Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEKUASAAN DAN POLITIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi


Dosen Pengampu : Lenti Susanna Saragih S.Pd.,M.Si

OLEH:
KELOMPOK 3
AHMAD SAID 7193143013
HELENA SIMANJORANG 7192443011

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan keradirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Perilaku Organisasi yang berjudul
“Kekuasaan Dan Politik” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lenti Susanna Saragih S.Pd.,M.Si selaku
Dosen Perilaku Organisasi yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi
penulis untuk menjadi lebih baik. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya mahasiswa yang masih aktif.

Medan, September 2021

Kelompok 3

i|P age
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 Kekuasaan.............................................................................................................................. 3
2.2 Perbedaan Kekuasaan Dan Kepemimpinan........................................................................... 5
2.3 Kekuasaan Dan Politik Dalam Organisasi............................................................................. 6
2.4 Politik Dalam Organisasi...............................................................................………………11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................19
3.2 Saran .....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................20

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep kepemimpinan dan kekuasaan telah melahirkan suatu minat yang hidup, diskusi,
dan kadang-kadang menimbulkan kekaburan sepanjang perkembangan pemikiran manajemen.
Konsep kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan konsep kepemimpinan dan politik.
Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku pengikutnya.
Dengan memberikan hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan Harsey,
Blanchard, dan Natemeyer merasakan bahwa para pemimpin seharusnya tidak hanya menilai
perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti bagaimana mereka mempengaruhi orang lain,
akan tetapi juga mereka harus meneliti posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaan.

Paul W. Cummings (Open Management – Guides to successful Practice) mengemukakan


kekuasaan dan politik dalam manajemen merupakan anak kembar yang tak terpisahkan, karena
yang satu tak dapat hidup tanpa yang lain. Para manajer jaman sekarang harus mempelajari segi-
segi pokok dalam kekuasaan dan politik, jika mereka mau hidup terus dan berhasil. Mereka harus
belajar tentang garis-garis kekuasaan, menggunakan teknik-teknik politik dan menggunakan
kekuasaan dan teknik-teknik politik secara efektif dalam karir mereka. Garis kekuasaan kadang-
kadang sangat tidak kentara dalam organisasi kerja, sehingga bawahan tidak sadar bahwa mereka
sesungguhnya sedang digunakan untuk mengejar keinginan dan maksud orang lain. Ciri pokok
kekuasaan dalam perusahaan industri sekarang ini adalah penggunaan orang-orang dan kelompok
untuk tujuan dan maksud tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini berdasarkan latar belakang di atas
antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan?
2. Bagaimana perbedaan kekuasaan dan politik?
1|P age
3. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan politik dalam organisasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah antara lain:

1. Untuk mengetahui pengertian dari kekuasaan.

2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan kekuasaan dan politik.

2|P age
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEKUASAAN
A. PENGERTIAN KEKUASAAN

 Gilbert W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk


mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada
penolakan mereka.”[1] Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan
kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang
membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan orang lain.
 Gareth Morgan dalam karya penelitiannya Images of Organization, mendefinisikan
kekuasaan sebagai “... medium lewat mana konflik kepentingan diselesaikan ... kekuasaan
mempengaruhi siapa dapat apa, kapan dan bagaimana ... kekuasaan melibatkan kemampuan
mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.”
 Stephen P. Robbins mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kapasitas bahwa A harus
mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh A.
[3] Definisi Robbins menyebut suatu “potensi” sehingga kekuasaan bisa jadi ada tetapi
tidak dipergunakan. Sebab itu, kekuasaan disebut sebagai “kapasitas” atau “potensi”.
Seseorang bisa saja punya kekuasaan tetapi tidak menerapkannya. Kekuasaan punya fungsi
bergantung. Semakin besar ketergantungan B atas A, semakin besar kekuasaan A dalam
hubungan mereka. Ketergantungan, pada gilirannya, didasarkan pada alternatif yang ada
pada B dan pentingnya alternatif tersebut bagi B dalam memandang kendali A.
 John A. Wagner and John R. Hollenbeck justru menawarkan definisi kekuasaan dari para
politisi semisal Winston Churchill dan Bill Clinton, yaitu “ ... kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain dan membujuknya untuk melakukan hal-hal yang tidak
bisa mereka tolak.”[4] Sebab itu, Wagner and Hollenbeck mendefinisikan kekuasaan
sebagai“ ... kemampuan, baik untuk mempengaruhi perilaku orang lain ataupun untuk
melawan pengaruh yang tidak diinginkan.”[5]

3|P age
 Studi Charles McClelland menyebut bahwa kekuasaan adalah satu jenis kebutuhan (nPow)
yang dipelajari selama periode masa kecil dan dewasa seseorang. Kebutuhan akan
kekuasaan ini punya dampak berbeda pada cara orang berpikir dan berperilaku. Umumnya,
orang yang tinggi “nPow-nya” bersifat kompetitif, agresif, sadar prestise, cenderung
bertindak, dan bangga tatkala bergabung ke dalam kelompok.
 Dalam konteks perilaku organisasi, John R. Schemerhorn et.al. mendefinisikan kekuasaan
sebagai “ ... kemampuan yang mampu membuat orang melakukan apa yang kita ingin atau
kemampuan untuk membuat hal menjadi kenyataan menurut cara yang kita inginkan.”[6]
Kekuasaan biasanya dikaitkan dengan konsep kepemimpinan, di mana kepemimpinan
merupakan mekanisme kunci dari kekuasaanguna memungkinkan suatu hal terjadi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Kekuasaan (power) mengacu pada
kemampuan yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai
dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan sebuah potensi yang tidak perlu
diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Kekuasaan merupakan
suatu potensi atau kemampuan sehingga bisa saja seseorang mempunyai kekuasaan tapi tidak
menjalanakannya. Aspek terpenting dari kekuasaan adalah fungsi ketergantungan
(Dependency) artinya semakin besar ketergantungan B terhadap A maka besar pula kekuasaan
A. Selain itu seseorang dapat memiliki kekuasaan atas diri Anda hanya jika ia mengendalikan
sesuatu yang Anda inginkan.
 Penyebab Terjadinya Kekuasaaan adalah ketergantungan
Postulat umum : semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar kekuasaan A
atas B. jadi ketergantungan berbanding terbalik dengan sember-sumber panawaran alternative.
Hal ini menjelaskan, misalnya, alasan berbagai organisasi menggunakan jasa banyak penyuplai
alih-alih mempercayakan kepada satu pihak saja. Hal ini juga menjelaskan mengapa begitu
banyak diantara kita berusaha mencapai kebebasan financial. Kebebasan financial mengurangi
kekuasaan yang mungkin dimiliki orang laian atas diri kita.
Apa yang menyebabkan ketergantungan ?

4|P age
1. Nilai penting. Untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang anda control haruslah hal-
hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif berusaha menghidari
ketidakpastian. Karenanya, kita akan menemukan bahwa individu atau kelompok dapat
menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber
daya yang penting.
2. Kelangkaan. Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna
menciptakan ketergantungan. Hubungan kelangkaan – ketergantungan lebih jauh dapat
dilihat dalam kekuasaan yang termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang memiliki
jabatan di mana persediaan personil relative rending dibandingkan dengan kebutuhannya
dapat merundingkan paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih manarik
disbanding bila jumlah calonnya banyak.
3. Keadaan tidak tergantikan. Semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu sember
daya, semakin besar kekuasaan yang diberikan oleh control atas sumber daya tersebut.

2.2 PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

Kepemimpinan dan kekuasaaan ,Kedua konsep tersebut saling bertautan, para pimpinan
menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok. Sehingga
kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka mancapai tujuan.
Salah satu perbedaan yang terkait adalah
1. Kesesuaian tujuan, kekuasaan tidak mengisyaratkan kesesuaian tujuan tetapi hanya
ketergantungan. Sebaliknya kepemimpinan mengisyaratkan keserasian antara tujuan
pemimpin dan mereka yang dipimpin.
2. Arah pengaruh, kekuasaan berfokus pada pengaruh ke bawah kepara para pengikutnya,
sedang kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh kesamping dank ke atas.
3. Penekanan Penelitian, penelitian akan kepemimpinan terletak pada gaya, sedangkan penelitian
kekuasaan terletak pada sesuatu yang lebih luas dan berfokus pada taktik-taktik untuk
memperoleh kepatuhan dari anak buah.

5|P age
2.3 KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI

A. Jenis dan Sumber Kekuasaan


Pentingnya posisi kekuasaan dalam suatu organisasi dikarenakan apabila tanpa kekuasaan,
individu akan anarkis, pemimpin tidak bergigi, sanksi tidak dipatuhi, dan sebab itu ketiadaan
kekuasaan kerap dianggap situasi chaos (kekacauan). Ketiadaan kekuasaan dalam organisasi
membuat organisasi kehilangan konsep pengendalian dan berujung pada ketidaktercapaian
tujuan organisasi, bahkan chaos dalam organisasi.
Berdasarkan Taksonomi French and Raven yang diadopsi oleh Stephen P. Robbins,sumber
kekuasaan dikategorikan ke dalam 2 lokus, yaitu: (1) Kekuasaan Formal dan (2) Kekuasaan
Personal. Kekuasaan Formal didasarkan posisi individu dalam organisasi. Kekuasaan formal
juga bisa datang dari kemampuan seorang pejabat melakukan tindak koersif, reward, juga
otoritas. Kekuasaan personal datang dari individu sendiri. Mereka tidak harus punya posisi
formal untuk berkuasa. Orang-orang yang kompeten bekerja, kendati bukan manajer atau
pimpinan, bisa berkuasa. Kekuasaan ini datang dari karakteristik unik mereka. Taksonomi jenis
dan sumber kekuasaan dari Robbins adalah sebagai berikut:

6|P age
Dalam tanggapannya atas taksonomi jenis kekuasaan French and Raven, Douglas Fairholm
mengklasifikasi 10 jenis kekuasaan yang banyak diaplikasikan hingga saat ini, yang
menurutnya adalah:
1. Reward Power
Reward Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan seseorang menyediakan
keuntungan bagi sesuatu atau orang lain. Kekuasaan mengalir dari individu yang mampu
menyediakan reward yang dibutuhkan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan pemilik

7|P age
kekuasaan mengendalikan perilaku orang lain dan mencapai hasil yang diharapkan sejauh
adanya kebutuhan orang lain tersebut akan reward yang disediakan olehnya.
Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi hirarki
organisasi. Mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah psikologis
(senyum, perhatian, pujian, kata-kata manis).
Manajemen tingkat menengah dan para supervisor juga biasanya memiliki jenis kekuasaan
ini. Sebaliknya, pekerja juga dapat menerapkan kekuasaan reward ini kepada atasannya, dengan
cara menerapkan energi dan skill yang mereka miliki guna menyelesaikan pekerjaan yang
diharapkan seorang manajer. Karena manajer bergantung pada kinerja pekerja, maka pekerja
dapat menyetir perilaku manajer agar sesuai keinginan mereka.
2. Coercive Power
Coercive Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang
menyediakan dampak hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan ini terletak
pada kemampuan seseroang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik. Seperti reward,
kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang lain akibat
kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan. Ketidakpatuhan atas orang yang
punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman dalam bentuk menahan
reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan koersif, kekuasaan yang mengikuti
model militer.
3. Expert Power
Expert Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan pengetahuan khusus yang
dimiliki seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan atau bergantung
kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power merupakan
sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang yang punya
skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika orang
merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk membantu
mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.
4. Legitimate Power

8|P age
Legitimate Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan orang lain bahwa pelaku
kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka. Perasaan ini
merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan hadir
pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah. Delegasi otoritas
melegitimasikan hak seseorang memaksakan kepatuhan pada mereka yang menyatakan wajib
untuk mentaati sumber kekuasaan (organisasi). Persepsi legitimasi di benak target kekuasaan
bersifat kritis. Baru setelah target ini yakin bahwa pemberi perintah punya hak yang legitimate
untuk memerintah sajalah mereka akan patuh.
5. Identification Power with Other
Hubungan seseorang dengan orang lain yang punya kekuasaan menular pada orang yang
berhubungan tersebut. Sebab itu, kekuasaan yang ada merujuk pada penguasa lain. Jenis
kekuasaan ini bisa datang lewat hubungan personal seperti sekretaris atau asisten administrasi
yang kerap kerja bareng boss eksekutif. Jika orang yang mendekatkan diri dengan kekuasaan
tersebut juga meniru gagasan, norma, metode, dan tujuan dari orang berkuasa, kekuasaan orang
tersebut akan bertambah.
6. Critical Power
Pada tingkat lain, seseorang berkuasa hingga derajat mana kontribusi orang tersebut bersifat
kritis bagi individu lain atau bagi organisasi. Bilamana orang lain berhasrat pada energi,
sumberdaya, dan keahlian seseorang, hingga derajat tersebut pula ia punya kekuasaan atas
mereka. Seseorang juga menerapkan kekuasaan sejauh orang tersebut terhubung dengan
sumber daya yang mereka kuasai.
7. Social Organization Power
Sumber kekuasaan lainnya adalah organisasi sosial. Kekuasaan juga diturunkan lewat
hubungan terstruktur di mana seseorang mengkombinasikan kekuatan individual mereka guna
memenuhi tujuan kelompok. James MacGregor Burns menyatakannya dalam kata-kata
“kekuasaan seorang pemimpin mengalir dari kekuasaan pengikut.” Pencapaian tujuan hanya
dapat terselenggara ketika satu individu berhasil memobilisasi dan mentransformasi pengikut,
yang pada gilirannya mentransformasikan kekuasaan tersebut kepada pemimpin.
8. Power Using Power

9|P age
Kekuasaan juga bisa bersumber tatkala seseorang menggunakan kekuasaan-nya. Kekeliruan
menerapkan kekuasaan dapat berakibat hilangnya kekuasaan. Sebaliknya, penggunaan
kekuasaan cenderung meningkatkan kekuasaan itu sendiri. Persepsi dari orang lain seputar
kekeliruan seorang pengguna kekuasaan bisa menghasilkan berkurangnya dukungan.
Kekeliruan bertindak atau sering melakukan kekuasaan secara sembrono bisa mengikis
kekuasaan dan dukungan dari orang lain yang kita butuhkan agar kekuasaan kita langgeng.
Kekuasaan, pada dirinya sendiri, adalah sumber bagi kekuasaan lainnya.
9. Charismatic Power
Karisma yang digambarkan Max Weber dan Referent Power diidentifikasi menyediakan
dasar teoretis bagi dasar kekuasaan. Orang yang punya karisma biasanya punya personalitas
menyenangkan, menarik, dan mendorong orang mau mematuhi si pemilik karisma. Orang yang
punya kharisma biasanya ada di lingkar tengah klik-klik berpengaruh dan punya akses pada
orang-orang berpengaruh di dalam komunitas.
10. Centrality Power
Penempatan strategis individu ke dalam organisasi juga merupakan sumber kekuasaan.
Lokasi fisik di jantung kegiatan atau interaksi dengan orang-orang berkuasa menambah
perkembangan dan penggunaan efektif dari kekuasaan. Sentralitas kekuasaan ini penting dalam
konteks kekuasaan, baik secara fisik ataupun sosial.

Dari semua Jenis kekuasaan formal dan pribadi, yang paling menarik adalah penelitian
secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber kekuasaan yang bersifat pribadilah
yang paling efektif. Kekuasaan karena keahlian maupun rujukan secara positif berkaitan dengan
kepuasan karyawan berhadap penyeliaan, komitmen keorganisasian mereka, dan kinerja,
sedangkan kekuatan imbalan dan legitimasi tampak tidak terkait secara langsung hasil-hasil
semacam ini.

B. Taktik Kekuasaan dalam Organisasi

Taktik kekuasaan (power tactics). Dengan kata lain, pilihan-pilihan apa daya yang dimiliki
seseorang untuk memengaruhi atasan, rekan kerja, atau karyawan mereka. Serta apalah pilihan-
10 | P a g e
pilihan tersebut yang lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Ada 9 mengidentidifikasi
macam taktik pengaruh :
a. Legitimasi. Mengamdalkan posisi kewenagan seseorang atau menekankan bahwa sebuah
permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
b. Persuasi rasional. Menyajikan arguman-argumen yang logis dan berbagai bukti factual untuk
memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
c. Seruan Inspirasional. Mengembangkan komitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-
nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi subuah sasaran.
d. Konsultasi. Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan
cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencara atau perubahan akan dijalankan.
e. Tukar pendapat. Memberi imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan
lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
f. Seruan pribadi. Meminta kepatuhan berdasarkan persahatan atau kesetiaan.
g. Menyenangkan orang lain. Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum
membuat permintaan.
h. Tekanan. Menggunakan peringatan, tuntunan tegas, dan ancaman
i. Koalisi. Meminta bantuna orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain bergantung pada arah dari
pengaruh. Bukti menunjukkan bahwa orang dinegara yang berbeda-beda cenderung lebih
menyukai taktik kekuasaan yang berbeda pula.

2.4 POLITIK DALAM ORGANISASI

Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya adalah konsep
berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk
secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah kemampuan
membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh. Politik mendasarkan diri pada
kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi.

11 | P a g e
Sebab itu, siapa pun yang menggenggam kekuasaan di dalam organisasi akan
menggunakannya guna mempengaruhi (to influence) orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan
adalah sumber daya sosial yang ditujukan demi melancarkan pengaruh, yaitu proses sosial, dan
keduanya merupakan sokoguru politik.

Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok terlibat
sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai
kepentingannya sendiri.Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya tidaklah
buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik
mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul
dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi.

Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah “... penggunaan
kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang
diharapkan."[Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa pada 2 cara mendefinisikan
politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan
keputusan organisasi yang sifatnya alamiah.
Dari penjabaran defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Politik adalah penggunaan power
(kekuasaan) agar sesuatu tercapai. Ketidakmenentuan dan konflik adalah alamiah dan tidak
terelakkan. Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan. Politik melibatkan diskusi-
diskusi informal yang memungkinkan orang mencapai kesepakatan dan membuat keputusan
yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.
Jeffrey Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik keorganisasian
sebagai “ ... penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana kekuasaan sendiri
didefinisikan sebagai kekuatan potensial.” Maka dari itu politik keorganisasian dapat
disimpulkan sebagai tindakan-tindakan yang diambil untuk memperoleh dan menggunakan
power (kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber daya organisasi demi mencapai hasil yang
diharapkan oleh satu pihak diperhadapkan dengan pihak lainnya.

12 | P a g e
Definisi politik dan politik organisasi kiranya saling bersinggungan. Konsep-konsep
kekuasaan, influence (pengaruh), resources (sumberdaya), interest (kepentingan), merupakan
sejumlah konsep inheren (melekat) di dalam definisi politik maupun politik organisasi. Juga
telah dikatakan bahwa politik tidak selalu berarti buruk. Politik adalah media kompetisi
gagasan antar sejumlah pihak yang berbeda guna mencapai tujuan masing-masing.

A. Munculnya Politik dalam Organisasi

Richard L. Daft mengidentifikasi 3 wilayah dimana politik organisasi terangsang untuk


muncul. Wilayah-wilayah tersebut adalah : (1) Perubahan Struktural; (2) Suksesi Manajemen;
dan (3) Alokasi Sumber Daya. Kemunculan dimensi politik dalam organisasi dapat
dikemukakan berdasarkan model analisis dari Stephen P. Robbins. Model analis tersebut
sebagai berikut :

13 | P a g e
1. Perubahan Struktural
Perubahan struktural, misalnya reorganisasi jabatan, langsung menohok ke dalam “jantung”
hubungan otoritas dan kekuasaan. Reorganisasi seperti perubahan tugas dan wewenang, juga
berdampak atas dasar kekuasaan akibat ketidakmenentuan strategis. Untuk alasan ini,
reorganisasi membawa ke arah maraknya kegiatan politik dalam organisasi. Para manajer
secara aktif menawar dan menegosiasi guna memelihara wewenang dan kekuasaan yang
mereka miliki. Merger dan akuisisi juga kerap membawa kegiatan politik yang eksplosif.

2. Suksesi Manajemen
Perubahan keorganisasian seperti rekrutmen eksekutif baru, promosi, dan transfer pegawai
punya signifikansi politik yang besar, khususnya pada level organisasi puncak dimana
ketidakmenentuan demikian tinggi dan jaringan kepercayaan, kerjasama, dan komunikasi di
antara eksekutif adalah penting. Keputusan rekrutmen dapat melahirkan ketidakmenentuan,
pertentangan wacana, dan ketidaksetujuan. Manajer dapat menggunakan perekrutan dan
promosi guna memperkuat jaringan aliansi dan koalisi dengan menempatkan orang-orangnya
sendiri dalam posisi kunci.

3. Alokasi Sumberdaya
Alokasi sumber daya adalah arena politik ketiga. Alokasi sumberdaya memotong seluruh
sumberdaya yang dibutuhkan bagi kinerja organisasi, termasuk gaji, anggaran, pekerja, fasilitas
kantor, perlengkapan, penggunaan transportasi kantor, dan sebagainya. Sumber daya adalah
vital sehingga bahwa ketidaksetujuan untuk memprioritaskan salah satu sumber daya mungkin
mengemuka. Dalam konteks ini, proses-proses politik membantu menyelesaikan dilema ini.

4. Personalitas Individu
Karakteristik kepribadian tertentu memungkinkan orang menunjukkan perilaku politik.
Contohnya, orang yang punya kebutuhan kekuasaan (nPow) tinggi dalam istilah Charles

14 | P a g e
McClelland. Orang ini terdorong hasrat politik dari dalam dirinya sendiri guna mencari
pengaruh atas orang lain, yang juga memotivasinya untuk menggunakan kekuasaan demi hasil-
hasil politik.Orang yang menunjukkan karakteristik Machiavellianisme cenderung
mengendalikan orang lain lewat tindak oportunistik dan perilaku yang manipulatif. Mereka
cenderung terbuka untuk terlibat dalam politik.

5. Ketidakmenentuan
Ketidakmenentuan menjadi alasan munculnya nuansa politik di dalam organisasi, yang
jenis-jenisnya sebagai berikut :
 Keberatan-keberatan dalam ketersediaan sumberdaya langka atau informasi seputar sumber
daya tersebut;
 Informasi yang beredar bersifat ambigu (tidak jelas) atau lebih dari satu versi;
 Sasaran, tujuan, peran pekerjaan, atau ukuran kinerja yang tidak didefinisikan secara baik;
 Ketidakjelasan peraturan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan siapa yang harus buat
keputusan, bagaimana keputusan dicapai, atau bilamana pembuatan keputusan harus dilakukan;
 Perubahan reorganiasi, realokasi anggaran, atau modifikasi prosedur dalam aneka bentuknya;
dan
 Pihak yang yang menjadi gantungan (tumpuan harapan/backing) individu atau kelompok
memiliki pesaing atau musuh.
 Ukuran Organisasi. Politicking lebih sering muncul pada organisasi skala besar ketimbang
skala kecil. Adanya orang dalam jumlah besar cenderung menyembunyikan perilaku seseorang,
memungkinkan mereka terlibat dalam politik tanpa takut diketahui (konspirasi).

6. Level Hirarki
Politik juga kerap ditemukan dalam manajer tingkat atas, karena kekuasaan yang dibutuhkan
untuk terlibat dalam politik biasanya terkonsentrasi diantara para manajer tingkat atas tersebut.

7. Heterogenitas Anggota

15 | P a g e
Anggota dalam organisasi yang heterogen biasanya saling berbagi kepentingan dan nilai
yang sedikit dan lebih lanjut mencari sesuatu yang berbeda. Dalam kondisi ini, proses-proses
politik cenderung muncul dimana setiap anggota bersaing untuk memutuskan kepentingannya
sendiri

Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, berlakulah hukum kekuasaan. Ketika para
karyawan dalam suatu organisasi mulai memainkan kekuasaan yang ada pada mereka, kita
melihatkan sebagai politik. Orang – orang dengan Keterampikan politik yang baik memiliki
kemampuan untuk menggunakan landasan-landasan kekuasaan yang mereka miliki secara
afektif. Jadi definisi berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk memengaruhi pengambilan
keputusan dalam organisasi atau perilaku-perilaku anggota yang egois dan tidak melayani
kebutuhan organisasi. Perilaku politik (political behavior) didefinisikan sebagai aktivitas yang
tidak dianggap sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi yang
memengaruhi, atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam
organisasi.
Komentar terakhir berkaitan dengan apa yang disebut sebagai dimensi “sah – tidak sah” dalam
perilaku politik.
- Perilaku politik yang sah (Legitimate political behavior) mengacu pada politik sehari-hari
yang wajar- menyampaikan keluhan kepada penyelia anda, memotong rantai komando,
membangun koalisi, menentang kebijakan atau keputusan organisasi lewat pemogokan atau
dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada.
- Perilaku politik yang tidak sah (Ilegitimate political behavior) yang menyimpang dari aturan
main yang digariskan. Misalnya sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes-protes simbolik
seperti memakai pakaian nyeleneh atau bros tanda protes dan beberapa karyawan tidak masuk
kerja.

Realitas Politik
Politik adalah sebuah kenyataan realitas hidup dalam organisasi. Organisasi terbentuk dari
individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan yang berbeda-beda. Fakta ini,

16 | P a g e
mengandung potensi timbulnya konflik untuk memperebutkan sumber daya. Sumber daya yang
dimiliki organisasi juga ada batasnya, sehingga potensi konflik berubah menjadi konflik nyata.
Lebih jauh, entah benar atau salah, keuntungan satu orang atau kelompok seringkali dipahami
akan diperoleh dengan mengurbankan orang-orang atau kelompok lain dalam organisasi.
Barangkali, factor terpenting yang mendorong tumbuhnya politik di dalam organisasi adalah
kesadaran bahwan sebagian besar “fakta” yang digunakan untuk mendasarkan pengalokasian
sumber daya yang terbatas itu terbuka untuk ditafsirkan secara beragam. Terakhir, karena
sebagian besar keputusan harus dibuat dalam ambiguitas- di mana fakta jarang yang
sepenuhnya objektif dan, karenanya, terbuka untuk diinterprestasikan – orang–orang di dalam
organisasi akan menggunakan pengaruh apa pun semampu mereka untuk menelikung
kenyataan demi memperjuangkan tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini memunculkan
aktivitas yang kita kenal dengan Politisasi.
Jadi untuk menjawab mengenai apakah mungkin bagi sebuah organisasi bebas dari politik bisa
dijawab “Ya”, jika semua anggota punya tujuan dan kepentingan yang sama, sumber daya tidak
langka, serta kinerja benar-benar jelas dan objektif.
Factor-faktor yang berkontribusi terhadap politik
1. Factor individu. Para peneliti telah mengidentifikasi sifat-sifat keperibadian tertentu,
kebutuhan, dan beberapa factor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku politik seseorang.
Dalam hal sifat, kita menemukan bahwa para karyawan yang mempu merefleksi diri secara
baik (high self-monitor), memiliki pusat kendali (locus of control) internal, dan memiliki
kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan punya kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam
perilaku politik. Orang yang mampu merefleksi diri secara baik lebih sensitive terhadap
berbagai tanda social, mampu menampilkan tingkat kecedasarn social, dan terampil dalam
berperilaku politik daripada mereka yang kurang mampu merefleksi diri (low self monitor).
Selain itu investasi seseorang dalam organisasi, alterbatir-alternatif yang diyakininya ada, dan
harapan akan kesuksesan turut mempengaruhi sejauh mmama ia akan memanfaatkan sarana
tindakan politik yang tidak sah.
2. Factor-faktor Organisasi. Kegiatan politik kiranya lebih merupakan fungsi karakteristik
organisasi ketimbang fungsi variable perbedaan individu. Tanpa menafikan peran yang

17 | P a g e
mungkin dijalankan oleh perbedaan-perbedaan individual dalam menumbuhkembangkan prose
politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi dan kultur tertentulah yang lebih mendukung
politik. Selain itu, kultur yang tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas
peran, system evaluasi kinerja yang tidak jelas, praktik-praktik alokasi imalan zero-sum
(perolehan hangus karena kurang memuaskan), pengambilan keputusan secara demikartis,
tekanan yang tinggi atas kinerja, dan manajer-manajer senior yang egois menciptakan lahan
pembiakan yang subur bagi politisasi.

18 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Kekuasaan didefenisikan sebagai kemampuan memperoleh sesuatu dengan cara yang
diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya.
 Wewenang merupakan konsep lebih sempit dibanding kekuasaan. Wewenang merupakan
suatu bentuk kekuasaan yang dibuat legitimasi karena diterima oleh bawahan atau
pengikut.
 French dan Raven memperkenalkan gagasan lima dasar kekuasaan antar personal :
legitimasi (dasar posisi), penghargaan, pemaksaan (dasar hukuman), ahli dan referensi.
 Dasar struktural dan kekuasaan situasional juga terdapat. Suatu pengaturan struktur
organisasi menetapkan pola komunikasi dan aliran informasi yang memainkan peran
penting dalam pembentukan kekuasaan dan penggunaan
 Kekuasaan dan pengaruh bisa mengalir dari bawah ke atas suatu organisasi. Karyawan
tingkat bawah bisa memiliki kekuasaan secara signifikan karena keahlian, lokasi dan akses
serta kendali.

3.2 SARAN

Penulis merasa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya setelah makalah ini dibaca diharapkan agar dapat memberikan saran dan kritikan
yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Jeffrey Pfeiffer, Managing with Power: Politics and Influence in Organizations


(New York: Harvard Business School Press, 1992) p.30.
Richard L. Daft, Organization Theory and Design, 10th Edition (Mason :
Cengage Learning, 2010) p. 497
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku organisasi. Jakarta: PT Indeks

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai