasal dari dalam partai itu
sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan
menilai kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan demikian metode ini kurang
kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana bagi para elit
untuk memperbarui legitimasinya selain itu, dikenal juga dengan sifat proses
rekrutmen politik menurut Sahid Gatara (2007: 17) yaitu:
A. Top-down.
Artinya proses rekrutmen politik yang berasal dari atas atau orang- orang yang
sedang menjabat. Contoh dari sifat ini adalah penunjukkan pribadi dan seleksi
pengangkatan.

9
B. Bottom-up
Artinya proses rekrutmen politik berasal dari masyarakat bawah seperti proses
mendaftarkan diri dari individu-individu untuk menduduki jabatan. Contoh sifat ini
adalah individu-individu melamar pada partai politik untuk maju sebagai kandidat
anggota legislatif maupun calon kepala daerah.
C. Bersifat campuran
Artinya proses seleksi yang memadukan antara model top-down dan bottom-up.
Contoh sifat ini adalah pada proses pemilihan umum baik pemilihan umum
legislative maupun eksekutif.

Jadi, mekanisme rekrutmen politik yang dilakukan partai politik terdiri dari dua
legislatif yaitu legislatif terbuka dan egisl tertutup. Sistem terbuka akan memungkinkan
lahirnya calon-calon legislatif yang betul-betul demokratis dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, hal ini dikarenakan oleh proses 11 dari 33 pengangkatan calon tersebut
dilakukan secara terbuka. Sedangkan legislatif tertutup merupakan kebalikan dari legislative
terbuka, dimana para pemilih tidak mengenalseseorang calon legislative , karena legislatif
pengangkatan calon legislatif tersebut dilakukan secara tertutup.7

7
Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta: 1984., hal. 47-48

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut fungsi ini semakin besar fungsinya manakala partai politik itu merupakan
partai tunggal seperti dalam sistem politik otoriter, atau partai mayoritas dalam badan
permusyawaratan rakyat sehingga berwenang untuk membentuk pemerintahan dalam sistem
politik yang demokratis.

Meninjau dari pendapat tersebut, dalam rekrutmen politik pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai penyeleksian terhadap individu ataupun sekelompok orang dalam
penempatan jabatan politik dalam sistem politik suatu negara.Salah satu fungsi partai politik
dalam sistem politik demokrasi adalah fungsi rekrutmen politik (Norris, 2006: 89), fungsi ini
merupakan fungsi khas partai politik.

Bagi partai politik, calon yang dinominasikan memainkan peran penting dalam
menentukan karakteristik partai politik yang bersangkutan di depan publik (Katz, 2001)
bahwa rekrutmen politik menunjukkan tipologi partai.

Adapun yang dimaksud dengan rekrutmen politik adalah proses oleh partai politik
dalam mencari anggota baru dan mengajak orang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses
politik.

Artinya artikulasi kepentingan masyarakat dapat diperjuangkan Dalam konteks di


Indonesia, sesuai dengan UU Nomor 2 tahun 2011 tentang partai politik pasal 29, dijelaskan
bahwa partai politik melakukan rekrutmen politik bagi warga negara Indonesia untuk
pengisian jabtan politik seperti anggota partai politik, calon anggota dewan perwakilan
tingkat pusat maupun daerah, calon presiden dan wakil presiden serta bakal calon kepala
daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ramlan Subarkti memahami ilmu politik (Jakarta: PT Grasindo 2003 hal 118)

Agustino, L. (2010). Dinasti Politik Pasca-Otonomi Orde Baru: Pengalaman Banten. Jurnal
Prisma

Amirin, T.M., Pokok-Pokok Teori Sistem, Rajawali, Jakarta, 1987, hal 87

Winardi Pengantar tentang Teori Sistem dan Analis Sestem Penerbit Alumini, (Bandung)
1986) hal 59.

Gabriel A. Almond, Sosialisasi Politik, Budaya Politik dan Rekrutmen Politik, dalam
Mochtar Masoed dan Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah
Mada University Press: 2000, hal. 50.

Gabriel A. Almond and G. Bingham Powel, Jr., Cooperative Politics Today: A World View,
Fourth Edition, Scott, Faresman and Company, London, 1988, hal. 108-140.

Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta: 1984., hal. 47-48

Anda mungkin juga menyukai