Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh:

Tarisha Regina Putri (2024155)


Nanda Sinta Nuriyah (2024117)
Risma Nurafni Edy (2024019)
Cici Lestari (2024018)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


KAMPUS STAI H.M. LUKMAN EDY
T.A 2021
A. GAMBARAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Akuntansi keuangan daerah adalah aktivitas jasa yang terdiri dari pencatatan,
pengklasifikasian dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah
daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemda (kabupaten, kota atau provinsi). Pihak-pihak eksternal terdiri dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur dan donatur, analisis
ekonomi dan pemerhati pemda, rakyat, pemda lain dan pemerintah pusat yang seluruhnya
berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Berdasarkan Permendagri dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan suatu
entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah
daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan
sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh pejabat
Penatausaha Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi
pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu: prosedur
akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan aset.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat dalam pemerintah daerah
(Provinsi maupun Kabupaten/Kota) yang ada di Indonesia. SKPD sebagai pelaksana dalam
menyelenggarakan pemerintahan agar berjalan dengan baik. SKPD terdiri dari Sekretariat
Daerah, Staf-staf Ahli, Sekretariat DPRD, Dinas-dinas, Badab-badan, Inspektorat Daerah,
lembaga-lembaga daerah lain yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala daerah,
Kecamatan-kecamatan (atau satuan lainnya yang setingkat), dan kelurahan/ Desa (atau satuan
lainnya yang setingkat).
Akuntansi keuangan daerah akan membutuhkan dokumen-dokumen yang merupakan
sumber utama dalam melakukan pencatatan yang pada akhirnya akan menghasilkan laporan
keuangan. Akuntansi pemerintahan mencatat segala transaksi yang sah saja dan berdasarkan
bukti yang akurat. Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam jurnal disertai dengan dokumen
atau bukti transaksi yang sah. Dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bukti Penerimaan Kas
Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya penerimaan
kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas.
Bukti penerimaan kas dapat berupa:
Surat Tanda Setoran, Tanda Bukti Penerimaan. Rekap Penerimaan Harian, dan
seterusnya sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah.
2. Bukti Pengeluaran Kas
Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang menjadi bukti adanya pengeluaran
kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal pengeluaran kas.
Bukti pengeluaran kas dapat berupa:
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), Surat
Pertanggungjawaban (SPJ), Tanda Bukti Pengeluaran, dan seterusnya sesuai dengan
kebijakan yang ada di daerah.
3. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum.

B. CATATAN AKUNTANSI
Catatan akuntansi adalah catatan transaksi yang terjadi pada pemerintahan daerah.
Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry berdasarkan basis Kas Modifikasian.
Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan, suatu transaksi akan dicatat
dua kali yaitu pada sisi debet (kiri) kredit (kanan), dimana setiap pencatatan harus menjaga
keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi terbentuk sebagai
berikut:
AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN
Sedangkan basis kas modifikasian menurut butir (12) dan (13) lampiran XX1X
(tentang Kebijakan Akuntansi) Kepmendagri nomor 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa: (12)
Basis dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akurat. (13)
Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada saat uang
diterima atau dibayar (dasar kas). Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui
transaksi dan kebijakan dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas
dari transaksi dan kebijakan dimaksud belum terealisasi.
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-kredit. Aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
Jenis Rekening Betambah Berkurang
Aktiva D K
Utang K D
Modal K D
Pendapatan K D
Biaya D K

Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum yang terdapat dalam neraca.
Sedangkan untuk aturan debit-kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:
Struktur APBD Bertambah Berkurang
Pendapatan K D
Belanja D K
Pembiayaan K D
Penerimaan Daerah K D
Pengeluaran Daerah D K

C. LANGKAH-LANGKAH PRAKTEK DALAM AKUNTANSI KEUANGAN


DAERAH
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pencatatan:
1. Transaksi pemerintahan daerah
Transaksi yang terjadi dan diikuti oleh bukti-bukti yang sah.
2. Pencatatan dalam jurnal
Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu:
a. Jurnal Penerimaan Kas
Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan kas.
Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini adalah:
 Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologis).
 Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk uang, bukan barang.
 Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang menyebabkan terjadinya penerimaan kas.

Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umumnya berupa:
 Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah.
 Penerimaan kas dari penerimaan dana perimbangan.
 Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah.
 Penerimaan Kas dari pinjaman.
 Penerimaan Kas dari tagihan piutang.
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar
penerimaan kas adalah:
Debit : Kas
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek).
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek).
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek).
Pembiayaan – Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek).
Pembiayaan – Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek).

b. Jurnal Pengeluaran Kas


Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening yang terdapat
dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku Jurnal Pengeluaran Kas
merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian
yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas, misalnya adalah pengeluaran kas untuk
belanja.
Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, transaksi pengeluaran kas juga terjadi berulang
kali. Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
 Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
 Jumlah Kas yang Diterima
 Obyek Pengeluaran Kas

Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara lain:
 Pengeluaran Kas untuk belanja administrasi umum
 Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
 Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
 Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
 Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
 Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
 Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok
 Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut, Jurnal Standar
Kas adalah:
Debit : Belanja Administrasi Umum (ditulis nama obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan (ditulis nama obyek)
Belanja Modal aparatur (ditulis nama obyek)
Belanja Modal Publik (ditulis nama obyek)
Belanja Transfer (ditulis nama obyek)
Belanja tTidak Tersangka (ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Pembayaran Hutang (ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Pernyataan Modal (ditulis nama obyek)
Kredit : Kas

c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi yang melibatkan
Kas Daerah. Untuk transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah, dicatat dalam satu buku
jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya penerimaan dan
pengeluaran kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan pembelian barang secara
kredit.
Dana yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
 Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
 Kode Rekening
 Uraian
 Jumlah Debit
 Jumlah Kredit
Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang untuk menampung data lain sesuai
dengan kebutuhan.
3. Peringkasan (posting ke Buku Besar)
Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk membuat
laporan keuangan.
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas dalam buku
besar. Proses peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar disebut dengan
posting.
Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan untuk
menampung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku jurnal. Jenis dan
macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam struktur APBD yang
baru, yaitu:
a. Buku Besar Pendapatan
Buku besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya dirinci lagi
sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
 Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah: buku besar Pajak
Hotel, buku besar Pajak Restoran, buku besar, Retribusi Pelayanan Kesehatan, buku
besar Pelayanan Parkir.
 Dana perimbangan yaitu buku besar bagi Hasil Pajak, buku besar. Bagi Hasil Bukan
Pajak.
 Lain-lain Pendapatan yang Sah yaitu buku besar Bantuan Dana Kontijensi, buku besar
Dana Darurat.

b. Buku Besar Belanja


Buku besar ini mencakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu:
 Buku Besar Belanja Administrasi Umum, contoh Gaji dan Tunjangan.
 Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorarium/ Upah.
 Buku Besar Belanja Modal/Pembangunan, contohnya Belanja Modal Gedung, Belanja
Modal Kendaraan.
 Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan.
 Buku Besar Belanja Tidak Tersangka.

c. Buku Besar Pembiayaan


Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan yang dilakukan
oleh daerah, baik pembiayaan dari penerimaan maupun pengeluaran daerah.
Jenisnya antara lain: Buku Besar Pembiayaan-Penerimaan Piutang dan Buku Besar
Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo.
d. Buku Besar Aktiva
Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:
 Buku Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB Piutang Pajak, BB Piutang Retribusi.
 Buku Besar Investasi Jangka Panjang, terdiri atas BB Investasi dalam Saham.
 Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan.
 Buku Besar Dana Cadangan.
 Buku Besar Aktiva Lain-lain.

e. Buku Besar Utang


Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi daerah masing-
masing. Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang Belanja, BB Utang Pajak)
dan Buku Besar Utang jangka Panjang (BB Utang Dalam Negeri).

f. Buku Besar Ekuitas Dana


Jenis dan klasifikasi buku besar tersebut disesuaikan dengan daerah masing-masing,
misalnya: buku besar Ekuitas dana Umum, buku besar Dana Donasi.

Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu pemindah bukuan


jurnal (posting) dari buku jurnal ke buku besar:
a. Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal.
b. Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai, debit atau kredit dan
masukkan saldo baru pada kolom saldo, secara komulatif.
c. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal umum diberikan tanda
(V) atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah diposting ke
buku besar.

4. Perincian ke dalam buku pembantu


Rekening-rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas rekening yang tidak
membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan perincian. Untuk rekening yang
memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya memberikan
informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar. Sumber pencatatan ke
buku-buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi. Contoh rekening-rekening dalam
buku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu adalah: Piutang, persediaan, Investasi
Jangka Panjang, Aktiva tetap, dan Hutang.

5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
- Laporan realisasi anggaran
- Laporan arus kas
- Neraca
- Catatan atas laporan keuangan’

Anda mungkin juga menyukai