Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

I. AKUNTANSI PENDAPATAN

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

pendapatan didefinisikan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah

yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan

sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah yang

menambah nilai ekuitas dana pemerintah.

Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

 Dana Perimbangan (pendapatan transfer)

 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Dari kelompok pendapatan di atas, hanya Pendapatan Asli Daerah yang ada di SKPD, sedangkan dua kel

hanya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

 Pajak Daerah

 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

 Lain-lain PAD yang sah

PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 Tahun 2006

Pajak Daerah Pajak Daerah

Retribusi Daerah Retribusi Daerah


Hasil pengelolaan kekayaan daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan yang dipisahkan

Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah

1. Akuntansi Pendapatan SKPD

a. Transaksi pendapatan di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD). Trans

saat kas diterima oleh bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.

b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan tahun berjalan

pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanj

Tahun 2005, dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar).

c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau se

pengurang pendapatan.

d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto.

Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan di Satker

ini adalah sebagai berikut :

Transaksi Dokumen sumber

- Surat Ketetapan Pajak Daerah

Penerimaan PAD - Surat Ketetapan Retribusi Daerah

- Surat tanda bukti pembayaran

- Bukti penerimaan lainnya yang sah


Standar Jurnal Transaksi Pendapatan

Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan pendapatan di

SKPD :

No. Standar Jurnal Debit Kredit

1. Dr. Kas di Bend Penerimaan XXX

XXX
Cr. Pendapatan Pajak Daerah

Untuk mencatat penerimaan pendapatan pajak daerah

2. Dr. Kas di Bendahara Penerimaan XXX

XXX
Cr. Pendapatan Retribusi Daerah

Untuk mencatat penerimaan pendapatan retribusi daerah

3. Dr. Kas di Bendahara Penerimaan XXX

XXX
Cr. Hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan

Untuk mencatat penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Dr. Kas di Bendahara Penerimaan XXX

XXX
Cr. Lain-lain PAD yang sah

Untuk mencatat penerimaan Lain-lain PAD yang sah


Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke Kas

Daerah:

Standar Jurnal Debit Kredit

Dr. RK-PPKD XXX

XXX
Cr. Kas di Bendahara Penerimaan

Untuk mencatat penyetoran Pendapatan ke Kas Daerah

Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan yang

harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya

berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga

berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan.

PPK-SKPD berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi pengembalian

kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. Pendapatan ........................................ xx

pendapatan Cr. RK-PPKD .............................................

xx

Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas

Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan pendapatan

tersebut dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. RK-SKPD ........................................... xx

Pendapatan Satker yang dicatat Cr. Kas di Kas Daerah ............................. xx

oleh PPK-PPKD
Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non recurring)

dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satuan Kerja tidak melakukan

pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut :

Pengembalian kelebihan Dr. SiLPA .................................................. xx

Pendapatan, bersifat tidak Cr. Kas di Kas Daerah .............................. xx

berulang (non recurring)

2. Akuntansi Pendapatan PPKD

Kelompok pendapatan yang menjadi kewenangan PPKD adalah sebagai berikut:

 Dana Perimbangan ( pendapatan transfer )

 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

a. Transaksi pendapatan di PPKD dicatat oleh Petugas Penatausahaan

b. Keuangan PPKD (PPK-PPKD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh Kas

Daerah atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.

c. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan

tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian

pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak terduga (PP No. 24 thn 2005,

dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar).

d. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode

berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.

e. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto.


II. AKUNTANSI BELANJA

Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut:

“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah

yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran

bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

pemerintah.”

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :

“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan bersih.”

Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan

ekuitas dana pemerintah daerah.

Kedua peraturan yang mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan

belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan dimaksud semata-mata karena ada hal

lain yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui

Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang

mencakup mengenai perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan

pertanggungjawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan

diantaranya informasi pengendalian.yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis kinerja.

Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output/hasil

dari suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan

input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program

ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun

2006 terdapat pengelompokkan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja

Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan
kegiatan. Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan.

Selanjutnya untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD, Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan

keuangan berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

NO. PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 tahun 2006

1. Belanja Operasi Belanja Tidak Langsung

Belanja pegawai Belanja pegawai

Belanja barang Belanja bunga

Bunga Belanja subsidi

Subsidi Belanja hibah

Hibah Belanja bantuan sosial

Bantuan sosial Belanja bagi hasil kepada Provinsi/

Kabupaten/Kota dan Pemerintah

Desa

Belanja bantuan keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa

Belanja tidak terduga

Belanja modal Belanja Langsung


Belanja tanah Belanja pegawai

Belanja peralatan dan mesin Belanja barang dan jasa

Belanja gedung dan bangunan Belanja modal

Belanja jalan, irigasi, dan

Jaringan

Belanja aset tetap lainnya

Belanja aset lainnya

Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja meliputi :

a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai.

b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.

Akuntansi Transaksi Belanja SKPD

a. Transaksi belanja di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-

SKPD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran

atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga.

b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja,

dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja

dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No. 24 th 2005).

c. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto.

d. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan 2

(dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk mencatat aset yang

diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut.

e. Transaksi belanja di SKPD dilakukan dengan dua (2) cara yaitu :


 pembayarannya dengan SP2D UP/GU/TU

 pembayarannya dengan SP2D LS

f. Transaksi penerimaan fihak ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan

kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus

diakui sebagai utang.

Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah sebagai

berikut :

No. TRANSAKSI DOKUMEN LAMP IRAN

BELANJA SUMBER DOKUMEN

SUMBER

1. Belanja dengan  SP2D  SPM

mekanisme LS  nota debit bank  SPD

 bukti pengeluaran  berita acara serah terima

lainnya yang sah barang / jasa

2 Belanja  Bukti Pengesahan SPJ  SPM


dengan

mekanisme  SPD

UP/GU/TU  Bukti transaksi lainnya

3 Penerimaan PFK  SP2D  SPM

 Bukti potongan

4 Pelunasan PFK  Surat Setoran  SPM

 Nota Kredit
 Bukti potongan

 Bukti pengeluaran

lainnya

Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di Satker :

No. Standar Jurnal Debit Kredit

1. Dr. Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

XXX
Cr. RK-PPKD

Untuk mencatat penerimaan SP2D-UP/GU/TU oleh bendahara pengeluaran di Satker

2. Dr. Belanja XXX

XXX
Cr. Kas di Bendahara Pengeluaran

Untuk mencatat pelaksanaan Belanja dengan menggunakan uang persediaan yang

sebelumnya dicairkan melalui SP2D-UP/GU/TU

3. Dr. Belanja XXX

XXX
Cr. RK-PPKD

Untuk mencatat pelaksanaan belanja dengan menggunakan SP2D- LS


Dalam hal terjadi pengembalian sisa uang persediaan dari SP2D-UP/TU dari Satker ke BUD,

maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

No. Standar Jurnal Debit Kredit

4. Dr. RK-PPKD XXX

XXX
Cr. Kas di Bendahara Pengeluaran

Untuk mencatat pengembalian kas SP2D-UP/TU di Satker

Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK-Satker juga mengakui

penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal :

No. Standar Jurnal Debit Kredit

5. Dr. Belanja modal XXX

XXX
Cr. RK-PPKD

Untuk mencatat belanja modal dengan menggunakan SP2D-LS

6. Dr. Aset tetap XXX

XXX
Cr. Ekuitas Dana Investasi –

Diinvestasikan dalam Aset tetap

Untuk mencatat pengakuan aset tetap dari belanja modal Satker

Keterangan : Pengakuan belanja modal pada butir No. 5 disesuaikan dengan kebijakan

akuntansi tentang kapitalisasi aset yang merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas

dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap.

Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah

jumlah neto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-Satker tetap mencatat belanja gaji dan
tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-Satker tidak perlu mencatat potongan tersebut karena

pencatatannya sudah dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) dalam sub sistem

Akuntansi PPKD.

Standar jurnal nya adalah sebagai berikut :

No. Standar Jurnal Debit Kredit

7. Dr. Belanja Gaji dan Tunjangan XXX

Dr. Tunjangan Keluarga XXX

Dr. Tunjangan Fungsional Umum XXX

Dr. Tunjangan.... XXX

Cr. RK-PPKD
XXX

Untuk mencatat belanja LS Gaji di Satker

Dalam kasus Belanja Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana

yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi potongan pajak),

namun PPK-Satker tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. Selanjutnya potongan

tersebut dicatat sebagai utang pajak dan akan dicatat oleh yang memotong pajak tersebut

dengan jurnal sebagai berikut:

No. Standar Jurnal Debit Kredit

8. Dr. Kas .... * XXX

Cr. Utang Pajak XXX

Untuk mencatat penerimaan Potongan Pajak oleh pemotong pajak

9. Dr. Utang Pajak XXX

XXX
Cr. Kas ... *

Untuk mencatat pelunasan Pajak


Catatan: * Bila dipotong oleh Satker maka mengurangi Kas di Bendahara Pengeluaran.

Namun apabila dipotong di BUD, maka akan dicatat oleh PPK-PPKD sebagai pengurang Kas

di Kasda.

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

”Pembiayaan adalah semua penerimaan yang harus dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.”

Pengertian yang lebih bersifat teknis didapat pada pasal 23 peratuan menteri dalam negeri

tahun 2006 mengatakan bahwa pembiayaan daerah meliputi :

1. semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau

2. untuk memanfaatkan surplus.

Karakteristik Pembiayaan:

 Akuntansi pembiayan mengikuti sifat pembiayaan.

 Pembiayaan ada yang bersifat cash in flow ada yang bersifat cash out flow.

 Yang bersifat aliran kas masuk mengikut sifat dan teknis akuntansi pendapatan

 Sementara yang bersifat aliran kas keluar menerapkan akuntansi seperti halnya belanja.

Struktur pembiayaan:

1. Pembiayaan Penerimaan 2. Pembiayaan Pengeluaran

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran a. Pembentukan dana cadangan

sebelumnya (SILPA)

b. Pencaiaran dana cadangan b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah

daerah

c. Hasil penjulan kekayaan daerah yang c. Pembayaran pokok utang

dipisahkan
d. Penerimaan pinjaman d. Pemberian pinjaman daerah

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman

f. Penerimaan piutang daerah

Dokumen sumber pembiayaan:

 Transkasi pembiayaan seperti disampaikan diatas dalam rauang lingkup pembiayaan berbeda

antara satu dengan yang lain. Pembiayaan penerimaan merupakan aktifitas pembiayaan untuk

menutupi keadaan anggaran yang bersifat kekurangan atau defisit merupakan kegiatan yang

bersifat cash in flows atau aliran kas masuk. Dokumen sumber yang digunakan adalah

dokumen sumber yang sama dengan pendapatan yang juga bersifat aliran kas masuk.

 Dokumen sumber untuk Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya

dibutktikan dengan rekening koran pada saat penerbitan atau perhitungan SILPA tersebut

atau pada periode atau tanggal pisah batas.

 Dokumen sumber Pencairan dana cadangan memerlukan SP2D yang dilampiri dengan

peraturan daerah mengenai dana cadangan.

 Dokumen sumber untuk hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan memerlukan surat

tanda setoran ke kas daerah sebagai bukti penyetoran kas dan lampiran lain yang diperlukan.

 Dokumen sumber untuk penerimaan pinjaman adalah nota kredit bank yang membutkikan

telah diterimanya kas atau telah masuknya kas dari pemberi pinjaman serta lampiran lain

yang diperlukan.

 Penerimaan kembali pemberian pinjaman memerlukan dokumen nota kredit sebagai bukti

telah dibayarkan melalui bank dan lampiran yang diperlukan.

 Dokumen sumber untuk penerimaan piutang berupa nota kredit dan lampiran lain yang

diperlukan seprti surat ketetapan pajak atau retibusi atau yang lainnya.

 Sementara itu untuk pembiayaan pengeluaran dokumen sumbernya kurang lebih sama dengan

belanja terutama belanja dengan mekanisme LS.


 Secara keseluruhan elemen pembiayan pengeluaran memerlukan dokumen SP2D yang

dilengkapi dengan dokuem pelengkap sebagai lampiran.

Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi pembiayaan di Satuan Kerja :

A. Pembiayaan penerimaan yang terdiri dari:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA)

○ Tidak ada jurnal (hal karena pada dasarnya tidak ada transaksi untuk SILPA)

2. Pencairan dana cadangan

Kas di Kas daerah Rp

Penerimaan Pembiayaan-Pencairan dana Rp

cadangan

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai dana cadangan

sbb

Ekuitas dana cadangan Rp

Dana Cadangan Rp

3. Hasil penjulan kekayaan daerah yang dipisahkan

Kas di Kas daerah Rp

Penerimaan Pembiayaan-Hasil penjulan Rp

kekayaan daerah yang dipisahkan

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai aset terkait sbb

Ekuitas dana diinvestasikan dalam aset Rp

tetap

Aset tetap-Mesin Rp

4. Penerimaan pinjaman

Kas di Kas daerah Rp

Penerimaan Pembiayaan - penerimaan Rp


pinjaman

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penambahan nilai hutang sbb

Hutang... Rp

Ekuitas dana Lancar –dana yang harus Rp

disediakan untuk pembayaran hutang ...

5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman

Kas di Kas daerah Rp

Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Rp

kembali pemberian pinjaman

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai piutang sbb

Ekuitas dana lancar-cadangan piutang Rp

Piutang ... Rp

6. Penerimaan piutang daerah

Kas di Kas daerah Rp

Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Rp

piutang daerah

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai piutang sbb

Ekuitas dana lancar-cadangan piutang Rp

Piutang ... Rp

B. Pembiayaan pengeluaran terdiri dari:

1. Pembentukan dana cadangan

Pengeluaran Pembiayaan pembentukan Rp

dana cadangan

Kas di kas Daerah Rp

Jurnal Diatas diikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap peningkatan nilai cadangan sbb
Dana cadangan Rp

Ekuitas Dana cadangan Rp

2. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah

Pengeluaran Pembiayaan-penyertaan Rp

modal

Kas di Kas daerah Rp

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap peningkatan nilai penyertaan

modal sbb

Investasi... Rp

Ekuitas dana Investasi-diinvestasikan Rp

dalam investasi

3. Pembayaran pokok utang

Pengeluaran Pembiayaan-pembayaran Rp

pokok utang

Kas di Kas daerah Rp

Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai hutang sbb

Utang...... Rp

Ekuitas dana lancar-dana yang harus Rp

disediakan untuk pembayaran utang

jangka pendek/panjang

4. Pemberian pinjaman daerah

Pengeluaran Pembiayaan – pemberian Rp

pinjaman

Kas di Kas daerah Rp


Transaksi diatas dikuti dengan jurnal penyesuaian terhadap penurunan nilai hutang sbb

Piutang… Rp

Ekuitas dana Lancar-dana cadangan Rp

piutang

Anda mungkin juga menyukai