2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan” dalam
mata kuliah Pengantar Sosiologi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain yang dapat menerima
pengaruh untuk mengikuti keinginan, maksud, dan tujuan dari pemberi pengaruh
atau orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh dari pengaruh
pribadi, atau pengaruh jabatan pribadi, atau oleh pengaruh keduanya.
Kekuasaan senantiasa mempunyai sifat yang netral, maka nilai baik atau
buruknya harus dilihat bagi penggunaannya bagi keperluan masyarakat.
Kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada setiap anggota masyarakat, sehingga
menimbulkan makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk
memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang maka orang tersebut disebut
pemimpin, sedangkan orang yang menerima pengaruh tersebut dikatakan
pengikut. Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang menerima
pengaruh itu, rela ataupun terpaksa.
Di dalam masyarakat yang besar dan rumit, terdapat berbagai sifat dan
tujuan hidup golongan yang berbeda-beda dan kepentingan yang tidak selalu sama
antara satu dan yang lainnya, kekuasaan terbagi dari beberapa golongan. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan dan pemisahan teoritis dan nyata tentang kekuasaan
politik, militer, ekonomi, agama, dan seterusnya. Kekuasaan yang terbagi tersebut
tampak dengan jelas masyarakat yang menganut sistem demokrasi yang luas.
Simetris Asimetris
a. Hubungan persahabatan a. Popularitas
b. Hubungan sehari-hari b. Peniruan
c. Hubungan yang bersifat ambivalen c. Mengikuti perintah
d. Pertentangan antara mereka yang d. Tunduk pada pemimpin formal
sejajar kedudukannya atau informal
e. Tunduk pada seorag ahli
f. Pertentangan antara mereka yang
tidak sejajar kedudukannya
g. Hubungan sehari-hari
Sumber Kegunaan
a. Militer, polisi, kriminal a. Pengendalian kekerasan
b. Ekonomi b. Mengendalikan tanah, buruh,
c. Politik kekayaan material, produksi
d. Hukum c. Pengambilan keputusan
e. Tradisi d. Mempertahankan, mengubah,
f. Ideologi melancarkan interaksi
g. “Divisioner Power” e. Sistem kepercayaan nilai-nilai
f. Pandangan hidup, integrasi
g. Kepentingan kreatif
2.
Unsur – unsur Saluran Kekuasaan dan Dimensinya
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun
antara kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu:
1) Rasa takut : Perasaan takut kepada penguasa membuat pihak lain
memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan penguasa yang
ditakuti.
2) Rasa cinta : Kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.
Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa akan menimbulkan
kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak.
3) Kepercayaan : Kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris yang
asosiatif. Dasar kepecayaan didapatkan karena masing-masing pihak telah
mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala keinginan suatu pihak
akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain, meski dalam tataran tertentu
pihak yang melaksanakan keinginan tidak mengetahui secara pasti maksud dari
pihak yang memiliki keinginan.
4) Pemujaan : Memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja.
Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu benar, atau
setidaknya dianggap sebagai kebenaran.
Tipe Oligarki
Suatu sistem lapisan kewenangan dengan garis pemisahan yang tegas. Pembedaan
lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki ini ditentukan oleh adat – istiadat
masyarakat tersebut, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada seluruh
warga untuk mendapatkan kekuasaan-kekuasaan tertentu. Perbedaan antara tipe
kasta dan tipe oligarki adalah adanya kesempatan setiap pribadi untuk naik lapisan
meskipun pada tipe ini lapisan diperoleh berdasarkan kelahiran (ascribed status).
Pada tipe oligarki terdapat golongan yang lebih khusus dan perbedaan antar
lapisan tidak mencolok. Pada piramida kekuasaan tipe oligarki, lapisan menengah
merupakan warga yang paling banyak jumlahnya. Hal itu terjadi karena industri,
perdagangan dan keuangan memegang fungsi yang lebih penting. Kesempatan
untuk naik tingkatan lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki bervariasi.
Bahkan anggota masyarakat pada kelas menengah mempunyai kesempatan untuk
menjadi pemimpin. Tipe oligarki tersebut ditemukan pada masyarakat feodal yang
telah berkembang.
Tipe Demokratis
Suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan antar lapisan yang
bersifat mobil sekali. Ascribed status tidak terlalu berpengaruh. Karena faktor
kemampuan dan keberuntungan seseorang lebih dominan pada sistem lapisan ini.
Hal ini bisa dialami oleh elemen – elemen partai politik pada masyarakat
demokratis yang dapat mencapai kekuasaan – kekuasaan tertentu dalam
masyarakat melalui partai yang dipegangnya.Piramida kekuasaan tipe demokratis
tersebut merupakan tipe yang sesuai. Namun, dalam kenyataannya seringkali
terjadi penyimpangan karena dalam masyarakat selalu mengalami perubahan
sosial dan kebudayaan.Setiap perubahan terjadi maka akan mengakibatkan terjadi
pula perubahan pada piramida kekuasaaan.
3.
Definisi Wewenang
Wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib
sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan – keputusan
mengenai masalah – masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan –
pertentangan. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang
yang memimpin atau membimbing orang banyak.
Bentuk – bentuk Wewenang
Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu:
1. Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada
kemampuan khusus bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang tradisional
merujuk pada kaidah seseorang merupakan bagian dari kelompok yang sudah
lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Wewenang rasional disandarkan
pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan wewenangnya memiliki jangka
waktu yang terbatas.
2. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang
tidak resmi dapat merupakan hasil dari sifat kondisional dalam masyarakat,
sehingga tidak bersifat sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang
rasional.
3. Wewenang pribadi dan teritorial.
Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan
berpusat pada seseorang tanpa mengenal batas (contoh petani dengan buruh tani).
Wewenang teritorial menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan
pada wilayah tempat tinggal (contoh RT atau RW).
4. Wewenang terbatas dan menyeluruh
Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan
atau terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh adalah wewenang yang
tidak terbatas ada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang
kehidupan masyarakat.
4.
Definisi Kepemimpinan secara Umum
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki
oleh pemimpin tersebut. Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukanv
dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Kepemimpinan ada yang sifatnya resmi
(formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan
yang tidak resmi ( informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam
pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan - peraturan resmi.
Dengan demikian daya cukupnya agak terbatas.
Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena
kepemimpinan demikian di dasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran
benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan masyarakat. Walaupun seorang
pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinan resmi tidak boleh menyimpang dari
peraturan – peraturan resmi yang menjadi landasannya, pemimpin tersebut dapat melakukan
kebijaksanaan yang memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin. Kepemimpinan
yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi dan tentu saja lebih leluasa
di dalam masyarakat yang belum dipagut peraturan – peraturan resmi. Yaitu seorang pemimpin
dapat menggerakkan kekuatan – kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Pengikut sama sekali tidak 2. Pemimpin secara aktif 2. Penentuan tujuan yang
diajak untuk ikut serta memberi saran, petunjuk dan akan dicapai kelompok
merumuskan tujuan ada kritik positif baik dari sepenuhnya diserahkan
kelompok dan cara – cara pemimpin maupun pengikut. kepada kelompok
mencapai tujuan tersebut
3. Pemimpin secara aktif ikut 3. Pemimpin berada di tengah
3. Pemimpin terpisah dari
kelompok dan seakan – akan berpartisipasi dalam – tengah kelompok, namun
tidak ikut dalam proses kegiatan–kegiatan kelompok hanya berperan sebagai
interaksi dalam kelompok penonton
tersebut
7.
Hubungan antara kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan dalam kehidupan
sehari – hari
Kekuasaan, wewenang serta kepemimpinan memiliki hubungan konsep yang
erat, hubungan tersebut dimana kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan
antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh kepada
orang lain, jika orang lain telah terpengaruh maka wewenang akan berperan
sebagai pihak yang memberikan kekuasaan tersebut agar dapat diakui oleh orang
lain atau masyarakat lain, setelah itu kepemimpinan pun dapat berjalan dimana
seseorang memberikan suatu pengaruh kepada seseorang atau masyarakat agar
dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak yang diinginkan. Dengan
adanya hal yang telah ada tersebut maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara
ketiganya sangat erat, tanpa adanya salah satu, maka bagian yang lainnya akan
sulit untuk dapat berjalan serta mengambil peran yang telah ada.
Contoh konkret dalam tataran organisasi pendidikan dapat terlihat dari
pemilihan seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri. Seorang Rektor dipilih
oleh beberapa aspek yaitu banyaknya suara dan dukungan yang ia dapat dari
intern kampus yaitu yang diwakilkan oleh Wali Amanat dan faktor luar kampus
yaitu suara dukungan dari seorang Menteri Pendidikan Nasional. Jika seseorang
ingin menjadi seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri maka ia harus memiliki
kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar dalam mencari dukungan dari Wali
Amanat. Namun kekuatan besar sekalipun yang dimiliki seorang calon Rektor di
dalam sebuah Perguruan Tinggi Negeri tidaklah cukup untuk menjadi seorang
Rektor karena suara lainnya ditentukan oleh suara dari seorang Menteri
Pendidikan Nasional. Menteri Pendidikan Nasional dalam hal ini harus
mencerminkan sifat kepemimpinan yang efektif terkait dalam memberikan suara
untuk Calon Rektor agar mencapai tujuan bersama dalam memajukan taraf
pendidikan di Indonesia dalam hal ini di Perguruan Tinggi Negeri. Calon Rektor
yang menjadi kandidat tentu perlu memiliki sifat kepemimpinan yang baik
sebagai calon pimpinan tertinggi perguruan tinggi yang berkewajiban memajukan
ilmu pengetahuan di masing-masing institusi melalui pendidikan dan penelitian,
serta memberikan kontribusi maksimal kepada khalayak luas.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan, wewenang dan
kepemimpinan seseorang sangat berpengaruh bagi orang lain di kelompok yang
berbeda. Pada hal ini adalah kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan seorang
Menteri Pendidikan Nasional sangat berpengaruh terhadap pemilihan seorang
Rektor di Perguruan Tinggi Negeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19071508/Kepemimpinan_yang_Efektif
https://ridwanderful.com/2013/11/10/kekuasaan-dan-kewenangan/
http://borobudur-training.com/karakteristik-kepemimpinan-modern.html