1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya dan inayahnya
hingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini, dan selanjutnya Solawat
beriring Salam buat Junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing manusia kejalan yang benar.
Makalah yang berjudul PERILAKU ORGANISASI ini berisi tentang konsep perilaku
organisasi.
Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat Organisasi ………………………………………………………………..........5
2.2 Determinan-determinan Kerja Individu……………………………………….........10
2.3 Motivasi......................................................................................................... 12
2.4 Kepuasan Kerja............................................................................................... 21
2.5 Kepemimpinan................................................................................................ 22
2.6 Komunikasi ...................................................................................................24
2.7 Konflik Antar Kelompok................................................................................ 25
2.8 Sistem Imbalan.............................................................................................. 29
3
BAB I
PEDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Bagi penulis : memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisasi dan menambah
wawasan serta dapat memahami tentang Perilaku organisasi.
4
2. Bagi UNAKI : makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang Perilaku Organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
· Sistem Organisasi
Formalisasi (formalization) mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam
organisasi dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku pekerjaan
akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan,
kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Di organisasi dengan tingkat
formalisasi tinggi, ada deskripsi rendah tugas yang jelas, beragam aturan organisasi,
dan prosedur yang didefinisikan relatif tidak terprogram dan karyawan memiliki
banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait dengan pekerjaan.
Kadar formalisasi bisa sangat beragam antarorganisasi dan di dalam organisasi.
Pekerjaan-pekerjaan tertentu, misalnya, memiliki sedikit formalisasi.
2. Birokrasi
Birokrasi sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang
dicapai melalui spesilisasi, aturan dan ketemtuan yang sangat formal, tugas-tugas
yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat,
rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai
komando.Standarisasi merupakan konsep kunci yang mendasari semua
birokrasi.Birokrasi adalah sebuah kata yang memiliki konotasi tak menyenangkan di
benak kebanyakan orang. Namun, birokrasi memiliki keunggulan. Kekuatan utama
birokrasi terletak pada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang
berstandar secara sangat efisien. Kelemahan dari biokrasi adalah sesuatu yang kita
semua pernah alami suatu kali ketika harus berhadapan dengan mereka yang
bekerja di organisasi-organisasi seperti berlebihan dalam mengikuti aturan.
3. Struktur matriks
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda
dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk.Pilihan desain
organisasi lain yang populer adalah struktur matriks (matrix structure). Pada
hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi:
fungsional dan produk.
Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para
spesialisasi, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan
pengumpulan dan pembagian sumber-sumber daya khusus untuk seluruh produk.
Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialisasi
fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai
anggaran.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan
konsep kesatuan komando. Kekuatan matriks terletak pada kemampuannya untuk
memfasilitasi koordinasi manakala organisasi tersebut memiliki banyak aktivitas
yang rumit dan saling tergantung. Kelemahan matriks terletak pada kebingungan
8
yang diciptakannya, kecenderungannya untuk menumbuhkan perjuangan meraih
kekuasan, dan stres yang dirasakan pada individu.
· Tingkatan Analisis
Sebelummembahas tingkatan dalam analisis organisasi sebaiknya kita ketahui dulu
apa saja yang menjadi acuan dalam pembahasan teori organisasi, pada bahasan
disini adalah pengertian organisasi menurut pendekatan modern dan
dapatdilihatpada :
1. LingkunganOrganisasi
2. Organisasi secara keseluruhan
3. Bagian – bagian Organisasi
4. Kumpulan individu (group) yang terdapat dalam setiap bagian orgnaisasi
9
Ke empat tingkatan tersebut harus diperhatikan dalam meninjau permasalahan
organisasi sesuai urutannya. Pada tingkatan analisis organisasi ini tidak membahas
masalah individu yang merupakan anggota organisasi, tetapi maslah individu
dinyatakan sebagai analisis perilaku. Analisis Perilaku ini adalah suatu pendekatan
psikologis yang mempelajari motivasi kepemimpinan dan sebagai aspek kepribadian
individual lainnya.Seperti kita ketahui bahwa pendekatan dalam teori organisasi
adalah pendekatan klasik, pendekatan neo-klasik dan pendekatan modern.
Tingkatan analisis organisasi ini merupakan pandangan dari pendekatan modern
karena organisasi menurut pendekatan ini adalah bagian atau subsistem lingkungan
yang sekaligus juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Pandangan tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan merupakan salah satu elemen penting yang harus
diperhatikan dalam analisis organisasi.
· Efektivitas Organisasi
Menurut Soekarno K.[1]efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil dikehendaki
tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang
telah dikeluarkan/ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang
dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi
pengertian efektivitas kinerja organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang
dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara bersama-sama.
11
Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan
tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan
tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan
bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi.
Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang
mendasari setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa
elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan
kumpulan dasar mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut
lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik.
§ Perilaku individu
Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya.
Sementara itu, karakteristik individu akan dibawa memasuki suatu lingkungan baru,
yaitu organisasi atau lainnya. Selain itu, organisasi juga memiliki karakteristik dan
merupakan suatu lingkungan bagi individu. Karakteristik organisasi, antara lain
reward system dan pengendalian. Selanjutnya, karakteristik individu berinteraksi
dengan karakteristik organisasi yang akan mewujudkan perilaku individu dalam
organisasi.
Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik
individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik
individu dengan karakteristik organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku
individu dalam organisasi.
c. Status Perkawinan
Perkawinan biasanya akan meningkatkan rasa tanggung jawab seorang karyawan
terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, karena pekerjaan nilainya
lebih berharga dan penting karena bertambahnya tanggung jawab pada keluarga.
d. Masa Kerja
Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang
dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
§ Prestasi kerja
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih
menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”.
Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”,
maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang
dicapai”.
Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified job
function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan
sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu).
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada
hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada
perusahaan.[2]
13
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanaan
tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan
kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan perusahaan. (www. Feunpak. web. Id/ jima/isna.txt). Model perilaku dan
prestasi kerja individu dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor,
faktor-faktor tersebut dijelaskan dalam sub pokok bahasan berikutnya.
2.3 MOTIVASI
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya
sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Menurut J.P. Chaplin Motivasi adalah suatu
variabel perantara yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri
individu, yang dapat membangkitkan, mempertahankan dan menyalurkan tingkah
laku kearah suatu tujuan tertentu.
Motivasi berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri
manusia. Motivasi tidak dapat terlihat dari luar. Motivasi dapat menggerakkan
manusia untuk menampilkan suatu tingkah laku kearah pencapaian suatu tujuan.
Tingkah laku dapat dilandasi oleh berbagai macam motivasi.[3]
Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku
Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut
[4]:
1. Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi;
2. Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi;
3. Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama;
4. Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda;
5. Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama;
6. Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda.
2.3. Kemampuan
Kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tidak
sama satu dengan yang lainnya. Setiap manusia mempunyai kemampuan berfikir
masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun
dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
a. Kemampuan Intelektual
14
b. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik memiliki makna penting khusus untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang kurang menuntut keterampilan. Ada sembilan
kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis,
kekuatan, keluwesan extent, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan,
dan stamina
§ Persepsi
Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kessan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Ada
beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi
yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk
membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitan
karena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat
membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
· Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka
saksikan berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini
dikarenakan kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita.
Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang yang menyenangi hasil seni akan
cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi.
Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna sedikit demi sedikit dari apa
yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang,
pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin
terjadi dengan jalan pintas ini.
· Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu
berdasarkan suatu karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat,
pintar, dls. Orang yang menilai dapat mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suatu
ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan oarng dari individu yang sedang
dinilai.
· Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja
dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang
sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara dapat memperoleh evaluasi yang
15
lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh banyak pelamar yang
kurang bermutu.
· Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya
saja orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama
dengannya
· Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap
kelompok seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas,
maka kita akan mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi
seperti ini dapat menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita
mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin juga bahwa stereotipe itu
tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.
Penerapan Khusus dalam Organisasi
Penilaian memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang
selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
- Wawancara karyawan : bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat
penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat
hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara
merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan,
perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa
yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu
organisasi.
- Pengharapan kinerja : Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk
mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut
keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan
perilaku kita. Misalnay manager memperkirakan orang akan berkinerja minimal,
mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah
ini.
- Evaluasi kinerja : penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada
proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang
dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu
penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari
penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
- Upaya karyawan : Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan
dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap
16
upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap
distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
- Kesetiaan karyawan : pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap
karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi.
Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan.
Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat
sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai pengacau.
§ Kepribadian
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan
berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan. Kepribadian juga merupakan
jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari
lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang
khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi
dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.[5] Menurut Gordon
Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam sistem psikofisiologis individu
yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya.[6] Untuk tujuan kita , Anda hendaknya menganggap bahwa
kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain
Menilai Kepribadian
Menilai kepribadian seseorang dalam perekrutan karyawan sangatlah penting
karena membantu para manajer untuk memilih calon yang terbaik. Terdapat tiga
cara untuk menilai kepribadian seseorang, diantaranya:
1.Survei mandiri
Merupakan cara yang paling umum yang digunakan untuk menilai kepribadian.
Kekurangan dari survei mandiri adalah kebohongan dari individu, mungkin mereka
lebih menunjukkan kesan yang lebih baik dari pada faktanya. Kekurangan
selanjutnya adalah akurasi, dimana seorang yang memiliki talenta yang baik sedang
dalam suasana hati yang tidak bagus, sehingga dapat mempengaruhi survei
mandiri.
2.Survei peringkat oleh pengamat
17
Dikembangkan untuk memberikan penilaian bebas mengenai kepribadian. Survei
dilakukan oeh rekan kerja dengan sepengetahuan individu yang dinilai ataupun bisa
tidak. Dari survei peringkat oleh pengamat bisa memberi tahu sesuatu yang unik
mengenai perilaku seorang individu di tempat kerja.
3.Ukuran proyeksi
Ukuran proyeksi dianggap sebagai tantangan karena seseorang ahli sering kali
menilai hasil-hasil tersebut secara berbeda satu sama lain. Maka dari itu, ukuran
proyeksi sangat tidak efektif sehingga jarang digunakan.
§ Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi
Sifat kepribadian yang menjadi indikator kuat perilaku di organisasi / tempat kerja,
yaitu :
1.Evaluasi inti diri
Tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah
mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa
memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.
2.Marchiavellinisme
Tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan
yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.
3.Narsisme
Kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,
membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.
4.Pemantauan diri
Kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor
situasional eksternal.
5.Pengambilan resiko
6.Kepribadian tipe A
Keteribatan secara agresif dalam erjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih
banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan bila perlu melawan upaya-upaya yang
menentang dari orang atau hal lain.
7.Kepribadian Proaktif
Sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga
berhasil mencapai perubahan yang berarti.
§ Pengertian Motivasi
18
Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan
bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Suatu kebutuhan (need), dalam
terminologi berarti suatu kekurangan secara fisik atau psikologis yang membuat
keluaran tertentu terlihat menarik (Robinns,S, 2002: 55). Motivasi adalah
keseluruhan proses pemberian motivasi (dorongan) kepada para pegawai agar
mereka mau dan suka bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien (Wursanto, 2003: 267).[7]
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah
tujuan organisasi, yang di kondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi
sesuatu kebutuhan individual.[8]
a. Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku
Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi berikut
(Sutarto, 1984; 275):
1. Sebuah perilaku dapat hanya dilandasi oleh sebuah motivasi
2. Sebuah perilaku dapat pula dilandasi oleh bebrapa motivasi
3. Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
4. Perilaku yang sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
5. Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
6. Perilaku yang berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
b. Motivasi sebagai pendorong individu
Motivasi digunakan individu untuk mendorong mereka dalam :
menentukan kebutuhan atau kesenjangan kebutuhan
pencarian jalan keluar bagi memenuhi dan memuaskan kebutuhan
pilihan perilaku untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
penentuan kebutuhan dimasa yang akan datang pencarian bagi cara
pemenuhannya
evaluasi atas pemuasan kebutuhan
Beberapa pendekatan mengenai Motivasi
pendekatan tradisional atau dikenal sebagai traditional Model of motivations
theory
pendekatan relasi manusia atau human relation model
pendekatan sumber daya manusia atau human resources model
19
d. indicator motivasi individu
Dalam konteks studi psikologi abin syamsudin (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indicator, diantaranya :
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi kegiatan
3. Persistensi pada kegiatan
4. Ketabahan,keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan
kesulitan
5. Pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi yang hendak di capai dengan kegiatan yang dlakukan
7. Tingklat kualifikasi frestasi atau produk (out put) yang di capai dari kegiatan
yang dilakukan
8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan[9]
§ Teori-Teori Motivasi
Dasarwarsa 1950an adalah kurun waktu yang berhasil dalam perkembangan
konsep-konsep motivasi. Hendaknya anda mengetahui teori-teori dini ini sekurang-
kurangya untuk dua alasan :
Teori-teori ini mewakili suatu fundasi dari situlah tumbuh teori-teori
kontemporer,
Manajer-manajer praktik secara teratur menggunakan teori-teori ini dan
peristilahan mereka dalam menjelaskan motivasi karyawan.
1. Teori Hirarki Kebutuhan
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan,yaitu:
a. kebutuhan faali ( fisiologis ) : antara lain rasa lapar, haus, perlindungan
(pakaian dan perumahan,seks dan kebutuhan ragawi lainnya.
b. Keamanan : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional.
c. Kebutuhan social : mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima-baik, dan
persahabatan.
20
d. Kebutuhan penghargaan: mencakup factor rasa hormat internal seperti harga
diri, otonomi dan prestasi dan factor hormat eksternal seperti misalnya status,
pengakuan, dan perhatian.
e. Aktualisasi diri (selp actualization) : dorongan untuk menjadi apa yang ia
mampu menjadi ; mencakup pertumbuhan, mencpaai potensialnya dan
pemenuhan diri.
2. Teori X dan Y
Teori X maksudnya pengandaian bahwa karyawan-karyawan tidak menyukai kerja,
malas tidak menyukai tanggung jawab dan harus di paksa untuk berfrestasi.
Teori Y maksudnya : pengandaian bahwa karyawan-karyawan menyukai kerja,
kreatif,berusaha bertanggung jawab dan dapat menjalankan pengarahan diri.
Douglas Mcgregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para
manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah
pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok
asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka
terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tsb.
1. Ada 4 asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X :
2. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa mungkin
berusaha untuk menghidarinya.
3. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus
dipakai,dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
4. Karyawan akan menghidari tangung jawab dan mencari perintah formal
5. Kebanyakan karyawan akan menaruh keamanan diatas semua factor lain
yang dikaitkan dengan kerja dan akan memperagakan ambisi sedikit saja.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negative mengenai sifat manusia
dalam teori, ada pula asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y :
1. Karyawan mengangap kerja sebagian hal yang menyenangkan seperti halnya
istirahat atau bermain.
2. Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai
berbagai tujuan
3. Karyawa bersedia belajar untuk menerima, mencari dan bertanggung jawab
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif (pembaharuan) tersebar
meluas dalam populasi dan tidak perlu merupakan milik diri mereka yang
berada dalam posisi manajemen
21
3. Teori Pengharapan
Adalah kekuatan dari suatu kecendrungan untuk bertindak dlam suatu tertentu
bergantung pada kekuatan suatu pengharapam bahwa tindakan itu akan ikuti oleh
suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu itu.
Teori ini memfokuskan pada 3 hubungan :
1. Hubungan upaya – kinerja : probabilitas yang di persepsikan oleh individu
yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.
2. Hubungan kinerja – ganjaran : derajat sejauh mana individu itu meyakini
bahwa berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya
suatu keluaran yang diinginkan.
3. Hubungan ganjaran – tujuan – pribadi : derajat sejauh mana ganjaran –
ganjaran organisasi hal yang memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi
seorang individu dan daya tarik ganjaran-ganjaran potensial tersebut untuk
individu itu.
4. Teori Keadilan
Adalah teori bahwa individu membandingkan masukkan-masukkan dan hasil
pekerjaan mereka dengan masukkan-masukkan dan hasil pekerjaan orang lain dan
kemudian merespons untuk menghilangkan ketidak adilan.
Apabila seseorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya
tidak memadai dan dua kemungkina dapat terjadi yaitu.
a. Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.
b. Mengurangi intensitas usaha yang di buat dalam melaksanakan tugas
yang menjadi tanggung jawab.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan 4
hal sebagai pembanding yaitu :
a. Harapan tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima
berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan,sifat
pekrjaan dan pengalamanya.
b. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaan nya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri.
c. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain diorganisasi lain dikawasan yang
sama serta melakukan kegiatan sejenis
22
d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah jenis
imbalanya merupakan hak para pegawai.
2.5 KEPEMIMPINAN
kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini
mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya
organisasi agar dapat bersaing secara baik.
1. Sifat-sifat Kepemimpinan
a. Feodalistis atau Otokratis
25
Wewenang sepenuhnya ada dalam tangan pemimpin ini. Gagasan, rencana,
keputusan, semuanya berasal dari pemimpin atau satu orang. Anggota tidak
mendapatkan waktu atau kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.
b. Bebas
Pemimpin bersifat bebas membiarkan orang mengemukakan pendapatnya, bebas
sekehendak hatinya, tanpa memberikan arah yang tegas, sehingga mudah
menimbulkan konflik.
c. Demokratis
Setiap anggota diberi hak dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
mengajukan saran-saran dan pertanyaan-pertanyaan, turut membuat rencana dan
mengambil keputusan. Tanggung jawab suatu keputusan dipikul bersama. Sifat-sifat
seperti ini memberi pengertian dan mendidik anggota untuk cinta dan setia pada
organisasi dan menggugah tanggung jawab.
2. Ciri-ciri Pembawaan Kepemimpinan
Kepemimpinan dan kepribadian bukanlah aspek yang terpisah dalam kehidupan
seseorang. Seorang pemimpin yang taatasas adalah mereka yang mampu
menciptakan kekuatan dalam kehidupan kepribadiannya sekaligus mampu
menciptakan kekuatan dalam kepemimpinannya. Seorang pemimpin akan
menyesuaikan irama dan langkahnya dengan semua orang yang bekerjasama
dengannya. Karena itu selayaknya kalau anda sebagai pemimpin ingin mengetahui
beragam determinan yang berkaitan dengan kepribadian anda. Misalnya, perilaku
anda akan mencirikan budaya anda.
Budaya itu sendiri akan menentukan seberapa jauh anda bersifat atraktif. Beberapa
ungkapan agaknya dapat dipakai sebagai bentuk habit (komponen budaya) seorang
pemimpin “you are what you talk”; “you are what you eat”; “kerja keras, cerdas, dan
ikhlas”. Dengan demikian jika anda ingin menanamkan nilai-nilai pada budaya
organisasi maka pertanyaan mendasar adalah apakah perilaku anda dapat diterima
oleh semua orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Jadi sang pemimpin harus
memulai dari dirinya sendiri. Dengan kata lain cara untuk mengubah budaya dalam
organisasi adalah dengan mengubah perilaku sang pemimpin itu sendiri.
3. Teori Prilaku Pemimpin
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai
perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari
perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode
26
tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada
tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya
menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana
perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati,
satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah
bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan
yang puas.
2.6 KOMUNIKASI
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran
pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk
saling pengertian (mutual undestanding) . Pendek kata agar terjadi penyetaraan
dalam kerangka referensi, maupun dalam pengalaman.
1. Perhatian
Perhatian adalah merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada suatu obyek atau kepada sekumpulan obyek-obyek.
Perhatian juga adalah merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang ditermia oleh
individu yang bersangkutan.[15][2]
Menurut Dr. Aryan Ardhana, perhatian adalah suatu kegiatan jiwa. Perhatian
dapat didefinisikan sebagai proses pemusatan phase-phase atau unsur-unsur
pengalaman dan mengabaikan yang lainnya.
Sedang menurut Drs. Dakir, perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran
dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik di dalam maupun di luar diri kita.
2. Pemahaman
Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir
semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang
27
lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber
pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman
yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam,
menemukan dirinya dalam orang lain.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang
kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi menyatakan bahwa
pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.
28
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di
antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi
jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri
– sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam
organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak
menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut
dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang
terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan
organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang
sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara
dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung,
namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
29
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
· Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh,
misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh
masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani
menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang
dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga
harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di
masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok
atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.
Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha
menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
· Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-
nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara
cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah
yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
30
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-
perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan
proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap
semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
· JENIS-JENIS KONFLIK
· AKIBAT KONFLIK
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
· meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
· keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
· perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,
benci, saling curiga dll.
· kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
· dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
31
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak
lainnya.
· Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan
menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
· Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan
percobaan untuk "memenangkan" konflik.
· Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan
percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.
· Tujuan Imbalan
Adapun tujuan utama dari program penghargaan adalah:
1. Menarik orang yang memilikikualifikasi untuk bergabung dengan
organisasi
2. Mempertahankan karyawan agar terus datang untuk berkerja
3. Memotivasi pekerja untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi
* Penghargaan Interpersonal
Penghargaan Intrinsik
34
Suatu penghargaan intrinsik didifinisikan sebagai penghargaan yang diatur sendiri
oleh seseorang.
Berikut ini beberapa jenis Penghargaan Intrinsik:
* Penyelesaian (Completion)
Kemampuan memulai dan menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek merupakan
hal yang penting bagi setiap orang. Beberapa orang mempunyai kebutuhan untuk
menyelesaikan tugas, dan efek dari penyelesaian tugas bagi seseorang merupakan
suatu bentuk penghargaan pada dirinya sendiri, yakni dampak motivasi yang kuat.
* Pencapaian (Achievement)
Pencapaian merupakan penghargaan yang muncul dalam diri sendiri, yang
disebabkan oleh seseorang yang meraih suatu tujuan yang menantang.
* Otonomi (Autonomy)
Perasaan otonomi dapat dihasilkan dari kebebasan melakukan apa yang dianggap
terbaik oleh karyawan dalam suatu situasi tertentu. Pada pekerjaan yang sangat
terstruktur dan terkendali oleh manajemen, sulit untuk menciptakan tugas yang
mengarah pada otonomi.
* Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Dengan mengembangkan kemampuan pribadi, seseorang mampu untuk
memaksimalkan atau setidaknya memuaskan poyensi keterampilan.
· Proses penghargaan
Dari gambar tersebut berusaha mengintegrasi kepuasan, motivasi, kinerja, dan
penghargaan. Membaca gambar tersebut dari kiri ke kanan akan menunjukkan
bahwa hanya dengan memberikan motivasi untuk menghasilkan usaha adalah
tindakan cukup ntuk memancing kinerja yang diingikan. Kinerja dihasilkan dari
kombinasi usaha dan tingkat kemampuan, keterampilan, dan pengalaman individu.
Hasil kinerja individu dievaluasi secara formal maupun informal oleh manajemen dan
dua jenis penghargaan dapat diberikan: intrinsik atau ekstrinsik. Penghargaan
tersebut dievaluasi oleh indinidu, jika penghargaan tersebut memuaskan dan
seimbang, individu mencapai tingkat kepuasan.
Sistem Penghargaan yang Inovatif
- Gaji Berdasarkan Keterampilan
Sistem berdasarkan keterampilan setidaknya memiliki empat keunggulan, yakni:
35
a. Karena karyawan memiliki lebih banyak keterampilan, maka organisasi
meningkatkan fleksibelitasnya dengan menempatkan pekerja untuk menangani
pekerjaan yang berbeda
b. Karena gaji tidak ditentukan atas dasar klasifikasi pekerjaan, organisasi
mungkin lebih memerlukanlebih sedikit klasifikasi pekerjaan
c. Lebih sedikit karyawan yang diperlukan karena lebih banyak pekerja
yang dapat dipertukarkan, dan
d. Organisasi mungkin mengalami penurunan dalam pergantian karyawan
dan ketidakhadiraan.
- Perluasan Tingkat
Suatu elemen penghargaan finansialdimasa organisasi mengalami kesulitan adalah
sistem peringkat. Sebagian besar sistem memiliki sejumlah besar peringkat. Maka
diperlukan perrluasan tingkat yang akan mengurangi sejumlah peringkat gaji hingga
tersisa relatif sedikit peringkat yang luas.
- Pelayanan Concierge
Ketersediaan pelayanan conciergeuntuk berbagai aktivitas yang harus dilakukan
merupakan daya tarik perusahaan . menjamin karyawan untuk dapat berkosentrasi
pada kinerja dapat dianggap sebagai tunjangan karyawan yang setimapl terhadap
usaha dan pekerjaan.
- Penghargaan Berdasarkan TimTunjangan Parah Waktu
Rancangan dari sistem ini adalah seharusnya sesuai dengan pengkelompokan
dikeseluruhan rancangan organisasidalam situasi dimana tim relatif idependentdan
tujuannya dapt diukur, ditetapkan, dan dievaluasi, penghargaan didasarkan atas
pencapain tujuan.
- Pembagian Keuntungan.
Keberhasilan program pembagian keuntunganmemerlukan komtmen kuat untuk
menerapkan efesiensi, baik dari manajemen dan karyawan. Selanjutnya komitment
tersebut memerlukan komunikasi yang terbuka, penggunaan informasi bersama dan
tingkat kepercayaan yang tinggi antara semua pihak.
- Mengatur Penghargaan
Manajer diharapkan dengan keputusan bagaimana mengatur penghargaan. Ada tiga
pendekatan teoritis dalam mengatur penghargaan, yakni:
a. Reinforcement Positif
36
Pondasi dasar dalam mengatur penghargaan melalui pendekatan ini adalah
hubungan antara perilaku dan kosekuensinya. Tujuan pendeketan ini agar bisa
menciptakan perilaku yang diinginkan.
b. Modeling dan Imitasi Sosial
Dalam menggunakan pendekatan ini menejer harus menentukan siapa yang
merespon pendekatan ini, selain memilih model yang sesuai. Terakhir dimana model
muncul perlu diperhatikan juga. Ini berarti jika kinerja yang tinggi merupakan tujuan
dan merupakan hal yang hampir tidak bisa dicapai karena sumberdaya yang
terbatas, menejer seharusnya menyimpulkan modeling tidak sesuai.
c. Teori Ekspektasi
Dalam pendekatan ini, manajer harus menentukan jenis penghargaan yang
diinginkan oleh karyawannya dan melakukan hal apapun yang mungkin untuk
mendistribusikan penghargaan tersebut. Jika tidak, menejer harus menciptakan
kondisis sehingga apa yang tersedia dapat diterapkan sebagai penghargaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku
tingkat individu dan tingkat kelompok dalam suatuorganisasi serta dampaknya
terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok,Kinerja merupakan penampilan
hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
3.2 SARAN
Makalah ini bermaksud untuk setiap individu atau mahasiwa selalu berprilaku
organisasi untuk mencapai tujuan bersama secara cepat, tepat dan efisien. Adapun
37
saran yang yang lain semoga makalah ini berguna bagi individu atau kelompok
dalam kehidupan berorganisasi dan segala krtik dan saran tentang makalah ini kami
terima dengan lapang dada.
DAFTAR PUSTAKA
38
Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan
membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana
saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
39