Disusun oleh:
Daftar Isi......................................................................................................2
II.
BAB I. Pendahuluan....................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................5
III.
IV.
II.
III.
Proses Konflik................................................................................12
IV.
Macam-Macam Konflik.................................................................19
V.
VI.
Inti Konflik.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
I.
jumlahnya banyak dan saling berhubungan serta tergantung satu dengan yang
lainnya ,maka manusia disebut juga sebagai makhluk social. Hakikat manusia
sebagai makhluk individu dan sosial dalam beberapa segi kehidupan dapat
mendatangkan keselarasan apabila tidak diatur dan diarahkan sebagaimana
mestinya. Kebebasan individu dan keteraturan sosial hendaknya berjalan bersamasama. Tanpa keteraturan social, orang tidak akan mampu mampu menjalanan
sesuatu dengan perasaan tenang dan senang. Berarti kebebasan individu diakui
dalam masyarakat,tetapi akan senantiasa dihadapkan pada pengendalian agar
tercipta ketertiban sosial. Bagi masyarakat Indonesia,kebebasan individu adalah
kebebasan yang tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Sesuatu keteraturan dan ketertiban sosial dapat tercipta apabila kegiatan
masing masing individu berlangsung dengan teratur dan dapat mencapai
tujuannya. Keteraturan dan ketertiban sosial diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan hidup bersama dan menjaga norma dan nilai sosial tetap
ditegakkan.
Suatu masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan individu yang
membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks. Di dalam organisasi sosial
tersebut terdapat nilai nilai,norma norma,pranata pranata sosial,dan peraturan
peraturan untuk bertingkah laku dalam kelompoknya. Meskipun setiap kelompok
memiliki norma,nilai,dan peraturannya sendiri, namun tidak semua anggotanya
mengetahuinya sehingga tidak mungkin semua orang akan berperilaku sesuai
norma,nilai,dan peraturannya sendiri. Selalu ada penyimpangan perilaku dalam
kelompok tersebut. Kenyataan ini menyebabkan ketidakselarasan dalam
kelompok atau bahkan bisa mendatangkan pertentangan dalam masyarakat.
Page 3
positif, yaitu dengan cara mengendalikan dan menjaga integritas sosial yang
harmonis.
II.
III.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi Manajemen Konflik dalam Administrasi Publik?
2. Apa saja definisi dan perbedaan konflik dengan persaingan ?
3. Bagaimana proses konflik itu terjadi ?
4. Apa sajakah yang termasuk dalam macam macam konflik ?
5. Apa saja pandangan konflik yang ada dalam masyarakat ?
6. Bagaimanakah inti dari konflik tersebut ?
Tujuan
Tujuan yang ingin disampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Publik.
Mengetahui apa saja definisi serta perbedaan antara konflik dengan
persaingan.
Melihat bagaimana proses dari konflik itu terjadi dari awal mula
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Page 5
Page 6
II.
(configere) yang berarti saling memukul tetapi definisi yang sederhana itu tentu
belum memadai karena konflik tidak saja tampak sebagai pertentangan fisik
semata. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses social antara dua
orang atau lebih (atau juga kelompak) yang berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya3. Konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu pun masyarakat yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainya.
Menurut Soerjono Soekanto (1990)
Pengertian Persaingan
Persaingan adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan
objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa
disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993)
Persaingan (Kompetisi) adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara
mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk
bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu
situasi.
Menurut Chaplin (1999)
Persaingan (Kompetisi) adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua
individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.
satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam
pencapaian tujuannya. Persaingan ada, bila tujuan pihak- pihak yang terlibat
adalah tidak sesuai tetapi pihak- pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu.
Sebagai contoh, dua kelompok mungkin saling bersaing untuk memenuhi target,
bila tidak ada kesempatan untuk mengganggu pencapaian tujuan pihak lain, situasi
persaingan terjadi, tetapi bila ada kesempatan untuk mengganggu dan kesempatan
tersebut digunakan, maka akan timbul konflik.
III.
Proses Konflik
Konflik terjadi melalui suatu proses yang unik, artinya proses terjadinya suatu
konflik berbeda dengan konflik lainnya. Setiap konflik mempunyai masukan,
proses dan keluaran konflik yang unik dan berbeda dengan konflik lainnya,
misalnya proses konflik yang terjadi antara manajemen dan karyawan di PT
Dirgantara Indonesia, proses konfliknya berbeda dengan konflik antara
manajemen dan karyawan di suatu perusahaan rokok djarum misalnya.
Tabel berikut menggambarkan model linier proses konflik yang terdiri dari
masukan, proses dan keluaran konflik.
Masukan
Pihak-pihak yang
Proses
Interaksi sosial konflik
terlibat konflik
(Pemimpin, Pengikut,
Page 11
Keluaran
Frustasi
Ideologi dan
pola pikir
Tujuan dan cara
mencapai tujuan
Sifat pribadi
Latar belakang :
pendidikan,
agama,
pengalaman dan
lain-lain
Pola perilaku
Visi, misi dan
strategi sistem
sosial
Interdepedensi pihak-
Memperbesar dan
menggunakan kekuasaan
konflik
Kekuasaan
Manajemen konflik,
Kecewa
terbagi menjadi :
Strategi konflik
Taktik konflik
Gaya manajemen
konflik
Gaya manajemen
Agresi
konflik
Asumsi mengenai
Manajemen konflik
untuk produktivitas
Konflik berlangsung
konflik
Mengatur sendiri
Intervensi pihak
ketiga (proses
pengadilan,
proses
administrasi,
Page 12
arbitrase, mediasi
dan ombudsman
Sumber-sumber yang
Terciptanya sinergi
terbatas
positif
Produktivitas menurun
Resolusi konflik
Menang ><
menang
Menang ><
kalah
Kalah >< kalah
janji untuk meneliti keluhan-keluhan yang ada, dan kemudian orang mulai
menyusun sebuah rencana untuk tindakan selanjutnya.
4. Keempat : Krisis selanjutnya dialihkan dalam arti :
Dilakukan penelitian tentang apakah keluhan-keluhan yang disampaikan
dapat dibenarkan atau tidak. Dipersoalkan proses prosedur-prosedur yang
diusulkan untuk kemudian diambil keputusan penerimaan atau penolakan.
Sedangkan Proses konflik (conflict process) menurut Robbins dapat
dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan, yaitu8 :
Tahap I
Potensi pertentangan atau ketidakselarasan, yaitu tahap munculnya
kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisikondisi tersebut dapat dipadatkan dalam tiga katagori umum yaitu :
a. Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik diakibatkan kesulitan semantik,
kesalahpahaman dan kegaduhan.
b. Struktur
Konflik dapat bersifat struktural, hal ini mencakup variabel-variabel
seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota
kelompok, kejelasan yurisdiksi, keserasian antar anggota dan tujuan, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan dan kadar ketergantungan dalam kelompok.
c. Variabel-variabel pribadi
Potensi konflik lainnya dapat meliputi kepribadian, emosi, dan nilai-nilai.
Tahap II
Kognitif dan personalia, yaitu tahap dimana isu-isu konflik biasanya
didefinisikan dan pada gilirannya akan menentukan jalan panjang menuju akhir
penyelesaian konflik. Sebagai contoh, emosi yang negatif dapat menyebabkan
peremehan persoalan, menurunnya tingkat kepercayaan dan interpretasi negatif
atas perilaku pihak lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat meningkatkan
kemampuan untuk melihat potensi hubungan diantara elemen-elemen suatu
masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi dan mengembangkan
berbagai solusi yang lebih inovatif.
8 Vika, Management Conflict, Power and Politics, diakses dari
www.slideshare.net/vikachu/manajemen-konflik, pada tanggal 11 September 2012
pada pukul 23.34
Page 14
Konflik disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak berarti konflik
itu personalisasi. Selanjutnya konflik pada tingkatan perasaan yaitu ketika orang
mulai terlibat secara emosional.
Tahap III
Maksud, yaitu keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut
Robbins maksud (intention), mengintervensi antar persepsi serta emosi orang dan
perilaku luaran mereka. Banyak konflik muncul karena salah-satu pihak salah
dalam memahami maksud pihak lain. Dengan menggunakan dua dimensi yaitu
pertama, sifat kooperatif (kadar sampai mana salah-satu pihak berusaha
memuaskan kepentingan pihak lain). Kedua, sifat tegas (kadar sampai mana salahsatu pihak berupaya memperjuangkan kepentingannya sendiri).
Adapun lima maksud penanganan konflik berhasil diidentifikasikan, yaitu sebagai
berikut: bersaing (tegas dan tidak kooperatif), bekerja sama (tegas dan
kooporatif), menghindar (tidak tegas dan tidak kooperatif), akomodatif (tidak
tegas dan kooperatif), dan kompromis (tengah-tengah antara tegas dan kooperatif).
Tahap IV
Perilaku, meliputi pernyataan aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-
Tahap V
Akibat, jalinan aksi reaksi antara pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuensi. Akibat atau konsekuensi ini bisa bersifat fungsional, dalam arti
konflik tersebut menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bersifat disfungsional
karena justru menghambat kinerja kelompok.
Menurut Louis R. Pondy terdpat lima proses konflik, yaitu dimulai dari9:
Tahap I
Perbedaan tujuan dan prioritas, sebagai bagian dari unit organisasi yang
lebih khusus mereka sering mengembangkan tujuan yang berlainan.
Perbedaan tujuan konflik bisa terjadi ketika kelompok-kelompok
berinteraksi.
Faktor birokrasi.
Perbedaan status, biasanya beberapa standar perbedaan status,
dibandingkan standar yang mutlak ditemukan di dalam organisasi.
Hasilnya beberapa hierarki status. Konflik mengenai status relatif
kelompok yang berbeda adalah umum dan memengaruhi persepsi.
Misalnya, konflik status sering dihasilkan oleh pola kerja, dimana
memperoleh pasokan ini dan perlu adanya usaha dari kelompok untuk
meningkatkan sumber daya. Yang sering terjadi pada situasi dengan
sumber daya yang terbatas adalah persaingan kalah-menang yang dapat
menimbulkan konflik atau kelompok menolok untuk bekerjasama.
Tahap II
Perceived Conflict (konflik yang dipersepsikan), pada tahap ini salah satu
pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengacam pencapaian
tujuannya.
Tahap III
Felt Conflict (konflik yang dirasakan), pada tahap ini konflik tidak sekedar
dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.
Tahap IV
Manifest Conflict (konflik yang dimanifestasikan), pada tahap ini perilaku
tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya
sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja,dll.
Tahap V
Conflict Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu
akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya jika penyelesaian
tidak tepat maka akan dapat menimbulkan konflik baru
IV.
Macam-Macam Konflik
Page 17
III.
Page 18
Page 19
Page 21
Konflik Destruktif
Polarisasi perbedaan
Berkurangnya kerjasama
konflik
masing
Berupaya mengendalikan emosi,
Page 22
V.
I.
II.
III.
Page 23
VI.
Inti Konflik
Pada intinya konflik merupakan suatu pertarungan menang-kalah antar
kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam
organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi
pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau lebih. Pertentangan
kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai.
Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah menganggap mereka benar,
dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus
maupun keras. Berikut ini ada pendapat dari pakar mengenai apa itu inti konflik
yang sebenarnya.
a. Gareth R. Jones
Kendati konflik kerap dipandang negatif, sama halnya dengan politik,
tetapi Jones beranggapan bahwa beberapa jenis konflik justru mampu
memberi kontribusi terhadap peningkatan efektivitas organisasi.
Alasan Jones bahwa konflik punya kontribusi positif karena ia
mengungkap kelemahan suatu organisasi sehingga membuka jalan
dalam upaya mengatasinya. Dengan demikian, konflik membimbing
pada proses pembelajaran dan perubahan organisasi.
b. M. Aflazur Rahim
Rahim menyebut konflik sebagai proses interaktif bukan dengan
maksud hendak membatasi kemungkinan konflik di dalam diri
individu, karena seringkali seseorang mengalami konflik dengan
dirinya sendiri.
c. Kurt T. Dirks dan Judi McLean Parks
Page 24
Dirks and Parks menyebutkan tiga konsep konflik yang muncul, yaitu:
interaksi, kesalingtergantungan, dan sasaran yang tidak cocok. Mereka
juga menggariskan entitas bukan orang, karena konflik kerap
melibatkan tidak hanya orang tetapi juga kelompok, tim, divisi,
departemen, dan organisasi-organisasi bisnis.
d. Ricky W. Griffin and Gregory Moorhead
Griffin and Moorheas menekankan bahwa konflik adalah sebuah
proses, bukan peristiwa yang berdiri sendiri. Sebagai proses, konflik
terus berlangsung dari waktu ke waktu. Keduanya juga menekankan
bahwa pihak-pihak yang terlibat harus mengakui bahwa proses
perseberangan kepentingan sebagai eksis. Terakhir, situasi
ketidaknyamanan dan permusuhan juga harus nyata agar konflik dapat
dikatakan ada.
e. Ian Brooks
Konflik hadir antar individu (kendati Brooks mempersyaratkan satu
saja individu mengalaminya agar dapat disebut situasi konflik),
kelompok, atau departemen. Konflik pun dapat terjadi di antara
mereka yang punya tugas wewenang berbeda bahkan kolega-kolega
kerja mereka sendiri.
BAB III
Page 25
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul
(configere).tapi definisi yang sederhana itu tentu belum memadai karena konflik
tidak saja tampak segbagai pertentangan fisik semata. Konflik terjadi di semua
zaman, di semua negara, di semua sistem sosial, dan di semua bidang kehidupan
manusia. Konflik dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi objektif yang
dapat menimbulkan terjadinya konflik. Perbedaan persepsi mengenai sesuatu
sering kali memicu terjadinya konflik.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah
yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresifKonflik dapat diartikan sebagai suatu proses social antara dua orang atau
lebih (atau juga kelompak) yang berusaha menyingkirkan pihak lain sdengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Persaingan adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan
objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against
(melawan), over (atas), atau with (dengan).
Perbedaan konflik dan persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah
satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam
pencapaian tujuannya. Persaingan ada, bila tujuan pihak- pihak yang terlibat
adalah tidak sesuai tetapi pihak- pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu.
Biasanya konflik mengikuti suatu pola yang teratur, yang terdiri dari empat
macam tahapan yakni sebagai berikut :
1. Pertama
2. Kedua
3. Ketiga
Page 26
4. Keempat
Pandangan tradisional,
Menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena akan menimbulkan
kerugian, aliran ini juga memandang konflik sebagai sesuatu yang sangat buruk,
tidak menguntungkan dalam organisasi. Oleh karena itu konflik harus dicegah dan
dihindari sebisa mungkin dengan mencari akar permasalahan.
II.
menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang wajar, alamiah dan tidak
terelakan dalam setiap kelompok manusia.
III.
Pandangan interaksionis.
Yang menyatakan bahwa konflik bukan sekedar sesuatu kekuatan positif
dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak perlu untuk suatu kelompok agar
dapat berkinerja positif.
Pada intinya konflik merupakan suatu pertarungan menang-kalah antar
kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam
organisasi. Atau dengan kata lain, konflik adalah segala macam interaksi
pertentangan atau antogonistik antara dua atau lebih pihak. Pertentangan
kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang dipakai.
Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah menganggap mereka benar,
Page 27
dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus
maupun keras.
II.
SARAN
1) Konflik itu jangan di hindari melainkan harus dihadapi, karena konflik
pada dasarnya memang tidak dapat dihindari. Konflik pun memiliki fungsi
positif selain dapat menyebabkan disfungsional. Suatu Organisasi menjadi
maju jika mampu menerapkan manajemen konflik terhadap konflik yang
di hadapinya. Konflik akan tetap ada karena untuk menggerakkan
perubahan yang lebih baik. Maka dari itu ada beberapa cara agar kita bisa
menangani konflik salah satunya dengan cara mencegah terbentuknya
faktor- faktor yang mempengaruhi konflik.
2) Bila sudah terjadi konflik antar organisasi atau di dalam organisasi
tersebut, perlu adanya negosiasi antara yang bersangkutan dikonflik
tersebut. Oleh karena itu apabila pihak pihak yang terlibat konflik tidak
mampu menyelesaikan sendiri konflik mereka, di perlukan bantuan
mediator untuk menyelesaikan konflik mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA. Jakarta : Erlangga.
Page 28
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi dan Penelitian).
Jakarta : Salemba Humanika.
Winardi. 1994. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan).
Bandung : Mandar Maju.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik#Definisi_konflik
http://id.wikipedia.org/wiki/Persaingan
http://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-jenis-dan-sumberkonflik/
Page 29