I. AKUNTANSI PENDAPATAN
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”
sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah yang
Dari kelompok pendapatan di atas, hanya Pendapatan Asli Daerah yang ada di SKPD, sedangkan dua kel
hanya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:
Pajak Daerah
a. Transaksi pendapatan di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD). Trans
saat kas diterima oleh bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan tahun berjalan
pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanj
c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau se
pengurang pendapatan.
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan di Satker
SKPD :
XXX
Cr. Pendapatan Pajak Daerah
XXX
Cr. Pendapatan Retribusi Daerah
XXX
Cr. Hasil pengelolaan kekayaan
XXX
Cr. Lain-lain PAD yang sah
Daerah:
XXX
Cr. Kas di Bendahara Penerimaan
berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga
berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan.
PPK-SKPD berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi pengembalian
xx
Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas
oleh PPK-PPKD
Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non recurring)
dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satuan Kerja tidak melakukan
pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut :
b. Keuangan PPKD (PPK-PPKD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh Kas
Daerah atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
c. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan
tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian
pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak terduga (PP No. 24 thn 2005,
d. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode
Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut:
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah
pemerintah.”
Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan
belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan dimaksud semata-mata karena ada hal
lain yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui
Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang
dari suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan
input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program
ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun
2006 terdapat pengelompokkan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja
Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan
kegiatan. Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara
APBD, Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan
Desa
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Jaringan
b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
a. Transaksi belanja di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-
SKPD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran
b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja,
dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja
d. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan 2
(dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk mencatat aset yang
f. Transaksi penerimaan fihak ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan
Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah sebagai
berikut :
SUMBER
mekanisme SPD
Bukti potongan
Nota Kredit
Bukti potongan
Bukti pengeluaran
lainnya
Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di Satker :
XXX
Cr. RK-PPKD
XXX
Cr. Kas di Bendahara Pengeluaran
XXX
Cr. RK-PPKD
XXX
Cr. Kas di Bendahara Pengeluaran
Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga mengakui
XXX
Cr. RK-PPKD
XXX
Cr. Ekuitas Dana Investasi –
Keterangan : Pengakuan belanja modal pada butir No. 5 disesuaikan dengan kebijakan
akuntansi tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas
dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.
Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah
jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji dan
tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut karena
pencatatannya sudah dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) dalam sub sistem
Akuntansi PPKD.
Cr. RK-PPKD
XXX
Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana
yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak),
namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. Selanjutnya potongan
tersebut dicatat sebagai utang pajak dan akan dicatat oleh yang memotong pajak tersebut
XXX
Cr. Kas ... *
Namun apabila dipotong di BUD, maka akan dicatat oleh PPK-PPKD sebagai pengurang Kas
di Kasda.
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
Pengertian yang lebih bersifat teknis didapat pada pasal 23 peratuan menteri dalam negeri
Karakteristik Pembiayaan:
Pembiayaan ada yang bersifat cash in flow ada yang bersifat cash out flow.
Yang bersifat aliran kas masuk mengikut sifat dan teknis akuntansi pendapatan
Sementara yang bersifat aliran kas keluar menerapkan akuntansi seperti halnya belanja.
Struktur pembiayaan:
sebelumnya (SILPA)
daerah
dipisahkan
d. Penerimaan pinjaman d. Pemberian pinjaman daerah
Transkasi pembiayaan seperti disampaikan diatas dalam rauang lingkup pembiayaan berbeda
antara satu dengan yang lain. Pembiayaan penerimaan merupakan aktifitas pembiayaan untuk
menutupi keadaan anggaran yang bersifat kekurangan atau defisit merupakan kegiatan yang
bersifat cash in flows atau aliran kas masuk. Dokumen sumber yang digunakan adalah
dokumen sumber yang sama dengan pendapatan yang juga bersifat aliran kas masuk.
Dokumen sumber untuk Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
dibutktikan dengan rekening koran pada saat penerbitan atau perhitungan SILPA tersebut
Dokumen sumber Pencairan dana cadangan memerlukan SP2D yang dilampiri dengan
Dokumen sumber untuk hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan memerlukan surat
tanda setoran ke kas daerah sebagai bukti penyetoran kas dan lampiran lain yang diperlukan.
Dokumen sumber untuk penerimaan pinjaman adalah nota kredit bank yang membutkikan
telah diterimanya kas atau telah masuknya kas dari pemberi pinjaman serta lampiran lain
yang diperlukan.
Penerimaan kembali pemberian pinjaman memerlukan dokumen nota kredit sebagai bukti
Dokumen sumber untuk penerimaan piutang berupa nota kredit dan lampiran lain yang
diperlukan seprti surat ketetapan pajak atau retibusi atau yang lainnya.
Sementara itu untuk pembiayaan pengeluaran dokumen sumbernya kurang lebih sama dengan
Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi pembiayaan di Satuan Kerja :
○ Tidak ada jurnal (hal karena pada dasarnya tidak ada transaksi untuk SILPA)
cadangan
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai dana cadangan
sbb
Dana Cadangan Rp
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai aset terkait sbb
tetap
Aset tetap-Mesin Rp
4. Penerimaan pinjaman
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penambahan nilai hutang sbb
Hutang... Rp
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai piutang sbb
Piutang ... Rp
piutang daerah
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai piutang sbb
Piutang ... Rp
dana cadangan
Jurnal Diatas diikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap peningkatan nilai cadangan sbb
Dana cadangan Rp
Pengeluaran Pembiayaan-penyertaan Rp
modal
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap peningkatan nilai penyertaan
modal sbb
Investasi... Rp
dalam investasi
Pengeluaran Pembiayaan-pembayaran Rp
pokok utang
Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai hutang sbb
Utang...... Rp
jangka pendek/panjang
pinjaman
Piutang… Rp
piutang