Anda di halaman 1dari 5

Menyehatkan Kaderisasi KAMMI UB:

Dari Komisariat, Fakultas, Hingga Angkatan


Oleh Eri Muriyanto (KAMMI Daerah Malang)

Prolog
Dalam transaksi dagang, hal ini serupa harga mati; tidak bisa ditawar.
Pada sebuah bangunan, hal ini seumpama pondasi; kudu dipasang kokoh
pertama kali. Di bagian kendaraan bermotor; hal ini sejenis mesin;
penggerak utama buat melaju. Hal ini adalah kaderisasi.
Usia organisasi KAMMI tidak bisa dibilang kanak-kanak, hanya saja
memang berjalan sangat pelan menuju dewasa. Manhaj kaderisasi 1427H
dikembangkan menjadi 1433H, lalu diperbarui dan ditetapkan menjadi
Manhaj Pengkaderan KAMMI (MPK) [1]. Semangat mengimplementasikan
secara serius-menyeluruh MPK ini agaknya mengalir dari daerah ke
daerah. Menghadirkan harapan segar yang melambung tinggi sekaligus
kekagetan-kekagetan

sebab

kebijakan

arah

baru

kaderisasi.

Kesemrawutan terlihat tidak samar. Kemapanan ideal semu kudu


dirombak. Titip kader pada gerakan lain dengan dalih efisiensi saatnya
diputus dan digarap mandiri.
Latar KAMMI Brawijaya
KAMMI memang berdiri di Malang, tepatnya di UMM, 29 Maret 1998 [2]. 17
Tahun KAMMI bergeliat di Brawijaya, Komisariat penuh Brawijaya menjadi
rumah gerakan. Sekretariat Komisariat adalah rumah pertama kali KAMMI
Daerah Malang menjejakkan basis gerakan, termasuk ruang yang
digunakan Fahri Hamzah ddk. saat awal-awal kelahiran, ini menjadi
nuansa sejarah perjuangan yang khas tersendiri.

Ribuan kader telah dientaskan. Setiap tahun ratusan kader dilahirkan.


Kepemimpinan berkualitas di tingkat kampus selalu disabet tanpa gugur
kecuali sekali. Kepemimpinan di tingkat fakultas tidak jauh berbeda
dengan disertai pasang surut. Di ranah lain, keilmuan, predikat mahasiswa
berprestasi tidak jarang disandang kader KAMMI, yang terakhir adalah
Abdul Jabbar Jawwadurrahman, tingkat kampus dan juga fakultas.
Dakwah tauhid sebagaimana tertera dalam paradigma gerakan oleh kader
berhasil tersalurkan dalam wadah LDK dan LDF dengan nuansa syiar
Islam yang apik.
Kendati dibuahi kondisi dakwah yang nyaman dan produktif seperti itu,
gerakan lain seperti HMI juga tumbuh subur, malahan memiliki Komisariat
dengan basis fakultas yang banyak sebab umur yang tidak muda lagi.
GMNI, PMII, juga tidak kalah. GP HTI dan IMM pun ada.
Dengan satu Komisariat, KAMMI Brawijaya bergerak dengan tak kurang
dari 600 kader setiap tahun[3]. Tersebar dari 15 fakultas. Beragam program
kerja dari berbagai divisi dibuat dan dijalankan. Tahun ini, struktur
kepengurusan lengkap mulai dari pengurus harian, kaderisasi, LAK,
kebijakan publik, Humas, Sosma, dan Ide Kreatif. Selain itu disertai
koordinator fakultas yang disebut dengan Penggerak KAMMI (Pengkam)
di tiap fakultas.
Pengkam berkoordinasi secara langsung dengan ketua umum atau
kaderisasi dengan agenda-agenda insidental. Tugas utama pengkam
adalah menghidupkan fakultas. Agenda rutin berupa gathering kumpulkumpul santai atau pun pemberian materi dan diskusi setiap dua pekan
sekali. Struktur semu komisariat fakultas menjadi arahan untuk dibentuk
bagi fakultas dengan kader banyak.

Satu di antara hal menarik di Brawijaya adalah adanya KAMMI angkatan.


Setiap kader yang mengikuti DM1 akan dibuatkan forum angkatan sesuai
angkatan masuk kampus. Setiap angkatan memiliki

seorang ketua

angkatan (kating). Pemilihan ketua angkatan biasanya dilakukan inisiatif


angkatan sendiri. Selama ini nampaknya tidak pernah terjadi kegaduhan
yang berarti dalam pemilihan. Sebab kultur kader menolak jika diberi
amanah atau tidak rebutan masih kental. Grup sosial media menjadi
wadah bertukar cakap hingga diskusi isu-isu harian. Angkatan juga sering
melakukan kumpul-kumpul untuk menjalin solidaritas ataupun menggelar
diskusi.
Masalah
Dalam pelaksanaan kaderisasi selama ini Komisariat Brawijaya ada
beberapa masalah yang bisa diungkap. Pertama, berkaitan dengan
ideologisasi. Kedua berkaitan dengan kemandirian pengelolaan Madrasah
KAMMI Khos (MK Khos) dan Madrasah KAMMI Klasikal 1 (MK 1). Ketiga,
berkaitan dengan keseimbangan antara kuantitas dan kualitas (rasio
jenjang kader). Keempat, kepakaran keilmuan kader.
Formula Kaderisasi Menyeluruh Terintegrasi
Komisariat, fakultas, dan angkatan adalah ruang pertemuan kader yang
bukan tidak menyibukkan. Program kerja komisariat, kumpul fakultas, dan
angkatan di lapangan tidak sepi. Apatah lagi di sosial media, riuh kicauan
dari hal remeh hingga serius. Untuk memaksimalkan ruang-ruang
pertemuan kader beberapa hal saya coba tawarkan.
Pertama, MK 1 Dimana-mana. Terdapat 12 materi[3] MK 1 yang harus
diikuti kader AB1. Selama ini MK 1 dijalankan dengan materi berupa hasil
ijtihad kaderisasi Komisariat sebanyak 10 mater, selama 1 tahun
kepengurusan, dengan pelaksana adalah kaderisasi Komisariat. Dalam
pelaksanaannya, peserta yang hadir tidak bisa maksimal akibat

berbenturan dengan agenda akademik agenda organisasi intra kampus.


Sebab setiap 1 materi adalah 1 pertemuan, maka ketika kader terlewat 1
materi maka tidak ada materi yang sama selama 1 taun kepengurusan.
MK 1 dimana-mana ini maksudnya adalah mengadakan MK 1 dengan
sering atau meteri yang sama beberapa kali dalam satu tahun
kepengurusan. Apabila pelaksana MK 1 sebelumnya adalah kaderisasi
komisariat saja, pada hal ini kaderisasi komisariat menunjuk 2 komisariat
setiap bulan (atau di tentukan di tahun awal) untuk mengadakan MK 1.
Gathering atau kumpul-kumpul fakultas yang biasanya santai-santai bisa
diganti dengan MK 1 ini. Selanjutnya walau pun pelaksanya adalah satu
fakultas, tetapi pesertanya bebas dari fakultas lain. Ini untuk meminimalisir
bentrokan agenda akademik atau agenda lain kader. Sehingga yang
terjadi selama satu tahun kepengurusan terdapat sekitar 36 kali MK 1
selama setahun, atau 3 kali MK 1 selama sebula, yang bisa dipilih kader
untuk diikuti sesuai capai 12 materi.
Inti dari poin pertama ini adalah memperbanyak pelaksanaan MK 1. Saya
rasa ini tidak sulit. Sebab fakultas sudah terbatas mengadakan gathering
sekaligus

pemberian

materi.

Hanya

saja

materi

yang

diberikan

menyesuaikan kebutuhan fakultas atau yang bersifat ke-ukhuwah-an atau


soliditas. 12 materi MK 1 ini bermacam-macam, dari ruhiyah-ubudiyah,
sosial-politik, hingga sejarah.
Kedua, MK Khos (Mandiri). MK Khos ini biasa dikenal dengan mentoring
pada LDK atau hallaqoh pada gerakan Tarbiyah. Selama ini kaderisasi
melalui MK Khos ini selalu disamakan dengan hallaqoh atau mentoring.
Memang secara substansi materi relatif sama. Namun secara wadah,
tidak pernah disebut dengan jelas sebagai MK Khos KAMMI. Di satu sisi
self of belonging jelas tidak terbentuk. Di sisi lain, barangkali jarang sekali
materi-materi yang diberikan dielaborasi dalam sudut pandang KAMMI. Ini

ironi KAMMI. Bagaimana mungkin paradigma kader KAMMI terbentuk bila


yang diberikan adalah paradigma gerakan lain?
MK Khos ini terdiri dari 10 materi [4]. Penyampaian materi bisa berupa
talim atau bedah buku. Penyampai materi disebut Pemandu , yang
idealnya bila belum terbentuk Korps Pemandu, dipandu oleh Bedah buku
diperuntukkan bagi kader yang sebelum masuk kami sudah mendapatkan
materi yang sama dalam hallaqoh atau mentoring [5]. Pelaksanaan MK
Khos ini tidak baku harus sepekan sekali. Juga tidak disebutkan sekali
pertemuan harus satu materi. Ini fleksibel untuk menyesuaikan kader yang
juga mengikuti hallaqoh kampus.
Ketiga, Ideologisasi Gerakan.

Anda mungkin juga menyukai