Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI”

Disusun oleh :

1. Amelia Lyan (2061201101)


2. Friska ipai (2061201146)
3. Komang Sri Wahyuni (2061201088)
4. Rio Ade Setiawan (2061201077)
5. Sarah Wulandari Manurung (2061201104)
6. Tamara Agustina (2061201155)
7. Tis’ah Amandhani (2061201083)
8. Yesi Afriyanti (2061201089)
9. W. Deoskar Sengiyu (2061201083)

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM


FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul ‘Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi’ ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi Ujian Tengah Semester pada mata kuliah
Perilaku Organisasi. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang kekuasaan dan politik dalam organisasi.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ravi Pratama selaku dosen
pengampuh mata kuliah perilaku organisasi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Samarinda, 24 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kekuasaan ............................................................................................... 3
A.A Definisi Kekuasaan ...................................................................... 3
A.B Unsur Kekuasaan ......................................................................... 3
A.C Tipe-Tipe Kekuasaan ................................................................... 4
A.D Sumber-Sumber Kekuasaan dalam Organisasi .............................. 6
A.E Kunci Menuju Kekuasaan ............................................................ 7
A.F Taktik Kekuasaan ......................................................................... 9
A.G Kekuasaan dalam Kelompok : Koalisi ......................................... 10
A.H Keterkaitan antara Politik dan Kekuasaan dalam Organisasi ........ 11
B. Politik ..................................................................................................... 13
B.A Pengertian Politik ........................................................................ 13
B.B Pengertian Politik dalam Organisasi ............................................ 13
B.C Faktor-Faktor Perilaku Berpolitik ................................................ 15
B.D Elemen Politik dalam Organisasi ................................................. 15
B.E Beberapa Taktik Memainkan Politik dalam Organisasi ................ 16
B.F Politik: Kekuasaan yang Bermain ................................................ 17
B.G Etika Berpolitik dalam Organisasi ............................................... 21
C. Hubungan Kekuasaan dan Politik ........................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan
setiap organisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk
dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi
perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi. Politik dan kekuasaan tidak hanya
terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada organisasi formal,
badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unit keluarga. Politik adalah
suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan
digunakan. Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan
dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut
tercapai, kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.

Politik penting artinya dalam suatu organisasi, karena didalamnya terjadi suatu
proses berorganisasi yang mempunyai dampak terhadap perilaku setiap individu atau
anggota yang ada dalam organisasi. Politik dalam organisasi merupakan suatu proses
dalam memahami proses manajerial. Perilaku politik merupakan perilaku yang secara
organisasional tidak ada sanksinya, yang mungkin dapat merugikan bagi tujuan
organisasi atau bagi kepentingan orang lain dalam organisasi.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi


tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam
Budiardjo, 2003). Studi tentang kekuasaan dan pengaruhnya sangat penting untuk
dipahami bagaimana organisasi melakukan aktivitasnya. Sangat memungkinkan untuk
melibatkan kekuasaaan (power) dalam setiap interaksi dan hubungan sosial pada
organisasi. Orang, cenderung untuk mempengaruhi individu lain dan organisasi dalam
setiap tindakan atau perilakunya dengan melakukan social influence dan tindakan
(Greenberg & Baron, 2000).

1
Kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi
cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Kekuasaan
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal
dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri
diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan
urusan masyarakat.

Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku
politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah
untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam
politik bertujuan untuk mengatur kepentingan semua orang yang ada dalam organisasi,
bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan
kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan anggota organisasi terhadap
pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan sumber-sumber kekuasaan ?
2. Apa saja taktik kekuasaan ?
3. Apa saja yang menyebabkan ketergantungan dan kekuasaan ?
4. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi ?
5. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organsasi ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan masalah maklah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2. Dapat mengetahui taktik kekuasaan
3. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan.
4. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekuasaan
A.A Definisi Kekuasaan
Greenberg dan Baron (2000) menyatakan bahwa ”A memiliki kekuasaan
atas B sehingga A dapat meminta B melakukan sesuatu yang tanpa kekuasaan A
tersebut tidak akan dilakukan B”. Definisi ini menyempitkan konsep kekuasaan,
juga menuntut seseorang untuk mengenali jenis-jenis perilaku khusus.
Riker (1964) berpendapat bahwa perbedaan dalam kekuasaan benar-benar
didasarkan pada perbedaan kausalitas (sebab-akibat). Kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan pengaruh, sedangkan alasan adalah penggunaan
pengaruh yang sebenarnya. Sedangkan Russel (1983) menyatakan bahwa power
(kekuasaan) adalah konsep dasar dalam ilmu sosial. Kekuasaan penting dalam
kehidupan organisasi, dan bahwa kekuasaan dalam organisasi terikat dengan
status seseorang.
Boulding (1989) mengemukakan gagasan kekuasaan dalam arti luas,
sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Bila hal
ini diterapkan pada lingkungan organisasi, ini adalah masalah penentuan di
seputar bagaimana organisasi memperoleh apa yang dinginkan dan bagaimana para
pemberi andil dalam organisasi itu memperoleh apa yang mereka inginkan. Kita
memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk
mempengaruhi, memberi perintah dan mengendalikan hasilhasil organisasi.

A.B Unsur Kekuasaan

Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan, cara, dan hasil. Kekuasaan
dapat digunakan untuk tujuan yang baik dan yang tidak baik. Tujuan dari
penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih oleh
individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan
memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dipilih juga akan baik. Dan
sebaliknya, jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka

3
cara yang digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Kemudian,
unsur yang terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu
yang dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa besar pengaruh
kekuasaan tersebut. Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas
kekuasan yang berlaku atas dirinya. Jika diterima dan didukung, maka kekuasaan
itu merupakan wibawa. Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan
paksaan (kekuatan) dalam penggunannya.

A.C Tipe-tipe Kekuasaan


Menurut Tosi, Rizzo, dan Carrol (1990), ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
a) Reward Power (kekuasaan imbalan)
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk
memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan
orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi
yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi
konkrit adalah jika anda dapat menjamin atau memberi kepastian gaji atau
jabatan akan meningkat, maka dapat menggunkan reward power. Bahwa
seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu memberi
kepuasan kepada orang lain.
b) Coercive Power (kekuasaan koersif)
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan
kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini
berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’
untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai
kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, jika tipe
kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa
kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau
hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau
karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Referent Power (kekuasaan rujukan)
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau
liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang

4
mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam
uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunya referensi
terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan
bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
d) Expert Power (kekuasaan karena keahlian)
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada
suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia
memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu
persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang
pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi
dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan
pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
e) Legitimate Power
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual
power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak
untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi.
Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan
terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang
dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain
setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah
dilegitimasi tersebut.
Kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti
penggunaan rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan
tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang
berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif
dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis
supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan
adalah dengan cara mempersuasi mereka.
Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding jika
karyawan secara spontan termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang

5
mereka pahami berasal dari Definisi tradisional kekuasaan difokuskan pada
kemampuan perorangan untuk menentukan atau membatasi hasil-hasil.
A.D Sumber-Sumber Kekuasaan dalam Organisasi
Kekuasaan Berdasarkan Kedudukan memiliki pengaruh potensial yang
berasal dari kewenangan yang sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri
dari :
a) Kewenangan Formal
Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak
prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan
kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial.
Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan
penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengankedudukan
formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin
banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang
terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah
seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut
kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap
distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol
terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.
b) Kekuasaan Pribadi.
Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan
berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara
hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang
melekat pada keunggulan individu terdiri dari :
 Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan keahlian (expert power) merupakan kekuasaan yang
bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting.
Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin
bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut.

6
 Kekuasaan kesetiaan (referent power)
Merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain
mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power
terkait dengan keterampilan interaksi antar pribadi, seperti pesona,
kebijaksanaan, diplomasi dan empati.
 Kekuasaan karisma
Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang
mencakup penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu
mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu.
A.E Kunci Menuju Kekuasaan
Aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan suatu
fungsi ketergantungan. Dalam bagian ini, akan ditunjukkan betapa pentingnya
pemahaman mengenai ketergantungan dalam upaya untuk lebih lanjut memahami
kekuasaan itu sendiri.
1. Postulat Umum tentang Ketergantungan
Semakin besar ketergantungan B kepada A, semakin besar kekuasaan
A atas B. Ketika Anda memiliki apa pun yang dibutuhkan orang lain dan
hanya Anda seorang dirilah yang mengendalikannya, Anda membuat orang
lain itu bergantung kepada Anda dan, karena itu, Anda berkuasa atasnya. Jadi,
ketergantungan berbanding terbalik dengan sumber-sumber penawaran
alternatif. Jika suatu barang jumlahnya banyak, kepemilikan atasnya tidak
akan meningkatkan kekuasaan anda. Jika setiap orang cerdas, kecerdasan
sebagai suatu kualitas tidak memberikan keunggulan istimewa. Demikian
pula, diantara orang-orang superkaya uang bukan lagi menunjukkan
kekuasaan.
2. Penyebab Ketergantungan
Ketergantungan akan meningkat manakala sumber-sumber daya yang
Anda kendalikan itu penting, langka, dan tak tergantikan.

7
a. Nilai Penting
Jika tak seorang pun menginginkan yang Anda miliki,
ketergantungan pada Anda tidak akan tercipta. Karena itu, untuk
menciptakan ketergantungan, hal-hal yang Anda kontrol haruslah hal-hal
yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif
berusaha menghindari ketidakpastian. Karenanya kita akan menemukan
bahwa individu atau kelompok yang dapat menghilangkan ketidakpastian
suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber daya yang
penting.
b. Kelangkaan
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, jika sesuatu itu berjumlah
banyak, kepemilikan atasnya tidak akan meningkatkan derajat kekuasaan
Anda. Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka
guna menciptakan ketergantungan. Ini dapat membantu menjelaskan
bagaimana para bawahan dalam sebuah organisasi yang memiliki
pengetahuan penting yang tidak dimiliki pemimpin mendapatkan
kekuasaan atas kelompok yang disebut terakhir ini. Kepemilikan sumber
daya yang langka dalam hal ini, pengetahuan yang penting menjadikan
pemimpin bergantung pada bawahan. Hal ini juga membantu menjelaskan
berbagai perilaku bawahan yang dalam cara pandang lain tampak tidak
logis , seperti menghancurkan manual prosedur yang menguraikan
bagaimana suatu pekerjaan ditunaikan, menolak untuk melatih orang lain
dalam pekerjaan mereka atau bahkan untk menunjukkan kepadanya cara
yang benar dalam menjalankan pekerjaan tersebut, menciptakan bahasa
dan dan beragam istilah khusus yang menghambat orang lain untuk
memahami pekerjaan mereka, atau beroperasi secara rahasia sehingga
suatu kegiatan akan tampak lebih rumit dan sulit dibanding yang
sebenarnya.
Hubungan kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat dilihat
dalam kekuasaan yang termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang
memiliki jabatan di mana persediaan personel relatif rendah dibandingkan

8
dengan kebutuhnnya dapat merundingkan paket-paket kompensasi dan
tunjangan yang jauh lebih menarik dibanding bila jumlah calonnya
banyak. Pengelola perguruan tinggi saat ini tidak menemui masalah untuk
mencari dosen bahasa Inggris. Sebaliknya pasar untuk guru teknik
komputer sangat ketat : permintaan memungkinkan mereka utnuk
merundingkan gaji yang lebih tinggi, beban mengajar yang lebih rendah,
dan tunjangan lainnya.
A.F Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah cara individu menerjemahkan landasan
kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu. Dibagian ini kita akan meninjau
kembali pilihan-pilihan taktik yang populer dan berbagai kondisi yang mungkin
lebih efektif dibanding yang lain. Penelitian telah mengidentifikasi sembilan
macam taktik pengaruh, yaitu :
1. Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa
sebuah permintaan selarasdengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
2. Persuasi rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis dan berbagai bukti faktual
untuk memperluhatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
3. Seruan inspirasional
Mengembangkan komitmen emosinal dengan cara menyerukan nilai-
nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.
4. Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau
perubahan akan di jalankan.
5. Tukar pendapat
Memberikan imbalan kepada terget atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
6. Seruan pribadi
Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.

9
7. Menyenangkan orang lain
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum
membuat permintaan.
8. Tekanan
Yaitu dengan cara Menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
9. Koalisi
Meminta bantuan orng lain untuk membujuk sasaran (target) atau
mengguanakan dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.

A.G Kekuasaan dalam kelompok : Koalisi


Koalisi yaitu suatu kelompok informasi yang diikat bersama dengan
sebuah isu perjuangan yang sama. Cara alamiah untuk mendapatkan pengaruh
adalah dengan menjadi pemegang kekuasaan. Karena itu, orang-orang nyang
menginginkan kekuasaan akan berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi.
Tetapi, dalam banyak contoh, hal ini mungkin sulit, beresiko, mahal, atau bahkan
mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan untuk membentuk koalisi dari dua
atau lebih. “ orang di luar kekuasaan” uyang, dengan bersatu, dapat
menggabungkan sumber-sumber daya mereka guna meningkatkan kekuasaan.
Koalisi yang berhasil terdiri atas anggota-anggota yang sifatnya cair dab bisa
terbentuk secara cepat, menjangkau isu yang menjadi sasaran mereka, dan cepat
pula bubarnya”.
Prediksi lain mengenai koalisi berkaitan dengan kadar
kesalingtergantungan di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi yang bisa tercipta
bilamana terdapat banyak ketergantungan tugas dan sumber daya. Sebaliknya
akan terdapat lebih sedikit salingketergantungan diantara berbagai sub unit dan
lebih sedikit aktvitas pembentukkan koalisi bilamana berbagai sub unit itu
mandiri dengan sumber daya yang melimpah.
Terakhir pembentukan koalisi akan dipengaruhi oleh tugas-tugas aktual
yang dijalankan oleh para pekerja. Semakin rutin tugas semua kelompok, semakin
besar kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin besar pekerjaan yang orang

10
lain lakukan, semakin besar ketergantungan mereka. Untuk mengimbangi
ketergantungan ini, mereka perlu membangun koalisi. Ini membantu menjelaskan
sejarah terbentuknya serikat-serikat pekerja, khususnya diantara para pekerja yang
berketerampilan rendah. Karyawan-karyawan ini dalam kapasitas mereka sebagai
anggota koalisi yang satu akan lebih mampu menegosiasikan kenaikan upah,
tunjangan, dan kondisi kerja dari pada jika mereka bertindah sendiri-sendiri.

A.H Keterkaitan antara Politik dan Kekuasaan dalam Organisasi


Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit.
Beberapa studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Pada saat
setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama
lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau
lebih individu.
Heryawan Ahmad (2009), menyebutkan bahwa kekuasaan merupakan
konsep yang berkaitan dengan perilaku. Kekuasaan dipandang sebagai gejala
yang selalu terdapat dalam proses politik. Dalam kamus ilmu politik terdapat
beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power), seperti influence
(pengaruh), persuasion (persuasi), force (kekuatan), coercion (kekerasan) dan lain
sebagainya.
Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai
kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu
menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Bila
seseorang suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga
berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang
atau mewajibkan suatu hal atau perkara, maka mereka mempunyai kekuasaan
politik
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority),
kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum
atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa

11
menghentikan mobil di jalan, tidak berarti dia memiliki kekuasaan, tetapi dia
memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas. Sehingga, bila
seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan
mandat peraturan yang ia jalankan, maka dia telah menyalahgunakan
wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi.
Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia,
persis seperti yang dimaksudkan oleh Sartre dan Nietsche. Bagi Sartre, kebutuhan
dasar manusia adalah memperhatikan praktik kekuasaan atau politik, baik di
pemerintahan, korporasi, maupun organisasi kemasyarakatan
Di sisi lain, karena politik berusaha mengurus dan mengendalikan urusan
masyarakat, politik juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan kebaikan
dan kebenaran kepada masyarakat luas. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Orang-orang yang melalui proses politik sekaligus diberi amanah untuk bekerja
untuk rakyat malah menjadi orang pertama yang mengkhianati amanah itu,
dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan golongannya sendiri di atas
kepentingan rakyat. Jadi, sebenarnya orang-orang yang bekerja dalam orbit
politiklah, dan bukan politik itu sendiri, yang telah membuat stigma dan label
bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan.

12
B. Politik
B.A Pengertian Politik
Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat
memimpin kota (polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut
berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat.
Menurut Arsitoteles, politik adalah usaha warga Negara dalam mencapai
kebaikan bersama atau kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan sebagai
proses pembentukan kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari definisi yang
bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi menjadi :
a. Politik sebagai kepentingan umum
Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan
jalan, cara, serta alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu,
atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat
yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu.
Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau
kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau
idenya sendiri.
b. Politik dalam arti kebijaksanaan
Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan
pertimbangan – pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita-cita, keinginan atau keadaan yang kita
kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-
tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
B.B Pengertian Politik dalam Organisasi
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan
Kacmar (2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam suatu
organisasi merupakan tindakan individu yang dipengaruhi oleh tujuan

13
pencapaian kepentingan pribadi tanpa memperhatikan atau menghargai well-
being orang lain atau organisasi. Greenberg dan Baron (2000) mendefinisikan
politik organisasional sebagai penggunaan kekuasaan secara tidak resmi untuk
meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi.
Politik keorganisasian adalah serangkaian tindakan yang secara formal
tidak diterima dalam suatu organisasi dengan cara mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan individu (Greenberg dan Baron, 2000).
Kelaziman dan intensitas kemunculan politik organisasi berbeda-beda
mengikuti karakteristik struktur organisasi dan siklus khusus (Drory, 1993).
Pfeffer (1992) dikutip dalam Greenberg dan Baron (2000) mengemukakan
beberapa aspek situasi yang memunculkan aktivitas politik dalam organisasi,
sebagai berikut :
a. Perilaku politik biasanya muncul pada saat ada ketidakpastian, sumber daya
yang langka, unit-unit (individual dan kelompok) memiliki kepentingan
yang terkonflik dan saat anggotaanggota organisasi memiliki kekuasaan
(power) yang hampir sama.
b. Perilaku politik yang muncul dalam bidang sumber daya manusia, seperti pada
saat penilaian kinerja, seleksi personel, dan keputusan kompensasi (Ferris dan
Kacmar, 1992). Hal ini kemungkinan karena adanya ambiguity. Lingkungan
organisasional bersifat ambiguous karena tidak adanya kriteria evaluasi yang jelas,
sehingga organisasi cenderung kurang bergantung pada hasil yang dapat diukur
dan lebih pada usaha pekerja, potensi yang dipersepsikan dan karakteristik, nilai,
dan sikap personal. Semua hal tersebut dapat diubah melalui manipulasi
pertimbangan (Ferris & King, 1991).
c. Aktivitas politik biasanya tidak sama pada tahap hidup organisasi yang
berbeda. Menurut Greenberg dan Baron (1997) ada tiga tahapan dalam
organisasi yang memiliki perilaku politik yang berbeda-beda. Tahap
pertama, saat organisasi baru berdiri, pendiri organisasi memperoleh
kekuasaan politik dengan menunjukkan ide mereka kepada para
bawahannya. Kedua, tahap pertumbuhan organisasi, anggota organisasi
cenderung terpisah-pisah karena kekomplekan tugas sehingga menciptakan
adanya kepentingan yang berbeda-beda dan dapat menimbulkkan konflik.

14
Ketiga, saat pertumbuhan organisasi mengalami penurunan,
anggotaanggota merasa tidak aman akan pekerjaannya dan memerlukan
tindakan politik untuk mendapatkan kekuasaan dalam pengendalian
organisasi.
B.C Faktor-faktor Perilaku Berpolitik
Karl Albrecht (1983) memberikan pemahaman bahwa suatu organisasi
akan dipengaruhi faktor-faktor politis internal yang berkaitan dengan budaya
organisasi dan gaya manajemen.Faktor-faktor politis yang dimaksud Albrecht
merupakan iklim politik organisasi yang pada prinsipnya juga mempengaruhi
iklim organisasi secara keseluruhan. Elemen Politik internal organisasi yaitu
faktor-faktor internal dalam organisasi, kultur, dan gaya manajemen, yang
mempengaruhi para pengambil keputusan dalam melaksanakan fungsi
manajemennya.
Kreitner (2006) menjelaskan faktor-faktor utama yang menyebabkan
munculnya perilaku berpolitik adalah karena adanya ketidakpastian dalam
organisasi, seperti tujuan tidak jelas, ukuran prestasi dan kinerja tidak
terstandar, proses pembuatan keputusan tidak terdefinisi dengan baik, kompetisi
antar individu dan kelompok tinggi, dan perubahan.
B.D Elemen Politik dalam Organisasi
Albrecht (1983) mengungkapkan ada lima elemen iklim politis dalam
organisasi yang hendaknya dapat dipahami manajer senior dalam
mengendalikan organisasi, antara lain :
1. Inner Circle Relationship
Mengidentifikasi hubungan antara Manager Upper dengan Chief
Executive, apakah hubungan tersebut bersifat kekeluargaan, kerabat atau
pertemanan (Friendlines). Disamping itu apakah terjadi kolaborasi antar
manajer dan apa ada grup khusus baik dari dalam departemen maupun dari
luar departemen yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
2. Axis of Influence
Mengidentifikasi hubungan pertemanan dari manager menengah /
area yang memiliki hubungan langsung ke Chief Executive tanpa

15
melewati Manajer Divisinya. Apakah ada hubungan khusus antara
berbagai manajer level menengah dengan pimpinan puncak sehingga dapat
mengesampingkan peran manajer divisinya. Bisa jadi hubungan tersebut
timbul karena memang adanya special expertise (keahlian khusus) yang
dimilikinya dalam pengelolaan unit yang dipimpinnya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugas tanpa diperlukan manager divisi.
3. Informal Power Centers
Apakah ada karyawan level operasional yang memiliki hubungan
khusus / pertemanan dengan manajer senior, sehingga melewati
atasannya.
4. Polarizing Elements
Adakah ketidakcocokan antara Manajer dengan bawahannya dan
dalam hal apa sajakah itu terjadi, dalam semua aktivitas organisasi atau
hanya perbedaan yang tidak prinsip saja. Timbulnya hubungan antar
personal yang saling berkompetisi sehingga mempengaruhi interaksi
emosional bila akan mempengaruhi pengambilan keputusan maka akan
menjadi kendala pelaksanaan tugas-tugas saja.
5. Informal Coalitions
Apakah ada grup manajer yang berkoalisi untuk menolak
keputusan atau mengambil keputusan yang lain dengan yang sudah
ditetapkan manajer atasnya dan sejauh mana hal ini akan diteruskan.
B.E Beberapa Taktik Memainkan Politik dalam Organisasi
Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan
strategi yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan
peluangnya dalam memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat
menggunakan beberapa taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam
mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan ketidakmampuan mengganti, misalkan jika dalam suatu
organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu
melakukan tugas yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia

16
atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki ketidak mampuan
mengganti.
b. Dekat dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh
kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang
sedang berkuasa.
c. Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain
yang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang
dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi
konflik sesuai dengan keinginanya.
d. Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk
mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan
nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan kepentingan organisasi
yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari luar
e. Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini
jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima
kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap
sebagai pesaingnya.
f. Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah
manipulasi informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan
informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk
melindungi dirinya.
g. Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering
dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini
meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan
baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan
orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.
B.F Politik: Kekuasaan yang Bermain
Ada lumayan banyak definisi untuk politik organisasi. Namun pada
dasarnya berbagai definisi tersebut berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam organisasi atau pada perilaku
anggota-anggotanya yang bersifat mementingkan diri sendiri dan tidak

17
melayani kebutuhan organisasi. Namun dalam kasus ini perilaku politik
didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak dianggap sebagai bagian dari peran
formal seseorang dalam organisasi, namun yang mempengaruhi atau berusaha
mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian didalam organisasi tersebut.
Definisi ini mencangkup berbagai upaya untuk mempengaruhi tujuan, kriteria
atau prosesyang digunakan dalam pengambilan keputusan, ketika kita
menyatakan bahwa politik terkait dengan “distribusi keuntungan dan kerugian
didalam organisasi”. Didalam perilaku politik terdapat dua dimensi “sah dan
tidak sah”. Perilaku Politik Sah yaitu perilaku politik yang mengacu pada
politik sehari-hari normal. Sedangkan perilaku Politik tidak Sah yaitu perilaku
politik yang berat yang menyimpan aturan permainan yang telah ditentukan
1. Realitas Politik
Realitas politik adalah kenyataan hidup dalam organisasi. Orang
yang mengambil kenyataan ini akan menanggung sendiri resikonya.
Pertanyaan yang sering muncul, haruskah poltik ada? Tidak mungkinkah
sebuah organisasi bebas dari politik? Jawabanya mungkin saja, tetapi pada
umumnya tidak mungkin.
Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai,
tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Fakta ini, mengandung potensi
timbulnya konflik untuk memperebutkan sumber daya. Anggaran
departemen, alokasi ruang, tanggun jawab proyek hanyalah contoh dari
sumber daya yang dapat diperebutkan dan diperjuangkan oleh karyawan.
Sumber daya yang dimiliki organisasi juga terbatas, sehingga
potensi konflik berubah menjadi konflik nyata. Jika sumber daya
melimpah, semua konstituen yang beragam dalam organisasi dapat
mempengaruhi kebutuhannya. Tetapi sekali lagi karena sumber daya
terbatas, tidak setiap kepentingan dapat terlayani. Lebih jauh entah benar
atau salah, keuntungan satu orang atau kelompok sering kali dipahami
akan diperoleh dengan mengurbankan orang atau kelompok lain dalam
organisasi. Adanya beberapa kekuatan ini menciptakan persaingan

18
diantara para anggota untuk memenangkan sumber daya organisasi yang
terbatas.

2. Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku Politik


Tidak semua kelompok atau organisasi sama politisnya. Dalam
beberapa organisasi misalnya, politisasi sangat terbuka dan tak terkendai,
sementara dalam organisasi lain, politik memainkan peran kecil dalam
memperngaruhi hasil.
a. Faktor Individu
Pada tataran individu, para peneliti telah mengidentifikasi
sifat-sifat kepribadian tertentu, kebutuhan dan beberapa faktor lain
yang dapat dikaitkan dengan perilaku politik seseorang. Dalam hal
sifat,kita menemukan bahwa para karyawan yang mampu merefleksi
diri secara baik (high self-monitor) memiliki pusat kendali (locus of
contol) internal, dan memilki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan
pnya kemungknan lebih besar untuk terlibat dalam perilaku politik.
Orang yang mampu merefleksi diri seara baik lebih sensitife terhadap
berbagai tanda social, mampu menampilkan tingkat kecerdasan
social, dan termpil dalam berperilaku politik daripada mereka yang
kurang mampu merefleksi diri (low self-monitor). Individu- individu
degan locus of control internal , lantaran meyakini bahwa mereka
mampu mengendalikan lingkungannya, lebih cenderung bersikap
proaktif dan berupaya memanipulasi situasi demi kepentingan mereka
sendiri. Tidak mengejutkan, kepribadian Machiavelian- yang
dicirikan dengan kehendak untuk memanipulasi dan hasrat akan
kekuasaan- dengan mudah menggunakan politik sebagai sarana untuk
memperjuangkan kepentingan sendiri. Selain itu, investasi seseorang
dalam organisasi, alternative-alternatif yang diyakinininya ada, dan
harapan akan kesuksesan turut mempengaruhi sejauh mana ia akan
memanfaatkan sarana tindakan politik yang tidak sah. Faktor-faktor
Individu:

19
1. Kemampuan merefleksi diri yang baik
2. Pusat Kendali Internal
3. Kepribadian yang lincah
4. Investasi Organisasi
5. Alternatif pekerjaan lain
6. Harapan dan Kesuksesan

b. Faktor Organisasi
Kegiatan politik kiranya leih merupakan fungsi karakteristik
organisasi ketimbang fungsi variabel perbedaan individu.
Mengapa?karena tidak sedikit organisasi memiliki banyak karyawan
dengan karakter-karakter individu yang kita sebut sebelumnya ,
namun kadar perilaku politiknya sangat beragam.
Tanpa menafikan peran yang mungkin dijalankan oleh
perbedanperbedaan individual dalam menumbuh kembangkan proses
politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi dan kultur tertentulah
yang lebih mendukung politik. Secara lebih khuus, jika sumber daya
sebuah organisasi berkurang, ketika pola sumber daya yang ada
berubah dan ketika muncul kesempatan untuk promosi, politisasi
lebih dimungkinkan untuk muncul permukaan. Selain itu kultur yang
tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas peran,
sistem evaluasi kinerja yang tidak jelas, praktik alokasi imalan zero-
sum (perolehan hangus karena kurang memuaskan), pengambilan
keputusan secara demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan
manajermanajer senior yang egois menciptakan lahan pembiakan
yang subur bagi politisasi.
Ketika organisasi melakukan perampingan untuk
meningkatkan efisiensi, pengurangan sumber daya harus dilakukan.
Terancam kehilangan sumber daya, orang bisa terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi
perubahan apapun,khususnya yang mengimplikasikan realokasi
sumber daya dalam organisasi secara signifikan, berkemungkinan
merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.

20
Keputusan promosi sebagai salah satu tindakan paling politis
dalam organisasi. Peluang promosi atau kemajuan mendorong orang
untuk bersaing mendapatkan sumber daya yang terbatas dan mencoba
secara positif mempengaruhi hasi; keputusan.
Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi,
semakin tinggi tingkat perilaku politik dan semakin mungkin perilaku
politik itu akan tidak sah. Karenanya, tingkat kepercayaan yang tinggi
secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan secara
khusus akan menghambat tindakan politik yang tidak sah.
Faktor – faktor Organisasi
1 Realokasi sumber daya
2 Peluang promosi
3 Tingkat kepercayaan rendah
4 Ambiguitas peran
5 Sistem evaluasi kerja tidak jelas
6 Praktik imbalan zero-sum
7 Pengambilan keputusan yang demokratis
8 Tekanan kinerja tinggi
9 Manager senior yang egois
B.G Etika Berpolitik Dalam Organisasi
Pembahasan suatu politik organisasi tidaklah lengkap tanpa berbicara
tentang etika berpolitik dalam organisasi. Pertimbangan etis haruslah
merupakan suatu kriteria pengontrol dalam perilaku politik untuk
mempengaruhi pihak tertentu. Etik merupakan standar moral apakah suatu
perilaku baik atau buruk menurut norma masyarakat. Perilaku politik yang etis
adalah suatu perilaku yang bermanfaat untuk individu dan organisasi,
sedangkan perilaku politik yang tidak etis adalah perilaku yang bermanfaat
untuk individu tetapi melukai organisasi.
Setidaknya ada terdapat tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita
bertindak etis atau tidak etis yaitu prinsip utilitarianisme, hak dan keadilan.

21
Prinsip utilitarianisme mengajarkan bahwa keputusan yang telah kita ambil
haruslah ’memberikan manfaat terbesar untuk jumlah orang terbesar’.
Pandangan demikian menekankan pada kinerja kelompok (kinerjaorganisasi).
Dengan kata lain, suatu pengambilan keputusan adalah dalam rangka efisiensi
dan produktivitas organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak.
Prinsip ’hak’ menekankan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapat dan berbicara,
Sebagaimana diatur dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Prinsip
’keadilan’ mengisyaratkan individu untuk memberlakukan dan menegakkan
aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah atau pilih kasih sehingga
terdapat distribusi manfaat dan biaya yang pantas. Dalam melakukan tindakan
politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau staf) haruslah mempunyai
pedoman pada tiga kriteria etis tadi.

C. Hubungan Kekuasaan dan Politik


Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya,
kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya.
Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi
sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang
atau mewajibkan suatu hal atau perkara, maka mereka mempunyai kekuasaan politik.
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan
untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang
diperoleh dari suatu kuasa.

22
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan
menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan
politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik
yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama
berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya
penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat
seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap
pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.
Politik dan kekuasaan dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan
dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Marianti, M. (2011). Kekuasaan Dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain Dalam
Organisasi. Jurnal Administrasi Bisnis Unpar, 7(1), 49–62.
Gunawan, Hendra, and T. Santosa. 2012. “Politik Organisasi Dan Dampaknya Terhadap
Komitment Organisasi, Kepuasan Kerja, Kinerja Dan Organizational Citizenship Behavior
(OCB).” Jurnal Manajemen Maranatha 12(1): 13–26.
Siswanto. 2007. “Politik Dalam Organisasi (Suatu Tinjauan Menuju Etika Berpolitik).”
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 10(4): 159–65.
Pramudibyanto, Hascaryo. 2010. “Keseimbangan Kekuasaan Dan Pengaruh Dalam
Konteks Komunikasi Organisasi.” : 51–60.
https://suradji.blogs.umrah.ac.id/wp-content/uploads/sites/50/2019/11/11-Kekuasaan-
dan-Politik-dalam-organisasi.pdf
Amalia, Yurika. “Pengertian Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi”. Jurnal mengenai
kekuasaan.

24

Anda mungkin juga menyukai