PROPOSAL
Oleh :
PUTRA RIFALDO
NIM. 1910304811015
Judul Proposal
Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
MENGESAHKAN :
ii
KATA PENGANTAR
Assalamumualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang tiada
henti-hentinya melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Evaluasi Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal)
Adapun tujuan penulis membuat proposal penelitian ini adalah sebagai
Langkah awal penulis untuk membuat skripsi pada program studi ilmu
Administrasi Negara STIA BNM Pariaman. Banyak kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi dalam mebuat proposal penelitian ini akan tetapi berkat
dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis
mampu menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mustafa Zen, S.IP.,M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Nusantara Pariaman.
2. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf akademik Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Nusantara Mandiri Pariaman, yang semuanya telah
berperan dan telah membantu penulis dalam pembuatan proposal
penelitian ini.
3. Para sahabat penulis yang berada di luar maupun di dalam kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Nusantara Mandiri yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Wassalamumualaikum Wr.Wb
Pariaman, Desember 2022
PUTRA RIFALDO
1910304811015
iii
DAFTAR ISI
iv
E. Instrumen Penelitian...................................................................................34
F. Sumber Data................................................................................................36
G. Pengumpulan Data......................................................................................37
H. Pengolahan Data.........................................................................................38
I. Analisis Data...............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tim Penyusun Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun
2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal…………………………………………4
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum dan
ketaatan hukum rakyatnya. Semakin tinggi kesadaran hukum dan ketaatan hukum
penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Faktor kesadaran hukum dan ketaatan hukum ini mempunyai peran
penting dalam perkembangan hukum, artinya semakin lemah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, semakin lemah pula ketatan hukumnya sebaliknya semakin
kuat kesadaran hukumnya semakin kuat pula faktor ketaatan hukum. Kesadaran
hukum masyarakat yang pada gilirannya akan menciptakan suasana penegakan
hukum yang baik, yang dapat memberikan rasa keadilan, menciptakan kepastian
hukum dalam masyarakat dan memberikan kemanfaatan bagi anggota masyarakat.
Pada dasarnya masyarakat Indonesia tahu dan paham hukum, tetapi secara
sadar mereka masih melakukan perbuatan-perbuatan melanggar hukum. Akibat
dari rendahnya kesadaran hukum masyarakat adalah masyarakat yang tidak patuh
terhadap peraturan hukum yang berlaku. Akibat yang ditimbulkan oleh rendahnya
kesadaran hukum tersebut bisa menjadi lebih parah lagi apabila melanda aparat
penegak hukum dan pembentuk peraturan perundang-undangan.
ix
kepentingan pribadi karena hukum tidak mempunyai kewibawaan lagi, dimana
penegak hukum karena kepentingan pribadinya pula tidak lagi menjadi penegak
hukum yang baik.
Sehingga dalam hal ini, kesetiaan terhadap kepentingan pribadi menjadi tolak
ukur mengapa masyarakat kita tidak taat pada hukum. Jika faktor kesetiaan tidak
dapat diandalkan lagi untuk menjadikan masyarakat taat pada hukum, maka
negara atau pemerintah mau tidak mau harus membangun dan menjadikan rasa
takut masyarakat sebagai faktor yang membuat masyarakat taat pada hukum.
Hukum tidak dapat diberlakukan secara diskriminatif, tidak memihak kepada
siapapun dan apapun, kecuali kepada kebenaran dan keadilan itu sendiri. Upaya
untuk mengubah culture yang ada di masyarakat itu harus diawali dengan
pensosialisasian yang lebih mendalam dan terarah terhadap masyarakat mengenai
pentingnya hukum bagi kehidupan, dengan semakin banyaknya masyarakat yang
mengerti akan pentingnya hukum, budaya masyarakat kita sedikit demi sedikit
akan berubah menjadi lebih baik dan kesadaran hukum masyarakat indonesia akan
lebih meningkat. Dan tujuan dari hukum akan tercapai yaitu masyarakat yang
aman, tentram dan sejahtera.
x
dari masyarakat lebih untuk patuh kepada pemimpin, agama, kepercayaannya dan
sebagainnya.
Hiburan orgen tunggal berkembang cukup pesat hampir disetiap event seperti
pernikahan, pameran, festival dan yang lainnnya selalu diselingi hiburan orgen
tunggal. Seperti yang terlihat di Kabupaten Padang Pariaman pertunjukan orgen
tunggal bias dikategorikan memberikan image yang tidak baik terhadap
masyarakat. Orgen tunggal terutama dimalam hari lebih banyak berdampak buruk
ketimbang nilai positifnya, seperti mabuk mabukan, peredaran narkoba dan
diiringi dan diiringi aksi fulgar mempertontonkan aurat wanita. Hal ini jelas
mencoreng dan mempermalukan peran dan fungsi Ninik Mamak beserta tokoh
Pemuka Adat.
Acara orgen tunggal seringkali berlangsung hingga dini hari. Bunyi musik
dari orgen tunggal tentu mengganggu jam tidur warga yang tinggal di sekitar
tempat acara orgen tunggal berlangsung. Selain itu, semakin malam penampilan
artis orgen tunggal semakin mengarah pada pornoaksi dengan hanya mengenakan
pakaian yang minim dan tarian erotis. Penampilan seksi artis orgen tunggal
xi
ditujukan untuk penonton yang pada umumnya adalah kaum pria. Penonton akan
memberikan sejumlah uang sebagai tips bagi artis yang dianggap menarik.
Kenyataan ini membuat acara orgen tunggal seakan-akan sudah menjadi diskotik
terbuka sehingga bertentangan dengan norma agama dan norma susila yang
berlaku di masyarakat.
xii
Umum
5 Nursyamsi, S.H Kasubag Perundang undangan Anggota
6 Ferdianto Ambra, S.H Kasubag Binwas & Dok Hukum Anggota
7 Hanibal, S.E Kasubag Linmas PB & Anggota
Kependudukan
8 Wandi Febrian, S.H Staf Bagian Hukum Anggota
9 Rita Elviana, S.H Staf Bagian Hukum Anggota
sumber: Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 91/KEP/BPP/2016 tentang
Pembentukan Tim Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati Tentang Penertiban Orgen
Tunggal
1. Setiap orang atau badan dilarang mengadakan hiburan orgen tunggal yang
tidak sesuai dengan norma agama, norma adat dan kesopanan.
2. Penyelenggaraan orgen tunggal hanya dibolehkan dari Pukul 08.00 WIB
sampai dengan 18.00 WIB.
3. Hiburan orgen tunggal sebagai mana dimaksud pada ayat (2) harus
mendapat izin dari Wali Nagari
xiii
asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraaan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan, keadilan, keistimewaan dan ke khususan suatu
daerah dalam sistem Negara Republik Indonesia.
xiv
Pariaman. Dalam aksinya mereka menuntut Bupati meninjau ulang aturan Batasan
jam tayang akan berdampak pada pendapatan yang diterimanya.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
xv
a. Kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan penyanyi orgen tunggal
terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016
Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari Ambung Kapur
b. Masih terdapatnya pelanggaran terutama pelaksanaan orgen tunggal
yang masih beroperasi hingga larut malam
c. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan
tersebut.
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
xvi
1. Untuk mengetahui penyebab kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan
penyanyi orgen tunggal terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman
Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari
Ambung Kapur.
2. Untuk mengetahui kenapa masih terdapat pelanggaran terutama
pelaksanaan orgen tunggal yang masih beroperasi hingga larut malam.
3. Untuk mengetahui penyebab kurang tegasnya sanksi yang diberikan
kepada pelanggar aturan tersebut.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan
sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara,
terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman
Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal Studi di
Nagari Ambung Kapur.
b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara
lebih mendalam terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal Studi di Nagari Ambung Kapur.
c. Melengkapi persyaratan mendapatkan gelar S1 Sarjana Administrasi
Negara.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, manfaat dari hasil penelitian ini yaitu untuk
menyelesaikan tugas akhir serta melengkapkan tugas dalam mendapatkan
gelar sarjana, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu bahan untuk penelitian berikutnya.
xvii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xviii
13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Kenagarian Kasang,
Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Dengan hasil
penelitian bahwa pelaksanaan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor
13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal belum terlaksana
dengan baik, hal ini dikarenakan banyaknya pelanggaran yang dilakukan
masyarakat.
xix
Kecamatan Batang pelanggaran yang
Anai, Kabupaten dilakukan masyarakat.
Padang Pariaman
Kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
persoalan tertentu yang dihadapi. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau
kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar
atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat.
Versi formal yang dibuat oleh perserikatan bangsa bangsa (PBB) memberikan
makna pada kebijakan sebagai berikut “ Kebijakan ialah pedoman untuk
bertindak, pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum
atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat
kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam makna seperti ini
mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu
arah tindakan tertentu, suatu program mengenai suatu aktivitas aktivitas atau suatu
rencana.
xx
Menurut pendapat Knoepfel mengartikan kebijakan sebagai serangkaian
keputusan atau tindakan tindakan sebagai akibat interaksi terstruktur dan berulang
diantara berbagai faktor, baik publik maupun pemerintah yang terlibat dalam
berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah
politis yang didefenisikan sebagai masalah publik.
Kebijakan publik pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang khas yang
dalam artian mempunyai ciri ciri tertentu yang agaknya tidak dimiliki oleh
kebijakan jenis lain. Ciri ciri kebijakan publik secara rinci adalah :
xxi
a. Kebijakan Publik merupakan tindakan yanag sengaja dilakukan dan
mengarah pada tujuan tertentu , dari pada sekedar sebagai bentuk
prilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak ( random ) asal
asalan atau hanya sekedar kebetulan.
b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan tindakan yang saling
berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh penjabat penjabat pemerintah dan bukan keputusan yang berdiri
sendiri
c. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif dan mungkin juga negatif.
Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan
mencakup beberapa untuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi penyelesaian atas masalah tertentu. Sedangkan
dalam bentuk yang negatif, ialah kemungkinan menutupi keputusan
penjabat penjabat pemerintah untuk tidak bertindak , atau tidak
melakukan tindakan apapun dalam masalah masalah dimana campur
tangan pemerintah itu sebenarnya justru sangat diperlukan.
d. Kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah dalam
bidang bidang tertentu.
xxii
Setiap tahap beerhubungan dengan tahap selanjutnya dan tahap akhir ( penilaian
kebijakan ) dikaitkan ddengan tahap pertama ( penyusunan agenda ) atau tahap
ditengah dalam lingkaran aktivitas yang tidak linear.
xxiii
menetapkan kebijakan yang seperti SAT dengan
akan berlangsung di dalam alasan bahwa tes
negara atau daerah. tersebut cenderung
biasa terhadap
perempuan dan
minoritas.
3 Adopsi Merupakan tahapan ketiga Dalam keputusan
Kebijakan ( yang dilakukan pemerintah Mahkamah Agung
Policy dalam menentukan kebijakan dalam kasus Roe V.
Adoption ) publik yang akan diberlakukan Wade tercapai
secara umum bagi masyarakat. keputusan mayoritas
Adopsi kebijakan ini bahwa wanita
mempunyai tujuan secara mempunyai hak untuk
legimitasi untuk memberikan mengakhiri
otorisasi atau kuasa pada kehamilan melalui
jalannya proses dasar aborsi.
pemerintahan dalam
menentapkan kebijakan publik
xxiv
4 Implementasi Implementasi kebijakan adalah Bagian keuangan kota
Kebijakan suatu langkah yang dapat mengangkat pegaawai
( Policy disebut sebagai langkah untuk mendukung
Implementation penerapan sekaligus langkah peraturan baru
) uji coba yang dilakukan terhadap penarikan
pemerintah dalam penerapan pajak kepada rumah
kebijakan publik yang perlaku sakit yang tidak lagi
di masyarakat secara luas. memiliki status
Dalam tahapan ini, pemerintah pengecualian pajak.
melakukan perannya sebagai
pengawas untuk mengawasi
jalannya kebijakan publik yang
berlaku di lingkungan
masyarakat
xxv
publik tersebut terlaksana.
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa tahap tahap dalam proses
pembuatan kebijakan yaitu : (1) Penyusunan agenda muncul karena adanya
permasalahan permasalahan public. (2) Formulasi kebijakan bertujuan untuk
merumuskan alternatif kebijakan terhadap permasalahan. (3) Adopsi kebijakan
yaitu memilih kebijakan yang pantas untuk menjadi agenda public sesuai dengan
lokus daerah masing masing. (4) Implementasi kebijakan yaitu pelaksanaan dari
kebijakan yang telah ditetapkan. (5) Penilaian kebijakan adalah proses memeriksa
dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.
D. Implementasi Kebijakan
xxvi
Mazmanian dan Sahatier mengemukakan bahwa implementasi adalah
memahami apa yang sesungguhnya terjadi setelah suatu program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan merupakan focus perhatian implementasi kebijakan yaitu
kejadian atau kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijakan
negara yang mencakup usaha untuk mengaadministrasikan dan menimbulkan
akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kegiatan ddan program yang
sedang atau akan dilaksanakan.
Van Meter dan Van Horm dalam Budi Wirano merumuskan implementasi
kebijakan public sebagai tindakan tindakan yang dilakukan oleh badan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan dalam serangkaian
keputusan sebelumnya. Tindakan tindakan ini mencakup usaha usaha untuk
mengubah keputusan menjadi tindakan tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam melanjutkan usaha usaha untuk mencapai perusahaan
perusahaan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan kebijakan.
xxvii
implementasi kebijakan yakni kejadian kejadian dan kegiatan yang timbulsesudah
disahkannya pedoman kebijakan public yang mencakup baik usaha usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian kejadian.
Dampak kebijakan yang paling nyata adalah adanya perubahan kondisi yang
dirasakan oleh kelompok sasaran, yaitu dari kondisi yang sat uke kondisi yang
lain yang lebih baik. Secara ontologis subjek matter studi implementasi adalah
atau dimaksud untuk memahami fenomena implementasi kebijakan public
seperti :
xxviii
b. Mengapa suatu kebijakan public yang sama yang dirumuskan oleh
pemerintah memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda beda ketika di
implementasikan oleh pemerintah daerah.
c. Mengapa perbedaan sekelompok sasaran kebijakan mempengaruhi
keberhasilan implementasi suatu kebijakan.
E. Konsep Evaluasi
Dalam memahami makna evaluasi, harus dipahami pula definisi penilaian dan
pengukuran. Asnawi Ainul dan Noehi Nasution dalam Badrudin (2013:250)
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil. Akhmad
Sudradjat mendefinisikan penilaian (assesement) sebagai penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil atau ketercapaian dapat diwujudkan. Selanjutnya Arikunto
dalam Badrudin (2013:250) mengemukakan bahwa:
Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia sebagai kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran. Istilah evaluasi dinyatakan Tyler yang kemudian dikutip oleh
Badrudin (2013:250) sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan
organisasi dapat dicapai.
xxix
Kemudian Stufflebeam dalam Badrudin (2013:251) mengemukakan evaluasi
adalah “The process of delineating, obtaining, and providing useful information
for judging decision alternative” yang berarti evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan alternatif keputusan.
Pendapat lain mengenai evaluasi juga disampaikan Arikunto dan Cepi dalam
Badrudin (2013:251) bahwa:
xxx
Mengutip pendapat Agustino (2014:186) ketika seseorang hendak melakukan
evaluasi kebijakan sebenarnya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
xxxi
Dalam hal ini, evaluasi Agustino (2014:186) mengungkapkan seberapa jauh
tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan target tertentu telah
tercapai.Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi:
xxxii
G. Model Evaluasi Kebijakan
a. Efektivitas (effectiviness)
b. Efisiensi (efficiency)
c. Kecukupan (adequacy)
d. Kesamaan/Perataan (equity)
xxxiii
Berhubungan erat denga rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada
distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang
akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Kriteria ini juga berhubungan
erat dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran terhadap
konflik etis sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risorsis dalam
masyarakat.
e. Responsivitas (responsiviness)
f. Ketepatan (appropriateness)
xxxiv
tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil
tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.
Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai
merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri.
xxxv
kebijakan yang berusaha untuk meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalam
rangka memantau tujuan-tujuan dan target-target formal.
Selain terdapat dua tipe utama dalam evaluasi kebijakan, dalam model ini
juga dijelaskan variasi-variasi model evaluasi kebijakan formal. Pertama, evaluasi
perkembangan. Dalam varian ini evaluasi kebijakan secara eksplisit yang
diciptakan untuk melayani kebutuhan sehari-hari staff program. Kedua, evaluasi
proses retospektif, yang meliputi pemantauan/evaluasi program setelah program
tersebut diterapkan untuk jangkawaktu tertentu.
I. Peraturan Bupati
xxxvi
J. Himspot( Himpunan Seniman Dan Pengusaha Orgen
Tunggal )
K. Kerangka Konseptual
xxxvii
demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah dan masyarakat sehubungan dengan Evaluasi Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari
Ambung Kapur. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
UU No 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah
Teori Nurcholis
xxxix
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena
peneelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan
menguraikan tentang Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13
tahun 2016 di Nagari Ambung Kapur.
B. Fenomena Penelitian
xl
ditonton oleh anak anak. Berdasarkan itulah lahirnya Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal sehingga
munculnya pro dan kontra setelah peraturan ini ditetapkan.
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk menilai seberapa baik hasil kebijakan yang telah
di implementasikan, peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan yang
dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) bahwa evaluasi kebijakan adalah
penilaian secara menyeluruh terhadap input, process, output dan outcome dari
xli
kebijakan pemerintah daerah. Menurutnya evalusasi membutuhkan sebuah skema
umum penilaian, yaitu:
E. Instrumen Penelitian
xlii
4. Data primer atau data sekunder.
Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Hal
ini karena perolehan suatu informasi atau relevan tidaknya suatu data tergantung
pada alat pengumpul data tersebut. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Peraturan
Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama.
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian;
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
xliii
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika;
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau
perbaikan;
g. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat
kuantitatif, yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak
dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain,
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Selanjutnya, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data dan sumber data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama (informen inti) atau informasi yang diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian atau objek/subjek penelitian. Data primer yang
xliv
dimaksud seperti hasil wawancara langsung dengan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa di Desa Menceh Kecamtan Sakra Timur.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dan sumber data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, seperti dokumen-dokumen, pengakuan-pengakuan atau hasil wawancara
dengan pihak kedua (informen penguat data) seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa
beserta Perangkatnya, LKMD, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan pembanding atau rujukan oleh peneliti.
G. Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Dokumentasi
3. Observasi
xlv
Pengamatan langsung (observasi), merupakan cara pengumpulan data yang
dilakukan peneliti terhadap obyek yang diteliti secara langsung di lapangan untuk
selanjutnya diamati, direkam, mencatat kejadian-kejadian yang ada, dikumpulkan
dan sebagainya yang terkait mengenai segala keadaan dan perilaku yang ada di
lapangan secara langsung.
H. Pengolahan Data
1. Pencatatan yaitu data yang diperoleh kemudian di proses lalu diambil yang
paling relevan dengan penelitian dan kemudian dicatat agar mudah di ingat
dalam penelitian.
2. Pengklasifikasikan merupakan data yang diperoleh kemudian dipilih dan
kemudian dikelompokkan sesuai dengan fenomena yang diteliti
3. Editing yaitu proses mempelajari kembali berkas berkas data yang
terkumpul sehingga keseluruhan berkas data itu dapat diketahui semuanya
dan dapat dinyatakan baik.
I. Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman, analisis dibagi menjadi beberapa tahap yaitu
sebagai berikut:
xlvi
dikategorikan atau dikelompokkan menjadi data yang sangat penting,
kurang penting, dan tidak penting. Selanjutnya peneliti bisa menyimpan
mana data yang perlu dan membuang data yang tidak perlu untuk
penelitian. Dengan begitu data akan lebih sederhana dan jelas sehingga
mudah ke tahap selanjutnya.
2. Penyajian data dilakukan untuk menampilkan data yang sudah direduksi
ke dalam bentuk grafik, chart, dan lainnya. Tujuannya agar lebih mudah
disampaikan dan dipahami oleh pihak lain. Ini juga akan memudahkan
pembaca dalam menyerap informasi yang terdapat dalam data.
3. Penarikan kesimpulan atau conclusion drawing adalah informasi yang
diperoleh dari data yang sudah disusun dan dikelompokkan yang
kemudian disajikan menggunakan teknik tertentu. Kesimpulan dapat
diletakkan paling akhir atau sebagai penutup sehingga pembaca dapat
menemukan kesimpulan dari seluruh penelitian.
xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Erik, Mikel Leo. 2018. Perumusan Kebijakan Penertiban Orgen Tunggal Di
Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Politik, Universitas Andalas P a g e | 17 Journal of Civic Education
(ISSN: 2622-237X) Volume 3 No. 1 2020
Mulyadi , Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung :
Alfabeta
xlviii