Anda di halaman 1dari 10

Bab III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Menurut Kriyantono (2020, h. 19), paradigma adalah suatu cara pandang

dalam menafsirkan suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi. Selain itu, ia juga

menambahkan bahwa paradigma menjadi suatu keyakinan yang didalamnya

terdapat prinsip-prinsip pokok mengenai realitas yang nantinya dapat diteliti.

Paradigma dalam penelitian ini adalah post-postivisme. Menurut Creswell

(dalam Ardianto, 2016, h. 60) asumsi dasar dalam penelitian post-positivisme ini

adalah:

1. Pengetahuan bersifat konjekturan dan tidak berlandaskan apa pun. Kita tidak

akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itu, bukti yang dibangun

dalam penelitian seringkali lemah dan tidak sempurna. Karena itu, banyak

peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya, bahkan

tidak jarang mereka gagal untuk menyangkal hipotesisnya.

2. Penelitian adalah proses membuat pengajuan, kemudian menyaring sebagian

pengajuan tersebut menjadi pengajuan lain yang kebenarannya jauh lebih

akurat

3. Pengetahuan dibuat oleh data, bukti, dan pertimbangan logis. Dalam

pelaksanaannya, peneliti mengakumulasi informasi dengan menggunakan


26

instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan atau dengan

melakukan observasi yang mendalam di lokasi penelitian tersebut.

4. Penelitian harus sanggup mengembangkan pernyataan yang sesuai dan benar,

pernyataan yang bias menggambarkan kondisi yang sebenarnya atau

mendeskripsikan hubungan kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian

kuantitatif, membuat hubungan antarvariabel dan memperlihatkan dalam

pertanyaan dan hipotesis.

5. Bagian yang paling terpenting di dalam penelitian adalah sikap objektif. Para

peneliti harus mengecek kembali metode dan kesimpulan yang

berkemungkinan mengandung simpangan (bias). Maka dari itu penelitian

kuantitatif harus dilakukan. Dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan

reliabilitas menjadi dua bagian penting yang wajib dipertimbangkan oleh

peneliti.

Menurut Kriyantono (2020, h. 38), didalam paradigma post-positivisme tidak

ada realitas yang objektif karena masih adanya saling ketergantungan antar

individu dan objek yang diteliti. Individu tersebut mungkin memberikan makna

yang berbeda oleh karena itulah pemaknaannya juga akan berbeda ditiap individu.

3.2 Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan sifatnya yaitu deskriptif. Creswell

dalam Ardianto (2016, h, 43) mengatakan bahwa penelitian kualitatif itu berarti
27
proses mengeksplorasi dan menguasai makna perilaku setiap individu dan

kelompok, yang mempresentasikan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.

Proses penelitian mencakup membuat pertanyaan penelitian dan metode yang

sifatnya masih sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, analisis data

secara induktif, membangun data yang parsial ke dalam tema, dan selanjutnya

memberikan interpretasi terhadap makna suatu data. Kegiatan akhirnya yaitu

membuat laporan ke dalam struktur yang fleksibel.

Kriyantono (2020, h. 47) menyatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki

tujuan untuk menjelaskan fenomena didalam komunikasi. Kriyantono (2020, h. 56)

juga menyatakan bahwa didalam sebuah penelitian kualitatif tidak

memprioritaskan besarnya populasi atau sample karena populasi dan sample

didalam penelitian jenis ini tidak terbatas. Apabila data yang didapat sudah

mendalam dan dapat menjelaskan objek yang diteliti, maka tidak perlu mencari

sample lainnya.

Selain itu menurut Robert K. Yin (2012, h. 1), terdapat tiga tipe dalam

penelitian studi kasus yaitu ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Sifat

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desktiptif. Menurut Yin,

metode penelitian deskriptif ini tidak membutuhkan kontrol terhadap peristiwa

yang diteliti, hanya cukup mengamati dan kemudian dijelaskan. Selain itu, fokus

pada penelitian secara deskriptif ini adalah fenomena historis atau kontemporer

dalam konteks kehidupan nyata.

28
Sifat penelitian ini memiliki tujuan membuat deskripsi secara terstruktur,

nyata, dan akurat tentang fakta dan sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini

menggambarkan kenyataan yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar

variabel. (Kriyantono, 2014, h. 69)

3.3 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus.

Studi kasus menurut Robert K. Yin (2012, h. 18) adalah suatu metode penelitian

ilmu-ilmu sosial atau metode pembelajaran empiris yang meneneliti fenomena

didalam konteks kehidupan nyata, yang dimana batas antara fenomena dan kontek

tidak terlihat dengan tegas dan karena itu multisumber bukti pun dimanfaatkan.

Sedangkan menurut Kriyantono (2020. h. 234) studi kasus merupakan metode

penelitian yang menggunakan berbagai sumber data yang dapat digunakan untuk

meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek

individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara terstruktur.

Dalam metode penelitian ini dibutuhkan berbagai sumber data dari berbagai

macam instrument pengumpulan data. Karena itu, dalam penelitian ini dapat

menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, survei,

rekaman, bukti-bukti fisik, dan lainnya.

Sebagai suatu upaya penelitian, menurut Robert K. Yin (2012, h. 4) studi kasus

dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan secara unik tentang fenomena

individual, organisasi, sosial, dan politik. Studi kasus juga memungkinkan peneliti
29
untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-

peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus kehidupan seseorang, proses

organisasional dan majerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan internasional,

serta kematangan industri.

3.4 Key Informan dan Informan

Menurut Robert K. Yin (2012, h. 109) narasumber maupun partisipan dalam

sebuah penelitian dapat memberikan keterangan dan informasi mengenai topik

yang diteliti. Selain itu, informan juga dapat memberikan masukan mengenai

sumber dan bukti yang dapat dijadikan data tambahan untuk penelitian. Yin (2012,

h. 109) juga menambahkan bahwa narasumber maupun partisipan dalam sebuah

penelitian merupakan kunci utama dalam sebuah penelitian studi kasus oleh

karena itu pemilihan informan dalam sebuah penelitian harus dilakukan dengan

tepat agar tujuan dari penelitian dapat tercapai.

Key informan dalam penelitian ini adalah Ratri Endah Rahyu selaku Manager

Marketing Sirclo. Alasan memilih partisipan tersebut karena beliau adalah orang

yang bertanggungjawab dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan SIRCLO

seperti kegiatan Sirclo Dialogue. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah

Rini Habsoro selaku Senior Communications Manager di Sirclo. Alasan memilih

narasumber tersebut adalah karena beliau adalah orang yang bertanggungjawab

dalam membantu divisi marketing Sirclo untuk

melaksanakan event Sirclo Dialogue.


30
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif dikenal beberapa prosedur atau metode dalam

pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini terdiri dari beberapa metode seperti berikut:

1. Melakukan wawancara yang mendalam dengan narasumber yang ada.

Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, bertujuan

untuk memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan wawancara. Metode yang

dilakukan ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi

dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan

ciri-ciri setiap responden. Wawancara tak terstruktur ini bersifat fleksibel,

susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat

diubah ketika wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pada saat

wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya dari responden yang

dihadapi.

2. Melalui tinjauan pustaka dan dokumen.


Pada penelitian ini, data-data seperti berita koran, artikel majalah, buku,

dan juga jurnal dijadikan sumber penelitian. Hal ini dikarenakan data-data

tersebut dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai topik yang

diteliti.

31
3.6 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi.

Uji keabsahan melalui trianggulasi ini dilakukan karena di dalam penelitian

kualitatif, untuk menguji keabsahan data tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji

statistik. Begitu pula materi/sisi kebenaran tidak dapat diuji berdasarkan

kebeneran alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran

intersubjektif. Oleh sebab itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu

mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder. Kebenaran bukan

saja muncul dari wacana etik, namun juga menjadi wacana etnik dari masyarakat

yang diteliti (Burhan. 2012, h. 205).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah prosedur untuk mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan utaian dasar.

Perbedaannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap

analisisya, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-

dimensi uraian (Ardianto, 2016, h.217).

Analisis data ini memiliki tujuan, yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan

suatu data agar dapat mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah simpulan

32
mengenai karakteristik berdasarkan data yang didapat (Nurdin dan Hartati, 2019,

h.203).

Terdapat 3 bentuk analisis data menurut Robert K. Yin (2012, p. 140), antara

lain:

1. Perjodohan Pola

Untuk analisis studi kasus, strategi yang paling sering digunakan

adalah penggunaan perjodohan pola. Analisis kasus ini membandingkan

pola berdasarkan data empiris dengan pola yang diprediksikan. Jika

kedua pola ini terdapat persamaan, maka hasilnya dapat menguatkan

validitas internal pada studi kasus bersangkutan yang diuji.

Jika studi kasus yang bersangkutan eksploratoris, maka polanya

mungkin akan berkaitan dengan variabel-variabel dependen atau

independen dari penelitian yang bersangkutan.

Jika studi kasus tersebut deskriptif, perjodohan pola akan signifikan

dengan pola-pola variabel spesifik yang diperkirakan akan ditentukan

sebelum datanya dikumpulkan.

2. Pembuatan eksplanasi

Strategi analisis yang kedua ini pada dasarnya adalah tipe khusus

perjodohan pola, tetapi prosedurnya lebih sulit. Tujuan dari analisis ini

adalah analisis data studi kasus dengan cara membuat suatu penjelasan

33
mengenai kasus yang bersangkutan. Analisis data dengan prosedur ini

sangat signifikan untuk studi kasus eksplanatoris.

3. Analisis Deret Waktu

Strategi analisis data yang ketiga adalah analisis deret waktu yang

secara langsung bersinggungan dengan analisis deret waktu yang

diselenggarakan dalam percobaan dan kuasi percobaan. Analisis ini dapat

mengikuti pola yang lebih detail dan mengacu pada penelitian

eksperimental.

Teknis analisis data yang gunakan dalam penelitian ini adalah perjodohan

pola. atau yang disebut dengan matching pattern. Pada penelitian ini, teknis

analisis data tersebut gunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang

didapat dengan membandingkan pola yang sudah diprediksi dengan pola nyata

yang ada di lapangan.

Menurut Robert K. Yin (2012, p. 140), jika dalam penelitian menggunakan

studi kasus yang bersifat deskriptif, maka perjodohan pola atau pattern matching

karena signifikan dengan pola variabel spesifik yang diperkirakan dan juga

ditentukan sebelum pengumpulan datanya. Variabel-variabel dalam teknik

perjodohan pola ini antara lain:

1. Variabel-Variabel Nonequivalen Sebagai Pola

Variabel dependen ini berasal dari salah satu desain penelitian kuasi

34
eksperimen potensial yaitu, ‘Desain Variabel Nonequivalen yang

dependen.’ Menurut desain ini, suatu percobaan dapat memiliki banyak

variabel dependen yaitu keanekaragaman hasil.

Jika pada setiap hasil yang telah diperkirakan sebelumnya telah

ditemukan dan jika pada saat yang sama pola-pola alternantif belum

ditemukan, maka informasi yang kuat dapat dibuat.

2. Eksplanasi Tandingan Sebagai Pola

Analisis ini memaksa pengembangan prposisi teoretis tandingan.

Karakteristik penting dari penjelasan tandingan ini adalah bahwa masing-

masing mencakup pola variabel independen yang terungkap seperti jika

sebuah penjelasan yang valid, maka yang lain tidak valid, dan begitu juga

sebaliknya.

3. Pola – pola yang Lebih Sederhana

Logika dari analisis sebelumnya dapat diaplikasikan pada pola yang lebih

sederhana, yaitu dengan mempunyai jenis minimal dari variabel baik dependen

maupun independen.

35

Anda mungkin juga menyukai