Anda di halaman 1dari 17

PERPAJAKAN II

Modul ke:
Perhitungan Pajak Penghasilan

03
dengan Norma Perhitungan
Penghasilan Neto

Fakultas
EKONOMI

Program Studi
S1 AKUNTANSI
Letakkan foto Terbaik anda disini  Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA.
HP/WA : 081322793913
Email : suhirmanmadjid@ymail.com
Norma Penghitungan

Norma penghitungan terdiri dari dua macam, yaitu :


1. Norma Penghitungan Peredaran Bruto (NPPB) dan
2. Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).
Pada dasarnya, setiap Wajib Pajak termasuk mereka yang
bermaksud akan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (NPPN) sebagai dasar untuk menentukan
penghasilan neto diwajibkan untuk menyelenggarakan
pencatatan tentang peredaran brutonya.
Norma Penghitungan Peredaran Bruto (NPPB) diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang peredaran bruto sebenarnya tidak
dapat diketahui sebagai akibat dari:

2
Norma Penghitungan Peredaran Bruto (NPPB) diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang peredaran bruto sebenarnya tidak dapat diketahui
sebagai akibat dari:
(a) Bagi Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan, yang tidak bersedia
memperlihatkan pembukuan atau catatan peredaran bruto atau bukti-bukti yang
mendukung pembukuan atau pencatatan peredaran bruto;
(b) Bagi Wajib Pajak yang dianggap menyelenggarakan pembukuan;
(c) Bagi Wajib Pajak yang telah menyatakan keinginannya kepada Direktur
Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto, yang tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pencatatan peredaran brutonya.

Dengan Norma Penghitungan, pada dasarnya penghasilan neto sebagai komponen


penghasilan kena pajak (PKP) ditentukan berdasar formula yang secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut:

PENGHASILAN NETO – (% NORMA PENGHITUNGAN) x (PEREDARAN


USAHA)

3
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
• Menghitung penghasilan neto bukan dari penghasilan
dikurangi biaya tetapi menggunakan tarif tertentu dari
bruto
• Penghasilan Neto = Bruto X tarif Norma

Apabila semua syarat tidak dipenuhi maka WP


Wajib Pembukuan.

Tarif Perkiraan neto/Norma telah ditentukan oleh


Dirjen Pajak menurut bidang usahanya

4
Siapa Yang Berhak Menggunakan NPPN?
(Per 17/PJ/2015)
• Wajib Pajak Orang Pribadi.
• Melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
• Memiliki peredaran bruto dalam 1 tahun kurang dari Rp
4.800.000.000.
• Menyelenggarakan pencatatan.
• Menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak
dikenai Pajak Penghasilan bersifat final.

5
Jenis Pekerjaan Bebas yang dalam menghitung Pajak
Penghasilan dapat menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
3. Olahragawan;
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah:
6. Agen iklan:
7. Pengawas atau pengelola proyek;
8. Perantara;
9. Petugas penjaja barang dagangan;
10. Agen asuransi; dan
11. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
6
Contoh perhitungan dengan
norma penghasilan neto
• Tuan Adit adalah seorang dokter di Jakarta yang membuka usaha
praktek dokter (klinik kesehatan).
Dari pekerjaan bebas sebagai dokter tersebut tuan Adit
memperoleh penghasilan kotor (bruto) dalam bulan Januari s/d
Desember adalah sebesar Rp.600.000.000,00
• Penghasilan neto tuan Adit dalam setahun (Januari s/d Desember
2015) dihitung sebagai berikut :
• Penghasilan Bruto                 : 600.000.000
• Norma penghasilan neto kode 86210 dengan tarif sebesar :  50 %
• Penghasilan neto :  300.000.000
(600.000.000 x 50 % = 300.000.000)
• PPh terhutang =
5 % x 50.000.000 = Rp 2.500.000

15 % x 250.000.000 = Rp 37.500.000   
Rp 40.000.000 7
Contoh Penghitungan perkiraan/Norma
Pak Narto adalah dokter (K/1) dan mempunyai usaha
bengkel mobil. Dalam tahun 2015 mendapat penghasilan
sbb :
1. Praktek dokter : Rp. 200.000.000,-
2. Usaha reparasi / service kendaraan dengan omzet =Rp.
300.000.000,-
Karena total omzet tidak sampai Rp. 4,8 M maka boleh
menghitung penghasilan bersih dengan norma
Norma/perkiraan penghasilan neto untuk dokter sebesar
50 % dan Bengkel sebesar PPh final 0,5%
Berapa penghasilan neto dan penghasilan kena pajak Pak
Narto?
8
Contoh Penghitungan perkiraan/Norma
1. Menghitung Perkiraan Penghasilan Neto :

Jenis Usaha Omzet Tarif Norma DPP

Dokter 200,000,000 50 % 100,000,000

Service kendaraan 300,000,000 300,000,000

Jumlah Penghasilan Neto/bersih = Rp. 100.000.000


2. Menentukan PKP = Rp. 100.000.000 -PTKP
= 100.000 – 63.000.000 = 37.000.000
PPh terhutang =
5% x 37.000.000 = Rp 1.850.000

PPh terhutang sbg pemilik bengkel = Rp 1.500.000 (FINAL)


(0,5 % x 300.000.000)
9
PENGHITUNGAN PENGHASILAN BERSIH
1. Orang Pribadi sbg. Karyawan  Gaji Bersih
2. Orang Pribadi Yang menjalankan Usaha/Pekerjaan
Bebas
- Omzet < 4,8 M setahun Perkiraan /Norma
- Omzet >= 4,8 M setahun Pembukuan
3. Wajib Pajak badan  Pembukuan

 Bagi Orang Pribadi terdapat batasan penghasilan


yang tidak dikenakan pajak (PTKP)

12
CONTOH : PENGGUNAAN NORMA

Seorang Akuntan, status kawin, istri tidak bekerja/tidak memiliki


penghasilan, mempunyai 3 (tiga) orang anak, bertempat tinggal di Jakarta
yang juga memiliki industri rotan (16299) Jati Negara.

Norma perhitungan penghasilan netto industri rotan (kode 16299) adalah


15% dan untuk akuntan (kode 69200) sebesar 50%

Penghasilan selama tahun 2016:


- Peredaran usaha dari Industri Rotan : Rp. 200.000.000
- Penerimaan bruto sebagai Akuntan : Rp. 72.000.000
Penghasilan neto dihitung sebagai berikut : 
- Industri rotan : 15% X Rp. 500.000.000 = Rp.250.000.000
- Akuntan : 50 % X Rp. 72.000.000 = Rp. 36.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp.286.000.000

Penghasilan Kena Pajak untuk WP Orang Pribadi


= Penghasilan Neto dikurangi PTKP
= Rp. 286.000.000.000 - Rp. 72.000.000
= Rp. 214.000.000

Pajak penghasilan yang terutang :


5% X Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15 % x Rp 164.000.000 = Rp 24.600.000
= Rp 27.100.000
Pajak Penghasilan Kurang/Lebih Bayar Untuk
WP OP dengan Norma
BELAJARLAH DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH ANDA
YANG AKAN MENDAPATKAN MANFAATNYA

Tra
nsi 03/28/2022
17

Anda mungkin juga menyukai