DISUSUN OLEH :
S 1 MANAJEMEN ( DMP-411 )
UNIVERSITAS PANCASILA
JL. Lenteng Agung Timur No.56-80 Serengseng Sawah, Jagakarsa
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, pokok bahasan kami mengenai “Kekuasaan dan politik dalam
Organisasi.”
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Satria Yunas Marzuki,
S.T., M.M., S.CM. selaku dosen mata kuliah Prilaku Organisasi yang membimbing kami
dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada keluarga serta teman-
teman yang sudah ikut kerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pengkajian
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Bab I Pendahuluan...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................4
A. Kesimpulan................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Study tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit. Beberapa
studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik
merupakan sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak
sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku
keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada
dalam organisasi.
Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi
pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan
pada unitkeluarga. Politik merupakan suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan
kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan. Politik yang dijalankan untuk
menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta
kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai,maka kepentingan individu
akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.
Maka bedasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud sumber kekuasaan ?
2. Bagaimana kekuasaan dalam kelompok ?
3. Apa pengertian perilaku politik ?
4. Bagaimana etika berperilaku politik ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. KEKUASAAN
karakter Kekuasaan
1. Kekuasaan bersifat sengaja, karena meliputi kehendak, bukan sekadar tindakan acak;
2. Kekuasaan adalah alat (instrumen), ia adalah alat guna mencapai tujuan;
3. Kekuasaan bersifat terbatas, ia diukur dan diperbandingkan di aneka situasi atau
dideteksi
kemunculannya;
4. Kekuasaan melibatkan kebergantungan, terdapat kebebasan atau faktor
kebergantungan
ketidakbergantungan yang melekat pada penggunaan kekuasaan.
5. Kekuasaan adalah gagasan bertindak, ia bersifat samar dan tidak selalu dimiliki;
5
6. Kekuasaan ditentukan dalam istilah hasil, hasil menentukan kekuasaan yang kita
miliki;
7. Kekuasaan bersifat situasional, taktik kekuasaan tertentu efektif di suatu hubungan
tertentu, bukan seluruh hubungan; dan
8. Kekuasaan didasarkan pada oposisi atau perbedaan, partai harus berbeda sebelum
mereka
bisa menggunakan kekuasaannya.
Unsur-unsur kekuasaan :
1. Wewenang
mengenai peranan atas posisi yang resmi atau adanya hak, ada kejelasan dan ada surat
yang pasti.wewenang dapat bersifat formal maupun informal. Wewenang yang
bersifat informal biasanya untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan
bawahannya.
Contoh : hubungan pembantu rumah tangga dengan majikannya pembantu rumah
tangga melaksanakan perintah-perintah yang diperintahkan majikannya serta
memberikan tenaganya untuk membantu pekerjaan rumah tangga majikannya dan di
pihak majikannya yang mempunyai wewenang untuk memerintah agar pekerjaan
rumah tangganya dapat berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.
2. Paksaan
Adanya ancaman yang tidak di inginkan kekuasaan yang bersifat ilegal atau tidak
resmi
Contoh : seorang preman yang sering menganggu dan memalak seseorang dengan cara
Paksa.
3. Manipulatif
Merupakan kekuasaan yang bersifat licik yang dapat menipu atau mempengaruhi
orang lain agar seseorang dapat tertarik padanya. sebuah titik dimana kita berusaha
“melebihkan” atau “mengurangkan” sesuatu, sehingga tidak tampak seperti keadaan
6
nyatanya. Contoh :seperti melukis terkadang mereka menambahkan sedikit warna di
sini dan sana untuk menunjukan bahwa sebenarnya yang terlihat itu “lebih indah”,
atau mungkin, “tidak begitu hebat”, untuk menunjukan bahwa mereka tidak sombong,
rajin menjahit dan gembar menabung.
4. Kerjasama
Kerjasama adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara individu atau kelompok untuk
Mencapai suatu tujuan. Contoh : dalam kelompok adanya kerjasama dalam
memperoleh tujuan.
A. Sumber Kekuasaan
7
untuk mempengaruhi bawahan dengan memberikan ganjaran atas perilaku mereka
yang positif atau sesuai kehendak pemimpin. Bentuk kekuasaan penghargaan terhadap
bawahan adalah wewenang memberikan kenaikan gaji, perkembangan karier, bonus
atau insentif ekonomi yang pantas bagi bawahan. Contoh: Kekuasaan seorang tenaga
pendidik yang sudah tersertifikasi.
8
kebalikan atau sisi negatif dari Kekuasaan Balas Jasa (Reward Power). Contoh
ancaman atau hukuman yang diberlakukan jika tidak mengikuti perintah yang
diinstruksikan antara lain seperti pemberian surat peringatan, penurunan gaji,
penurunan jabatan dan bahkan pemberhentian kerja atau PHK.
Kekuasaan Sah atau Legitimate Power ini berasal dari posisi resmi yang
dijabat oleh seseorang, baik itu dalam suatu organisasi, birokrasi ataupun
pemerintahan. Kekuasaan Sah adalah Kekuasaan yang diperoleh dari konsekuensi
hirarki dalam organisasi. Seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam
organisasi memiliki hak dan wewenang untuk memberikan perintah dan instruksi
dan mereka sebagai bawahan ataupun anggota tim berkewajiban untuk mengikuti
instruksi atau perintah tersebut.
Kekuasaan Keahlian atau Expert Power ini muncul karena adanya keahlian
ataupun keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. Seringkali seseorang yang
memiliki pengalaman dan keahlian tertentu memiliki kekuasaan ahli dalam suatu
organisasi meskipun orang tersebut bukanlah Manajer ataupun Pemimpin.
Individu-individu yang memiliki keterampilan/keahlian tersebut biasanya
dipercayai oleh Manajernya untuk membimbing karyawan lainnya dengan benar.
Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat memimpin kota
(polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam
mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Menurut Arsitoteles, politik adalah
usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan umum. Politik
juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari definisi
yang bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi menjadi :
9
kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan itu. Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan
individu atau kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau
idenya sendiri.
Menurut Kacmar dan Baron (1999) yang dikutip dalam Andrews dan Kacmar
(2001) memberikan pengertian bahwa politik yang ada dalam suatu organisasi
merupakan tindakan individu yang dipengaruhi oleh tujuan pencapaian kepentingan
pribadi tanpa memperhatikan atau menghargai well-being orang lain atau organisasi.
Greenberg dan Baron (2000) mendefinisikan politik organisasional sebagai penggunaan
kekuasaan secara tidak resmi untuk meningkatkan atau melindungi kepentingan pribadi.
Politik keorganisasian adalah serangkaian tindakan yang secara formal tidak diterima
dalam suatu organisasi dengan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
individu (Greenberg dan Baron, 2000). Kelaziman dan intensitas kemunculan politik
organisasi berbeda-beda mengikuti karakteristik struktur organisasi dan siklus khusus
(Drory, 1993). Pfeffer (1992) dikutip dalam Greenberg dan Baron (2000)
mengemukakan beberapa aspek situasi yang memunculkan aktivitas politik dalam
organisasi, sebagai berikut :
a. Perilaku politik biasanya muncul pada saat ada ketidakpastian, sumber daya yang
langka, unit-unit (individual dan kelompok) memiliki kepentingan yang terkonflik dan
saat anggotaanggota organisasi memiliki kekuasaan (power) yang hampir sama.
b. Perilaku politik yang muncul dalam bidang sumber daya manusia, seperti pada saat
penilaian kinerja, seleksi personel, dan keputusan kompensasi (Ferris dan Kacmar,
1992). Hal ini kemungkinan karena adanya ambiguity.Lingkungan organisasional
bersifat ambiguous karena tidak adanya kriteria evaluasi yang jelas, sehingga
organisasi cenderung kurang bergantung pada hasil yang dapat diukur dan lebih pada
usaha pekerja, potensi yang dipersepsikan dan karakteristik, nilai, dan sikap
personal.Semua hal tersebut dapat diubah melalui manipulasi pertimbangan (Ferris &
King, 1991).
10
c. Aktivitas politik biasanya tidak sama pada tahap hidup organisasi yang berbeda.
Menurut Greenberg dan Baron (1997) ada tiga tahapan dalam organisasi yang memiliki
perilaku politik yang berbeda-beda.Tahap pertama, saat organisasi baru berdiri, pendiri
organisasi memperoleh kekuasaan politik dengan menunjukkan ide mereka kepada
para bawahannya. Kedua, tahap pertumbuhan organisasi, anggota organisasi cenderung
terpisah-pisah karena kekomplekan tugas sehingga menciptakan adanya kepentingan
yang berbeda-beda dan dapat menimbulkkan konflik. Ketiga, saat pertumbuhan
organisasi mengalami penurunan, anggotaanggota merasa tidak aman akan
pekerjaannya dan memerlukan tindakan politik untuk mendapatkan kekuasaan dalam
pengendalian organisasi.
Albrecht (1983) mengungkapkan ada lima elemen iklim politis dalam organisasi yang
hendaknya dapat dipahami manajer senior dalam mengendalikan organisasi, antara lain
:
2. Axis of Influence
Mengidentifikasi hubungan pertemanan dari manager menengah / area yang memiliki
hubungan langsung ke Chief Executive tanpa melewati Manajer Divisinya. Apakah ada
hubungan khusus antara berbagai manajer level menengah dengan pimpinan puncak
sehingga dapat mengesampingkan peran manajer divisinya. Bisa jadi hubungan
tersebut timbul karena memang adanya special expertise (keahlian khusus) yang
dimilikinya dalam pengelolaan unit yang dipimpinnya sehingga dapat melaksanakan
tugas-tugas tanpa diperlukan manager divisi.
3. Informal Power Centers Apakah ada karyawan level operasional yang memiliki
hubungan khusus / pertemanan dengan manajer senior, sehingga melewati atasannya.
4. Polarizing Elements
Adakah ketidakcocokan antara Manajer dengan bawahannya dan dalam hal apa
sajakah itu terjadi, dalam semua aktivitas organisasi atau hanya perbedaan yang tidak
prinsip saja. Timbulnya hubungan antar personal yang saling berkompetisi sehingga
mempengaruhi interaksi emosional bila akan mempengaruhi pengambilan keputusan
maka akan menjadi kendala pelaksanaan tugas-tugas saja.
11
5. Informal Coalitions
Apakah ada grup manajer yang berkoalisi untuk menolak keputusan atau mengambil
keputusan yang lain dengan yang sudah ditetapkan manajer atasnya dan sejauh mana
hal ini akan diteruskan.
Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi
yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam
memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat menggunakan beberapa
taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan
politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:
c. Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang
memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh
manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan
keinginanya.
e. Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini jika ada
sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara
menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.
g. Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan
adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut.Hal ini meliputi penampilan
yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang,
menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang
sejenisnya.
12
2.5 Berperilaku dalam Politik
pengertian perilaku politik dapat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), yang mendefinisikan “perilaku” sebagai tanggapan atau reaksi individu
terhadap rangsangan atau lingkungan. Definisi ini juga dapat menunjukkan adanya
nilaibahwa perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang diberikan secara internal
(psikologis) maupun eksternal (sosiologis).
Artinya, dapat dikatakan bahwa definisi perilaku politik ini adalah tanggapan atau
reaksi individu terhadap aktivitas perpolitik dalam suatu negara. Karakteristik perilaku
politik dari suatu masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana kadar kekentalan budaya
politik pada suatu masyarkat. Artinya, budaya politik itulah yang paling banyak
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam merespon politik. Budaya politik ini
pula yang mengikat perilaku politik.
Dalam perilaku politik tentunya ada subjek atau pelaku yang melakukan
implementasinya. Adapun subjek dalam perilaku politik, meliputi masyarakat dan
pemerintah.
Perilaku politik seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku politik, meliputi :
Individu aktor politik meliputi pemimpin politik, aktivis politik, dan individu
warga Negara biasa. Sementara agregasi politik adalah individu aktor politik yang
bertindak secara kolektif. Agragasi politik ini meliputi kelompok kepentingan,
birokrasi, parpol, lembaga pemerintahan dan bangsa.
13
Sumber perilaku politik
Sumber perilaku politik yang paling utama adalah budaya politik, yaitu
kesepakatan antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka, dalam artian, tidak setiap
kesepakatan dalam budaya politik ditegaskan secara gamblang.
Ada juga budaya politik yang sifatnya tertutup tetapi tetap dipahami oleh kelompok
masyarakat. Misalnya saja, ketika akan dilangsungkan pemilihan umum, ada budaya
politik dalam masyarakat yang sering meminta sumbangan, atau amplop, atau materi
lainnya dari para calon, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap politiknya.
Partisipasi Politik
Dalam perilaku politik, dikenal adanya partisipasi politik yang merupakan bentuk
keterlibatanmasyarakat terhadap kegiatan politik. Pengertian “partisipasi” sendiri dapat
dilihat dari sisi etimologi, yang berasal dari bahasa Latin “pars” yang artinya “bagian”
dan “capere” yang artinya “mengambil”.
Pengertian partisipasi politik juga disampaikan oleh Prof Miriam Budiarjo, yang
secara umum mendefenisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu melalui kegiatain memilih
pemimpin negara dan kegiatan yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
kebijakan publik.
Dari sini, dapat diartikan bahwa partisipasi politik mengarah pada tindakan
mengambil bagian atau menceburkan diri dalam aktivitas politik. Sejarah partisipasi
politik sendiri bermula dari jaman Yunani dan berkembang beriringan dengan tradisi
pemikiran Barat. Aristoteles adalah salah satu tokoh pelopor kajian konsep partisipasi
politik yang telah membahas konteks partisipasi politik dalam kehidupan masyarakat.
Partisipasi politik ini erat kaitannya dengan kegiatan politik di negara demokrasi.
Keterlibatan rakyat dalam perpolitikan dianggap sebagai barometer utama dalam
mengukur tingkatan implementasi demokrasi dari suatu negara. Dalam sistem politik
demokrasi, masyarakat memiliki hak untuk ikut menentukan siapa wakil mereka untuk
duduk dalam jabatan penting kenegaraan
14
Faktor penyebab gerakan ke arah partisipasi politik
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gerakan masyarakat sehingga bersedia aktif
terlibat dalam melakukan partisipasi politik, serta mempengaruhi karakter partisipasi
politik masyarakat.Yakni :
15
Misalnya, dengan merefleksikan inti/ hakikatkeadilan sosial, bagaimana kekuasan harus
ditangani agar sesuaidengan martabat manusia.
Tampak bahwa ketiga kriteria penilaian etis dan tidak etis tersebut bersifat bersaing
(trade-off), satu kriteria dapat saling melemahkan atau meniadakan kriteria lainnya.
Misalnya, dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas organisasi, perusahaan
memecat 10% karyawan yang kurang produktif. Dalam pandangan utilitarianisme,
keputusan ini bermanfaat untuk jumlah terbanyak, namun boleh jadi mengabaikan hak-hak
individu (hak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan) dan rasa keadilan (adanya
perlakukan diskriminatif yaitu adanya pemecatan sebagian kecil karyawan). Dalam
melakukan tindakan politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau staf) haruslah
berpedoman pada tiga kriteria etis tadi. Di samping ketiga kriteria tersebut, ada the golden
rule dari perilaku politik, yaitu ”Perlakukan orang lain sebagaimana kamu menginginkan
orang lain memperlakukanmu” (Do unto others as you want them to do unto you) atau
”Jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang mana kamu tidak menginginkan orang lain
melakukan hal itu kepadamu” (Don’t do anything to anyone that you wouldn’t want them
to do to you).
16
Pada saat melakukan pengeboran yang dikoordinasikan oleh pemenang tender yaitu PT
TMMJ (Tiga Musim Masa Jaya) di tempat tersebut terjadi keadaan yang tidak diinginkan
berupa semburan lumpur cair yang menyembur ke permukaan daratan(loss).
Berdasarkan berita dari Harian Surya edisi 30/06/2006, sehari sebelum semburan gas
terjadi, salah satu pekerja pengeboran telah melaporkan bahwa terdapat kemungkinan
kebocoran lumpur apabila pengeboran tetap dipaksakan kepada Lapindo brantas tapi hal
tersebut diabaikan.
Kerugian yang diakibatkan oleh lumpur lapindo sebagaimana yang dilansir dari
website Antara News yaitu:
Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke
dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi
tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka orang tersebut perlu
memikirkan gaya kepemimpinannya
Kekuasaan yang dimiliki oleh para petinggi Lapindo Brantas juga mempengaruhi
jalannya kasus dan tuntutan yang mengarah pada kasus lumpur lapindo. Hal tersebut
merupakan gambaran kekuasaan dan poliitk dalam kaitannya dengan elemen lingkungan di
luar organisasi. Adapun hubungan dominant coalition dengan anggota dalam organisasi
pasti sangat ditentukan oleh direktur dan pemegang saham di Lapindo Brantas sebagai
pihak yang menguasai sumber daya dari Lapindo Brantas Inc.
17
Kesimpulan
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat
menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan.
Kaitan antara organisasi, politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo
menunjukkan adanya pengaruh kuat dari politik, kekuasaan dari dominant coalition di
Lapindo Brantas Inc yang menjadikan kasus dan masalah yang menghalangi Lapindo
Brantas terkait lumpur lapindo dapat diatasi.
18
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan
menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal.Kekuasaan biasanya identik dengan
politik.Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat.Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik
yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama
berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan.
Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk
mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun
kelompok.Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh
kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta
kenyamanan dalam kehidupan.Politik dan kekuasaan dijalankan untuk menyeimbangkan
kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-kekuasaan-power-dan-5-jenis-kekuasaan-dalam-
organisasi/
http://echlyps.blogspot.com/2015/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.html
https://www.kompasiana.com/ulhaq/etika-politik_55128b7a8133112c59bc5f9a
https://portal-ilmu.com/pengertian-partisipasi-politik/#
https://ilmupolitikfisipuho.com/wp-content/uploads/2019/05/etika-politik.pdf
https://www.academia.edu/8001275/KEKUASAAN_DAN_POLITIK_DALAM_ORGANIS
ASI
20