Anda di halaman 1dari 48

EVALUASI PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR 13

TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN ORGEN TUNGGAL


( Studi Kasus Di Nagari Ambung Kapur )

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu ( S.1 )

Oleh :

PUTRA RIFALDO
NIM. 1910304811015

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
BINA NUSANTARA MANDIRI PARIAMAN
2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Proposal

EVALUASI PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR 13


TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN ORGEN TUNGGAL
( Studi Kasus Di Nagari Ambung Kapur )

NAMA : PUTRA RIFALDO


NIM : 19 103 048 11 015
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Jenjang Program : Strata Satu (S.1)

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

PRIYALDI, S. SOS, M .Pd ANDRIANTI, S.SOS, M .AP


NIDN. 1003047601 NIDN. 1005017501

MENGESAHKAN :

Ketua STIA BNM Pariaman

Dr. MUSTAFA ZEN, S.IP., M.Pd


NIP. 19570223 198003 1003

ii
KATA PENGANTAR
Assalamumualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang tiada
henti-hentinya melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Evaluasi Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal)
Adapun tujuan penulis membuat proposal penelitian ini adalah sebagai
Langkah awal penulis untuk membuat skripsi pada program studi ilmu
Administrasi Negara STIA BNM Pariaman. Banyak kesulitan dan hambatan
yang penulis hadapi dalam mebuat proposal penelitian ini akan tetapi berkat
dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis
mampu menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mustafa Zen, S.IP.,M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Nusantara Pariaman.
2. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf akademik Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Nusantara Mandiri Pariaman, yang semuanya telah
berperan dan telah membantu penulis dalam pembuatan proposal
penelitian ini.
3. Para sahabat penulis yang berada di luar maupun di dalam kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Nusantara Mandiri yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Wassalamumualaikum Wr.Wb
Pariaman, Desember 2022

PUTRA RIFALDO
1910304811015

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii


KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah dan Fokus Penelitian.............................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................7
C. Batasan Masalah...........................................................................................7
D. Perumusan Masalah......................................................................................8
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
F. Kegunaan Penelitian.....................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu yang relevan..............................................................10
B. Tinjauan Teoritis Penelitian........................................................................12
C. Proses Kebijakan Publik.............................................................................14
D. Implementasi Kebijakan.............................................................................18
E. Konsep Evaluasi..........................................................................................20
F. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan......................................................22
G. Model Evaluasi Kebijakan..........................................................................24
H. Pendekatan Terhadap Evaluasi...................................................................26
I. Peraturan Bupati..........................................................................................28
J. Himspot( Himpunan Seniman Dan Pengusaha Orgen Tunggal )...............28
K. Kerangka Konseptual..................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Tipe Penelitian..................................................................31
B. Fenomena Penelitian...................................................................................31
C. Lokasi Penelitian.........................................................................................33
D. Sumber Penelitian.......................................................................................33

iv
E. Instrumen Penelitian...................................................................................34
F. Sumber Data................................................................................................36
G. Pengumpulan Data......................................................................................37
H. Pengolahan Data.........................................................................................38
I. Analisis Data...............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tim Penyusun Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun
2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal…………………………………………4

Tabel 2.1 Relevansi Penelitian…………………………………………………...11

Tabel 2.2 Tahap Tahap dalam Proses Pembuatan Kebijakan……………………15

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……………………………………………….40

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah dan Fokus Penelitian

Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum dan
ketaatan hukum rakyatnya. Semakin tinggi kesadaran hukum dan ketaatan hukum
penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Faktor kesadaran hukum dan ketaatan hukum ini mempunyai peran
penting dalam perkembangan hukum, artinya semakin lemah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, semakin lemah pula ketatan hukumnya sebaliknya semakin
kuat kesadaran hukumnya semakin kuat pula faktor ketaatan hukum. Kesadaran
hukum masyarakat yang pada gilirannya akan menciptakan suasana penegakan
hukum yang baik, yang dapat memberikan rasa keadilan, menciptakan kepastian
hukum dalam masyarakat dan memberikan kemanfaatan bagi anggota masyarakat.

Pada dasarnya masyarakat Indonesia tahu dan paham hukum, tetapi secara
sadar mereka masih melakukan perbuatan-perbuatan melanggar hukum. Akibat
dari rendahnya kesadaran hukum masyarakat adalah masyarakat yang tidak patuh
terhadap peraturan hukum yang berlaku. Akibat yang ditimbulkan oleh rendahnya
kesadaran hukum tersebut bisa menjadi lebih parah lagi apabila melanda aparat
penegak hukum dan pembentuk peraturan perundang-undangan.

Masyarakat merasa hukum di indonesia masih belum bisa memberikan


jaminan terhadap mereka. Dan kebanyakan dari mereka masih belum mengerti
dan memahami bahasa dari hukum, sehingga kesadaran masyarakat terhadap
hukum itu kurang. Aparat penegak hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum
itu sendiri masih belum bisa untuk benar-benar menerapkan peraturan yang sudah
ditetapkan. Bahkan sering aparat penegak hukum yang seharusnya sebagai
pelaksana hukum dan sebagai acuan masyarakat tetapi merekalah yang melanggar
hukum. Hal itu membuat masyarakat menjadi memandang remeh aparat penegak
hukum. Apalagi masyarakat menjadi berani tidak taat pada hukum demi

ix
kepentingan pribadi karena hukum tidak mempunyai kewibawaan lagi, dimana
penegak hukum karena kepentingan pribadinya pula tidak lagi menjadi penegak
hukum yang baik.

Sehingga dalam hal ini, kesetiaan terhadap kepentingan pribadi menjadi tolak
ukur mengapa masyarakat kita tidak taat pada hukum. Jika faktor kesetiaan tidak
dapat diandalkan lagi untuk menjadikan masyarakat taat pada hukum, maka
negara atau pemerintah mau tidak mau harus membangun dan menjadikan rasa
takut masyarakat sebagai faktor yang membuat masyarakat taat pada hukum.
Hukum tidak dapat diberlakukan secara diskriminatif, tidak memihak kepada
siapapun dan apapun, kecuali kepada kebenaran dan keadilan itu sendiri. Upaya
untuk mengubah culture yang ada di masyarakat itu harus diawali dengan
pensosialisasian yang lebih mendalam dan terarah terhadap masyarakat mengenai
pentingnya hukum bagi kehidupan, dengan semakin banyaknya masyarakat yang
mengerti akan pentingnya hukum, budaya masyarakat kita sedikit demi sedikit
akan berubah menjadi lebih baik dan kesadaran hukum masyarakat indonesia akan
lebih meningkat. Dan tujuan dari hukum akan tercapai yaitu masyarakat yang
aman, tentram dan sejahtera.

Kesadaran hukum masyarakat di Nagari Ambung Kapur belumlah merupakan


proses sekali jadi, melainkan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi tahap
demi tahap kesadaran hukum masyarakat sangat berpengaruh terhadap ketatan
hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam masyarakat maju
orang yang taat pada hukum karena memang jiwanya sadar bahwa mereka
membutuhkan hukum dan hukum itu bertujuan baik untuk mengtur masyarakat
secara baik benar dan adil. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional kesadaran
hukum masyarakat berpengaruh secara tidak langsung pada ketaatan hukum.
Dalam hal ini mereka taat pada hukum bukan karena keyakinannya secara
langsung bahwa hukum itu baik atau karena mereka memang membutuhkan
hukum melainkan mereka patuh pada hukum lebih karena dimintahkan, bahkan
dipaksakan oleh para pemimpinnya atau karena perintah agama atau
kepercayaannya. Jadi dalam hal pengaruh tidak langsung ini kesadaran hukum

x
dari masyarakat lebih untuk patuh kepada pemimpin, agama, kepercayaannya dan
sebagainnya.

Membangun kesadaran hukum tidaklah mudah, tidak semua orang memiliki


kesadaran tersebut. Hukum sebagai Fenomena sosial merupakam institusi dan
pengendalian masyarakat. Didalam masyarakat dijumpai berbagai intitusi yang
masing-masing diperlukan didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya dan memperlancar jalannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut, oleh karena fungsinya demikian masyarakat perlu akan kehadiran
institusi sebagai pemahaman kesadaran hukum.

Perubahan moral dan kebudayaan membuat banyak sesuatu yang dahulu


dianggap buruk tetapi sekarang sudah dipandang sebagai hal yang wajar dan
menjadi konsumsi sehari-hari, salah satunya dalam bidang hiburan atau
entertainment. Penayangan acara televisi yang tidak berkualitas, pemutaran lagu
lagu yang menyiratkan pornografi, hingga yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat seperti penyelenggaraan orgen tunggal pada acara resepsi pernikahan.

Hiburan orgen tunggal berkembang cukup pesat hampir disetiap event seperti
pernikahan, pameran, festival dan yang lainnnya selalu diselingi hiburan orgen
tunggal. Seperti yang terlihat di Kabupaten Padang Pariaman pertunjukan orgen
tunggal bias dikategorikan memberikan image yang tidak baik terhadap
masyarakat. Orgen tunggal terutama dimalam hari lebih banyak berdampak buruk
ketimbang nilai positifnya, seperti mabuk mabukan, peredaran narkoba dan
diiringi dan diiringi aksi fulgar mempertontonkan aurat wanita. Hal ini jelas
mencoreng dan mempermalukan peran dan fungsi Ninik Mamak beserta tokoh
Pemuka Adat.

Acara orgen tunggal seringkali berlangsung hingga dini hari. Bunyi musik
dari orgen tunggal tentu mengganggu jam tidur warga yang tinggal di sekitar
tempat acara orgen tunggal berlangsung. Selain itu, semakin malam penampilan
artis orgen tunggal semakin mengarah pada pornoaksi dengan hanya mengenakan
pakaian yang minim dan tarian erotis. Penampilan seksi artis orgen tunggal

xi
ditujukan untuk penonton yang pada umumnya adalah kaum pria. Penonton akan
memberikan sejumlah uang sebagai tips bagi artis yang dianggap menarik.
Kenyataan ini membuat acara orgen tunggal seakan-akan sudah menjadi diskotik
terbuka sehingga bertentangan dengan norma agama dan norma susila yang
berlaku di masyarakat.

Dalam melakukan penertiban dan pengawasan terhadap penertiban orgen


tunggal, Bupati atau penjabat yang dituntut berwenang memerintahkan petugas
keamanan untuk melakukan tindakan prefensif, tindakan represif dan tindakan
hukum lainnya sesuai dengan perundang undangan yang berlaku terhadap objek
dan pelaku pelanggaran serta menghentikan seluruh kegiatan atau usaha yang
berkaitan dengan objek pelanggaran.

Untuk menertibkan penyelenggaraan orgen tunggal, Pemerintah Kabupaten


Padang Pariaman bermaksud mengeluarkan kebijakan yang khusus mengatur
tentang orgen tunggal dalam bentuk Peraturan Bupati. Untuk merumuskan
Peraturan Bupati tersebut, Bupati Padang Pariaman mengeluarkan Surat
Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 91/KEP/BPP/2016 tentang
Pembentukan Tim Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati Tentang Penertiban
Orgen Tunggal. Struktur keanggotaan tim penyusun Peraturan Bupati tentang
penertiban orgen tunggal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Tim Penyusun Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13


Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal

No Nama Jabatan Kedudukan


dalam Tim
1 Jonpriadi, S.E, M.M Sekretaris Daerah Ketua
2 Drs, H. Anwar, M.Si Asisten Adm. Pemerintah Wakil Ketua
3 H. Murlis Kepala Bagian Hukum Anggota
Muhammad, S.H,
M.Hum
4 Rosihan Anwar, S.E Kepala Bagian Pemerintahan Anggota

xii
Umum
5 Nursyamsi, S.H Kasubag Perundang undangan Anggota
6 Ferdianto Ambra, S.H Kasubag Binwas & Dok Hukum Anggota
7 Hanibal, S.E Kasubag Linmas PB & Anggota
Kependudukan
8 Wandi Febrian, S.H Staf Bagian Hukum Anggota
9 Rita Elviana, S.H Staf Bagian Hukum Anggota
sumber: Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 91/KEP/BPP/2016 tentang
Pembentukan Tim Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati Tentang Penertiban Orgen
Tunggal

Setelah dirumuskan oleh tim penyusun tersebut, ditetapkan Peraturan Bupati


Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 tentang Penertiban Orgen Tunggal yang
di undangkan di Parit Malintang pada tanggal 3 Maret 2016, sehingga Kabupaten
Padang Pariaman menjadi daerah kabupaten/kota pertama di Sumatera Barat yang
memiliki peraturan yang khusus mengatur tentang orgen tunggal. Peraturan
Bupati ini merupakan turunan dari Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman
nomor 38 Tahun 2003 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum yang telah
diubah menjadi Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 38 Tahun 2003 tentang Ketentraman dan Ketertiban
Umum. Peraturan Bupati ini secara umum mengatur tentang ketentuan dalam
penyelenggaraan acara orgen tunggal dengan poin-poin utama sebagai berikut:

1. Setiap orang atau badan dilarang mengadakan hiburan orgen tunggal yang
tidak sesuai dengan norma agama, norma adat dan kesopanan.
2. Penyelenggaraan orgen tunggal hanya dibolehkan dari Pukul 08.00 WIB
sampai dengan 18.00 WIB.
3. Hiburan orgen tunggal sebagai mana dimaksud pada ayat (2) harus
mendapat izin dari Wali Nagari

Dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan daerah telah diatur dalam


undang undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

xiii
asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraaan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan, keadilan, keistimewaan dan ke khususan suatu
daerah dalam sistem Negara Republik Indonesia.

Susunan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam


Undang Undang bahwa efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah perlui ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek aspek hubungan
antara pemerintah pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam
kesatuan system penyelenggaraan pemerintahan.

Peraturan ini akan disosialisasikan pada Pemerintah kecamatan, Nagari,


ormas dan keseluruhan lapisan masyarakat. Namun masih adanya masyarakat
ataupun pengusaha orgen tunggal yang tidak menaati peraturan ini, maka dari itu
masih banyak pertunjukan orgen tunggal yang melebihi Batasan jadwal yang telah
ditentukan.

Dengan lahirnya Peraturan Bupati Padang pariaman Nomor 13 Tahun 2016


tentang penertiban orgen tunggal pada dasarnya adalah pelaksanaan tugas
pemerintah untuk membuat aturan yang akan melindungi ketertiban umum dan
kemaslahatan maasyarakat. Dengan lahirnya peraturan ini menimbulkan Pro dan
Kontra dikalangan masyarakat, di satu sisi masyarakat pro terhadap kebijakan
yang mana tujuan dari kebijakan itu adalah untuk ketertiban umum terciptanya
suasana damai, aman dan tentram ditengah masyarakat.

Namun berbanding terbalik dengan pemilik orgen tunggal yang kontra


terhadap kebijakan. Sejumlah artis orgen wanita , kru dan pengusaha orgen
tunggal berunjuk rasa didepan Kantor Bupati Padang Pariaman, di nagari Parit
Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Mereka
tergabung dalam himpunan seniman dan Pengusaha Orgen Tunggal Padang

xiv
Pariaman. Dalam aksinya mereka menuntut Bupati meninjau ulang aturan Batasan
jam tayang akan berdampak pada pendapatan yang diterimanya.

Peraturan Bupati yang dikeluarkan sangat berpengaruh bagi pemilik orgen


tunggal. Ini disebabkan peraturan bupati tersebut dapat mengurangi pendapatan
mereka sebagai pecinta seni hiburan music dalam masyarakat. Pelanggaran
pelanggaran diatas terjadi dikarenakan tidak terlaksananya substansi Perbub No
13 Tahun 2016, khususnya tentang prosedur dan mekanisme perizinan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang


“Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang
Penertiban Orgen Tunggal”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka beberapa masalah


mendasar dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan penyanyi orgen tunggal


terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016
Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari Ambung Kapur
b. Masih terdapatnya pelanggaran terutama pelaksanaan orgen tunggal
yang masih beroperasi hingga larut malam
c. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan
tersebut

C. Batasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak


menyimpang dari apa yang ingin di teliti, maka penulis membataskan
penelitian ini pada permasalahan :

xv
a. Kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan penyanyi orgen tunggal
terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016
Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari Ambung Kapur
b. Masih terdapatnya pelanggaran terutama pelaksanaan orgen tunggal
yang masih beroperasi hingga larut malam
c. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada pelanggar aturan
tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah


dijelaskan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :

a. Apa penyebab kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan penyanyi


orgen tunggal terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13
Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari Ambung
Kapur?
b. Mengapa masih terdapat pelanggaran terutama pelaksanaan orgen
tunggal yang masih beroperasi hingga larut malam?
c. Apa penyebab kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada
pelanggar aturan tersebut?

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan


batasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : “Bagaimana
Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang
Penertiban Orgen Tunggal di Nagari Ambung kapur?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan contoh masalah penertiban orgen tunggal yang telah kita


kembangkan, maka tujuan penelitian adalah :

xvi
1. Untuk mengetahui penyebab kurangnya sosialisasi kepada pemilik dan
penyanyi orgen tunggal terkait Peraturan Bupati Padang Pariaman
Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari
Ambung Kapur.
2. Untuk mengetahui kenapa masih terdapat pelanggaran terutama
pelaksanaan orgen tunggal yang masih beroperasi hingga larut malam.
3. Untuk mengetahui penyebab kurang tegasnya sanksi yang diberikan
kepada pelanggar aturan tersebut.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan
sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara,
terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman
Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal Studi di
Nagari Ambung Kapur.
b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara
lebih mendalam terutama kajian tentang Evaluasi Peraturan Bupati
Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal Studi di Nagari Ambung Kapur.
c. Melengkapi persyaratan mendapatkan gelar S1 Sarjana Administrasi
Negara.

2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, manfaat dari hasil penelitian ini yaitu untuk
menyelesaikan tugas akhir serta melengkapkan tugas dalam mendapatkan
gelar sarjana, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
suatu bahan untuk penelitian berikutnya.

xvii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang relevan

Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan untuk membantu


mendapatkan gambaran dalam kerangka berpikir, disamping itu juga sebagai
landasan kajian untuk dapat mengembangkan wawasan berpikir penulis. Berikut
adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam melakukan
penelitian :

1. Whelda Triyana Aprillia (2019) Judul : Hiburan Orgen Tunggal (Studi


Kasus: Nagari Unggan, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung).
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana minat masyarakat terhadap
hiburan orgen tunggal yang ada di Nagari Unggan, Kecamatan Sumpur
Kudus, Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara dokumentasi dan juga studi pustaka. Sedangkan pemilihan
informan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling,
serta membagi informan menjadi informan kunci dan informan biasa. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa hiburan orgen tunggal sangat
diminati oleh masyarakat setempat hingga masyarakat yang berada diluar
Nagari Unggan pun ikut menyaksikan hiburan ini, hiburan orgen tunggal
juga diminati oleh semua kalangan masyarakat mulai dari orang dewasa,
remaja hingga anak-anak.

2. Laras Konija Putri (2020) Judul : Implementasi Peraturan Bupati Padang


Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal. Jenis
penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yaitu penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dan
pendekatan yuridis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan Implementasi peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor

xviii
13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Kenagarian Kasang,
Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Dengan hasil
penelitian bahwa pelaksanaan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor
13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal belum terlaksana
dengan baik, hal ini dikarenakan banyaknya pelanggaran yang dilakukan
masyarakat.

Tabel 2.1 Relevansi Penelitian

No Nama Judul Model Hasil Penelitian


1 Whelda Hiburan Orgen Kualitatif Hiburan orgen tunggal
Triyana Tunggal (Studi Deskripti sangat diminati oleh
Aprillia Kasus: Nagari f masyarakat setempat
Unggan, hingga masyarakat yang
Kecamatan berada diluar Nagari
Sumpur Kudus, Unggan pun ikut
Kabupaten menyaksikan hiburan ini,
Sijunjung) hiburan orgen tunggal
juga diminati oleh semua
kalangan masyarakat
mulai dari orang dewasa,
remaja hingga anak-anak.
2 Laras Implementasi Kualitatif Hasil penelitian
Konija peraturan Bupati Deskripti menunjukkan bahwa
Putri Padang Pariaman f pelaksanaan Peraturan
Nomor 13 Tahun Bupati Padang Pariaman
2016 Tentang Nomor 13 Tahun 2016
Penertiban Orgen Tentang Penertiban Orgen
Tunggal ( Studi Tunggal belum terlaksana
Pada Kenagarian dengan baik, hal ini
Kasang, dikarenakan banyaknya

xix
Kecamatan Batang pelanggaran yang
Anai, Kabupaten dilakukan masyarakat.
Padang Pariaman

B. Tinjauan Teoritis Penelitian

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
persoalan tertentu yang dihadapi. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau
kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar
atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat.

Kebijakan publik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu


yang dinyatakan oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
dikerjakan. Kebijakan publik merupakan bentuk perwujudan dari sebuah tindakan
pemerintah dalam menanggapi sesuatu, bukan semata-mata merupakan
pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik. Pilihan pemerintah untuk
tidak melakukan sesuatu juga merupakan bagian dari kebijakan publik karena
pilihan tersebut memiliki pengaruh atau dampak yang sama dengan pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu.

Versi formal yang dibuat oleh perserikatan bangsa bangsa (PBB) memberikan
makna pada kebijakan sebagai berikut “ Kebijakan ialah pedoman untuk
bertindak, pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum
atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat
kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam makna seperti ini
mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu
arah tindakan tertentu, suatu program mengenai suatu aktivitas aktivitas atau suatu
rencana.

xx
Menurut pendapat Knoepfel mengartikan kebijakan sebagai serangkaian
keputusan atau tindakan tindakan sebagai akibat interaksi terstruktur dan berulang
diantara berbagai faktor, baik publik maupun pemerintah yang terlibat dalam
berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah
politis yang didefenisikan sebagai masalah publik.

Menurut Thomas R. Dye menyatakan bahwa kebijakan publik adalah


whatever government chos to do or not to do yaitu pilihan tindakan apapun yang
dilakukan atau tidak ingin dilakukan pemerintah. Konsep tersebut sangat luas
karena kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah
disamping dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi sesuatu
masalah publik. Sebagai contoh, ketika pemerintah mengetahui ada jalan yang
rusak, dan dia tidak membuat kebijakan untuk memperbaikinya, berarti
pemerintah sudah mengambil kebijakan.

Defenisi tersebut juga mengandung makna bahwa (1) kebijakan tersebut


dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta. (2) kebijakan publik
menyangkut pilihan yang harus dilakukan oleh badan pemerintah.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan adalah


suatu tindakan yang sengaja dilakukan atas persoalan yang dihadapi agar
mempengaruhi sebaagian besar warga masyarakat. Kebijakan publik merupakan
suatu proses formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan yang
berkesinambungan dan saling terikat, yang dilakukan oleh pemerintah dengan
stakeholder dalam mengatur, mengolah dan menyelesaikan berbagai urusan
publik, masalah publik dan sumber daya yang ada untuk kemaslahatan publik.

2. Ciri ciri Kebijakan Publik

Kebijakan publik pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang khas yang
dalam artian mempunyai ciri ciri tertentu yang agaknya tidak dimiliki oleh
kebijakan jenis lain. Ciri ciri kebijakan publik secara rinci adalah :

xxi
a. Kebijakan Publik merupakan tindakan yanag sengaja dilakukan dan
mengarah pada tujuan tertentu , dari pada sekedar sebagai bentuk
prilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak ( random ) asal
asalan atau hanya sekedar kebetulan.
b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan tindakan yang saling
berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh penjabat penjabat pemerintah dan bukan keputusan yang berdiri
sendiri
c. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif dan mungkin juga negatif.
Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan
mencakup beberapa untuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi penyelesaian atas masalah tertentu. Sedangkan
dalam bentuk yang negatif, ialah kemungkinan menutupi keputusan
penjabat penjabat pemerintah untuk tidak bertindak , atau tidak
melakukan tindakan apapun dalam masalah masalah dimana campur
tangan pemerintah itu sebenarnya justru sangat diperlukan.
d. Kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemerintah dalam
bidang bidang tertentu.

C. Proses Kebijakan Publik

Proses analisi kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas intelektual


yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasrnya bersifat politis.
Aktivitas Politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan
divisualisasikan sebagai serangkain tahap yang saling bergantungan yang diatur
menurut urutan sebagai berikut : Penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan nilai kebijakan.

Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan


kebijakan dalam satu atau lebih proses pembuatan kebijakan. Tahap tahap tersebut
mencerminksn aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu.

xxii
Setiap tahap beerhubungan dengan tahap selanjutnya dan tahap akhir ( penilaian
kebijakan ) dikaitkan ddengan tahap pertama ( penyusunan agenda ) atau tahap
ditengah dalam lingkaran aktivitas yang tidak linear.

Aplikasi prosedur dapat membuahkan pengetahuan yang relevan dengan


kebijakan yang secara langsung mempengaruhi asumsi, keputusan dan aksi dalam
satu tahap, yang kemudian secara tidak langsung mempengaruhi tahap kinerja
kinerja berikutnya. Aktivitas yang dimaksud dalam aplikasi prosedur analisis
kebijakan adalah tempat untuk tahap tahap tertentu dari proses pembuat kebijakan.

Tabel 2.2 Tahap Tahap dalam Proses Pembuatan Kebijakan

No Tahap Pengertian Ilustrasi


1 Penyusunan Penyusunan agenda adalah Legislator negara dan
Agenda ( tahap-tahap kebijakan publik konsponsornya
Agenda Setting pertama yang dilakukan oleh menyiapkan
) pemerintah dalam menentukan rancangan undang
dan menetapkan suatu undang mengirimkan
kebijakan publik yang berlaku ke komisi kesehatan
di dalam kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat. Penyusunan untuk dipelajari dan
agenda merupakan suatu proses disetujui. Rancangan
yang sangat baik untuk berhenti di komite
memaknai apa sebetulnya yang dan tidak terpilih.
menjadi kebutuhan prioritas
masyarakat.
2 Formulasi Pokok-pokok permasalahan Peradilan negara
Kebijakan ( yang sudah ditentukan dan bagian
Policy diramu sedemikian rupa oleh mempertimbangkan
Formulating ) pemerintah kemudian dibahas pelarangan
secara lebih lanjut di dalam penggunaan tes
forum khusus untuk kemampuan standar

xxiii
menetapkan kebijakan yang seperti SAT dengan
akan berlangsung di dalam alasan bahwa tes
negara atau daerah. tersebut cenderung
biasa terhadap
perempuan dan
minoritas.
3 Adopsi Merupakan tahapan ketiga Dalam keputusan
Kebijakan ( yang dilakukan pemerintah Mahkamah Agung
Policy dalam menentukan kebijakan dalam kasus Roe V.
Adoption ) publik yang akan diberlakukan Wade tercapai
secara umum bagi masyarakat. keputusan mayoritas
Adopsi kebijakan ini bahwa wanita
mempunyai tujuan secara mempunyai hak untuk
legimitasi untuk memberikan mengakhiri
otorisasi atau kuasa pada kehamilan melalui
jalannya proses dasar aborsi.
pemerintahan dalam
menentapkan kebijakan publik

xxiv
4 Implementasi Implementasi kebijakan adalah Bagian keuangan kota
Kebijakan suatu langkah yang dapat mengangkat pegaawai
( Policy disebut sebagai langkah untuk mendukung
Implementation penerapan sekaligus langkah peraturan baru
) uji coba yang dilakukan terhadap penarikan
pemerintah dalam penerapan pajak kepada rumah
kebijakan publik yang perlaku sakit yang tidak lagi
di masyarakat secara luas. memiliki status
Dalam tahapan ini, pemerintah pengecualian pajak.
melakukan perannya sebagai
pengawas untuk mengawasi
jalannya kebijakan publik yang
berlaku di lingkungan
masyarakat

5 Penilaiaan Evaluasi kebijakan publik yang Kantor akuntansi


Kebijakan ( dilakukan oleh pemerintah public memantau
Policy dapat disebut sebagai suatu program program
evaluation ) kegiatan yang dilakukan untuk kesejahteraan sosial
menilai kebijakan publik yang seperti bantuan untuk
telah dilaksanakan yang keluarga dengan anak
menyangkut pada subtansi, tanggungan (AFDC)
penerapan, dan dampak yang untuk menentukan
ditimbulkan dari penerapan luasnya
kebijakan publik itu sendiri. penyimpangan atau
Melalui tahapan evaluasi inilah korupsi.
pemerintah dapat melakukan
perbaikan terhadap kebijakan
publik yang berlaku
berdasarkan pengalaman yang
telah dilalui selama kebijakan

xxv
publik tersebut terlaksana.

Demikianlah penjelasan mengenai tahapan-tahapan kebijakan publik yang


dilakukan oleh pemerintah dalam rangka untuk menentukan dan menerapkan
kebijakan publik yang berlaku di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa tahap tahap dalam proses
pembuatan kebijakan yaitu : (1) Penyusunan agenda muncul karena adanya
permasalahan permasalahan public. (2) Formulasi kebijakan bertujuan untuk
merumuskan alternatif kebijakan terhadap permasalahan. (3) Adopsi kebijakan
yaitu memilih kebijakan yang pantas untuk menjadi agenda public sesuai dengan
lokus daerah masing masing. (4) Implementasi kebijakan yaitu pelaksanaan dari
kebijakan yang telah ditetapkan. (5) Penilaian kebijakan adalah proses memeriksa
dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.

D. Implementasi Kebijakan

a. Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti


mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat
berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan
yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan


dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan merupakan proses dalam
melaaksanakan keputusan kebijakan ( biasanya dalam bentuk undang undang,
peraturan pemerintah, putusan pengadilan dan perintah eksekutif atau dekrit
presidden dan pernyataan poliyik penjabat.

xxvi
Mazmanian dan Sahatier mengemukakan bahwa implementasi adalah
memahami apa yang sesungguhnya terjadi setelah suatu program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan merupakan focus perhatian implementasi kebijakan yaitu
kejadian atau kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijakan
negara yang mencakup usaha untuk mengaadministrasikan dan menimbulkan
akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kegiatan ddan program yang
sedang atau akan dilaksanakan.

Implementasi juga merupakan tahapan yang sangat strategis dalam proses


kebijakan public. Suatu kebijakan harus di implementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan. Tahapan implementasi kebijakan tidak akan
dimulai sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan
oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian tahapan implementasi kebijakan
terjadi setelah undang undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai
implementasi kebijakan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapaat didefenisikan bahwa


implementasi kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi yang bersifat mengikat, mengatur prilaku dengan tujuan menciptakan
tata nilai baru dalam masyarakat.

Van Meter dan Van Horm dalam Budi Wirano merumuskan implementasi
kebijakan public sebagai tindakan tindakan yang dilakukan oleh badan yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan dalam serangkaian
keputusan sebelumnya. Tindakan tindakan ini mencakup usaha usaha untuk
mengubah keputusan menjadi tindakan tindakan operasional dalam kurun waktu
tertentu maupun dalam melanjutkan usaha usaha untuk mencapai perusahaan
perusahaan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan kebijakan.

Mazmanian dan Sabatier menjelaskan makna implementasi ini dengan


mengatakan bahwa, memahami apa yang senyatanya terjadi sudah sesuatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan focus perhatian

xxvii
implementasi kebijakan yakni kejadian kejadian dan kegiatan yang timbulsesudah
disahkannya pedoman kebijakan public yang mencakup baik usaha usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian kejadian.

Dari teori tersebut penulis dapat memaparkan bahwa implementasi


merupakan penerapan tindakan maupun usaha yang dilakukan oleh stakeholder
terkait untuk dapat merealisasikan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13
Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal agar dapat dilaksanakan dengan
sebaik baiknya. Peranan pemerintah serta stakeholder sangat penting dalam
implementasi kebijakan agar penerapan peraturan dapat dipatuhi oleh sekelompok
sasaran.

Implementasi dapat terlaksana dengan sebaik baiknya tanpa terlepas dari


dukungan internal maupun eksternal dari kebijakn tersebut yang mampu
mengimplementasikan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016
Tentang Penertiban Orgen Tunggal secara efektif dan Efisien.

b. Proses Implementasi Kebijakan

Proses implementasi kebijakan bermula sejak kebijakan ditetapkan atau


memiliki payung hokum yang sah. Setelah itu tahapan tahapan implementasi akan
dimulai dengan serangkaian kegiatan mengelola peraturan membentuk organisasi,
mengerahkan orang, sumber daya, teknologi, penetapan prosedur dan seterusnya
dengan tujuan agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat diwudkan.

Dampak kebijakan yang paling nyata adalah adanya perubahan kondisi yang
dirasakan oleh kelompok sasaran, yaitu dari kondisi yang sat uke kondisi yang
lain yang lebih baik. Secara ontologis subjek matter studi implementasi adalah
atau dimaksud untuk memahami fenomena implementasi kebijakan public
seperti :

a. Mengapa suatu kebijakan public gagal di implementasikan di suatu daerah

xxviii
b. Mengapa suatu kebijakan public yang sama yang dirumuskan oleh
pemerintah memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda beda ketika di
implementasikan oleh pemerintah daerah.
c. Mengapa perbedaan sekelompok sasaran kebijakan mempengaruhi
keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

E. Konsep Evaluasi

Dalam memahami makna evaluasi, harus dipahami pula definisi penilaian dan
pengukuran. Asnawi Ainul dan Noehi Nasution dalam Badrudin (2013:250)
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil. Akhmad
Sudradjat mendefinisikan penilaian (assesement) sebagai penerapan berbagai cara
dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil atau ketercapaian dapat diwujudkan. Selanjutnya Arikunto
dalam Badrudin (2013:250) mengemukakan bahwa:

“Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran


(measurement) itu sendiri merupakan sebagai proses pemberian angka atau
usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana pelaku
organisasi telah mencapai karakteristik tertentu”.

Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia sebagai kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran. Istilah evaluasi dinyatakan Tyler yang kemudian dikutip oleh
Badrudin (2013:250) sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan
organisasi dapat dicapai.

Tague Sutclife dalam Badrudin (2013:251) mengartikan evaluasi sebagai“A

systematic process of determining the extent to which instructional objective are


achieved by pupils”yang artinya evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas
secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai
secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan turunan yang jelas.

xxix
Kemudian Stufflebeam dalam Badrudin (2013:251) mengemukakan evaluasi
adalah “The process of delineating, obtaining, and providing useful information
for judging decision alternative” yang berarti evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan alternatif keputusan.

Pemahaman mengenai definisi evaluasi menurut para ahli dapat berbeda-


beda sesuai dengan pemikiran para ahli yang bervariatif. Worthen dan Sanders
mendefinisikan evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth).
Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program,
produksi, dan alternatif prosedur tertentu.

Pendapat lain mengenai evaluasi juga disampaikan Arikunto dan Cepi dalam
Badrudin (2013:251) bahwa:

“Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu


yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini
adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak pembuat
keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi
yang telah dilakukan”.

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan


beberapa ahli diatas, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi
merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh
mana keberhasilan sebuah program atau kebijakan. Keberhasilan program atau
kebijakan itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
program/kebijakan tersebut. Evaluasi juga berguna karena evaluasi akan
menghasilkan sesuatu yang “berharga” berupa informasi tertentu yang
dikemudian hari informasi tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
pembuatan keputusan atau perumusan kebijakan baru

F. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kebijakan

xxx
Mengutip pendapat Agustino (2014:186) ketika seseorang hendak melakukan
evaluasi kebijakan sebenarnya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Bahwa evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi informasi yang valid


tentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini berfungsi untuk menilai
aspek instrumen (cara pelaksanaan) kebijakan dan menilai hasil dari
penggunaan instrumen tersebut.
b. Evaluasi kebijakan berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau target
dengan masalah yang dihadapi. Dasar asumsi yang digunakan adalah
bahwa kebijakan publik dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah
publik, maka evaluasi harus menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan
kebijakan tersebut benar-benar mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang ada.
c. Evaluasi kebijakan berusaha juga untuk memberi sumbangan pada
kebijakan lain terutama dari segi metodologi. Artinya, evaluasi kebijakan
diupayakan untuk menghasilkan rekomendasi dari penilaian-penilaian
yang dilakukan atas kebijakan yang dievaluasi.

Berdasarkan penjabaran diatas, disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi


kebijakan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang valid kepada para
stakeholders mengenai kinerja kebijakan. Evaluasi kebijakan juga berusaha
mengukur apakah cita-cita yang dituangkan dalam kebijakan dapat tercapai atau
tidak.

Kemudian yang terakhir, evaluasi kebijakan juga ditujukan untuk


menghasilkan rekomendasi guna perbaikan kebijakan di masa yang akan datang.
Hasil dari evaluasi tersebut dijadikan bahan belajar bagi para pelaku kebijakan
yang lain. Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan.
Pertama dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,
dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

xxxi
Dalam hal ini, evaluasi Agustino (2014:186) mengungkapkan seberapa jauh
tujuan-tujuan tertentu (misalnya, perbaikan kesehatan) dan target tertentu telah
tercapai.Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi:

a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai. Dan kesempatan telah dapat dicapai


melalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan
mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu yang telah dicapai.
b. Apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah benar-
benar efektif,reponsif,akuntabel,dan adil. Dalam bagian ini evaluasi
kebijakan harus juga memerhatikan persoalan-persoalan hak azasi
manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. Hal ini diperlukan oleh
para evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan sasaran dalam
kebijakan publik terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak
melanggar prikehidupan warga.
c. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam nagan ini
evaluator kebijakan harus dapat memberdayakan output dan outcome yang
dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.

Kedua, evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap


nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target, Nilai diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan
menanyakan sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan
masalah yang dituju. Dalam menanyakan kepantasan tujuan dan sasaran, analisis
dapat menguji alternatif sumber nilai landasan mereka dalam berbagai
rasionalisme (teknis,ekonomis,legal,sosial,substansif).

Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis


kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi
tentang tidak memadainya kinerja kebijakannya dapat memberi sumbangan pada
perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukan
bahwa alternatif kebijakan yang diungulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti
dengan yang lain.

xxxii
G. Model Evaluasi Kebijakan

Mengikuti pendapat William N. Dunn (2013:608) istilah evaluasi dapat


disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian
(assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

Dalam menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, analisis


menggunakan tipe kriteria yang berbeda untuk mengevaluais hasil kebijakan.
Tipe-tipe kriteria tersebut adalah:

a. Efektivitas (effectiviness)

Berkenaan dengan apakah suatu alternatif encapai hasil (akibat) yang


diharapkan,atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas, yang
secara dekat dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau
lumayan atau nilai monitornya.

b. Efisiensi (efficiency)

Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat


efektivitas tertentu. Efisiensi, yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi,
adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya
di ukur dari ongkos meneter.

c. Kecukupan (adequacy)

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan


kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria
kecukupan menekanjan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan
hasil yang diharapkan.

d. Kesamaan/Perataan (equity)

xxxiii
Berhubungan erat denga rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada
distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang
akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Kriteria ini juga berhubungan
erat dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran terhadap
konflik etis sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risorsis dalam
masyarakat.

e. Responsivitas (responsiviness)

Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan


kebutuhan,preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria
responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua
kriteria lainnya masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan actual dari
kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

f. Ketepatan (appropriateness)

Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan rasionalitas subtansif


karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenan dengan satuan
kriteria invidu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan
merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi
yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Sementara kriteria lainnya tidak
mempersoalkan tujuan.

H. Pendekatan Terhadap Evaluasi

Mengingat kurang jelasnya arti ealuasi didalam analisis kebijakan, menjadi


sangat penting untuk membedakan beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan
yaitu: evaluasi semu, evaluasi formal, dan evalusi teoritis.

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)

Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan deskriptif untuk


menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan,

xxxiv
tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil
tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.
Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai
merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri.

b. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)

Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif


untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil-
hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program
kebijakan yang telah diumum secara formal oleh kebijakan dan administrator
program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah bahwa tujuan dan target yang
diumumkan secara formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat
atau nilai kebijakan program.

Dalam evaluasi formal analisis menggunakan berbagai macam metode yang


sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik;
untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi-
variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses
kebijakan.

Meskipun demikian perbedaannya adalah bahwa evaluasi formal


menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara
dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengindentifikasikan,
mendefinisikan, dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan
dari tujuan dan target diumukan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam
evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan adalah
efektivitas dan efisiensi.

Dalam model evaluasi formal terdapat tipe-tipe untuk memahami evaluasi


kebijakan lebih lanjut,yakni: evaluasi sumuatif, yang berusaha untuk memantau
pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau program
diterapkan untuk jangka waktu tertentu; dan evaluasi formatif, suatu tipe evaluasi

xxxv
kebijakan yang berusaha untuk meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalam
rangka memantau tujuan-tujuan dan target-target formal.

Selain terdapat dua tipe utama dalam evaluasi kebijakan, dalam model ini
juga dijelaskan variasi-variasi model evaluasi kebijakan formal. Pertama, evaluasi
perkembangan. Dalam varian ini evaluasi kebijakan secara eksplisit yang
diciptakan untuk melayani kebutuhan sehari-hari staff program. Kedua, evaluasi
proses retospektif, yang meliputi pemantauan/evaluasi program setelah program
tersebut diterapkan untuk jangkawaktu tertentu.

Varian ini cenderung dipusatkan pada masalah-masalah dan kendala- kendala


yang terjadi selama implementasi berlangsung,yang berhubungan dengan keluaran
dan dampak yang diperoleh. Ketiga, evaluasi eksperimental, adalah evaluasi
kebijakan yang lahir dari hasil kondisi kontrol langsung terhadap masukan dan
proses kebijakan. Keempat, evaluasi hasil retropektif, yang meliputi pemantauan
dan evaluasi hasil tetap tidak disertai dengan kontrol langsung terhadap masukan-
masukan dan proses kebijakan yang dapat dimanipulasi.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis

Evaluasi keputusan teoritis adalah pendekatan evaluasi kebijakan yang


menggunakan metode-metode deskriptif utuk menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dan valid menanangani hasil-hasil kebijakam yang secara
eksplisit dinilai berbagai macam pelaku kebijakan.

I. Peraturan Bupati

Peraturan yang dibuat oleh kepala pemerintah kabupaten yaitu Bupati


tujuannya untuk mengatasi pelanggaran yang terjadi dalam Kawasan yang
dipimpinnya. Oleh sebab itu dengan dibuatnya peraturan bupati tersebut
pemerintah dapat mengontrol perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku terhadap Peraturan Bupati Padang Pariaman Tentang
Penertiban Orgen Tunggal.

xxxvi
J. Himspot( Himpunan Seniman Dan Pengusaha Orgen
Tunggal )

Organisasi lebih banyak dimaknai sebagai wadah dimana sekelompok orang


bekerja sama secara terkoordinasi dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan Bersama. Larangan orgen tunggal malam hari
ditolak oleh sebagian pemilik orgen tunggal. Beberapa orgen tunggal kemudian
membentuk suatu organisasi yang bernama Himspot. Melalui sebuah organisasi
inilah pemilik orgen tunggal mempunyai peluang besar untuk menyampaikan
aspirasi mereka kepada pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

Organisasi Himspot yang dibentuk mampu melindungi semua anggota yang


tergabung, karna sudah memiliki badan hukum untuk menjalankan tujuannya.
Namun walaupun sudah diakui secara hukum organisasi himspot harus bertindak
sesuai ketentuan organisasi.

Organisassi himspot yang sudah dibentuk akan dapat memperkuat keberadaan


anggota yang tergabung didalamnya. Keinginan pemilik orgen tunggal dapat
dipertimbangkan karena sudah tergabung dalam suatu organisasi. Organisasi ini
terbentuk karena kepentingan yang sama dirasakan oleh pemilik orgen tunggal
beserta pemain orgen tunggal.

K. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-


gejala permasalahan yang ada pada objek penelitian. Jadi, kerangka berpikir
tentang hubungan antar variabel disusun berdasarkan berbagai teori yang telah
dideskripsikan.

Untuk melakukan studi evaluasi ini, peneliti menggunakan teori evaluasi


kebijakan yang dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) yang menyebutkan
bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh terhadap input,
process, output, dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah. Dengan

xxxvii
demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah dan masyarakat sehubungan dengan Evaluasi Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari
Ambung Kapur. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Undang Undang Dasar Republik Indonesia


Tahun 1945

UU No 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman


Nomor 38 Tahun 2003 Tentang Ketentraman
dan Ketertiban Umum

Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13


Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal

Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman


Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Orgen Tunggal

Teori Nurcholis

1. Input, meliput SDM, sarana atau prasarana, anggaran,


sosialisasi kebijakan.
2. Process, meliputi kejelasan mekanisme, kemudahan,
ketepatan, efektivitas
xxxviii dan efisiensi dalam
pelaksanaan.
3. Output, meliputi kesesuaian hasil pelaksanaan dengan
tujuan, ketepatan sasaran, dan penyimpangan yang
terjadi dalam pelaksanaan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Pengertian metode penelitian kualitaatif adalah metode penelitian yang


digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah yang penelitinya
bertindak, sebagai instrument kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi atau gabungan analisis data bersifat induktif dan penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generasi. Penelitian kualitatif merupakan
metode metode mengekplorasi dan memahami makna yang dipilih sejumlah
individua tau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah social atau
kemanusiaaan.

Jadi penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu penelitian yang


menggambarkan sesuatu untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
objek yang diteliti. Data yang dihasilkan adalah data kualitatif yang umumnya
adalah berupa data non angka seperti kalimat kalimat atau catatan, foto, rekaman
suara dan gambar dimana peneliti menyelidiki, menganalisis, dan menjelaskan
kejadian serta peristiwa yang berkaitan dengan penelitian. Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta fakta dan sifat sifst populasi atau daerah tertentu.

xxxix
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena
peneelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan
menguraikan tentang Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13
tahun 2016 di Nagari Ambung Kapur.

B. Fenomena Penelitian

Kerlinger dalam Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel adalah


konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian atau fenomena yang
diamati dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang
akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang
digunakan. Variabel atau fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengenai Evaluasi Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016
Tentang Penertiban Orgen Tunggal.

Evaluasi kebijakan pada dasarnya ditujukan untuk melihat sejauh mana


program-program kebijakan yang telah dijalankan mampu menyelesaikan
masalah-masalah publik. Ini berarti bahwa evaluasi kebijakan pada dasarnya
merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai
program atau pelayanan yang diterapkan.

Evaluasi kebijakan menyediakan data dan informasi yang bisa dipergunakan


untuk menganalisis kebijakan dan menunjukkan rekomendasi- rekomendasi bagi
perbaikan-perbaikan yang diperlukan agar implementasi kebijakan selanjutnya
berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Fenomena penelitian untuk membahas Evaluasi Peraturan Bupati Padang


Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di Nagari
Ambung Kapur. Peraturan ini dilahirkan atas desakan dari masyarakat yang
menilai pertunjukan orgen tunggal sudah melampaui batas dan sudah tidak layak

xl
ditonton oleh anak anak. Berdasarkan itulah lahirnya Peraturan Bupati Padang
Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal sehingga
munculnya pro dan kontra setelah peraturan ini ditetapkan.

Berdasarkan itulah penulis tertarik meneliti tentang Evaluasi Peraturan Bupati


Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen Tunggal di
Nagari Ambung Kapur.

C. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi Orgen Tunggal di Nagari


Ambung kapur. Ambung Kapur merupakan Nagari pemekaran yang dulunya
merupakan Korong Ambung kapur Nagari Sungai Sarik, hal ini berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2013 tentang pembentukan 43 Nagari di
wilayah kabupaten Padang Pariaman. Nagari Ambung Kapur Sungai Sariak ini
terletak di Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman dan memiliki luas
sekitar 227 Hektar.

D. Sumber Penelitian

Informasi adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap


masalah yang diteliti dan mersedia untuk memberikan informasi kepada penulis.
Sedangkan menurut Anggraeni informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang
diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi
penerima.

Dalam penelitian ini, untuk menilai seberapa baik hasil kebijakan yang telah
di implementasikan, peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan yang
dikemukakan oleh Nurcholis (2007:277) bahwa evaluasi kebijakan adalah
penilaian secara menyeluruh terhadap input, process, output dan outcome dari

xli
kebijakan pemerintah daerah. Menurutnya evalusasi membutuhkan sebuah skema
umum penilaian, yaitu:

1. Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan,


meliputi sumber daya manusia, operasional, sarana atau prasarana,
sosialisasi.
2. Process, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk
pelayanan langsung kepada masyarakat. Meliputi kejelasan
mekanisme, kemudahan, ketepatan, kepastian, transparansi.
3. Output (hasil), yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatu
pelaksanaan kebijakan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan, output meliputi tepat tidaknya sasaran yang
dituju, berapa sasaran yang tercakup, seberapa besar kelompok sasaran
yang tertangani, dan seberapa besar kelompok yang terlibat.
4. Outcome (dampak), yaitu apakah suatu pelaksanaan kebijakan
berdampak nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan
kebijakan, meliputi perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan
dampak positif terhadap implementor dan masyarakat yang terlibat di
dalamnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang dipakai untuk mendapatkan


informasi kuantitatif yang berisi variabel berkarakter dan objektif. Menurut Ibnu,
data atau informasi yang dimaksud meliputi:
1. Data kuantitatif yakni jenis data yang berkaitan dengan jumlah atau
kuantitas yang berbentuk angka. Sehingga data hitung dan disimbolkan
dalam bentuk ukuran-ukuran tertentu.
2. Data kualitatif adalah jenis data yang berhubungan dengan nilai kualitas
misalnya sangat baik, baik, sedang, baik, cukup, kurang, dan sebagainya,
3. Data nominal, data ordinal, data interval atau rasio, 

xlii
4. Data primer atau data sekunder.

Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Hal
ini karena perolehan suatu informasi atau relevan tidaknya suatu data tergantung
pada alat pengumpul data tersebut. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Peraturan
Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Penertiban Orgen
Tunggal, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama.

Sugiyono menjelaskan bahwa instrumen atau alat penelitian dalam penelitian


kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai human
instrument sebelum terjun ke lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang
cukup baik mengenai metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian,
baik secara akademik maupun logistiknya.

Sugiyono mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif “the researcher is


the key instrument”, jadi peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian
kualitatif. Nasution dalam Sugiyono (2012:307- 308) mengatakan bahwa peneliti
layak disebut sebagai instrumen penelitian karena memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian;
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

xliii
menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika;
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau
perbaikan;
g. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat
kuantitatif, yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar
dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak
dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain,
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Selanjutnya, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.

F. Sumber Data

Untuk mendapatkan informasi dan data yang lengkap, jelas,


akurat, serta valid mengenai objek yang diteliti, maka sangat dibutuhkan jenis dan
sumber data yang tepat untuk digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono
(2010:62), dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sehingga jenis dan sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

1. Data Primer

Data primer merupakan data dan sumber data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama (informen inti) atau informasi yang diperoleh secara
langsung di lokasi penelitian atau objek/subjek penelitian. Data primer yang

xliv
dimaksud seperti hasil wawancara langsung dengan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa di Desa Menceh Kecamtan Sakra Timur.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dan sumber data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, seperti dokumen-dokumen, pengakuan-pengakuan atau hasil wawancara
dengan pihak kedua (informen penguat data) seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa
beserta Perangkatnya, LKMD, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, dan hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan pembanding atau rujukan oleh peneliti.

G. Pengumpulan Data

Berdasarkan tujuan penelitian, dengan Teknik pengumpulan data adalah :

1. Wawancara

Metode wawancara merupakan suatu metode yang dimana terjadinya suatu


interaksi dan komunikasi langsung antara pewawancara (peneliti) dengan
informan (orang yang diwawancarai) guna memperoleh data yang
diperlukan lebih rinci.  Sugiyono juga mendefinisikan wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan dokumen-dokumen dalam


bentuk tulisan berupa profile desa dan lainnya. Dokumen dalam bentuk foto,
audio, maupun vidio dan sebagainya juga dijadikan sebagai sumber data. Untuk
selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menafsirkan, menguatkan, dan
menguji data yang diperoleh di lapangan.

3. Observasi

xlv
Pengamatan langsung (observasi), merupakan cara pengumpulan data yang
dilakukan peneliti terhadap obyek yang diteliti secara langsung di lapangan untuk
selanjutnya diamati, direkam, mencatat kejadian-kejadian yang ada,  dikumpulkan
dan sebagainya yang terkait mengenai segala keadaan dan perilaku yang ada di
lapangan secara langsung.

Observasi juga dapat diartikan sebagai sebuah cara yang dilakukan


secara continue oleh seseorang dengan melakukan pengamatan kepada obyek
secara lebih dekat dalam penelitian. Melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tindak lanjut setelah melakukan pengumpulaan


data. Dalam penulisan ini teknik yang digunakan sebagai berikut :

1. Pencatatan yaitu data yang diperoleh kemudian di proses lalu diambil yang
paling relevan dengan penelitian dan kemudian dicatat agar mudah di ingat
dalam penelitian.
2. Pengklasifikasikan merupakan data yang diperoleh kemudian dipilih dan
kemudian dikelompokkan sesuai dengan fenomena yang diteliti
3. Editing yaitu proses mempelajari kembali berkas berkas data yang
terkumpul sehingga keseluruhan berkas data itu dapat diketahui semuanya
dan dapat dinyatakan baik.

I. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, analisis dibagi menjadi beberapa tahap yaitu
sebagai berikut:

1. Reduksi data adalah tahap penyederhanaan data sesuai dengan kebutuhan


agar mudah mendapatkan informasi. Data yang sudah dikumpulkan akan

xlvi
dikategorikan atau dikelompokkan menjadi data yang sangat penting,
kurang penting, dan tidak penting. Selanjutnya peneliti bisa menyimpan
mana data yang perlu dan membuang data yang tidak perlu untuk
penelitian. Dengan begitu data akan lebih sederhana dan jelas sehingga
mudah ke tahap selanjutnya.
2. Penyajian data dilakukan untuk menampilkan data yang sudah direduksi
ke dalam bentuk grafik, chart, dan lainnya. Tujuannya agar lebih mudah
disampaikan dan dipahami oleh pihak lain. Ini juga akan memudahkan
pembaca dalam menyerap informasi yang terdapat dalam data.
3. Penarikan kesimpulan atau conclusion drawing adalah informasi yang
diperoleh dari data yang sudah disusun dan dikelompokkan yang
kemudian disajikan menggunakan teknik tertentu. Kesimpulan dapat
diletakkan paling akhir atau sebagai penutup sehingga pembaca dapat
menemukan kesimpulan dari seluruh penelitian. 

xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Erik, Mikel Leo. 2018. Perumusan Kebijakan Penertiban Orgen Tunggal Di
Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Politik, Universitas Andalas P a g e | 17 Journal of Civic Education
(ISSN: 2622-237X) Volume 3 No. 1 2020

Indiahono , Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik : Berbasis Dynamic Policy


Analysis. Yogyakarta : Gava Media

Mulyadi , Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung :
Alfabeta

Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2016 tentang Penertiban


Orgen Tunggal.

xlviii

Anda mungkin juga menyukai