Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum Strata Satu

NAMA : DEDE ISKANDAR


NIM 2101190211

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG
KARNO JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

NAMA : DEDE ISKANDAR

NIM 2101190211

Proposal Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal...

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Houtlan Napitupulu, S.H., M.M., M.H. Adi Darmawansyah, S.H., M.H.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI....................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................1

B. Pokok Permasalahan........................................................11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................11

D. Metode Penelitian............................................................12

E. Sistematika Penulisan......................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berhasilnya pembangunan daerah sangat tergantung pada kondisi ketentraman dan

ketertiban di wilayah dan terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah itu dipengaruhi

pula oleh perkembangan stabilitas politik di wilayah/daerah

Oleh karena itu diperlukan adanya penanganan secara berkesinambungan dan terpadu serta

terencana oleh pemerintah dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban tersebut.

Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan

pemerintah daerah dan masyarakat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan

teratur. Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah secara berkesinambungan,

ketentraman dan ketertiban umum merupakan kebutuhan dasar dalam melaksanakan

pelayanan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan

Polisi Pamong Praja. Pelaksanaan Otonomi Daerah membawa perubahan dalam pola

hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pergeseran tersebut juga membawa

perubahan dan dampak terhadap ketentraman dan ketertiban umum. Di samping perubahan

tersebut juga terjadi perubahan tata pemerintahan, orientasi perencanaan mengalami

pergeseran yang sejumlah hanya sebagai bagian proses administrasi untuk mencapai tujuan

organisasi publik secara internal bergeser menjadi bagian pokok dan penting dari proses

perumusan dan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan kolektif.

Dalam rangka mewujudkan kondisi daerah yang aman, tentram, dan tertib serta

guna menciptakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kegiatan masyarakat

yang kondusif perlu meningkatkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan

tugasnya.
Belakang ini gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol-PP) tidak pernah luput dari

perhatian publik, mengingat segala aktivitasnya dengan mudah di ketahui melalui mass

media, baik

Satuan Polisi Pamong Praja sangat jauh dari sosok ideal sejatinya yang menggambarkan

aparatur Pemerintah Daerah dalam tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma

agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat.

Munculnya gambaran miring terhadap sosok aparat Polisi Pamong Praja tidak lain dan tidak

bukan karena seringnya masyarakat disuguhi aksi-aksi represif dan arogan dari aparat

daerah tersebut dalam menjalankan perannya dalam memelihara dan menyelenggarakan

keamanan dan ketertiban umum khususnya di kota-kota besar.

Pembongkaran bangunan liar, penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL), razia Pekerja Seks

Komersial (PSK), penertiban miras dan gelandangan sering disuguhkan oleh aparat Pol-PP.

sekalipun tindakan-tindakan represif tersebut hanyalah sebagian dari fungsi dan peran Pol-

PP sebagai pengemban dan penegak hukum non yudisial di daerah. Karena itu tidak

berlebihan apabila kemudian masyarakat mencap aparat Pol-PP sebagai aparat kasar,

arogan, penindas rakyat kecil dan sebutan-sebutan lain yang tidak enak di dengar di tambah

dengan peran media massa yang sering membubuhinya dengan berita-berita sensasional,

maka makin miringlah penggambaran masyarakat tentang Satuan Polisi Pamong Praja di

mata masyarakat umum.

Terlepas dari benar tidaknya gambaran masyarakat tentang Satuan Polisi Pamong

Praja, dalam tulisan ini saya mencoba untuk menyegarkan kembali ingatan kita tentang

bagaimana sejatinya fungsi dan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka pembinaan

keamanan dan penegak hukum. Gambaran ini penting untuk dikemukakan guna

diperolehnya kesamaan pandangan baik dari masyarakat, Sat Pol-PP maupun pemangku

kepentingan lainnya mengenai sosok Sat Pol-PP yang sesungguhnya.

Harus diakui pada awal berdirinya di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950, Satuan
Polisi Pamong Praja telah memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi konsolidasi

dan stabilitas territorial pada daerah-daerah yang berada di luar bidang kepolisian Negara

merupakan masalah spesifikasi yang ditangani oleh Polisi Pamong Praja, salah satunya

menangani bidang pemerintahan, umum, khususnya dalam pembinaan ketentraman dan

ketertiban di daerah. Karena itu tidaklah bijaksana apabila kita memandang bahwa peran

dan fungsi Polisi Pamong Praja dalam menyelenggarakan keamanan dan ketertiban seakan-

akan hendak mengambil peran Polri, tetapi sebaliknya dalam upaya menjaga dan

memelihara Kantibmas, sebagaimana dengan jelas dinyatakan dalam pasal 4 ayat (1) huruf

g Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang menyatakan Polri bertugas melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan tekhnis

ter dihadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan bentuk-bentuk

pengamanan Swakarsa.

Diberikannya kewenangan pada Satuan Polisi Pamong Praja untuk memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat bukanlah tanpa alasan, namun didukung dasar pijakan

yuridis yang jelas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah Khususnya Pasal 13 dan 14. Dalam pasal Undang-undang

tersebut, pada huruf c tersebut disebutkan urusan wajib yang menjadi kewenangan

Pemerintah daerah yang meliputi Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman

Masyarakat. Demikian pula dengan pasal 148 dan 149 Undang-undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan daerah yang mengamanatkan dibentuknya Satuan Polisi

Pamong Praja untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakan Peraturan Daerah dan

Penyelenggaraan Ketertiban Umum serta Ketentraman Masyarakat.

Dengan melihat kewenangan yang diberikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja sangat

penting dan strategis dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup

tugasnya termasuk di dalamnya Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat.

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai misi strategis dalam membantu Kepala Daerah

untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, teratur sehingga
penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat

melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu, disamping menegakan Peraturan

Daerah, Pol-PP juga dituntut untuk menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu

Keputusan Kepala Daerah.

Untuk mengoptimalkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja perlu di bangun

kelembagaan yang handal, sehingga tujuan terwujudnya kondisi daerah yang tentram dan

tertib dapat direalisasikan. Munculnya gangguan Ketentraman dan Ketertiban Umum dan

timbulnya Pelanggaran Peraturan Daerah identik dengan kepadatan jumlah penduduk suatu

daerah.

Kabupaten Merangin yang berada di jalur strategis lintas Sumatera yang merupakan

kawasan transit orang dan barang, sehingga tidak menutup kemungkinan timbulnya

gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Disamping penduduk Kabupaten

Merangin terdiri dari beberapa Suku, Ras, Agama dan Adat istiadat yang berbeda satu

dengan yang lain. Dari perbedaan tersebut membawa akan pengaruh terhadap

perkembangan wilayah khususnya di segi keamanan, sosial, budaya, politik dan ekonomi.

Selain itu latar belakang penulis memilih judul skripsi ini dilatar belakangi dengan belum

adanya penulisan yang mengangkat permasalahan di bidang ketentraman dan ketertiban

khususnya di Kabupaten Merangin.


Adapun faktor-faktor penulis memilih Kabupaten Merangin sebagai objek penelitian dalam

skripsi ini adalah :

1. Penulis menilai bahwa ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Merangin masih

relatif stabil.

2. Dalam penelitian ini penulis sangat terbantu di dalam memperoleh dan menghimpun

data yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

3. Belum adanya karya ilmiah/skripsi yang mengangkat dan membahas fungsi Polisi

Pamong Praja dalam memelihara ketentraman dan ketertiban berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 khusu Kabupaten Merangin.

Berdasarkan uraian di atas dan dilandasi dengan keinginan yang kuat untuk mengetahui

lebih dalam mengenai fungsi Polisi Pamong Praja dalam memelihara Ketentraman dan

Ketertiban Umum, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkan

dalam suatu Karya Ilmiah yang berbentuk Skripsi dengan judul “Fungsi Polisi Pamong

Praja dalam Memelihara Ketentraman dan Ketertiban di Kabupaten Merangin berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004”.

● Pasal 148 dan Pasal 149 UU No.32 Tahun 2004, Tugas Pokok dan Fungsi Polisi

Pamong Praja

● PP Nomor 32 tahun 2004, tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimanakah fungsi Polisi Pamong Praja dalam memelihara ketentraman dan

ketertiban di Kabupaten Merangin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2004.

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Merangin dalam memelihara Ketentraman dan Ketertiban di Kabupaten Merangin.

3. Upaya apa saja yang dilakukan satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Merangin

dalam mengatasi kendala-kendala memelihara ketentraman dan ketertiban di kabupaten

Merangin.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini penulis berharap bisa mencapai tujuan yang diharapkan yaitu :

1. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk Proposal Skripsi Mini ini dapat memenuhi

sebagian syarat guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Sekolah Tinggi Ilmu Hukum

PAINAN Semester Ganjil Tahun 2021/2022.

2. Dari penelitian ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran serta menambah

wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penulis sendiri tentang fungsi Polisi Pamong

Praja dalam memelihara Ketentraman dan Ketertiban.

3. Penelitian ini dapat sebagai tolak ukur dalam memberi solusi terhadap kendala yang

dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penulisan judul skripsi “Fungsi Polisi Pamong Praja dalam

memelihara ketentraman dan ketertiban berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun

2004” adalah pada Kantor satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Merangin.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian adalah yuridis empiris yaitu melihat bagaimana ketentuan yang berlaku

berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan dengan membanding pada fakta yang ada

dilapangan atau berdasarkan pada kenyataan.

3. Tata cara penarikan kesimpulan

Tatacara penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu para

masyarakat yang melakukan tindakan pelanggaran Peraturan Daerah dan masyarakat

umum.

Sebagai informan adalah para Camat dan Lurah selaku perpanjangan tangan Pemerintah

Kabupaten Merangin di tingkat Kecamatan dan Kelurahan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Kusnanto.2008____Peran dan fungsi Polisi Pamong Praja dalam pembinaan Keamanan
dan Penegak Hukum, makalah pada seminar Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Departemen
Dalam Negeri Jakarta

Bachsan Mustafa, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara Bandung 1985.

Divisi buku Perguruan Tinggi terbitan PT.Raja Grafindo Persada-Jakarta

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pembinaan dan Kemitraan Kepolisian RI dengan Sat Pol-PP dalam rangka Pemeliharaan dan
Penyelenggaraan Ketentraman, Ketertiban di Daerah bahan Kapolri pada Rakornas satPol-PP, April
2006

Penegakan dan Kesadaran Hukum Soerjono Soekanto Makalah pada seminar Hukum Nasional Ke-
IV, Jakarta 1979

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2004 Pedoman Prosedur Tetap Operasional
satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
satuan Polisi Pamong Praja

Profil Kabupaten Merangin__2007

Rhamdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar.2007.

Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara edisi 1-3, Jakarta.

Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum

Sasongko Hari, Penyelidikan, Penahanan, Penuntutan dan Praperadilan__Juli 2007

Soekanto Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum Jakarta 1983

Syafiie Inu Kencana, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai