Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR ILMU POLITIK

MATERI IDEOLOGI DAN TANTANGAN


PLURALISME POLITIK

Dosen : Drs H Edward Mandala,M.Si

DISUSUN OLEH:

INGGRIT SETYA RIZKI

22101033

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

KELAS KARYAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

STISIPOL RAJA HAJI TANJUNGPINANG


Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur Alhamdulilah saya panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala rahmat dan nikmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ideologi dan Tantangan Pluralisme Politik”. Makalah ini diajukan sebagai bahan
diskusi mata kuliah Pengantar Ilmu Politik. Saya mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat Drs H Edward Mandala,M.Si sebagai dosen pembimbing mata kuliah Pengantar
Ilmu Politik yang telah mendidik saya beserta rekan-rekan.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Saya selaku penyusun memohon maaf
apabila dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan,dan saya juga akan menerima
segala kritikan yang bersifat membangun untuk masa yang akan datang. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................iii

B. Rumusan Masalah...................................................................................................iii

C. Tujuan......................................................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ideologi.....................................................................................................1

B. Teori tentang ideologi.................................................................................................2

C. Fungsi ideologi...........................................................................................................3

D. Macam-macam ideologi didunia................................................................................3

E. Perbandingan ideologi pancasila dan ideologi komunisme.......................................5

F. Islamisme atau politik islam sebagai ideologi...........................................................6

G. Bagaimana tantangan pluralisme politik diIndonesia................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................10

DAFTAR PUSAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Secara historis, ideologi mengalami berbagai perubahan dari masa ke masa. Ideologi
merupakan fenomena umum yang mengiringi proses pertumbuhan negara modern. Untuk itu,
disini akan diuraikan pengertian ideologi, fungsi ideologi, jenis dan bahasan-bahasan tentang
ideologi lain. Dalam perkembangannya, ideologi mempengaruhi kehidupan. Dapat dilihat
semenjak munculnya ideologi Marxisme dan berkembang menjadi Komunisme tetap
menekankan kepada suatu nilai materialisis. Ideologi tersebut menyebabkan penderitaan
rakyat kecil sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan terhadap rakyat
kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh pemerintah.

Ideologi komunisme juga berpengaruh dalam hal keagamaan, komunisme yang dirumuskan
Karl Marx menyatakan bahwa manusia adalah suatu hakikat yang menciptakan dirinya
sendiri dengan menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan dalam
perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan agama. Dalam hal ini, komunisme
bersifat atheis ( tidak bertuhan ) karena manusia dintentukan oleh dirinya sendiri bukan oleh
hal-hal lain diluar dirinya.

Selain komunisme masih banyak jenis ideologi yang akan dibahas. Tidak hanya ideologi
secara mendunia dan pluralisme yang harus dipahami, tetapi dalam hal bagaimana Islam
berperan dalam pembentukan ideologi di dalam percaturan politik. Indonesia adalah contoh
salah satu negara yang terpengaruh dengan adanya agama islam hingga dalam bidang politik.
Mulai dari masa orde baru hingga era reformasi islam masih berpengaruh terhadap ideologi
di Indonesia. Maka dari itu perlu dibahas mengenai ini dengan tepat dan efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ideologi?

2. mApa fungsi dari ideologi?

3. Apa kelebihan dan kelemahan masing-masing ideologi?

4 .Bagaimana apabila dua jenis ideologi dibandingkan?

5. Bagaimana tantangan pluralisme politik diIndonesia?

iii
C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian ideologi

2. Mahasiswa mampu memahami apa saja fungsi ideologi

3. Mahasiswa mampu memahami macam macam ideologi

4. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja contoh tantangan pluralisme politik diIndonesia

iv
BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Ideologi

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk “idea” dan “logos”, yang berasal dari


bahasa Yunani “eidos” dan “logos”. Secara sederhana, ideologi berarti suatu gagasan
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran falsafah. Dalam
arti luas, istilah “ideologi” dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai dasar, dan
keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini,
ideologi disebut “terbuka”. Dalam arti sempit, ideologi ialah gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.

Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya,
yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam  bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup apabila telah mendapat
landasan berpikir maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian
membentuk suatu ideologi. Keterikatan ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan
ideologi suatu bangsa dengan bangsa yang lain.

Sekarang ini, ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks. Perkembangan terakhir
ini menunjukkan adanya perbedaan yang makin jelas antara ideologi, filsafat, ilmu, teologi.
Ideologi dipandang sebagai pemikiran yang timbul karena pertimbangan kepentingan. Di
dalam ideologi, orang tidak mempersalahkan nilai kebenaran internalnya. Ideologi dipandang
sebagai “belief system”, sedangkan dalam ilmu, filsafat ataupun teologi merupakan
pemikiran yang bersifat refleksif, kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan utamanya
adalah adalah kebenaran pemikiran. Karena perbedaan itu, ideologi disebut sebagai suatu
sistem pemikiran yang sifatnya tertutup.

Didalam pekembangannya, ideologi mempunyai arti yang berbeda, yaitu :

1. Ideologi diartikan sebagai “weltanschuung”, yaitu pengetahuan yang mengandung


pemikiran-pemikiran besar, cita-cita besar mengenai sejarah, manusia, masyarakat,
dan negara (science of ideas). Dalam pengertiannya, ideologi sering kali disamakan
maknanya dengan ajaran filsafat.

1
2.      Ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan nilai kebenaran
internal, karena tumbuhnya didasarkan kepada pertimbangan kepentingan tertentu, dan
bersifat tertutup.

3.      Ideologi diartikan sebagai suatu “belief system” dan karena itu berbeda dengan ilmu,
filsafat, ataupun teologi yang secara formal merupakan suatu “knowledge system” (bersifat
refleksif, sistematis, dan kritis).

B. Teori tentang ideologi

Kata ideologi pertama kali digunakan pada awal tahun 1800-an oleh kelompok pemikir dari
Perancis yang mengatakan Ideologues untuk mendeskripsikan pendekatan yang bertujuan
untuk memahami bagaimana ide terbentuk. Kata tersebut dipilih oleh banyak orang dan lebih
sering digunakan sebagai label atau cara seseorang memblokir pesan yang mengancam
mereka. Dengan demikian, ideologi menjaga seseorang dari pemahaman kebenaran tentang
situasi mereka. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli mengenai ideologi :

1.      Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx berpendapat bahwa ideologi membutakan seseorang terhadap fakta  mengenai


keberadaan mereka dalam masyarakat. Dia mendeskripsikan ideologi sebagai ilusi politik
yang diproduksi kelas pengalaman sosial (contohnya, kelompok sosial yang didefinisikan
dengan peran ekonomi. Seperti pengusaha dan pekerja).

2.      Georges Sorel (1842-1922)

Georges Sorel memiliki pendekatan yang berbeda mengenai Ideologi. Sorel berpendapat
bahwa pergerakan massa mengembangkan masa depan yang anggotanya tidak begitu
percaya, tetapi adanya hal-hal yang perlu untuk memotivasi mereka. Dia menyebutnya mitos
penglihatan. Sorel fokus kepada mitos yang spesifik, seperti kepercayaan yang umum yang
merata diantara sindikat, sedikit luas daripada sistem kepercayaan yang menyatakan ini
sebagai ideologi. Juga, sebagaimana kata mitos menyatakan secara tidak langsung,
kepercayaan yang dalam kepada mitos tidak sama dengan ideologi. Tapi dongeng dapat
menggembleng orang dan secara jelas merupakan bagian dari ideologi.

2
C. Fungsi Ideologi

Dengan memberikan dasar etika pada pelaksanaan kekuasaan politik, ideologi bisa
mempersatukan rakyat dari suatu negara atau pengikut suatu gerakan yang berusaha
mengubah negara. Ideologi memungkinkan adanya komunikasi simbolis antara pemimpin
dan yang dipimpin, untuk berjuang bahu membahu demi prinsip bukan pribadi. Ideologi juga
merupakan suatu pedoman untuk memilih kebijakan dan perilaku politik. Dan ideologi
memberikan cara kepada mereka yang menginginkannya serta kepada yang yakin akan arti
keberadaannya dan tujuan tindakannya.

D.Macam-macam Ideologi di Dunia

Ideologi sebagai sistem pemikiran yang betujuan untuk diaktualisasikan dalam norma yang
kemudian dituangkan dalam bentuk perilaku, kelembagaan, politik, ekonomi, pertahanan
keamanan, dan segala bidang lainnya dalam menghidupi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ada bermacam-macam ideologi yang ada di dunia.

1) Liberalisme

Liberalisme adalah ideologi yang mendasarkan diri pada kebebasan individu. Liberalisme
mengajarkan kemakmuran orang perseorangan dan masyarakat seluruhnya, diusahakan untuk
memberi kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing.Neo-Liberalisme muncul
setelah Perang Dunia I, berpegang pada persaingan bebas di bidang politik, ekonomi; dengan
syarat membantu negara-negara lemah, tapi menekankan kepentingan individu dan
persaingan bebas.

Ciri-ciri ideologi liberal :

a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.

b. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara,


kebebasan beragama dan kebebasan pers.

c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat
hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan sendiri.

d. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu,
pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat
dicegah. Singkatnya, kekuasaan dicurigai sebagai cenderung disalahgunakan, dan karena itu
sejauh mungkin dibatasi.Paham ideologi liberal dianut di Inggris dan koloni-koloninya,
termasuk Amerika Serikat.

3
2) Sosialisme

Sosialisme adalah ideologi yang menjadi gerakan mengubah struktur milik sosial dan politik
masyarakat, serta akan membangun suatu masyarakat baru dengan pola yang berbeda-beda
menurut aliran sosialisme. Pada abad ke 19-20, sosialisme merupakan jawaban terhadap
krisis sosial akibat industrialisasi dan cara produksi kapital. Sosialisme berpendapat bahwa
manusia tidak hanya bersifat egois tapi juga sosial.

3) Fasisme

Fasisme adalah ideologi yang dirintis oleh B. Mussolinni (1922-1943) berasal dari
kata Facio di combat-timento (persatuan perjuangan). Sikap ini menentang liberalisme dan
kolonialisme. Fasisme menyusun negara yang otoriter serta totaliter. Ekonomi, kultur dan
pendidikan generasi muda tunduk pada dan ditentukan oleh partai fasisme. Manusia
dipandang hanya sebagai makhluk sosial.

4) Kolonialisme

Kolonialisme adalah paham tentang penguasaan suatu negara/bangsa lain dengan maksud
memperluas wilayah negaranya. Penyebab timbulnya kolonialisme adalah keinginan untuk
menjadi bangsa yang terkuat, menyebarkan agama dan ideologi, kebangaan atas bangsa yang
istimewa, keinginan untuk mencari kekayaan alam dan tempat pemasaran hasil produksi.

Tipe-tipe kolonialisme :

a. Koloni penduduk, jika terjadi migrasi besar-besaran ke negeri asing kemudian  menjadi


tanah air baru, misalnya Amerika Utara dan Kanada.

b. Koloni kelebihan penduduk, seperti koloni bangsa Italia ke Jepang.

c. Koloni deportasi, tanah koloni yang dikerjakan orang-orang buangan. Contoh : Australia.

d. Koloni eksploitasi, daerah jajahan yang dikerjakan hanya untuk mencari keuntungan.

5) Komunisme

Komunisme merupakan ajaran yang memandang bahwa manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk sosial, komunisme mendasarkan pada suatu kebaikan yang hanya diperuntukkan
bagi kepentingan dan keuntungan kelas masyarakat totalitas. Atas dasar inilah komunisme
mendasarkan moralnya pada kebaikan relatif demi kepentingan dan keuntungan kelasnya,
dan dalam mencapai tujuannya dapat menghalalkan segala cara.

4
Oleh karena itu, hakikat ideologi komunis bercorak partikular, yaitu suatu ideologi yang
hanya membela kepentingan tertentu (proletar). Hubungan dengan masyarakat ideologi
komunis bersifat kosmopolitisme yang menggambarkan hegemoninya ke seluruh dunia.

Adapun ciri-ciri ideologi komunis, yaitu :

a. Bersumber kepada akal manusia tetapi terbatas

b. Perekonomian ada di tangan negara

c. Hukum dibuat oleh manusia dan diterapkan oleh negara dengan tangan besi.

d. Menolak keberadaan agama/ateisme, tidak percaya akan adanya Sang Pencipta.

e. Manusia makhluk sosial, tanpa demokrasi individu dan manusia hanya dianggap mesin saja

f. Masyarakat sebagai kesatuan manusia tanpa kelas, dengan landasan teori


perjuangan/pertentangan kelas ploretar berhadapan dengan kaum kapitalis/tuan tanah

g. Bersifat kosmopolitan, artinya menerapkan dan mengembangkan hegemoninya keseluruh


pelosok dunia

E. Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Komunisme

Ideologi pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan social. Oleh karena itu, dalam ideologi pancasila mengakui atas kebebasaan dan
memerdekakan individu, namun dalam hidup berbangsa juga harus memakai hak dan
kebebasan orang lain secara bersama sehingga dengan demikian mengakui hak-hak
masyarakat, selain itu bahwa manusia menurut pancasila membentuk kodrat sebagai makhluk
pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, nilai-nilai ketuhanan
senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup bernegara dan bermasyarakat.

Sementara itu, etika dalam ideologi komunisme adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya
pada keuntungan demi keuntungan kelas masyarakat secara totalitas. Atas dasar inilah maka
komunisme mendasarkan moralnya pada kebaikan yang relatif demi keuntungan kelasnya.
Oleh karena itu, segala cara dapat dilakukan.Dalam kaitannya dengan Negara, bahwa Negara
adalah sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk komunal.sehingga hak individual
pada hakekatnya adalah tidak ada.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbandingan kedua ideologi tersebut adalah :

1.Aspek Politik-Hukum

Ideologi Pancasila : Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaban  individu dan
masyarakat.

5
Ideologi Komunis : Berkuasa untuk suatu parpol, hukum untuk melanggengkan komunis.

2. Aspek Ekonomi

Ideologi Pancasila : Untuk mencegah terjadinya monopoli dan sejenisnya yang merugikan
masyarakat.

Ideologi Komunis : Peran Negara dominan, monopoli Negara

3.Aspek Agama

Ideologii Pancasila : Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarat, berbangsa, dan
bernegara.

Ideologii Komunis : Agama candu masyarakat dan harus dijauhkan dari masyarakat

Atheis.

4. Pandangan terhadap Individu dan Masyarakat

Ideologi Pancasila : Individu diakui kebudayaannya; masyarakat ada karena individu, akan
punya arti apabila hidup di tangan masyarakat.

Ideologi Komunis : Individu dan masyarakat tidak penting, kolektivitas yang dibentuk
Negara lebih penting. 

F.Islamisme atau politik Islam sebagai ideologi

Kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke sejumlah negara ASEAN pada awal masa
pemerintahannya menyadarkan kita pada suatu persoalan yang bersifat recurrent. Wartawan
televisi Indonesia merasa perlu melaporkan hal itu, meskipun disadari bahwa misi utama
kunjungan Kepala Negara berkaitan dengan persoalan ekonomi. Menurut koran International
Herard Tribunel, pernyataan Presiden sangat membesarkan hati mereka yang hadir, karena
beliau akan berusaha keras untuk tidak membiarkan Islam militan-ideologi maupun politis
berkembang. 

Mestinya, hal-hal itu dikemukakan ketika posisi aktivis-aktivis politik islam agak ketengen
setelah sekian dasawarsa terpinggirkan yang membuat hubungan antara Islam dan negara
relatif membaik pada akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Seperti diketahui,
kekhawatiran kalangan tertentu terhadap dinamika politik islam muncul pada masa-masa itu,
yang merupakan tahun-tahun terakhir keberadaan rezim Orde Baru.

6
Sejak presiden Soeharto memimpin instabilitas politik mulai mereda, ketika liberalisasi dan
relaksasi menjadi ciri utamanya. Didalam era ini terjadi belenggu otoritarianisme yang
selama ini berfungsi sebagal kendala pembebasan politik paling penting dan telah
terpatahkan, dan atas dasar itu publik merasa mempunyai hak untuk mengartikulasikan
kepentingan-kepentingan politik mereka. termasuk hal ini adalah gagaan mengenaI Islam
sebagai kekuatan atau simbol ideologi politik.

Dalam era ini terjadi instabilitas politik. Banyak golongan-golongan yang hanya
mengutamakan kepentingan golongan tersebut. Politik Islam yang dipersepsi sesuai dengan
imajinasi politik yang menakutkan. Didalam perkembangan politik Islam terdapat dua arus
yang menyebabkan turun naiknya keberadaan politik islam tersebut, yaitu :

1.      Arus politik Islam pada masa orde baru

Pada masa orde baru politik Islam bersifat substansial. Dalam arti bahwa pemikir dan aktivis
Islam berusaha untuk lebih mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan nilai, makna dan
isi, daripada bentuk dan simbol.Para aktivis politik Islam mengeluarkan langgan yang
dimunculkan oleh generasi lama. Yang pertama, bahwa negara mengganggap remeh
komunitas Islam menjadikannya terpinggirkan. Yang kedua, keinginan untuk memunculkan
format baru politik dan ideologi Islam.

          Kedua hal tersebut mengharuskan para aktivis politik Islam mengubah paradigmanya.
Karena yang harus diwujudkan adalah prinsip prinsip politik sebagaimana yang tertera dalam
Al-Qur’an : nilai-nilai keadilan, kesamaan dan musyawarah. Jika komunitas islam ingin
merujukkan cita-cita baru tersebut dalam perspektif Al-Qur’an maka rumusan yang paling
dekat adalah gagasan tentang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafir” negeri yang baik dan
Tuhan yang pengampun. Ini merupakan gagasan yang universal hampir sebanding dengan
perspektif negara modern “the good society”.

            Perkembangan politik Islam menonjolkan gerakan transformasi menimbulkan


kemajuan yang lua biasa. Setidak-tidaknya sepanjang akhir tahun 1980 hingga pertengahan
tahun 1990-an, negara membuat sejumlah kebijakan yang dinilai menguntungkan umat Islam.
Misalnya, disahkannya Undang-Undang Peradilan Agama (UUPA). Dan semakin terbukanya
akses kalangan Islam kekuasaan, yang ditandai dengan duduknya banyak aktivis Islam di
pemerintahan.

2.      Arus Politik Islam pada masa era reformasi.

Perubahan politik Islam pada masa era reformasi mengalami ketidaknormalan. Banyak partai
politik yang menggunakan asas dan simbol Islam berjalan hanya karena mengimajinasikan
atau keinginan politiknya sendiri-sendiri, daripada memikirkan bagaimana kemajuan negara
akan dibawa.

7
Meskipun para aktivis politik islam bereksperimen terhadap format politik tetapi, belum
menghasilkan sesuatu yang dicita-citakan, baik dalam konteks Islam maupun negara.

Sejak awal Indonesia berdiri, upaya untuk membicarakan kaitan agama dan negara perlu
dilakukan, tetapi terhenti oleh situasi politik kemerdekaan pada pertengahan dasawarsa 1940-
an.Sidang konstituante yang antara lain juga dimaksudkan untuk memulai kembali
pembicaraan mengenai hubungan antara agama dan negara dihentikan oleh presiden
Soekarno dengan dukungan tentara, meskipun bukan tanpa alasan.Sementara itu, presiden
Orde Baru, karena watak pragmatismenya, merasa tidak perlu untuk melakukan pembicaraan-
pembicaraan yang dianggap terlalu luxurious jika dihadapkan pada kebutuhan untuk
melakukan pembangunan ekonomi dan tertib politik.Akibatnya tidak ada kesepakatan-
kesepakatan yang dinegosiasikan mengenai posisi agama dan negara.

Yang menjadi persoalan kemudian, apakah agama itu sebuah ideologi? Inilah pertanyaan
yang tergantung seperti jawaban atau penjelasan yang diberikan terhadapnya, akan
mempengaruhi dan membentuk pandangan kita mengenai keterkaitan antara agama dan
ideologi. Sebagai suatu instrumen ilahilah untuk memahami dunia, agama menempati posisi
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan kapasitas seperti itu, dalam pandangan
pemeluk-pemeluknya, agama dianggap sebagai sumber dan rujukan panduan nilai bagi
tindakan-tindakan manusia.

Dalam perspektif umum seperti itu, keterkaitan antara agama dan ideologi bisa menjadi
sedemikian dekat. Sebab, ideologi biasanya dipahami sebagai “a set of closely related beliefs,
or ideas, even attitudes, characteristics of a group or community”.Jika diletakkan dalam
konteks politik tersebut pengertiannya akan sebanding dengan budaya politik atau tradisi
politik.

G. Bagaimana Tantangan Pluralisme Politik diIndonesia

Pluralisme politik bisa dilihat dari aspek sebagaiamana negara memberikan ruang bagi rakyat
untuk menyalurkan kekuasaannya atas negara, penyaluran tersebut akan bermuara kepada
dua titik yakni melalui partai politik dan non partai politik. Sistem politik menjadi acuan agar
penyaluran kakuasaan itu tidak bersinggungan satu sama lain.

Politik kita cenderung menjauh dari prinsip dasar pluralisme politik itu sendiri, dimana
kekuasaan sering menjadi alasan bagi sebagian kelompok dalam memainkan peran dalam
merebut kekuasaan dan tidak memikirkan bahwa ada kepentingan bersama yang juga punya
hak yang sama melalui saluran kekuasaan.

8
Pluralisme politik seperti yang dikatakakan oleh Ronald H Chilcote (ahli perbandingan
politik) bahwa dalam pluralisme politik, nilai demokrasi disandarkan pada keragaman
kepentingan dan penyebaran kekuasaan, yang kemudian dikenal dengan istilah Distribution
of Power.

Karena pada dasarnya pluralisme diartikan sebagai kesediaan menjunjung pluralitas, yakni
kesedian untuk menerima kenyataan bahwa dalam sistem sosial masyarakat ada tata cara
hidup, budaya, dan keyakinan yang berbeda serta kesediaan untuk hidup bersama dan bergaul
bersama (ko-eksistensi) serta bekerja sama (ko-operasi). Keberagaman yang dimiliki
indonesia dengan berbagai etnis yang ada, menjadikan Indonesia menjadi sebuah negara
plural dalam identitas warganya.

Dalam konteks politik hari ini, pluralisme politik diaktualisasikan kepada lembaga Eksekutif
dan Legislatif dimana sebagai lembaga yang memberikan wadah kepada warga negara dalam
mengimplementasikan kepentingannya haruslah merujuk pada konstitusi negara. Tergerusnya
nilai pluralisme politik teridentifikasi dari mucul fenomena belakangan ini yang identik
dengan isu etnisitas, isu agama dan penyebaran kebencian. Tidak hanya itu, isu tersebut juga
menjadi wacana dan pilihan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Politik identitas
menjadi isu yang strategis bagi sebagain kalangan dalam kancah politik praktis nasional.
Pada satu pandangan, semangat etnisitas ini positif dari segi semangat persatuan namun
lemah pada aspek pluralitas dalam melihat kenyataan bahwa persatuan itu tidak mesti sama

9
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dengan penjelasan yang telah saya sampaikan, saya menarik kesimpulan bahwa ideologi
merupakan gabungan dari dua kata majemuk “ideas” dan “logos” yang berasal dari bahasa
Yunani “eidos” dan “logos”. Ideologi sendiri berarti suatu gagasan berdasarkan pemikiran
yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran falsafah.

Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya,
yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam  bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup apabila telah mendapat
landasan berpikir maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian
membentuk suatu ideologi.

Ideologi juga memiliki fungsi, yaitu : memungkinkan adanya komunikasi simbolis antara
pemimpin dan yang dipimpin, untuk berjuang bahu membahu demi prinsip bukan pribadi.
Ideologi juga merupakan suatu pedoman untuk memilih kebijakan dan perilaku politik. Dan
ideologi memberikan cara kepada mereka yang menginginkannya serta kepada yang yakin
akan arti keberadaannya dan tujuan tindakannya. Karena itu keberhasilan suatu ideologi
tertentu, sedikit banyaknya merupakan masalah kepercayaan yang lahir keyakinan yang
rasional.

10
Daftar Pustaka
Effendi, Bahtiar. 2001. Teologi Politik Islam. Yogyakarta. Galang Press.

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan : Perjuangan Menghidupi Jati Diri


Bangsa. Jakarta. Grasindo.

Rodee, Carlton Clymer. 1976. Introduction To Political Science.California. McGraw-Hill.

Setijo, Pandji. 2006. Pendidikan Pancasila : Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta.


Grasindo.

Surbakti, Ramlan. 2010. Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo.

Syahrial Syarbaini, Dkk. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai