Anda di halaman 1dari 4

Desain Daurah Ideal

Dalam kepemimpinan, tidak hanya dibutuhkan pemimpin yang bagus saat memimpin dan
memajukan seluruh bawahan yang dipimpinnya. Tetapi jika pemimpin tidak bisa melahirkan
generasi penerusnya maka putuslah sudah perjuangan dan kehancuran golongan tersebut berada di
depan mata.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi pengkaderan


(Harokatul Tajnid) sudah semestinya menyiapkan anggotanya untukmemiliki kualitas yang
mumpuni, salah satu cara utamanya yaitu dengan tarbiyahislamiyah. Tarbiyah islamiyah, seperti
yang kita ketahui bersama, merupakan proses penyiapan manusia yang saleh, agar tercipta suatu
keseimbangan dalam potensi, tujuan,ucapan, dan tidakannya secara keseluruhan

Dauroh merupakan aktivitas berkala, yang dilaksanakan setiap waktu tertentusecara rutin.
Dauroh adalah salah satu perangkat tarbiyah yang digunakan oleh KAMMIuntuk meningkatkan
kadar wawasan pada diri anggota, untuk kepentingan aktivitas islamdan dakwah. Dauroh termasuk
metode yang baik untuk membentuk opini ilmiah danobjektif dalam diri kader terhadap berbagai
persoalan yang melingkupinya, yang pentingdilakukan oleh para aktivis di medan dakwah Islam.

KAMMI memiliki pola alur pengkaderan yang khas mulai dari Dauroh Marhalah1 (DM1),
Dauroh Marhalah 2 (DM2), dan Dauroh Marhalah 3 (DM3), serta dauroh-dauroh lain sebagai
suplemen tambahan bagi kader seperti Dauroh Pemandu MadrasahKAMMI (DPMK), Training For
Instructor (TFI), Dauroh Jurnalisme Pergerakan (DJP), Dauroh Siyashi, Dauroh Ijtimaiyah, dan
lain-lain. Dauroh-dauroh tersebut memiliki output yang berbeda-beda bergantung pada jenis
daurohnya.

Secara historis, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia atau (KAMMI) merupakan
organisasi kepemudaan yang secara umum diikuti oleh mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia.
Dalam buku KAMMI dan pergulatan reformasi (2003) Mahfud Sidiq menyebutkan bahwa KAMMI
merupakan organisasi yang berkelanjutan. Pasca muktamar 1 tahun 1998 di Bekasi, Jawa Barat,
KAMMI mengazamkan diri sebagai organisasi kemasyarakatan yang sebelumnya hanya berupa
kesatuan aksi.

Selanjutnya, persoalan orientasi organisasi yang menitikberatkan pada kepemimpinan di


berbagai sektor mensyaratkan pola pengkaderan yang sesuai. KAMMI memiliki gerbang awal
pendidikan kadernya melalui dauroh marhalah satu (DM 1) yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman islam yang integral, bangga terhadap keislamannya, menjadikan islam sebagai
pedoman hidup, memberikan pemahaman peran dakwah sebagai mahasiswa, meyakinkan untuk
mengikuti proses di KAMMI, serta menyadarkan kondisi umat islam hari ini.

Selain itu juga KAMMI memiliki proses orientasi pengkaderan yang disebut dauroh marhalah
dua (DM 2) serta dauroh marhalah tiga (DM 3) yang masing-masing memiliki tujuan untuk
membangun militansi dan berpikir kritis, serta menjadikan pesertanya sebagai seorang ideolog,
peletak dasar-dasar kebijakan.

Sebagai organisasi pengkaderan, KAMMI memiliki sejumlah kualifikasi yang mengharuskan


anggotanya melewati hal tersebut untuk mengikuti setiap penjenjangan yang ada. Hal tersebut
tertuang dalam manhaj pengkaderan KAMMI (MPK) yang selalu mengalami penyesuaian dalam
kurun beberapa waktu dengan ikhtiar menyesuaikan dan menjawab kebutuhan zaman. Poin-poin
tersebut termaktub dalam indeks jati diri kader (IJDK) kader KAMMI.

KAMMI sebagai sebuah organisasi tidak hanya mengedepankan aspek intelektual dan nalar
kritis, akan tetapi juga pada aspek moralitas dan nilai-nilai keislaman yang juga menyentuh sisi
praktis dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini bukan tanpa cela. Meskipun
standarisasi pelaksanaan dauroh telah diatur sedemikian rupa, namun, pelaksanaan di lapangan yang
tidak ideal membuat hasil capaian kurang maksimal.

Beberapa dauroh yang dilaksanakan di KAMMI Jambi dirasa belum cukup memenuhi
standarisasi pelaksanaan dauroh ideal sesuai manhaj di KAMMI. Faktor kurangnya personalia
instruktur yang bertugas, kapasitas keilmuan, konsep dauroh yang dibuat OC yang belum maksimal
realisasinya, hingga perkara teknis terkait komunikasi masih menjadi sejumlah permasalahan yang
ada. Hal lain yang tak kalah penting, ialah pasca dauroh dilaksanakan, beberapa kelompok MK
Khos yang tidak berjalan, lambatnya pengelompokkan hingga evaluasi agar permasalahan di dauroh
tidak kembali berulang, juga menjadi permasalahan yang perlu dibenahi.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi pengkaderan


(Harokatul Tajnid ) sudah semestinya menyiapkan anggotanya untukmemiliki kualitas yang
mumpuni, salah satu cara utamanya yaitu dengan tarbiyahislamiyah. Tarbiyah islamiyah, seperti
yang kita ketahui bersama, merupakan proses penyiapan manusia yang saleh, agar tercipta suatu
keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan.

Dauroh merupakan aktivitas berkala, yang dilaksanakan setiap waktu tertentu secara rutin.
Dauroh adalah salah satu perangkat tarbiyah yang digunakan oleh KAMMI untuk meningkatkan
kadar wawasan pada diri anggota, untuk kepentingan aktivitas islam dan dakwah. Dauroh termasuk
metode yang baik untuk membentuk opini ilmiah dan objektif dalam diri kader terhadap berbagai
persoalan yang melingkupinya, yang penting dilakukan oleh para aktivis di medan dakwah Islam.

DM 1 sesuai dengan manhaj pengkaderan KAMMI merupakan sarana untuk membentuk


aktivis yang memiliki syakhsiyah Islamiyah al-harakiyah, yaitu memiliki pemahaman islam yang
baik serta siap dan bersedia untuk bergerak di tengah masyarakat guna merealisasikan dan
mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI. Untuk dapat membentuk sebuah
dauroh efektif di KAMMI ada beberapa hal yang perlu dilakukan :

Pertama, optimalisasi perangkat dauroh. Desain dauroh yang berlaku jangan sampai terlihat
monoton bagi peserta. Kontrol MOT dan MCR sebagai penyambung materi juga dapat mencairkan
suasana.

Kedua, penyesuaian antara waktu persiapan dan dauroh yang diwujudkan. Meskipun di
KAMMI Jambi, rentang waktu pelaksanaan dauroh dengan surat yang diajukan oleh komisariat
telah memenuhi syarat, namun, yang terjadi di lapangan, konsep dauroh yang diinginkan tidak
secara penuh terejawantahkan, alhasil dauroh tidak maksimal, dan usaha komisariat dalam
menghimpun peserta tidak terbayarkan.

Ketiga, imat yang kurang menguasai dan lihai dalam menyampaikan materi, hal ini harus
menjadi perhatian observer sehingga dapat menjadi evaluasi bagi imat dan pelaksanaan dauroh
selanjutnya, kemudian diperlukanadanya assessment sebelum pelaksnaan dauroh agar imat dapat
memperhatikan segala keperluan penunjang atau outbond di luar kelas untuk menghindari
kebosanan bagi peserta dauroh.

Adapun hal-hal mendetail lain yang perlu diperhatikan, demi kelancaran dan kebaikan agenda
dauroh yaitu tujuan pelaksanaan dauroh, metode pelaksanaan dauroh,alur pelaksanaan dauroh,
instrumen dauroh, sarana dan prasarana dauroh, administrasi dauroh, dan yang terakhir adalah
evaluasi pelaksanaan dauroh. Keseluruhan ini akan berjalan efektif dengan melibatkan unsur
instruktur dengan komposisi yang tepat.

Daftar Pustaka

Gafar, A. (2022). Desain Daurah Efektif di KAMMI Jambi. https://oerban.com/desain-dauroh-


efektif-di-kammi-jambi/

Anda mungkin juga menyukai