Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI ORGANISASI DAN ADMINISTRASI


‘PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM
ORGANISASI’

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
NUR ASKIAH (21044014009)
JUMRA (21044014003)
NUR AZIZAH SYAMSUDDIN (21044014016)
NURUL ATIHRA (21044014004)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASSI FISKAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASS ISLAM MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT. hanya
dengan taufik, hidayah, dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul”Pengambilan Keputusan, Kekuasaan dan Politik
dalam organisasi”. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berjasa dan membantu kelancaran terselesaikannya
tugas kami ini, banyak sekali bimbingan, saran, dan berbagai macam bantuan,
baik moral maupun materil dari berbagai pihak.
Segala kesempurnaan hanya milik Allah, kami mengharapkan adanya
saran dan kritik yang membangun untuk membenahi segala kekurangan dan
kesalahan yang ada dalam makalah ini.
Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamith TharieQ

Makassar, 13 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulian.....................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi.............................................................5
B. Kekuasaan dalam Organisasi..................................................................................9
C. Politik dalam Organisasi......................................................................................11
D. Hubungan antara kekuasaan dan politik dalam organisasi....................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya kekuasaan di dalam organisasi, bisa merupakan suatu
kekuatan/kelebihan namun dapat pula merupakan suatu ancaman bagi
organisasi. Dengan mengetahui sumber-sumber kekuasaan, cara-cara
untuk meningkatkan atau mengurangi kekuasaan, dan taktik-taktik untuk
mendapatkan kekuasaan, seorang pemimpin dapat mengendalikan
kekuasaan yang ada di dalam organisasinya, sehingga dapat lebih efektif
mengendalikan organisasi yang dipimpinnya.
Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap
dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan
utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Studi
tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi hanya sedikit. Beberapa
studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Pada saat setiap
individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama
lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan. Pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik
bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan
untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan
masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta
kenyamanan dalam kehidupan. Politik dan kekuasaan dijalankan untuk
menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan
manajer, serta kepentingan organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengambilan keputusan dalam organisasi?
2. Apa itu kekuasaan dalam organisasi?
3. Apa itu politik dalam organisassi?
4. Apa hubungan antara kekuasaan dan politik dalam organisasi?
C. Tujuan Penulian
1. Untuk mengetahui apa itu pengambilan keputusan dalam organisasi
2. Untuk mengetahui pengertian kekuasaan dalam organisasi
3. Untuk mengetahui politik dalam organisasi
4. Untuk mengetahui hubungan antara kekuasaan dan politik dalam
organisasi
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar dapat membantu mengetahui tentang
pengambilan keputusan, kekuasaan dan politik dalam organisassi. Dan
diharapkan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara beberapa
alternatif. Kadang-kadang proses ini sangat sederhana, dan alternatif yang
paling baik mudah ditentukan. Terkadang organisasi juga akan
menghadapi sebuah proses rumit atau organisasi juga akan menemui
proses yang berkepanjangan karena alternatif yang ada cukup banyak dan
rasional.
Kehidupan organisasi dari waktu ke waktu berjalan sangat dinamis,
penuh dengan perubahan yang serba cepat dan terkadang mengejutkan.
Perubahan organisasi tidak saja bersumber dari luar tetapi justru seringkali
berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Banyak tekanan yang
mengharuskan organisasi mengadakan perubahan., misalnya, kelambanan
dalam pengambilan keputusan dan kelambanan dalam komunikasi,
memaksa organisasi mengadakan perubahan. Seringkali terjadi organisasi
tidak mengambil keputusan atau terlambat mengambil keputusan, atau
keputusan yang diambilnya tidak tepat.
Komunikasi yang tidak lancar, melangkahi pimpinannya, atau
berkomunikasi tidak jelas, sering menimbulkan salah pengertian sehingga
terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan. Dampak dari kesalahan
dalam pengambilan keputusan bisa berkibat cukup fatal, diantaranya
semangat kerja menurun, kemangkiran dan pergantian pegawai meningkat.
Pada umumnya kesalahan dalam pengambilan keputusan lebih banyak
disebabkan oleh manajemen yang tidak peka terhadap perkembangan
situasi. Organisasi yang tidak dapat mengantisipasi perubahan atau yang
tidak dapat menanggapi perubahan ini dengan cepat, akan ketinggalan dan
lambat-laun kelangsungan hidupnya akan terancam.
Alvin Tofler dalam bukunya future shock (Kejutan Masa Depan)
membahas pengaruh perubahan atas masyarakat modern. Toffler yakin
bahwa organisasi sekarang ini sedang mengalami perubahan yang luar
biasa. Ia menamakannya transienc,e yakni laju perubahan yang cepat.
Menurut Toffler transience adalah kecepatan perubahan dalam kehidupan
seseorang. Ada orang yang lambat sekali melakukan perubahan dirinya
dibandingkan dengan orang lain. Orang dimasa lalu dan di masa sekarang
mempunyai kehidupan dengan transience yang relatif rendah
dibandingkan dengan orang di masa depan, yang mempunyai transience
relatif tinggi. Barang, mode, tempat, orang, gagasan, dan struktur
organisasi, semuanya pada waktu sekarang ini lebih cepat menjadi usang
dari pada di masa yang lalu. Pimpinan sekarang ini mengalami banyak
transience dan karena itu cenderung menjadi korban kejutan masa depan.
Persoalannya sekarang adalah, bagaimana organisasi dapat menghindari
kejutan masa depan. Organisasi harus berupaya mengetahui lebih dahulu
dan harus mengantisipasi perubahan keadaan dengan mempersiapkan diri
untuk menanggulanginya. Organisasi harus waspada, harus membuka
lebar-lebar mata dan telinga. Sebab perubahan sosial, politik, ekonomi,
dan teknologi akan melanda organisasi, dan memporakporandakan
organisasi jika organisasi tidak mampu melihat dan menafsirkan dunia
disekitar organisasi.
1. Tahapan pengambilan keputusan
Pada garis besarnya pengambilan keputusan dalam organisasi terdiri
atas enam langkah, yakni:
a. Menetapkan sassaran
Organisasi perlu menetapkan tujuan dan sasaran dalam setiap
bidang, seperti dalam bidang produksi, pemasaran dan keuangan.
Tujuan dan sasaran ini diperlukan untuk mengukur keefektifan
organisasi. Jika tujuan dan sasaran ini ditetapkan dengan jelas,
pimpinan dapat mengukur apakah hasil yang dicapainya sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
b. Menentukan persoalan
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan adalah menentukan
persoalan. Tujuan dan sasaran yang ditetapkan langkah pertam
merupakan dasar yang penting untuk menentukan persoalan. Jika
prestasi kerja menyimpang dari sasaran, timbullah persoalan.
Gawatnya persoalan ditentukan oleh besarnya perbedaan antara
sasaran yang ditetapkan dan hasil yang benar-benar dicapai.
Persoalan mungkin terletak dalam hasil yang dicapai terlalu rendah
jika dibandingkan dengan sasaran, atau sasaran terlalu tinggi,
sehingga tidak dapat dicapai. Jika ternyata sasaran sudah cukup
realistis, tetapi hasilnya belum mencapai sasaran tersbut, fase
berikutnya adalah mengembangkan beberapa alternatif untuk
mengatasi kesulitan. Jika ternyata sasaran terlalu tinggi, sasaran
harus direvisi sehingga dapat dicapai namun tetap menantang.
c. Mengembangkan alternatif
Setelah organisasi menetapkan tujuan dan sasaran, serta
menentukan persoalan, sekarnag organisasi siap untuk melakukan
langkah ketiga, yakni mengembangkan alternatif pemecahan.
Artinya menyusun beberapa pemecahan yang mungkin, kemudian
dipilih pemecahan yang paling baik, pemecahan yang mungkin ini
organisasi namakan hipengembangan organisasitesis
d. Mengevaluasi alternatif
Setelah pimpinan mengembangkan beberapa alternatif, langkah
berikutnya adalah mengevaluasi semua alternatif. Dalam setiap
pengembailan keputusan, pimpinan mempunyai tujuan memilih
alternatif yang memberikan hasil yang paling besar keuntungannya
atau hasil yang paling kecil kerugiannya. Pimpinan perlu
mempunyai pedoman untuk mengadakan perbandingan. Hasil yang
akan diperoleh dari tiap-tiap alternatif harus dibandingkan dengan
sasaran yang ditetapkan pada langkah pertama.
Namun seringkali pimpinan tidak selalu mengetahui dengan pasti
hasil dari alternatif tersebut. Ketidaktahuan ini disebabkan oleh
adanya tiga macam kemungkinan yang akan dihadapi oleh para
pengambil keputusan, yaitu:
 Kepastian
Pengambilan keputusan memiliki pengetahuan yang lengkap
mengenai kemungkinan hasil dari tiap-tiap alternatif.
 Risiko
Pengambilan keputusan dapat memperkirakan kemungkinan
berhasilnya tiap-tiap alternatif.
 Ketidakpastian
Pengambil keputuan sama sekai tidak memiliki pengetahuan
tentang kemungkinan berhasil atau tidaknya tiap-tiap alternatif.
e. Memilih satu alternatif
Langkah ke lima dalam pengambilan keputusan adalah memilih
satu alternatif, yakni alternatif yang paling mungkin dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan bahwa keputusan bukanlah
tujuan akhir, tetapi hanya satu cara untuk mencpai tujuan. Dalam
langkah ini pimpinan memilih satu alternatif yang paling mungkin
untuk memecahkan pesoalan. Dalam proses pengambilan
keputusan, ada dua pedoman yang dapat digunakan seorang
pengambil keputusan dalam menentukan pilihan, ialah:
 Alternatif yang dipilih harus dapat memecahkan persoalan
dengan cara yang paling menguntungkan. Artinya keuntungan
yang diperoleh dari alternatif ini harus memadai dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan.
 Pedoman yang kedua adalah alternatif yang dipilih harus dapat
dilaksanakan secara efektif.
f. Melaksanakan keputusan
Langkah ke enam dan terakhir dalam pengambilan keputusan
adalah melaksanakan keputusan. Pada tahapan ini seorang
pengambil keputusan (decision maker) harus melaksanakan
alternatif yang sudah dipilih secara efektif agar sasaran dapat
tercapai. Sangat mungkin sekali sebuah keputusan yang ”baik”
dihancurkan oleh pelaksanaan yang jelek. Jadi, pelaksanaan
mungkin jauh lebih penting daripada memilih alternatif. Keputusan
yang diambil akan selalu melibatkan orang, oleh sebab itu baik
buruknya keputusan tergantung kepada orang yang
melaksanakannya.
Pada umumnya pelaksana keputusan tidak dapat disalahkan
sepenuhnya atas kesalahan atau kegagalan proses pengambilan
keputusan, karena mereka hanya staf yang ditugasi untuk
menjalankan sebuah instruksi. Pimpinan sebagai pengambil
keputusan tidak bisa lepas tangan begitu saja dengan kegagalan
stafnya dalam menjalankan keputusan. Tidak menutup
kemungkinan dari segi teknis keputusan itu sudah baik, tetapi
keputusan dapat dikacaukan oleh staf yang merasa tidak puas atau
staf yang tidak profesonal dalam menjalankan keputusan tersebut.
Artinya menjadi hal penting bagi seorang pengambil keputusan
untuk mempertimbangkan lagi proses pengambilan keputusan yang
sudah dilakukannya, terutama menyangkut kemampuan staf yang
akan ditugaskan untuk melaksanakan keputusan tersebut. Secara
skematis, enam langkah pengambilan keputusan dapat dijelaskan
dalam bentuk gambar berikut ini.
2. Model-model pengambilan keputusan
Ada 3 (tiga) model yang biasa digunakan decision maker dalam proses
pengambilan keputusan, yaitu :
a. Model rasional (rational model)
Proses pengambilan keputusan yang terdiri dari serangkaian
tahapan yang harus dilakukan oleh para decision maker (tim) guna
memperoleh hasil yang logis dan akurat (optimal). Tahapan pada
proses pengambilan keputusan rasional adalah sebagai berikut:
 Mendefinisikan dan mendiagnosa masalah, untuk hal ini
diperlukan 3 hal, yaitu : kepekaan (selalu memantau
lingkungan eksternal dan internal serta mendeteksi yang
mungkin akan menimbulkan persoalan), interpretasi (menggali
dan menentukan faktor yang paling mungkin akan menjadi
persoalan) dan integrasi (mengkaitkan hasil interpretasi dengan
tujuan yang ingin dicapai).
 Menetapkan Tujuan-tujuan, yang lebih realistis untuk dicapai
setelah mengidentifikasi persoalan yang mungkin muncul.
 Mencari Solusi-solusi Alternatif, melalui pencarian informasi
tambahan, berfikir kreatif dan inovatif, dll untuk tetap dapat
mencapai sasaran.
 Mengevaluasi dan Membandingkan Solusi, untuk mencari
solusi dengan pencapaian hasil yang paling optimal (efisien,
efektif).
 Memilih Solusi Terbaik, dengan mempertimbangkan antara
pencapaian hasil optimal dengan semua sumber daya yang
dimiliki.
 Mengimplementasikan Solusi yang Dipilih, secara benar dan
terarah.
 Melakukan Tindak Lanjut dan Mengontrolnya, sehingga match
antara solusi dan hasil yang diperoleh.
b. Model Rasionalitas Terbatas (Bounded Rationality Model)
Proses pengambilan keputusan yang memungkinkan para decision
maker menempuh solusi yang berbeda meskipun persoalan yang
dihadapi sama, mengingat setiap individu memiliki tingkat
kemampuan dan personality yang berbeda. Tipe keputusan yang
diambil diantaranya:
 Menempuh solusi yang lebih mudah (dapat dicapai dan
diterima, tidak kontroversial dan aman) tidak berorientasi
memperoleh hasil yang terbaik.
 Menempuh solusi hanya dengan melakukan upaya secara
terbatas (menggunakan waktu, energi dan upaya sesedikit
mungkin).
 Menempuh solusi hanya dengan memiliki informasi yang tidak
memadai (hasil yang diperoleh selain tidak optimal juga tidak
akurat).
c. Model politik (political model)
Proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan kekuasaan tertentu (stakeholders), sehingga keputusan
yang diambil sangat sarat dengan intervensi. Semua proses
pengambilan keputusan, mulai dari identifikasi persoalan,
menentukan sasaran, memilih solusi alternatif dan memutuskan
tindakan solusi sangat tergantung dari pihak pemilik kekuasaan
tersebut.
B. Kekuasaan dalam Organisasi
kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh sesuatu
sesuai dengan cara yang dikehendakinya. Seseorang bisa saja memiliki
kekuasaan tetapi tidak menggunakannya. Jika kekuasaan ada tapi tidak
digunakan, maka hal ini disebut sebagai kemampuan atau potensi diri saja.
Di dalam perusahaan, kekuasaan dapat diterapkan oleh setiap pemimpin
maupun karyawan yang ada.
Kekuasaan jika dilihat dari beberapa perspektif, maka kekuasaan ada
yang bersifat positif maupun negatif. Kekuatan yang bersifat positif
apabila diterapkan dan dilaksanakan pada perusahaan sesuai dengan
peraturan dan kebijakan yang ada dan dapat diterima oleh seluruh
karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut karena karyawan
mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Sebaliknya, kekuasaan yang negatif
adalah kekuasaan yang diterapkan dan dilaksanakan pada perusahaan yang
sifatnya memaksa dan kekuasaan tersebut tidak disukai oleh setiap
karyawan yang bekerja pada organisasi tersebut, karena kekuasaan
tersebut bersifat menekan dan tidak memberikan kepuasan kepada
karyawan, sehingga karyawan tidak memiliki komitmen, kinerja, dan
sikap yang baik dalam bekerja.
Kekuasaan, kewenangan, dan pengaruh digunakan silih berganti dan
merupakan konsep yang selalu terkait dengan politik organisasi.
Kekuasaan (power) dapat menentukan apa tujuan organisasi yang ingin
diraih oleh suatu organisasi serta bagaimana sumber daya organisasi
tersebut didistibusikan kepada anggotanya (karyawan) atau orang lain
dalam organisasi. Setiap anggota kelompok dengan keahlian politik yang
baik dapat menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi distribusi
sumber daya yang dimiliki organisasinya sesuai dengan keinginan.
Kekuasaan mengandung suatu potensi/kemampuan yang belum tentu
efektif jika dilaksanakan, dan suatu hubungan ketergantungan. Bisa saja
seseorang memiliki suatu kekuasaan namun tidak digunakan oleh orang
tersebut. Jadi kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi yang
tidak akan terjadi jika tidak digunakan oleh orang yang memilikinya.
Kekuasaan juga merupakan suatu fungsi ketergantungan. Semakin besar
ketergantungan Y kepada X, maka akan semakin besar kekuasaan X dalam
hubungan tersebut. Jadi ketergantungan didasarkan pada alternatif yang
dipersepsikan oleh Y dan pentingnya alternatif yang ditempatkan oleh Y
untuk dikendalikan oleh X.
Sumber kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar (Robbins
dan Judge, 2007), yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
a. Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang
didasarkan pada posisi individual dalam suatu organisasi.
Kekuasaan ini dapat berasal dari:
 Kemampuan untuk memaksa (coercive power)
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki
kemampuan untuk memberikan hukuman (akibat negatif) atau
meniadakan kejadian yang positif terhadap orang lain. Pada
suatu organisasi, biasanya seseorang tunduk pada atasannya
karena takut dipecat, atau diturunkan dari jabatannya.
Kekuasaan ini juga dapat dimiliki seseorang karena ia
mempunyai informasi yang sangat penting mengenai orang
lain, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap orang
tersebut.
 Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki
kemampuan untuk mengendalikan sumber-daya yang dapat
mempengaruhi orang lain, misalnya: ia dapat menaikkan
jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal
positif lainnya.
 Kekuatan formal (legitimate power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki
posisi sebagai pejabat pada struktur organisasi formal. Orang
ini memiliki kekuasaan resmi untuk mengendalikan dan
menggunakan sumber-daya yang ada dalam organisasi.
Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi
imbalan. Anggota organisasi biasanya akan mendengarkan dan
melaksanakan apa yang dikatakan oleh pemimpinnya, karena ia
memiliki kekuasaan formal dalam organisasi yang dipimpinnya
b. Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang
berasal dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu.
Kekuasaan ini dapat berasal dari:
 Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki
keahlian, ketrampilan atau pengetahuan khusus dalam
bidangnya. Misalnya seorang ahli komputer yang bekerja pada
sebuah perusahaan, atau seorang karyawan yang memiliki
kemampuan menggunakan 2 atau 3 bahasa internasional, akan
memiliki expert power karena sangat dibutuhkan oleh
perusahaannya.
 Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)
kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki
sumber-daya, kepribadian yang menarik, atau karisma tertentu.
Kekuasaan ini dapat menimbulkan kekaguman pada orang
tersebut, dan membuat orang yang mengaguminya ingin
menjadi seperti orang tersebut. Misalnya seorang dengan
kepribadian menarik, sering dijadikan contoh atau model oleh
orang lain dalam berperilaku.
2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan
ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental
power yang merupakan sumber kekuasaan kelompok.
C. Politik dalam Organisasi
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan
Kacmar (2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam
suatu organisasi merupakan tindakan individu yang dipengaruhi oleh
tujuan pencapaian kepentingan pribadi tanpa memperhatikan atau
menghargai well-being orang lain atau organisasi. Greenberg dan Baron
(2000) mendefinisikan politik organisasional sebagai penggunaan
kekuasaan secara tidak resmi untuk meningkatkan atau melindungi
kepentingan pribadi. Politik keorganisasian adalah serangkaian tindakan
yang secara formal tidak diterima dalam suatu organisasi dengan cara
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan individu (Greenberg dan
Baron, 2000). Kelaziman dan intensitas kemunculan politik organisasi
berbeda-beda mengikuti karakteristik struktur organisasi dan siklus khusus
(Drory, 1993). Pfeffer (1992) dikutip dalam Greenberg dan Baron (2000)
mengemukakan beberapa aspek situasi yang memunculkan aktivitas
politik dalam organisasi, sebagai berikut :
1. Perilaku politik biasanya muncul pada saat ada ketidakpastian, sumber
daya yang langka, unit-unit (individual dan kelompok) memiliki
kepentingan yang terkonflik dan saat anggotaanggota organisasi
memiliki kekuasaan (power) yang hampir sama.
2. Perilaku politik yang muncul dalam bidang sumber daya manusia,
seperti pada saat penilaian kinerja, seleksi personel, dan keputusan
kompensasi (Ferris dan Kacmar, 1992). Hal ini kemungkinan karena
adanya ambiguity. Lingkungan organisasional bersifat ambiguous
karena tidak adanya kriteria evaluasi yang jelas, sehingga organisasi
cenderung kurang bergantung pada hasil yang dapat diukur dan lebih
pada usaha pekerja, potensi yang dipersepsikan dan karakteristik, nilai,
dan sikap personal. Semua hal tersebut dapat diubah melalui
manipulasi pertimbangan (Ferris & King, 1991).
3. Aktivitas politik biasanya tidak sama pada tahap hidup organisasi yang
berbeda. Menurut Greenberg dan Baron (1997) ada tiga tahapan dalam
organisasi yang memiliki perilaku politik yang berbeda-beda. Tahap
pertama, saat organisasi baru berdiri, pendiri organisasi memperoleh
kekuasaan politik dengan menunjukkan ide mereka kepada para
bawahannya. Kedua, tahap pertumbuhan organisasi, anggota
organisasi cenderung terpisah-pisah karena kekomplekan tugas
sehingga menciptakan adanya kepentingan yang berbeda-beda dan
dapat menimbulkkan konflik. Ketiga, saat pertumbuhan organisasi
mengalami penurunan, anggotaanggota merasa tidak aman akan
pekerjaannya dan memerlukan tindakan politik untuk mendapatkan
kekuasaan dalam pengendalian organisasi
D. Hubungan antara kekuasaan dan politik dalam organisasi
Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam
kehidupan setiap organisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan
tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena
keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam
organisasi.
Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan,
namun politik juga terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi
keagamaan, kelompok, bahkan pada unit keluarga. Politik adalah suatu
jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer,
dan digunakan. Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan
individu karyawan dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi.
Ketika keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan individu akan
mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
Politik penting artinya dalam suatu organisasi, karena didalamnya
terjadi suatu proses berorganisasi yang mempunyai dampak terhadap
perilaku setiap individu atau anggota yang ada dalam organisasi. Politik
dalam organisasi merupakan suatu proses dalam memahami proses
manajerial. Perilaku politik merupakan perilaku yang secara
organisasional tidak ada sanksinya, yang mungkin dapat merugikan bagi
tujuan organisasi atau bagi kepentingan orang lain dalam organisasi.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2003). Studi tentang kekuasaan
dan pengaruhnya sangat penting untuk dipahami bagaimana organisasi
melakukan aktivitasnya. Sangat memungkinkan untuk melibatkan
kekuasaaan (power) dalam setiap interaksi dan hubungan sosial pada
organisasi. Orang cenderung untuk mempengaruhi individu lain dan
organisasi dalam setiap tindakan atau perilakunya dengan melakukan
social influence dan tindakan (Greenberg & Baron, 2000).
Kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan
yang diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan
personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri
diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan
mengendalikan urusan masyarakat.
Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan
oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama
berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal,
pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk
mengatur kepentingan semua orang yang ada dalam organisasi, bukan
untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan
anggota organisasi terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan
serta kenyamanan dalam kehidupan.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara beberapa
alternatif. Kadang-kadang proses ini sangat sederhana, dan alternatif yang
paling baik mudah ditentukan. Terkadang organisasi juga akan
menghadapi sebuah proses rumit atau organisasi juga akan menemui
proses yang berkepanjangan karena alternatif yang ada cukup banyak dan
rasional.
kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh sesuatu
sesuai dengan cara yang dikehendakinya. Seseorang bisa saja memiliki
kekuasaan tetapi tidak menggunakannya. Jika kekuasaan ada tapi tidak
digunakan, maka hal ini disebut sebagai kemampuan atau potensi diri saja.
Di dalam perusahaan, kekuasaan dapat diterapkan oleh setiap pemimpin
maupun karyawan yang ada.
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan
Kacmar (2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam
suatu organisasi merupakan tindakan individu yang dipengaruhi oleh
tujuan pencapaian kepentingan pribadi tanpa memperhatikan atau
menghargai well-being orang lain atau organisasi
Kehidupan organisasi dari waktu ke waktu berjalan sangat dinamis,
penuh dengan perubahan yang serba cepat dan terkadang mengejutkan.
Perubahan organisasi tidak saja bersumber dari luar tetapi justru seringkali
berasal dari dalam organisasi itu sendiri. Banyak tekanan yang
mengharuskan organisasi mengadakan perubahan., misalnya, kelambanan
dalam pengambilan keputusan dan kelambanan dalam komunikasi,
memaksa organisasi mengadakan perubahan. Seringkali terjadi organisasi
tidak mengambil keputusan atau terlambat mengambil keputusan, atau
keputusan yang diambilnya tidak tepat.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat membantu dan
bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sangat membantu untuk penyempurnaan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/suleh/Downloads/171-Article%20Text-171-1-10-20170315.pdf
http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/180
http://journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/attalim/article/view/34
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/view/26
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/
Seri_Manajemen_Organisasi_Buku_2_Pengambilan_Keputusan_Dalam_
Organisasi_Mengoptimalkan_Peran_Komunikasi_Dalam_Perubahan_Org
anisasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai