Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Prilaku Organisasi

Dosen Pembimbing
Sri Yunawati, M.Acc

Disusun Oleh:

Nadila Larasati (2124024)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita ucapkan atas kehadiran Allah, yang selalu mencurahkan
rahmat dan karunia Nya kepada kita dan terutama kepada penulis makalah ini, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kekuasaan Dan
Politik Dalam Organisasi” dalam mata kuliah ”Prilaku Organisasi”.

Selanjutnya shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW,
karena berkat beliau-lah kita dapat mengecap manisnya ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini. Seterusnya ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing kita yang telah mempercayai kami untuk menyelesaikan makalah ini, dan kepada
kawan-kawan yang telah ikut berpartisipasi dengan kami secara baik dan efektif..

Penulis menyadari bahwa setiap karya dan usaha yang telah dilakukan terhadap mata
kuliah ini tentu masih banyak mengandung kekurangan dan kedangkalan, oleh karena itu, saran,
kritik, komentar, dan tegur sapa yang membangun senantiasa diharapkan sebagai umpan balik
yang positif demi kebaikan dimasa mendatang.

Riau, 29 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

1.1 HAKEKAT DARI KEKUASAAN...................................................................................3

1.1.1 Pengertian Kekuasaan................................................................................................3

1.1.2 Sumber Kekuasaan....................................................................................................3

1.1.3 Unsur Kekuasaan.......................................................................................................4

1.1.4 Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan................................................................4

1.2 KEKUASAAN DASAR...................................................................................................5

1.3 HAKEKAT DARI POLITIK............................................................................................7

1.3.1 Pengertian Politik.......................................................................................................7

1.3.2 Perilaku Politik..........................................................................................................8

1.4 POLITK DALAM ORGANISASI....................................................................................8

1.5 KEKUASAAN YANG EFEKTIF....................................................................................9

1.6 APAKAH HUBUNGAN ANTARA KEKUASAAN DAN POLITIK..........................10

ii
BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................12

3.2. Saran................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita sering mendengar kata
kekuasaan dan politik, kedua kata ini sering dihubungkan satu sama lain. Namun, untuk
memahami tentang apa itu kekuasaan dan politik, serta apa hubungan di antara keduanya,
memerlukan pembahasan yang luas dan terperinci. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengartikan dan menggunakannya. Jika kita melakukan sesuatu tanpa ilmu,
kita bisa mencelakakan diri kita sendiri, bahkan orang lain.

Begitu pula dengan kekuasaan dan politik, di Indonesia tidak sedikit yang
memandang bahwa kekuasaan dapat diperoleh melalui politik. Atau dengan kata lain, politik
adalah jalan untuk mencapai kekuasaan. Pandangan seperti itulah yang menyebabkan begitu
banyak orang mendalami dunia politik hanya demi mendapatkan kekuasaan. Banyak orang
yang mengejar kekuasaan tanpa memahami apa sesungguhnya dan bagaimana cara
menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Banyak orang pula yang akhirnya menganggap
bahwa politik itu sesuatu yang tidak baik. Untuk itu, pemahaman yang benar mengenai
kekuasaan dan politik sangatlah penting.

1.2. Rumusan Masalah


1. Hakekat Dari Kekuasaan
2. Kekuasaan Dasar
3. Hakekat Dari Politik
4. Politk Dalam Organisasi
5. Kekuasaan Yang Efektif
6. Apakah Hubungan Antara Kekuasaan Dan Politik

1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Hakekat Dari Kekuasaan
2. Mengetahui Kekuasaan Dasar
3. Mengetahui Hakekat Dari Politik
4. Mengetahui Politk Dalam Organisasi
5. Mengetahui Kekuasaan Yang Efektif
6. Mengetahui Apakah Hubungan Antara Kekuasaan Dan Politik

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 HAKEKAT DARI KEKUASAAN

1.1.1 Pengertian Kekuasaan


Ada beberapa pandangan mengenai arti kekuasaan, di antaranya:

a) Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok


untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku.
b) Menurut Ramlan Surbakti, kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak
lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.
c) Menurut Gibson, kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh
sesuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki.
d) Menurut Russel, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh,
sedangkan alasan adalah penggunaan pengaruh yang sebenarnya
e) Pada intinya, kekuasaan diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya

1.1.2 Sumber Kekuasaan


Robbins membagi sumber kekuasaan menjadi dua, yaitu kekuasaan formal dan
kekuasaan personal. Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam organisasi,
meliputi:

a) Kekuasaan paksaan (coercive power), didasarkan pada rasa takut.


b) Kekuasaan imbalan (reward power), adanya pemberian imbalan yang bermanfaat.
c) Kekuasaan hukum (legitimate power), lebih luas daripada kekuasaan paksaan dan
imbalan karena dapat mengendalikan sumber daya organisasi.

3
d) Kekuasaan informasi (information power), berasal dari akses dan pengendalian atas
informasi.

Berbeda dengan kekuasaan formal, kekuasaan personal tidak didasarkan pada


posisi formal individu dalam organisasi. Ada tiga dasar atau sumber dari kekuasaan
personal, yaitu:

a) Kekuasaan pakar (expert power), didasarkan pada keahlian atau keterampilan


istimewa, dan pengetahuan.
b) Kekuasaan rujukan (referent power), didasarkan pada identifikasi orang yang
mempunyai sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan orang lain.

1.1.3 Unsur Kekuasaan


Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan, cara, dan hasil. Kekuasaan dapat
digunakan untuk tujuan yang baik dan yang tidak baik. Tujuan dari penggunaan
kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih oleh individu atau kelompok
yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan memiliki tujuan yang baik, maka
cara yang dipilih juga akan baik. Dan sebaliknya, jika pemegang kekuasaan menghendaki
tujuan yang tidak baik, maka cara yang digunakan juga tidak baik, misalnya dengan
mengancam. Kemudian, unsur yang terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari
jumlah individu yang dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa besar pengaruh
kekuasaan tersebut. Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas kekuasan yang
berlaku atas dirinya. Jika diterima dan didukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa.
Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan (kekuatan) dalam
penggunannya.

1.1.4 Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan


Konsep kepemimpinan dan kekuasaan mempunyai hubungan yang erat. Bahkan
seringkali orang menganggap bahwa kepemimpinan adalah identik dengan kekuasaan.
Memang seorang pemimpin dapat menggunakan kekuasaannya sebagai alat untuk

4
mencapai tujuan pribadinya maupun kelompoknya, namun sebetulnya kepemimpinan dan
kekuasaan memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada (Robbins dan Judge, 2007,
dan pendapat penulis sendiri):

1. Kesesuaian tujuan.

Kekuasaan tidak membutuhkan kesesuaian tujuan, hanya ketergantungan, sedangkan


kepemimpinan membutuhkan kesesuaian tujuan antara pemimpin dengan orang yang
dipimpinnya.

2. Arah dari pengaruh.

Kepemimpinan berfokus pada pengaruh atasan/pemimpin terhadap bawahannya


(downward influence), dan meminimalkan pentingnya bentuk pengaruh ke samping
dan ke atas (lateral and upward influence). Sedangkan kekuasaan selain berfokus pada
pengaruh terhadap bawahan, juga berfokus pada pengaruh terhadap atasan maupun
kepada sesama teman yang berada pada tingkat yang sama.
3. Cara Implementasinya.
Kepemimpinan lebih menekankan pada cara atau gaya kepemimpinan yang perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan kekuasaan, lebih memfokuskan diri pada
taktik-taktik untuk mendapatkan kesepakatan.

4. Pemilik kekuasaan.

Kepemimpinan lebih merupakan kekuasaan yang dimiliki secara individual, sedangkan


kekuasaan, bukan hanya dapat dimiliki oleh individu tertentu, namun juga dapat
dimiliki oleh beberapa atau sekelompok orang

1.2 KEKUASAAN DASAR


1. Kekuasaan Formal.
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu di dalam organisasi.
Ini dapatberasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberikan imbalan, atau dari
wewenangformal.

5
a) Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)Dasar kekuasaan yang bergantung pada
ketakutan atas hasil yang negatif akibatkegagalan untuk memenuhi.
Kekuasaan untuk memaksa dapat juga berasal daripenahanan informasi
yang penting. Orang-orang di dalam organisasi yang memiliki dataatau
pengetahuan yang diperlukan oleh orang lain maka dapat membuat yang
lainnyabergantung pada mereka.
b) Kekuasaan Imbalan (Reward Power)Pencapaian kepatuhan yang didasarkan
pada kemampuan untuk mendistribusikanimbalan yang mana orang lain
memandangnya berharga. Pemberian imbalan ini dapatberupa keuangan, misalnya
mengendalikan tingkat gaji, kenaikan dan bonus. Pemberianimbalan bisa berupa
non keuangan, misalnya penghargaan, promosi, penugasan pekerjaanyang menarik,
para kolega yang ramah, dan sif kerja atau wilayah penjualan yang lebihdisukai
c) Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)Kekuasaan yang diterima oleh seseorang
sebagai hasil dari posisinya di dalam hierarkiformal suatu organisasi.
Kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk Memaksa dan
memberikan imbalan, Secara spesifik, meliputi penerimaan dari
paraanggota atas wewenang posisi, Kita menghubungkan kekuasaan ini sangat
dekat dengankonsep hierarki yang baru saja menggambarkan lebih banyak
garis dalam diagramstruktur organisasi yang memimpin orang untuk
mengambil kesimpulan bahwa parapemimpin sangat berkuasa, dan ketika
seorang eksekutif yang berkuasa digambarkan,orang orang cenderung untuk
menempatkan seseorang pada posisi yang lebih tinggiketika akan
menggambarkan diagram struktur organisasi.

2. Kekuasaan Pribadia.
a) Kekuasaan Karena Keahlian (Expect Power)Pengaruh yang dikerahkan sebagai
hasil dari keahlian, keterampilan khusus, ataupengetahuan. Seiring dengan
pekerjaan menjadi lebih terspesialisasi, kita menjadisemakin bergantung pada
para ahli untuk mencapai tujuan. Misalnya, dokter dan para ahlikomputer, akuntan
pajak, ekonomi, ahli psikologi industri, dan para ahli spesialis lainnyayang
mengerahkan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.

6
b) Kekuasaan Acuan (Referent Power)Pengaruh yang didasarkan pada identifikasi
dengan seseorang yang memiliki sumberdaya atau sifat pribadi yang
diinginkan. Jika saya menyukai, menghormati, danmengagumi Anda. Anda
dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena saya inginmenyenangkan
Anda. Kekuasaan acuan berkembang dari kekaguman lain dan keinginanuntuk
menjadi seperti orang tersebut.

1.3 HAKEKAT DARI POLITIK

1.3.1 Pengertian Politik


Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat memimpin kota
(polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam
mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Menurut Arsitoteles, politik adalah
usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan umum. Politik
juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari definisi
yang bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi menjadi:

a. Politik sebagai kepentingan umum.


Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta
alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan itu. Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan
individu atau kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau
idenya sendiri.
b. Politik dalam arti kebijaksanaan
Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan pertimbangan-
pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-
cita, keinginan atau keadaan yang kita kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu

7
kumpulan keputusan yang diambiloleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam
usaha memilih tujuan- tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

1.3.2 Perilaku Politik


Perilaku politik (politic behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh individu
atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Individu atau
kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya dalam
perilaku politik, contohnya :

a) Memilih wakil rakyat atau pemimpin


b) Mengikuti suatu partai politik dan lembaga atau organisasi masyarakat
c) Ikut serta dalam pesta politik
d) Memberikan kritik atau saran kepada pelaku politik
e) Berhak untuk menjadi pemimpin politik
f) Berperilaku politik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

Perilaku politik dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Robbins membedakan


perilaku politik menjadi dua:

a) Perilaku politik sah, mengacu pada politik sehari-hari yang normal sesuai dengan
peraturan, seperti membentuk koalisi.
b) Perilaku politik tidak sah, merupakan perilaku politik ekstrim yang melanggar
peraturan yang berlaku, misalnya melakukan sabotase.

1.4 POLITK DALAM ORGANISASI


Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu
dalam organisasi untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri (Colquitt, J.A., Lepine,
J.A., & Wesson, M.J. 2011: 460). Sedangkan menurut Mc Shane & Van Glnow (2010:

8
315-316) politik organisasi terkait erat dengan taktik organisasi. Menurut kedua pakar ini,
politik organisasi adalah prilaku yang dianggap oleh orang lain sebagai taktik yang
menguntungkan diri sendiri dengan mengatasnamakan organisasi. Taktik tersebut sering
kali bertentangan dengan kepentingan organisasi.

Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat
kurangnya sumber daya manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang
mempertahankan satu posisi atau jabatan di organisasi. Secara faktual, politik organisasi
bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi orang-orang tertentu. Hal ini merupakan
imbas dari berkumpulnya banyak individu di dalam organisasi. Semakin banyak individu
di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di dalam organisasi
tersebut. Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap pihak akan
melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan untuk mendukung kepentingannya serta
untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya. Hal inilah yang pada akhirnya
memunculkan politicking atau berpolitik dalam organisasi.

Dalam jangka panjang, tarik menarik kepentingan ini akan memberikan dampak
tidak baik terhadap eksistensi organisasi. Semakin banyak individu yang mengedepankan
kepentingannya, semakin terabaikan pula tujuan organisasi. Karenanya, seorang pemimpin
yang baik harus dapat meminimalkan politik organisasi atau berupaya semaksimal
mungkin agar politik organisasi tidak memicu timbulnya konflik yang dapat mengancam
keberadaan organisasi.

1.5 KEKUASAAN YANG EFEKTIF


Dari tiga dasar kekuasaan formal (paksaan, pemberian imbalan,
legitimasi) dan dua basiskekuasaan pribadi (ahli, acuan), riset menyarankan bahwa
sumber kekuasaan pribadi adalah yangpaling efektif. Keduanya kekuasaan acuan maupun
karena keahlian, secara positif terkait dengankepuasan dari para pekerja dengan
supervisi, komitmen organisasi, dan kinerja mereka.Sedangkan, kekuasaan untuk
memberikan imbalan dan kekuasaan legitimasi terlihat tidak terkaitdengan hasil tersebut.

9
1.6 APAKAH HUBUNGAN ANTARA KEKUASAAN DAN POLITIK

Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu Politik,


menyebutkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku.
Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses politik. Dalam
kamus ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power),
seperti influence (pengaruh), persuasion (persuasi), force (kekuatan), coercion (kekerasan)
dan lain sebagainya

Influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap
dan perilakunya secara sukarela. Persuasion adalah kemampuan meyakinkan orang lain
dengan argumentasi untuk melakukan sesuatu. Force adalah penggunaan tekanan fisik,
seperti membatasi kebebasan, menimbulkan rasa sakit ataupun membatasi pemenuhan
kebutuhan biologis pihak lain agar melakukan sesuatu. Pengertian coercion adalah peragaan
kekuasaan atau ancaman dan paksaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
terhadap pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan kehendak pihak pemilik
kekuasaan.

Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan


menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkandirinya, kelompoknya
ataupun masyarakat pada umumnya. Bila seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai
politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya
membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara, maka mereka
mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority),


kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau
mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentikan mobil di
jalan, tidak berarti dia memiliki kekuasaan, tetapi dia memiliki kewenangan yang
diperolehnya dari UU Lalu Lintas. Sehingga, bila seorang pemegang kewenangan
melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang ia jalankan, maka

10
dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan
sanksi.

Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia, persis


seperti yang dimaksudkan oleh Sartre dan Nietsche. Bagi Sartre, kebutuhan dasar manusia
adalah dianggap penting dan dihargai. Sementara bagi Nietsche, manusia pada dasarnya
selalu didorong oleh hasrat untuk menjadi manusia super, manusia yang berkuasa. Dalam
konteks kedudukan politik, boleh jadi hasrat manusia alamiah inilah yang mendorong
seseorang mengejar kekuasaan politik. Menurut Lord Acton, kekuasaan cenderung korup
dan kekuasaan absolut pasti korup. Hal itu sudah diketahui banyak orang, khususnya yang
memperhatikan praktik kekuasaan atau politik, baik di pemerintahan, korporasi, maupun
organisasi kemasyarakatan.

Di sisi lain, karena politik berusaha mengurus dan mengendalikan urusan


masyarakat, politik juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan kebaikan dan
kebenaran kepada masyarakat luas. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Orang-orang
yang melalui proses politik sekaligus diberi amanah untuk bekerja untuk rakyat malah
menjadi orang pertama yang mengkhianati amanah itu, dengan mengedepankan kepentingan
pribadi dan golongannya sendiri di atas kepentingan rakyat. Jadi, sebenarnya orang-orang
yang bekerja dalam orbit politiklah, dan bukan politik itu sendiri, yang telah membuat
stigma dan label bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan
menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan
politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik
yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama
berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya
penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat
seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap
pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.

3.2. Saran
Hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur
kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk
itu, diperlukan pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan
masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam
kehidupan masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adhari, Yodi. 2009. Perilaku Politik. Online

Tersedia: http://yodiadhari.ngeblogs.com/2009/11/25/perilaku-politik-sesuai-aturan.

Amin, Z. I. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Heryawan, Ahmad. 2009. Kekuasaan Politik. Online.

Tersedia: http:// www.ahmadheryawan.com/kolom/3840-kekuasaan-politik.html.

Nugroho, Rino. 2009. Kekuasaan dan Politik Dalam Perilaku Organisasi. Online.

Tersedia: http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/06/kekuasaan-politik.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo.

Wikipedia. 2009. Kekuasaan Politik. Online.

Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan_politik.

13

Anda mungkin juga menyukai