POLITIK INTRA-ORGANISASI
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Aisyah Nasoetion
Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Isma Nanda Saputri (218320019)
2. Aura Puan Regita Safira Lore (218320034)
3. Fitria Novalyza Putri (218320163)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Politik
Intraorganisasi” dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Aisyah selaku Dosen Pengampu.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Organisasi………………………………….7
….10
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa saat ini, politik tidak hanya dijumpai dalam kegiatan negara tetapi
juga dapat ditemukan saat bekerja. Politik seringkali mempunyai pandangan
negatif karena lebih mementingkan kepuasan individu daripada kepentingan
umum. Menurut Wikipedia (2009), politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses
pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
PEMBAHASAN
Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat memimpin kota
(polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam
mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Menurut Arsitoteles, politik
adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan
umum. Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Dari definisi yang bermacam-macam tersebut, konsep
politik dapat dibatasi menjadi :
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan
Kacmar (2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam suatu
organisasi merupakan tindakan individu yang dipengaruhi oleh tujuan
pencapaian kepentingan pribadi tanpa memperhatikan atau menghargai well-
being orang lain atau organisasi. Greenberg dan Baron (2000) mendefinisikan
politik organisasional sebagai penggunaan kekuasaan secara tidak resmi untuk
meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi.
a. Perilaku politik biasanya muncul pada saat ada ketidakpastian, sumber daya
yang langka, unit-unit (individual dan kelompok) memiliki kepentingan yang
terkonflik dan saat anggotaanggota organisasi memiliki kekuasaan (power) yang
hampir sama.
b. Perilaku politik yang muncul dalam bidang sumber daya manusia, seperti
pada saat penilaian kinerja, seleksi personel, dan keputusan kompensasi (Ferris
dan Kacmar, 1992). Hal ini kemungkinan karena adanya ambiguity.
Lingkungan organisasional bersifat ambiguous karena tidak adanya kriteria
evaluasi yang jelas, sehingga organisasi cenderung kurang bergantung pada
hasil yang dapat diukur dan lebih pada usaha pekerja, potensi yang
dipersepsikan dan karakteristik, nilai, dan sikap personal. Semua hal tersebut
dapat diubah melalui manipulasi pertimbangan (Ferris & King, 1991).
c. Aktivitas politik biasanya tidak sama pada tahap hidup organisasi yang
berbeda. Menurut Greenberg dan Baron (1997) ada tiga tahapan dalam
organisasi yang memiliki perilaku politik yang berbeda-beda. Tahap pertama,
saat organisasi baru berdiri, pendiri organisasi memperoleh kekuasaan politik
dengan menunjukkan ide mereka kepada para bawahannya.
2. Axis of Influence
Mengidentifikasi hubungan pertemanan dari manager menengah / area
yang memiliki hubungan langsung ke Chief Executive tanpa melewati
Manajer Divisinya. Apakah ada hubungan khusus antara berbagai
manajer level menengah dengan pimpinan puncak sehingga dapat
mengesampingkan peran manajer divisinya. Bisa jadi hubungan tersebut
timbul karena memang adanya special expertise (keahlian khusus) yang
dimilikinya dalam pengelolaan unit yang dipimpinnya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugas tanpa diperlukan manager divisi.
3. Informal Power Centers
Apakah ada karyawan level operasional yang memiliki hubungan khusus
atau pertemanan dengan manajer senior, sehingga melewati atasannya.
4. Polarizing Elements
Adakah ketidakcocokan antara Manajer dengan bawahannya dan dalam
hal apa sajakah itu terjadi, dalam semua aktivitas organisasi atau hanya
perbedaan yang tidak prinsip saja. Timbulnya hubungan antar personal
yang saling berkompetisi sehingga mempengaruhi interaksi emosional
bila akan mempengaruhi pengambilan keputusan maka akan menjadi
kendala pelaksanaan tugas-tugas saja.
5. Informal Coalitions
Apakah ada grup manajer yang berkoalisi untuk menolak keputusan atau
mengambil keputusan yang lain dengan yang sudah ditetapkan manajer
atasnya dan sejauh mana hal ini akan diteruskan.
Perilaku politik yang etis adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu dan
organisasi, sedangkan perilaku politik yang tidak etis adalah perilaku yang
bermanfaat untuk individu tetapi melukai organisasi. Setidaknya terdapat tiga
kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak etis atau tidak etis yaitu prinsip
utilitarianisme, hak dan keadilan.
Prinsip utilitarianisme mengajarkan bahwa keputusan yang kita ambil haruslah
“memberikan manfaat terbesar untuk jumlah orang terbesar”. Pandangan
demikian menekankan pada kinerja kelompok (kinerja organisasi). Dengan kata
lain, pengambilan keputusan adalah dalam rangka efisiensi dan produktivitas
organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip ’hak’
menekankan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapat dan berbicara, sebagaimana diatur dalam Piagam Hak
Asasi Manusia.
Di samping ketiga kriteria tersebut, ada the golden rule dari perilaku politik,
yaitu ”Perlakukan orang lain sebagaimana kamu menginginkan orang lain
memperlakukanmu” (Do unto others as you want them to do unto you) atau
”Jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang mana kamu tidak menginginkan
orang lain melakukan hal itu kepadamu” (Don’t do anything to anyone that you
wouldn’t want them to do to you).
2.6 Beberapa Taktik Memainkan Politik dalam Organisasi
31. Kesimpulan
Untuk menjadi manajer yang efektif, keterampilan manajemen instrumental saja
tidaklah cukup, namun harus dibarengi dengan kemampuan politik yang kuat.
Di dalam setiap kehidupan organisasi baik organisasi formal maupun informal
selalu terdapat fenomena politik yang melibatkan kepentingan, kekuasaan dan
pengaruh. Dalam proses mempengaruhi guna mengejar kepentingannya, setiap
orang akan saling memainkan sumber kekuasaannya untuk mempengaruhi
orang lainnya, sehingga apa yang terjadi seperti permainan. Apapun taktik yang
dipakai dalam rangka mempengaruhi orang lain untuk mengejar kepentingannya
selayaknya harus tetap dalam kerangka etika berorganisasi dengan tetap
memegang the golden rule yaitu ”perlakukan orang lain sebagaimana kamu
menginginkan orang lain memperlakukanmu” atau ”jangan lakukan sesuatu
pada orang lain yang mana kamu tidak menginginkan orang lain melakukan hal
itu kepadamu.
Drory, A.,1993. Perceived Political Climate and Job Attitudes, Organization Studies, 14, p.
59-71
Ferris, Gerald & Kacmar, K. Michele, 1992. Perception of Organizational Politics, Journal of
Management, Vol. 18 No. 1, p. 93 - 116