DALAM ORGANISASI
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Heri Setiyo Nugroho, M.AP
Dr. Pahlawan, M.A
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karun
un untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Perkembangan Teori manaje
sumber dan ada juga yang ditulis berdasarkan pemikiran, analisa dan pendapat
penulis yang mana ke depannya mungkin tidak sempurna dan perlu koreksi lebih
lanjut. Apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terjadi kesalahan dan keku
ng hati penulis akan menerima saran dan kritik untuk perbaikan kerja penulis pa
da masa yang akan datang. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
Team kelompok 10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalahan ………………………………………… 4
1.3. Tujuan ................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A Kepemimpinan, kekuasaan dan politik ................................ 6
B Filsafat Kekuasaan dan Politik ............................................ 7
C Kekuasaan dan Politik ………………………........................ 10
D Sumber kekuasaan ............................................................. 13
E Politik Organisasi ……………………………………………... 19
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan …………………………………………………... 23
2. Saran ………………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 24
BAB I
PENDAHULUAN
ecara kultural maupun secara paksaan. Orang yang memiliki kekuasaan disebut
ntek perilaku organisasi, dalam studi kekuasaan sangat erat dengan tindakan-tin
dakan politis, dimana setiap individu dan kelompok. memiliki kepentingan terhada
p kekuasaan. Dengan sebuah kekua- saan maka sebuah program atau kebijakan
dapat dibuat dan dijalankan sesuai dengan narasi seorang penguasa akan dibaw
bagai kumpulan individu akan terjadi tindakan-tin- dakan yang bernuansa politik,
oleh sebab itu diperlukan sebuah strategi bagaimana perilaku politis individu dan
si?
m organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan, Kekuasaan dan Politik
Dalam ilmu politik, konsep kekuasaan merupakan yang paling banyak dib
ahas, bahkan kekuasaan itu sendiri sering diidentikkkan dengan politik (Budiardjo,
2010; 59). Budiardjo mengurai penjela- san kekuasaan dengan penjelasan bebe
rapa ilmuan, sebagai berikut. Weber, sebuh kekuasaan merupakan tindakan ingi
an. Laswell mengatakan dengan kekuasaan maka perilaku anggota dapat ditetap
kan. Sementara Goodwin beragumen bahwa melalui kekuasaan maka akan dapa
seorang pemi- mpin. Seorang pemimpin dapat muncul secara informal walau ia ti
erlepas dari kekuasaan, sehingga dalam setiap organisasi akan menjadikan pers
oalan ini menjadi berbagai penyebab maju atau mundurnya organisasi. Dalam m
an sebuah strategi dan taktik, yang kemudian dikenal dengan politik. Oleh Robert
Dahl dikatakan bahwa politik sebagai usaha A yang berkuasa atas B sehingga da
h, 2006; 77-78).
a berubah tergantung keadaan. Beberapa bentuk kekua- saan bersifat sangat fisi
k dan dinyatakan langsung, sementara yang lainnya tidak langsung atau tersemb
unyi. Terkadang kekuasaan berpengaruh bukan karena digunakan, tapi pihak lain
at kekuasaan dan politik di dunia Barat banyak memunculkan pemikir politik. Mis
alnya filsuf dari Italia, Nicollo Machiavelli yang konsep pemikirannya mengenai ke
saan dan politik dalam bukunya Il Principe dan Prince. Begitu besarnya pengaruh
filsafat Machiavelli dalam perpolitikan dunia, sehingga para pemimpin yang otorit
er, culas, dan licik sering disebut sosok pemimpin Machiavelis. Sebutan ini berma
kna negatif, sesuai yang disarankan Machiavelli mengenai pemimpin bisa melaku
hal yang terpisah. Moral hanya merupakan strategi kekuasaan dan demi memper
insip utama Machiavelli bahwa hal terpenting dari tindak tanduk seorang pemimpi
kuasaan.
duksi wacana yang mengarahkan apa yang dipikirkan oleh sub ordinem (Jones,
2010).
cana, dan kekuasaan memiliki pengaruh. Melalui wacana, kekuasaan bisa meme
aan. Wacana yang disebarkan sebuah kekuasaan akan membangun sebuah keti
sebut penguasa bisa membentuk sebuah dominasi rezim yang berdasarkan pen
getahuan. Mengacu pada konsep diskursus Foucault, menurut Sarra Mills, selain
gunakan konsep diskursus untuk mengacu domain umum pasif (passive revolutio
n), revolusi dari atas (revolution from above), pemanfaatan institusi untuk mencipt
kuti apa yang diberikan oleh penguasa Foucault menjelaskan konsep kekuasaan
nya dalam buku Discipline and Punish. Buku yang ditulis Foucault pada tahun 19
Kekuasaan berkaita dengan konflik. Bagi Marx umat manusia yang berad
dan menciptakan konflik dengan penguasa yang mendominasi. Pada saat sistem
kekuasaan diktator proletariat berdiri maka kelas pekerja menguasai segala bent
uk sumber daya dan membuat kelompok borjuis dan kapitalis harus patuh dalam
sistem yang mereka bangun, atau bisa dikatakan tidak ada lagi kelas, selain kela
osial, yang menyatakan bahwa para aktor sosial mengetahui, dan harus mengeta
hui, banyak perihal situasi atau lingkungan tindakan mereka, dapat dihubungkan
dengan dominasi dan kekuasaan (Giddens, 2010; 275). Giddens coba menjelask
annya dengan konsep birokrasinya Max Weber bahwa dalam birokrasi terjadi "pe
sasi sedikit banyak berarti penurunan progresif dalam hal otonomi tindakan bagi
lui politik lah kekuasaan bisa direbut (diperoleh), diperluas, dan dipertahankan. S
gi politik agar orang yang ingin dipengaruhi dapat mengikuti kehendak penguasa.
Seseorang yang memiliki kekuasaan penuh sekalipun atau seorang diktator, teta
Kata "politik" sering dimaknai bahkan sudah menjadi citra publik merupak
an sebuah kata yang tendensi negatif. Bahkan di Amerika muncul sebuah ungka
pan "politik adalah kata yang paling kotor." Politik mengesankan kepada tindaka
n-tindakan yang tidak bermoral dan bahkan mengabaikan manusia serta rasa ke
atakan seorang filsuf Jerman, Hannah Arendt bahwa politik itu semestinya mamp
u membuat orang berempati, memahami orang lain, dan sanggup keluar dari kep
entingan pribadi atau kelompoknya untuk merasakan dan merespon apa yang dii
nginkan orang di luar dari dirinya. Jadi, tidak ada yang salah dengan kata politik
dan setiap aktivitas politik, jika itu dimaknai untuk kebaikan bersama dalam sebu
mpok dapat memperlihatkan kepedulian dan empati kepada individu atau kelomp
ok di luar dirinya.
guiding or influencing policy with winning and holding control (and) competition b
etween competing interest groups or individuals for power and leadership" (Webs
ter, 1985). Politik merupakan seni atau ilmu yang mempelajari dan memengaruhi
ebut kekuasaan. Jika dimaknai dalam organisasi, bahwa politik organisasi adalah
a aktor miliki.
Kekuasaan adalah kapasitas untuk merubah sikap dan perilaku orang lain
dalam bentuk yang diinginkan (Greenberg, 1995; 402). Steven McShane dalam b
eseorang atau kelompok orang untuk memengaruhi orang dan kelompok lain (Ra
wes, 2014). Dalam teori perilaku organisasi dipandu oleh rasional, alasan rasiona
l untuk tujuan kepentingan organisasi lebih lanjut. Dalam praktiknya perilaku orga
nisasi dimotivasi dan dipandu oleh politik organisasi sebagai individu dan kelomp
ok yang berusaha untuk memiliki jalan. Sebuah filsafat kekuasaan yang sangat te
tidak boleh lemah, ramah, namun sebaliknya ia harus licik, dan otoriter, bahkan
menghalalkan cara apa saja untuk merebut, mempertah- ankan, dan memperlua
g lain dari satu individu. Jika individu ingin melakukan sesuatu di sebuah organis
asi, maka kekuasaan adalah cara yang dapat membantu mewujudkannya (Robbi
ns, 2003; 150). Dalam meraih kekuasaan, maka diperlukan sebuah tindakan polit
ik dengan beragam strategi yang dijalankan untuk menduduki sebuah pucuk kep
emimpinan politik. Kata politik sering dimaknai negatif, namun tidak dapat dihinda
ri pada dasarnya manusia memiliki naluri berkuasa, maka cara politik merupakan
jalan yang ditempuh, misal- nya dengan partai politik secara legal formal, bahkan
dalam level di organisasi dengan sikap dan tindakan-tindakan poltitis, maka politi
k bukanlah identik dengan tindakan yang kotor, terlebih lagi tujuan merebut keku
mu dan seni yang memandu untuk mempengaruhi orang agar dapat merumuska
Oleh sebab itu antara kekuasaan dan politik merupakan dua kata dan tind
akan yang tidak dapat dipisahkan, melainkan merupakan satu kesatuan. Kekuas
aan diraih sebagai upaya untuk mengubah perilaku orang dalam sebuah organis
asi, sesuai dengan yang diing- inkan (Greenberg, 1995; 402). Kata kuncinya adal
ah dengan kekua- saan maka dapat mengendalikan perilaku dan tindakan (Rawe
s, 2014). Dalam kajian perilaku organisasi tindakan politik dilakukan oleh individu
dan kelompok yang berupaya mewujudkan keingi- nan, nilai, ideologi dan berbag
rang dapat mewujudkan kehendaknya (Tilaar, 2009; 136). Kekuasaan dapat dilih
sasi, maka dapat dikatakan dia memiliki kekuasaan. Di sisi lain pemilik kekuasaa
n dan politik berperan penting dalam bisnis, dari mengatur bagaimana keputusan
dibuat hingga bagaimana atasan berinteraksi dengan satu sama lain. Dalam bisni
s apakah itu hal besar atau hal kecil, pengaruh kekuasaan bergantung pada apa
kah atasan menggunakan positif atau negatif kekuasaan untuk memengaruhi ora
ng lain di tempat kerja. Politik berpengaruh langsung terhadap yang memiliki kek
emberikan kepercayaan diri dan motivasi kepada anggota untuk bekerja lebih bai
k. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun komunikasi yang baik dan mengh
anggotanya maka ini merupakan kekuasaan yang negatif (Zeiger, 2014). Oleh ka
rena itu organisasi harus membangun kekuasaan dan politik yang positif di organ
isasi agar dapat mendorong produktifitas. Iklim kolaborasi dan sistem perintah ya
D. Sumber Kekuasaan
o, 2010; 62). Orang yang memiliki kekayaan dapat menguasai banyak orang, ba
hkan dalam fenomena politik di Indonesia, kekuasaan politik dikuasai oleh orang-
orang kaya atau orang kaya yang mengendalikan politik melalui orang lain denga
n kekayaan yang dimilikinya. Masuknya orang kaya ke dalam politik, salah satu t
h ulama, publik memahami predikat ulama adalah orang yang paham agama, se
hingga mempercayai apa saja yang dikatakan dan diperintahnya. Kemudian, kek
uasaan yang diperoleh karena kedudukan, karena adanya jabtan yang individu d
sakan kehendak atas pihak lain, dan sebagai suatu fenomena yang memiliki berb
agai bentuk. Kekuasaan memiliki beberapa sumber, yaitu di samping dimiliki oleh
orang yang memiliki kewenangan resmi dan kekuatan fisik (senjata) maupun eko
nomi (Trihastuti, 1998; 4). Kejujuran moral yang tinggi dan pengetahuan dapat pu
orang menginginkan posisi atas atau posisi tertinggi di sebuah organisasi dimana
tempatnya mengaktualisasikan diri. Motif berada pada level atas ini tidak hanya b
ermotif ekonomi, tetapi juga kepada motif akan kekuasaan itu sendiri (Rawes, 20
14). Jennifer M. George membagi dua jenis kekuasaan, yaitu kekuasaan individu
kekuasaan dalam sebuah organisasi hirarkis yang diperoleh individu dalam organ
isasi.
ng dan sumber daya organisasi agar dapat sukses menjalankan kewajiban (Raw
dividual formal bersumber dari hal sebagai beikut: Legitimasi kekuasaan. Kekuas
aan untuk mengendalikan dan menggunakan sumber daya organisasi untuk men
saan yang bersumberkan dari kekuataan dan kemampuan dari keahlian yang di
erikut:
ibutuhkan.
anan, dan kaharisma, yang semua ini dapat menjadi modal bagi individu me
ndapatkan kekuasaan.
alisi, sebuah kekuasaan yang diperoleh dengan cara berkoalisi dengan berb
umber kekuatan yang persumber dari politik karena pihak yang berkuasa da
pat mengatur siapa saja yang dapat berpartisipasi dalam organisasi yang se
1) Kekuatan resmi, yaitu kekuatan yang membuat individu atau anggota organi
sasi harus patuh karena penguasa memiliki hak untuk membuat peraturan.
3) Kekuatan ganjaran, yaitu kekuatan yang membuat orang patuh karena adan
karena percaya bahwa pihak lain memiliki pengetahuan khusus tentang cara
melakukan sesuatu.
5) Kekuatan rujukan, yaitu kekuatan yang membuat orang lain patuh karena pih
1. Kekuasaan hak politik formal. Hak politik formal yaitu sumber daya kekuasaa
n yang bisa diakses oleh individu, dimana orang memiliki hak politik dipilih da
n memilih. Tentunya konsep ini berlaku di negara atau organisasi yang demo
kratis.
akan sumber daya kekuasaan yang memiliki pengaruh dramatis pada profil k
ekuasaan segelintir individu. Dalam kekuasaan ini, orang yang memiliki keku
asaan akan hilang pengaruhnya ketika tidak memegang jabatan lagi. Jabata
n formal ini diperoleh bisa melalui jenjang karir, dan bisa hilang melalui pensi
an.
mengenai peran dan lokasi sosial pemaksaan dan kekerasan sebagai ciri kh
isalnya melucuti senjata yang dimiliki individu, dalam bahasa Winters, sebua
mbaga resmi.
ekuasaan jenis ini tidak terpaku pada sumber kekayaan, jabatan, hak politik,
tuk memaksa bawahan dengan memberi hukuman bagi yang tidak berpresta
si.
2) Kekuasaan imbalan (reward power). Kekuasaan yang memainkan pengaruh
nya dengan tawaran imbalan, sehingga diharapkan akan lebih membuat ang
ya
E. Politik Organisasi
Dalam sebuah sistem politik dan kajian ilmu politik terdapat empat variabe
1) Kekuasaan. Sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan, antara lain m
politik.
rdjo, 59;2010)
uatu yang diinginkan, individu tersebut sedang mencari sebuah pengaruh kepada
orang lain. Kapasitas untuk mewujudkan pengaruh kepada orang lain maka hal t
as atau melindungi kepentingan seseorang hal ini disebut sebagai politik organis
asi (George, 2003; 406). Politik organisasi adalah aktivitas dimana manajer terlib
Manajer dalam semua level selalu terlibat dalam perilaku politik untuk me
berdasarkan keinginan (Jones dan George 2003). 1) Perilaku disengaja yang dir
khir tidak disanksi oleh organisasi. 3) Sebagai sebuah fungsi yang dibutuhkan, se
4) Tidak secara otomatis baik atau buruk politik organisasi juga melayani fungsi-f
merubah, dan penggantian untuk otoritas formal (Jones dan George, 2003). Bag
kompetensi personal, jaringan kerja sosial, karakter fisik, motivasi individu yang
butuh kekuasaan.
Selanjutnya Dominica menjelaskan beberapa taktik dalam memeroleh kek
uasaan sebagai berikut: Perubahan sosial, Aliansi, Otoritas tinggi, Pelayanan sel
ektif, Kekuasaan simbol, Permainan kekuasaan, dan Jaringan kerja (Jones dan
George, 2003). Muh. Irfan Islamy. Perilaku Kekuasaan Pemimpin Lokal: Suatu K
ajian tentang Perilaku Kekuasaan Kontinum dan Interface Kepala Desa dalam M
bagai aktor kekuasaan telah menampilkan pola perilaku kekuasaan yang khas. Li
ngkungan keluarga, masyarakat dan daerah di mana aktor dilahirkan telah berma
erilaku yang saling berkaitan dan berhadapan serta berkelanjutan sesuai dengan
konteks ruang dan waktu. Kepribadian seorang aktor pemimpin dibentuk berdasa
r karakter yang diwarisi orang tua dan hasil merespon tugas-tugas dan lingkunga
n kerja yang menjadi sumber perilaku kekuasaan. Pola perilaku kekuasaan yang
berbasis organisasi atau posisi dan pribadi yang dilaksanakan atau dipakai secar
angunan desa.
of Political Power, 2013. Vol. 6, No. 3,385-404. Routledge. Dalam artikel ini, pene
dikonstruksi dengan hal yang overlapping. Kontribusi unik artikel ini yaitu menyed
iakan konsep perasaan organisasi dengan berbagai bentuk kekuasaan yang dibe
ent. June 2007, Vol. 33 no.3 290-320. Keahlian politik merupakan sebuah konstr
uksi yang diperkenalkan lebih dari dua dekade lalu sebagai kompetensi untuk me
njadi organisasi efektif. Kecakapan politik meliputi kognisi, sikap, perilaku, multile
vel, meta teori yang mengajukan bagaimana kecakapan politik bekerja untuk ber
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk menjalankan visi misi dan p
organisasi, mulai dari anggota sampai pimpinan. Misi utama aktivitas politik orga
3.2 Saran
Makalah sederhana ini yang berjudul “FILSAFAT KEKUASAAN DAN POLITIK DA
mata kuliah Filsafat dan Perkembangan Teori manajemen Pendidikan bagi civitas
Dr. Wendy Sepmandy Hutahaean, SE. M.Th, diaksed 2 Juni 2023, https://jdih.s
itubondokab.go.id/barang/buku/Filsafat%20dan%20Teori%20Kepemimpinan%
20(Dr.%20Wendy%20Sepmady%20Hutahaean,%20S.E.,%20M.Th.)%20(z-lib.
org).pdf
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organis
asi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Fridiyantoyanto,ttps://www.academia.edu/13258485/
politik_kekuasaan_pendidikan, diaksed pada 2 Juni 2023