Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
MUH. RAFSANJANI. M. AKIB (A011181336)
ADELIA DWIYANTI (A011181505)
WULAN RAMADHANI (A011181512)
INNAYA (A021181018)
NURILMIA (A021181025)
AMELIA NURKASIH (A021181313)
CHERRYKA MIBELLA SALSABILA (A021181326)

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan” dalam
mata kuliah Pengantar Sosiologi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kekuasaan,


Wewenang dan Kepemimpinan ini dapat menjadi bahan pembelajaran yang
bermanfaat dan sebagai referensi informasi yang baru.

Makassar, 13 November 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
I. Latar Belakang ............................................................................................. 5
II. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
III. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
Definisi Kekuasaan .............................................................................................. 7
Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya .................................................................... 7
Cara-cara mempertahankan kekuasaan ............................................................. 10
Bentuk Lapisan Kekuasaan ............................................................................... 10
Ada tiga bentuk lapisan kekuasaan dalam Sosiologi menurut Mac Iver, yaitu :
........................................................................................................................... 10
Definisi Wewenang ........................................................................................... 11
Bentuk – bentuk Wewenang .............................................................................. 11
Definisi Kepemimpinan secara Umum ............................................................. 12
Perkembangan sifat – sifat seseorang pemimpin............................................... 12
Perbedaan ajaran kepemimpinan tradisional & modern .................................... 13
a) Kepemimpinan menurut ajaran tradisional ............................................ 13
b) Kepemimpinan menurut ajaran modern ................................................. 14
Tugas dan Metode Kepemimpinan.................................................................... 15
Kepemimpinan yang dianggap efektif............................................................... 15
Hubungan antara kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan dalam kehidupan
sehari – hari ....................................................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta –
juta manusia. Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting
dalam kehidupan suatu masyarakat. Kekuasaan adalah suatu sumber yang bisa
atau tidak bisa untuk digunakan. Penggunaan kekuasaan selalu mengakibatkan
perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan mengangkat
suatu perubahan perilaku yang diinginkan. Perubahan ini dirumuskan oleh Rogers
sebagai pengaruh (influence). Dengan demikian, ruang lingkup pengaruh biasanya
lebih sempit dibandingkan dengan kekuasaan. Ia merupakan kemampuan
seseorang untuk mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik,
misalnya kekuasaan dan pelaksanaan kerjanya.

Pengertian wewenang timbul pada waktu masyarakat mulai mengatur


pembagian kekuasaan dan menentukan penggunaannya. Wewenang adalah
kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai
dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena memerlukan
pengakuan masyarakat, maka di dalam suatu masyarakat yang susunannya sudah
kompleks dan sudah mengenal pembagian kerja yang terinci, wewenang biasanya
terbatas pada hal- hal yang diliputinya, waktunya dan cara menggunakan
kekuasaan itu. Adanya wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung
dengan kekuasaan yang nyata. Di dalam masyarakat yang kecil dan yang
susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang
atau sekelompok orang meliputi bermacam bidang. Kekuasaan itu lambat laun
diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya.

Kepemimpinan dirumuskan sebagai suatu proses untuk memengaruhi


aktivitas – aktivitas individu atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha untuk
memengaruhi, sementara itu kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu potensi
pengaruh dari pemimpin tersebut. Ini merupakan suatu sumber yang
memungkinkan seorang pemimpin mendapatkan hak untuk mengajak atau
memengaruhi orang – orang lain. Disini dapat ditangkap pengertian bahwa jika
seseorang telah mulai berkeinginan untuk memengaruhi perilaku orang lain, maka
disini kegiatan kepemimpinan itu telah dimulai.
II. Rumusan Masalah

1. Apa definisi tentang kekuasaan dan penjelasan hakikat & sumber


kekuasaan?
2. Bagaimana pembahasan lebih lanjut tentang unsur – unsur, saluran,
cara mempertahankan dan bentuk lapisan kekuasaan ?
3. Bagaimana definisi dari wewenang dan bentuk dari wewenang
tersebut?
4. Seperti apa definisi kepemimpinan dijelaskan secara umum, dan
perkembangan sifat – sifat seorang pemimpin ?
5. Apa perbedaan kepemimpinan tradisional dan modern ?
6. Bagaimana penjelasan lebih rinci tentang tugas & metode
kepemimpinan serta kepemimpinan yang dianggap efektif ?
7. Bagaimana hubungan antara kekuasaan, wewenang, dan
kepemimpinan berjalan dalam kehidupan sehari – hari ?

III. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami definisi kekuasaan beserta hakikat & sumber


kekuasaan
2. Untuk memahami lebih lanjut tentang unsur – unsur, saluran, cara
mempertahankan dan bentuk lapisan kekuasaan.
3. Untuk memahami definisi dan bentuk dari wewenang
4. Untuk memahami tentang kepemimpinan dan sifat – sifat seorang
pemimpin
5. Untuk memahami perbedaan ajaran kepemimpinan tradisional dan
modern
6. Untuk memahami lebih rinci tugas & metode kepemimpinan serta
kepemimpinan yang dianggap efektif
7. Untuk memahami hubungan antara kekuasaan, wewenang, dan
kepemimpinan yang berjalan dalam kehidupan sehari – hari
BAB II
PEMBAHASAN
1)

Definisi Kekuasaan
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain yang dapat menerima
pengaruh untuk mengikuti keinginan, maksud, dan tujuan dari pemberi pengaruh
atau orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh dari pengaruh
pribadi, atau pengaruh jabatan pribadi, atau oleh pengaruh keduanya.
Kekuasaan senantiasa mempunyai sifat yang netral, maka nilai baik atau
buruknya harus dilihat bagi penggunaannya bagi keperluan masyarakat.
Kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada setiap anggota masyarakat, sehingga
menimbulkan makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk
memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang maka orang tersebut disebut
pemimpin, sedangkan orang yang menerima pengaruh tersebut dikatakan
pengikut. Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang menerima
pengaruh itu, rela ataupun terpaksa.

Di dalam masyarakat yang besar dan rumit, terdapat berbagai sifat dan
tujuan hidup golongan yang berbeda-beda dan kepentingan yang tidak selalu sama
antara satu dan yang lainnya, kekuasaan terbagi dari beberapa golongan. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan dan pemisahan teoritis dan nyata tentang kekuasaan
politik, militer, ekonomi, agama, dan seterusnya. Kekuasaan yang terbagi tersebut
tampak dengan jelas masyarakat yang menganut sistem demokrasi yang luas.

Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya


Kekuasaan mempunyai aneka macam bentuk dan bermacam-macam sumber.
Hak milik kebendaan dan kedudukan merupakan sumber kekuasaan. Birokrasi
juga merupakan salah satu sumber kekuasaan, disamping kemampuan khusus
dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-
peraturan hukum yang tertentu. Jadi, kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam
hubungan sosial maupun didalam organisasi-organisasi sosial. Akan tetapi, pada
umumnya kekuasaan yang tertinggi berada pada organisasi yang disebut dengan
“negara”.
Secara formal negara mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan
tertinggi. Negara yang membagi-bagikan kekuasaan yang derajatnya lebih rendah.
Itulah yang disebut denga kedaulatan (soverignity). Kedaulatan dijalankan oleh
segolongan kecil masyarakat yang diberi nama the ruling class. Diantara orang-
orang yang merupakan warga the ruling class, pasti ada yamg yang menjadi
pemimpinnya, meskipun menurut hukum tidak memegang kekuasaan yang
tertinggi.
Gejala yang tampak adalah adanya rasa ketidakpuasaan (mereka yang
diperintah) dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh the ruling class.
Golongan yang berkuasa tidak mungkin bertahan tanpa adanya dukungan dari
masyarakat. Oleh karena itu, golongan yang berkuasa senantiasa untuk
membenarkan kekuasaannya terhadap masyarakat agar kekuasaannya diterima
oleh masyarakat sebagai kekuasaan yang legal dan baik untuk masyarakat yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, orang yang berkuasa harus berusaha untuk
menanamkan kekuasaannya dengan jalan menghubungkannya dengan
kepercayaan dan perasaa-perasaan yang kuat di dalam masyarakat bersangkutan,
yang pada dasarnya terwujud dalam nilai dan norma.
Dapat dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam
hubungan yang simetris dan asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :
Sifat dan hakikat kekuasaan

Simetris Asimetris
a. Hubungan persahabatan a. Popularitas
b. Hubungan sehari-hari b. Peniruan
c. Hubungan yang bersifat ambivalen c. Mengikuti perintah
d. Pertentangan antara mereka yang d. Tunduk pada pemimpin formal
sejajar kedudukannya atau informal
e. Tunduk pada seorag ahli
f. Pertentangan antara mereka yang
tidak sejajar kedudukannya
g. Hubungan sehari-hari

Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor. Apabila sumber-


sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaannya, maka dapat diperoleh
gambaran sebagai berikut :

Sumber Kegunaan
a. Militer, polisi, kriminal a. Pengendalian kekerasan
b. Ekonomi b. Mengendalikan tanah, buruh,
c. Politik kekayaan material, produksi
d. Hukum c. Pengambilan keputusan
e. Tradisi d. Mempertahankan, mengubah,
f. Ideologi melancarkan interaksi
g. “Divisioner Power” e. Sistem kepercayaan nilai-nilai
f. Pandangan hidup, integrasi
g. Kepentingan kreatif
2.
Unsur – unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun
antara kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu:
1) Rasa takut : Perasaan takut kepada penguasa membuat pihak lain
memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan penguasa yang
ditakuti.
2) Rasa cinta : Kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.
Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa akan menimbulkan
kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak.
3) Kepercayaan : Kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris yang
asosiatif. Dasar kepecayaan didapatkan karena masing-masing pihak telah
mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala keinginan suatu pihak
akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain, meski dalam tataran tertentu
pihak yang melaksanakan keinginan tidak mengetahui secara pasti maksud dari
pihak yang memiliki keinginan.
4) Pemujaan : Memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja.
Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu benar, atau
setidaknya dianggap sebagai kebenaran.

Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam pelaksanaannya


melalui saluran-saluran, sebagai berikut:
1. Saluran Militer : Penguasa lebih cenderung menggunakan paksaan dengan
maksud menimbulkan rasa takut masyarakatnya, sehingga tunduk pada kemauan
penguasa.
2. Saluran Ekonomi : Penguasa cenderung menguasai sendi-sendi kebutuhan
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Penguasaan atas sendi
pemenuhan kebutuhan hidup tersebut membuat rakyat tidak memiliki pilihan lain
dan penguasa dapat melaksanakan perintah-perintahnya melalui peraturan-
peraturan yang disertai atribut sanksi.
3. Saluran Politik : Penguasa membuat peraturan melalui badan-badan yang
bewenang dan sah menurut masyarakat. Hal ini dibuat untuk meyakinkan dan
memaksa masyarakat mentaati peraturan yang dikeluarkan penguasa.
4. Saluran Tradisional : Terjadi menyesuaian antara tradisi pemegang kekuasaan
dengan tradisi yang ada dalam masyarakat. Kesesuaian tersebut membuat
pelaksaan kekuasaan dapat berjalan lancar.
5. Saluran Ideologi : Doktrin-doktrin atau ajaran dikeluarkan penguasa yang
bertujuan menerangkan sekaligus menjadi pembenaran pelaksanaan
kekuasaannya. Doktrin dan ajaran yang dikeluarkan disampaikan secara berulang
dan masuk ke dalam ranah bawah sadar masyarakat, sehingga doktrin tersebut
terinternalisasi dalam jiwa masyrakatnya.
6. Saluran lainnya : Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat
komunikasi massa menyebabkan saluran ini mendapatkan tempat yang penting
sebagai saluran pelaksanaan kekuasaan yang dipegang oleh seorang penguasa.
Cara-cara mempertahankan kekuasaan
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama terutama
dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa. Di mana
peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan peraturan-peraturan baru
yang akan menguntungkan penguasa,keadaan tersebut biasanya terjadi pada
waktu ada pergantian kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa
lain(yang baru).
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan (belief-system) yang akan dapat
memperkokoh kedudukan penguasa atau golongannya, yang meliputi agama,
ideologi dan seterusnya.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal

Cara memperkuat kedudukan


1. Dengan menguasai bidang-bidang tertentu, dilakukan dengan damai dan
persuasif
2. Dengan jalan menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat dengan paksa
atau kekerasan. Maksud dan tujuannya adalah untuk menghancurkan atau
menguasai pusat-pusat kekuasaan dibidang-bidang kehidupan lainnya

Bentuk Lapisan Kekuasaan


Ada tiga bentuk lapisan kekuasaan dalam Sosiologi menurut Mac Iver, yaitu :
 Tipe Kasta
Suatu sistem lapisan kewenangan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku.
Masyarakat dengan tipe kasta, misalnya masyarakat beragama Hindu di negara
India yang hampir-hampir tidak pernah terjadi gerak sosial yang vertikal. Di
puncak piramida kekuasaan tipe kasta dikuasai oleh seorang penguasa tertinggi,
misalnya seorang raja dengan lingkungan pendukungnya para bangsa, kesatria,
dan pendeta. Lapisan kedua terdiri atas para petani dan buruh tani yang kemudian
diikuti oleh lapisan paling bawah yang ditempati oleh budak-budak.

 Tipe Oligarki
Suatu sistem lapisan kewenangan dengan garis pemisahan yang tegas. Pembedaan
lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki ini ditentukan oleh adat – istiadat
masyarakat tersebut, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada seluruh
warga untuk mendapatkan kekuasaan-kekuasaan tertentu. Perbedaan antara tipe
kasta dan tipe oligarki adalah adanya kesempatan setiap pribadi untuk naik lapisan
meskipun pada tipe ini lapisan diperoleh berdasarkan kelahiran (ascribed status).
Pada tipe oligarki terdapat golongan yang lebih khusus dan perbedaan antar
lapisan tidak mencolok. Pada piramida kekuasaan tipe oligarki, lapisan menengah
merupakan warga yang paling banyak jumlahnya. Hal itu terjadi karena industri,
perdagangan dan keuangan memegang fungsi yang lebih penting. Kesempatan
untuk naik tingkatan lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki bervariasi.
Bahkan anggota masyarakat pada kelas menengah mempunyai kesempatan untuk
menjadi pemimpin. Tipe oligarki tersebut ditemukan pada masyarakat feodal yang
telah berkembang.
 Tipe Demokratis
Suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan antar lapisan yang
bersifat mobil sekali. Ascribed status tidak terlalu berpengaruh. Karena faktor
kemampuan dan keberuntungan seseorang lebih dominan pada sistem lapisan ini.
Hal ini bisa dialami oleh elemen – elemen partai politik pada masyarakat
demokratis yang dapat mencapai kekuasaan – kekuasaan tertentu dalam
masyarakat melalui partai yang dipegangnya.Piramida kekuasaan tipe demokratis
tersebut merupakan tipe yang sesuai. Namun, dalam kenyataannya seringkali
terjadi penyimpangan karena dalam masyarakat selalu mengalami perubahan
sosial dan kebudayaan.Setiap perubahan terjadi maka akan mengakibatkan terjadi
pula perubahan pada piramida kekuasaaan.

3.
Definisi Wewenang
Wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib
sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan – keputusan
mengenai masalah – masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan –
pertentangan. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang
yang memimpin atau membimbing orang banyak.
Bentuk – bentuk Wewenang
Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu:
1. Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada
kemampuan khusus bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang tradisional
merujuk pada kaidah seseorang merupakan bagian dari kelompok yang sudah
lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Wewenang rasional disandarkan
pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan wewenangnya memiliki jangka
waktu yang terbatas.
2. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang
tidak resmi dapat merupakan hasil dari sifat kondisional dalam masyarakat,
sehingga tidak bersifat sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang
rasional.
3. Wewenang pribadi dan teritorial.
Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan
berpusat pada seseorang tanpa mengenal batas (contoh petani dengan buruh tani).
Wewenang teritorial menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan
pada wilayah tempat tinggal (contoh RT atau RW).
4. Wewenang terbatas dan menyeluruh
Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan
atau terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh adalah wewenang yang
tidak terbatas ada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang
kehidupan masyarakat.
4.
Definisi Kepemimpinan secara Umum
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki
oleh pemimpin tersebut. Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukanv
dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Kepemimpinan ada yang sifatnya resmi
(formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan
yang tidak resmi ( informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam
pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan - peraturan resmi.
Dengan demikian daya cukupnya agak terbatas.
Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena
kepemimpinan demikian di dasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran
benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan masyarakat. Walaupun seorang
pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinan resmi tidak boleh menyimpang dari
peraturan – peraturan resmi yang menjadi landasannya, pemimpin tersebut dapat melakukan
kebijaksanaan yang memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Kepemimpinan
yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa
di dalam masyarakat yang belum dipagut peraturan – peraturan resmi. Yaitu seorang pemimpin
dapat menggerakkan kekuatan – kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Perkembangan sifat – sifat seseorang pemimpin


Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau
sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok
sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan
peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekanya sehingga orang tadi atau
beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainya. Itulah asal mula
timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang
bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar.
Perkembangan globalisasi dan era teknologi informasi saat ini, tentunya seorang
pemimpin harus mampu menganilisis setiap kemungkinan ancaman yang datang
melalui pengumpulan informasi, pengolahan informasi, hingga pengambilan
keputusan yang tetap dalam penyelesaian permasalahan yang timbul. Pandangan
lain menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada
kompetensi yang dimilikinya. Seorang pemimpin dituntut memiliki kompetensi
tertentu yang diperlukan untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya.
Menurut Asta Brata, pemimpin yang akan berhasil harus memenuhi sifat – sifat
berikut :
 Indra – Brata, yang memberi kesenangan jasmani
 Yama – Brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hokum
 Surya – Brata, menggerakan bawahan dengan mengajak bekerja meyakinkan
 Caci- Brata, yang memberi kesenangan rohaniah
 Bayu – Brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-
segan untuk turut merasakan kesukaran pengikutnya
 Dhana – Brata, yang menunjukkan sikap yang patut dihormati
 Paca – Brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan,
kepandaian, dan keterampilan
 Agni – Brata, yang memberikan semangat kepada anak buah
5.
Perbedaan ajaran kepemimpinan tradisional & modern
a) Kepemimpinan menurut ajaran tradisional
Kepimpinan tradisional adalah kepemimpinan yang sangat ketat
berpegang pada adat kebiasaan yang di turun - temurun kan . Kepemimpinan
tradisional pada umumnya bertumpu pada tata hukum adat yang mengatur hidup
satu masyarakat. Dalam sistem kepemimpinan tradisional yang di tekan kan
adalah unsur pertalian darah , sehingga penempatan individu dalam posisi dan
jabatan yang ada tidak tergantung pada tepat tidaknya orang tersebut berdasarkan
kemampuan nya untuk menduduki posisi itu , melainkan pada dekat tidaknya
pertalian keluarga dengan pemimpin tradisional itu.
Pimpinan tradisional ini di akui kepemimpinannya bukan karena kemampuan-
kemampuan khusus yang dimilikinya, melainkan hanya karena pengaruhnya
dengan keluarga sudah melembaga dan menjiwai masyarakat. Hal ini terutama
karena pimpinan itu mempunyai reputasi yang tinggi, sehingga keturunannya di
percaya terus menerus memegang tampuk pimpinan.

Pepatah Jawa yang menggambarkan Ki Hajar Dewantara menejemahkan


tugas seorang pemimpin pepatah tersebut ke dalam Bahasa
Indonesia :
 Ing ngarsa sung tulada  Di muka memberi tauladan

 Ing madya mangun karsa  Di tengah-tengah membangun


semangat
 Tut wuri handayani
 Dibelakang memberikan pengaruh

 Seorang pemimpin yang di muka harus memiliki idealisme kuat, kedudukan,


serta harus dapat menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat dengan cara-
cara sejelas mungkin karena dia harus mampu menentukan suatu tujuan bagi
masyarakat yang dipimpinnya, serta merintis ke arah tujuan tersebut dengan
menghilangkan segala hambatan, antara lain dengan menghapuskan lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang telah usang.
 Seorang pemimpin di tengah mengikuti kehendak yang di bentuk masyarakat.
Ia selalu dapat mengamati jalannya masyarakat, serta dapat merasakan suka
dukanya. Dan dia di harapkan dapat merumuskan perasaan-perasaan serta
keinginan-keinginan masyarakat dan juga menimbulkan keinginan
masyarakat untuk memperbaiki keadaan yang kurang menguntungkan.
 Seorang pemimpin yang di belakang diharapkan mempunyai kemampuan
untuk mengikuti perkembangan masyarakat. Dia berkewajiban untuk menjaga
agar perkembangan masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma dan
nilai-nilai yang pada suatu masa di hargai oleh masyarakat. Sendi-sendi
kepemimpinannya adalah keutuhan dan harmoni. Kepemimpinan di belakang
masih jelas tergambar dari istilah-istilah seperti “pamong raja”, “pamong
desa” dan seterusnya yang menggambarkan bahwa fungsi pemimpin adalah
untuk membimbing masyarakat.
b) Kepemimpinan menurut ajaran modern
Kepemimpinan modern demikian dikenal fase kepemimpinan di era serba
teknologi, informasi, dan komunikasi ini. Kepemimpinan pada era ini tidak hanya
didasarkan pada kemampuan mempengaruhi namun juga keterampilan
menggerakkan orang lain atau bawahan. Konsep awal tentang kepemimpinan
modern adalah seni dan ilmu guna mempengaruhi serta menggerakkan orang lain
dalam suatu kelompok untuk melaksanakan cita-cita, tugas, dan tujuan dari suatu
organisasi. Kepemimpinan era modern dibangun dari keterlibatan dan partisipasi
aktif pemimpin dan bawahan (follower). Di antara keduanya terjalin relasi dan
komunikasi untuk mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama
yang telah disepakati sejak awal. Suatu organisasi pada abad ini membutuhkan
model kepemimpinan yang visioner yang dapat membawa angin perubahan cepat
guna mewadahi berbagai energi, semangat, dan cita-cita masyarakat.
Kemajuan organisasi pada abad ini cenderung berada mereka yang memiliki
kapasitas dalam menghadapi tantangan.

Karakteristik kepemimpinan modern :


1) Memiliki kemampuan dalam menetapkan arah dan tujuan
Pemimpin dengan kepemimpinan modern dituntut memahami dan memiliki
kemampuan dalam menetapkan tujuan suatu organisasi dengan baik serta cara
yang ditempuh guna mewujudkan tujuan tersebut.
2) Mempunyai kemampuan mempengaruhi orang dalam kelompok organisasi
Kemampuan mempengaruhi orang lain tidak hanya didasarkan pada instruksi dan
wibawa semata, namun juga melibatkan kemampuan dan integritas diri seperti
jujur, dipercaya, konsisten, apresiatif terhadap orang lain, komunikasi jelas dan
menggugah. Inilah wujud kepemimpinan modern.
3) Memiliki kemampuan menyusun dan membuat strategi
Dalam kepemimpinan modern pula, seorang pemimpin dikenal sebagai ahli dalam
membangun dan menyusun sebuah strategi.
Kemampuan menyusun strategi didukung oleh kapasitas dalam menguasai medan,
membuat dan menyusun skala prioritas, dan mampu membaca atau meprediksi
perkembangan masa depan.
6.
Tugas dan Metode Kepemimpinan
Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
 Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat di jadikan
peganganbagi para pengikut-pengikutnya
 Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga
masyarakatyang di pimpinnya.
 Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang
dipimpin.

Suatu kepemimpinan dapat diterapkan dengan berbagai cara (metode)

Cara Otoriter Cara Demokratis Cara – cara Bebas

1. Pemimpin menentukan 1. Pemimpin mengajak 1. Pemimpin menjalankan


segala kegiatan kelompok anggota kelompok perannya secara pasif dan
secara sepihak merumuskan tujuan dan cara hanya menyediakan sarana
mencapai tujuan tersebut. yang diperlukan kelompok

2. Pengikut sama sekali tidak 2. Pemimpin secara aktif 2. Penentuan tujuan yang
diajak untuk ikut serta memberi saran, petunjuk dan akan dicapai kelompok
merumuskan tujuan ada kritik positif baik dari sepenuhnya diserahkan
kelompok dan cara – cara pemimpin maupun pengikut. kepada kelompok
mencapai tujuan tersebut
3. Pemimpin secara aktif ikut 3. Pemimpin berada di tengah
3. Pemimpin terpisah dari
kelompok dan seakan – akan berpartisipasi dalam – tengah kelompok, namun
tidak ikut dalam proses kegiatan–kegiatan kelompok hanya berperan sebagai
interaksi dalam kelompok penonton
tersebut

Kepemimpinan yang dianggap efektif


Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung
di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk
mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula. Setiap kepemimpinan yang
efektif harus memperhitungkan sandaran kemasyarakatan untuk mencegah
timbulnya ketegangan – ketegangan atau setidaknya terhindar dari pemerintahan
boneka belaka. Seorang yang merasa diri mempunyai tanggung jawab memimpin
suatu kelompok orang atau organisasi, akan berusaha agar kepemimpinannya
efektif. Demikian juga setiap anggota kelompok atau organisasi, tentu
menginginkan agar pemimpinnya dapat menjalankan kepemimpinannya secara
efektif.
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul
sebagai konsekuensi daripada keputusan yang diambilnya. Tentunya dalam
mengambil keputusan.
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang
mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu,
seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan
mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala
tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan.
Untuk itu seorang pemimpin setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria tertentu,
misalnya kemampuan bisa mengambil keputusan secara objektif.

7.
Hubungan antara kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan dalam kehidupan
sehari – hari
Kekuasaan, wewenang serta kepemimpinan memiliki hubungan konsep yang
erat, hubungan tersebut dimana kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan
antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh kepada
orang lain, jika orang lain telah terpengaruh maka wewenang akan berperan
sebagai pihak yang memberikan kekuasaan tersebut agar dapat diakui oleh orang
lain atau masyarakat lain, setelah itu kepemimpinan pun dapat berjalan dimana
seseorang memberikan suatu pengaruh kepada seseorang atau masyarakat agar
dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak yang diinginkan. Dengan
adanya hal yang telah ada tersebut maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara
ketiganya sangat erat, tanpa adanya salah satu, maka bagian yang lainnya akan
sulit untuk dapat berjalan serta mengambil peran yang telah ada.
Contoh konkret dalam tataran organisasi pendidikan dapat terlihat dari
pemilihan seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri. Seorang Rektor dipilih
oleh beberapa aspek yaitu banyaknya suara dan dukungan yang ia dapat dari
intern kampus yaitu yang diwakilkan oleh Wali Amanat dan faktor luar kampus
yaitu suara dukungan dari seorang Menteri Pendidikan Nasional. Jika seseorang
ingin menjadi seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri maka ia harus memiliki
kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar dalam mencari dukungan dari Wali
Amanat. Namun kekuatan besar sekalipun yang dimiliki seorang calon Rektor di
dalam sebuah Perguruan Tinggi Negeri tidaklah cukup untuk menjadi seorang
Rektor karena suara lainnya ditentukan oleh suara dari seorang Menteri
Pendidikan Nasional. Menteri Pendidikan Nasional dalam hal ini harus
mencerminkan sifat kepemimpinan yang efektif terkait dalam memberikan suara
untuk Calon Rektor agar mencapai tujuan bersama dalam memajukan taraf
pendidikan di Indonesia dalam hal ini di Perguruan Tinggi Negeri. Calon Rektor
yang menjadi kandidat tentu perlu memiliki sifat kepemimpinan yang baik
sebagai calon pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang berkewajiban memajukan
ilmu pengetahuan di masing-masing institusi melalui pendidikan dan penelitian,
serta memberikan kontribusi maksimal kepada khalayak luas.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan, wewenang dan
kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh bagi orang lain di kelompok yang
berbeda. Pada hal ini adalah kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan seorang
Menteri Pendidikan Nasional sangat berpengaruh terhadap pemilihan seorang
Rektor di Perguruan Tinggi Negeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a) Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain.


Sementara wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
memengaruhi orang atau kelompok lain berdasarkan kekuasaan dan
wewenang yang dimilikinya.
b) Adanya kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan pada setiap masyarakat
merupakan gejala yang wajar. Walaupun wujudnya kadang – kadang tidak
disukai oleh masyarakat itu sendiri karena sifatnya yang mungkin abnormal
menurut pandangan masyarakat yang bersangkutan. Setiap masyarakat
memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu yang terwujud dalam diri
seseorang atau sekelompok orang – orang yang memiliki kekuasaan,
wewenang dan kepemimpinan tersebut.
c) Hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan
asimetris yang berkaitan dalam kehidupan sehari – hari. Kekuasaan dapat
bersumber dari bermacam – macam faktor yang dikaitkan dengan
kegunaannya.
d) Unsur – unsur saluran kekuasaan merupakan sarana yang digunakan penguasa
untuk dapat menjalankan kekuasaannya. Baik secara langsung maupun
melalui perantara. Begitu pula dengan pelaksanaan kekuasaan yang dijalankan
melalui beberapa saluran tertentu dalam masyarakat.
e) Penguasa memiliki cara – cara dalam mempertahankan kekuasaan dan
kedudukan untuk menjaga kestabilan masyarakat. Para penguasa ini
menguasai berbagai bidang untuk mempertahankan kekuasaan & kedudukan.
f) Bentuk dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri pada masyarakat
dengan adat – istiadata dan pola perilakunya. Lapisan – lapisan kekuasaan
selalu aka nada, walaupun setiap perubahan dalam masyarakat akan
berpengaruh terhadapnya.
g) Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang
memimpin atau membimbing orang banyak. Perkembangan suatu wewenang
terletak pada arah serta tujuannya untuk sebanyak mungkin memenuhi bentuk
yang diidam-idamkan masyarakat.
h) Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak – hak
dan kewajiban – kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu
badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan
yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari
masyarakat.
i) Sifat – sifat yang disyaratkan bagi seorang pimpinan tidaklah sama pada setiap
masyarakat, walaupun tidak jarang ada persamaan-persamaan. Di kalangan
masyarakat Indonesia, sifat – sifat seorang pemimpin dijumpai dalam warisan
tradisional mitologi Indonesia, yaitu Asta Brata.
j) Kepemimpinan tradisional pada umumnya bersifat sebagai kepemimpinan di
belakang yang masih tetap dipertahankan pada masyarakat tradisional yaitu
masyarakat hukum adat. Sedangkan kepemimpinan modern membangun
peluang sama yang diberikan pemimpin dalam mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dengan adanya keterlibatan dan partisipasi bersama, kerja
sama, kebebasan, dan tanggung jawab bersama.
k) Ketiga kategori cara kepemimpinan tersebut dapat berlangsung bersamaan
karena metode mana yang terbaik senantiasa bergantung pada situasi yang
dihadapi. Cara demokratis umpanya hanya dapat diterapkan dalam masyarakat
yang mempunyai taraf pendidikan cukup. Cara otoriter lebih tepat diterapkan
dalam masyarakat yang sangat heterogen, sedangkan cara bebas lebih cocok
bagi masyarakat yang relatif homogen.
l) Kepemimpinan efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam
mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Kepemimpinan akan berlangsung efektif apabila fungsi kepemimpinan
diwujudkan sesuai dengan tipe dan karakter kepemimpinan yang dapat
memberikan peluang bagi orang yang dipimpin untuk ikut berperan serta
dalam melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian, hubungan
efektif antara pemimpin dan yang dipimpin dapat terintegrasi dalam satu
kesatuan visi dan misi yang jelas.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto,Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2017. Sosiologi Suatu Pengantar,


Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Thoha,Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta:


Raja Grafindo Persada

Martin,Roderick. 1993. Sosiologi Kekuasaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

https://www.academia.edu/19071508/Kepemimpinan_yang_Efektif

https://ridwanderful.com/2013/11/10/kekuasaan-dan-kewenangan/

http://borobudur-training.com/karakteristik-kepemimpinan-modern.html

Anda mungkin juga menyukai