Anda di halaman 1dari 12

JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103

DOI: https://doi.org/10.24114/jupiis.v12i1.15823
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna


Meningkatkan Kinerja Organisasi

Strategy of Optimizing the Police Police Investigation Guidance


System To Improve Organizational Performance
Dadang Hartanto
Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: 12 Desember 2019; Disetujui: 22 Februari 2020; Dipublish: 30 April 2020


Abstrak
Dalam upaya mengoptimalkan kinerja organisasi diperlukan berbagai strategi khususnya di lingkungan kepolisian
bidang penyidikan. Berbagai upaya yang dilakukan dapat berupa penerapan sistem imbalan, sistim sertifikasi dan
sistem penilaian kinerja. Namun sampai saat ini masih bersifat parsial dan belum memberikan rasa keadilan serta
meningkatkan motivasi. Merit system belum menjadi landasan dalam sistem tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor utama yaitu peran pimpinan, mental model personil Bareskrim, sistem pengawasan. Dukungan
stakeholder masih sebatas pada wacana dan dalam bidang operasional. Stakeholders dibidang anggaran masih
berorientasi pada bidang kegiatan lain diluar pembinaan. Pemanfaatan teknologi informasi yang masih bersifat
parsial tidak mendukung berjalannya sistem pembinaan penyidik. Operasionalisasi sistem yang masih bersifat
manual juga masih terjadi sehingga data dan informasi yang dihimpun tidak dapat diolah secara maksimal dalam
menentukan kinerja yang ditampilkan penyidik Polri, imbalan yang diberikan serta peta kompetensi dan bidang
keahlian khusus. Faktor tersebut dipengaruhi oleh mental model dalam definsive routine, perhatian pimpinan dan
blue print disain sistem pembinaan penyidik Polri berbasis IT. Oleh karena itu, mental model yang mendorong
inovasi dan breakthrought perlu di ciptakan, perjuanagn pimpinan dalam menetapkan program dan anggaran serta
blue print disain sistem yang selesai dan siap ditindaklanjuti.
Kata Kunci: Strategi, Pembinaann, Kinerja, Organisasi

Abstract
In an effort to optimize organizational performance, various strategies are needed, especially in the police field of
investigation. Various efforts can be made in the form of implementing a reward system, a certification system and a
performance appraisal system. But until now it is still partial and has not provided a sense of justice and increased
motivation. Merit system has not become a foundation in the system. This is influenced by several main factors, namely
the role of leadership, mental models of Criminal Investigation personnel, surveillance systems. Stakeholder support is
still limited to discourse and in the operational field. Stakeholders in the budget sector are still oriented to other fields
of activity outside of coaching. The use of information technology that is still partial does not support the operation of
the investigator guidance system. Operationalisation of the system that is still manual also still occurs so that the data
and information collected cannot be optimally processed in determining the performance displayed by the National
Police investigator, the rewards given as well as the competency map and special areas of expertise. These factors are
influenced by mental models in definitive routines, the attention of leaders and blueprints for the design of an IT-based
police investigating system. Therefore, the mental model that encourages innovation and breakthrough needs to be
created, the struggle of leaders in setting programs and budgets as well as the blueprint for system design that is
complete and ready to be followed up
Keywords: Strategy, Development, Performance, Organization

How to Cite: Hartanto, D. (2020). Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan
Kinerja Organisasi . JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. 12(1): 92-103
*Corresponding author:
E-mail:dadanghartanto@umsu.ac.id

92
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi

PENDAHULUAN (nilai-nilai dasar), yaitu hukum untuk


Hukum lahir untuk mengatur manusia memberikan keadilan, kemanfaatan dan
agar terjadi keteraturan sosial sehingga kepastian. Format penegakan hukum yang
masyarakat menjadi lestari dan terus demikian ini mendorong terwujudnya hukum
berkembang. Modernisasi hukum memerlukan yang kredibel atau dipercaya oleh masyarakat.
rumusan peraturan yang bersifat tertulis (Law Hukum akan menjadi panglima dalam
in the book) meskipun dalam implementasinya memaksa, mengatur dan menyelesaikan
memerlukan penyesuaian (Law in action) permasalahan benturan kepentingan yang
karena disadari penerapan aturan hukum berkembang dimasyarakat.
secara tertulis melalui penegakan hukum harus Penegakan hukum sebagaimana yang
berjalan secara kontekstual dan menyesuaikan diharapkan ini mencerminkan kinerja dari
dengan kehidupan masyarakat terkini (sosiologi badan penegak hukum dalam hal ini Bareskrim
hukum). Polri. Kabareskrim pada Musrenbang T.A. 2018
Operasionalisasi hukum dalam kehidupan menyampaikan data terkait kinerja penegakan
sosial ini menjadikan para penegak hukum hukum, yaitu tingkat kepuasan masyarakat
diberikan berbagai kewenangan yang dapat tahun 2016 meningkat menjadi 52,7% dari
digunakan agar hukum benar-benar berdaya tahun 2015 sebesar 36,2%, pandangan
guna dalam implementasinya. Kewenangan masyarakat tentang penyidik mudah di suap
tersebut pada tingkat kepolisian dikenal dengan sebesar 61,4% dan melibatkan polisi dalam
diskresi, sedangkan pada tingkat kejaksaan menyelesaikan permasalahan akan menambah
dikenal kewenangan mengesampingkan masalah ada 53,2% responden yang setuju
perkara demi kepentingan umum (oportunitas). dengan pendapat tersebut. Laporan Kompolnas
Penegakan hukum yang berdaya guna bagi tahun 2016 juga menyebutkan terdapat 2.173
kehidupan sosial juga memerlukan berbagai atau 87% pengaduan masyarakat mengarah
rambu yang harus ditaati mulai dari nilai-nilai pada penyalahgunaan wewenang anggota
dasar, azas-azas hukum hingga prosedur teknis. reserse. Berikut ini data komplain
Rambu-rambu ini menjaga agar hukum masyarakat yang dihimpun Itwasum.
berjalan on the right track atau tidak dijadikan
sebagai alat untuk melakukan penyimpangan (a
tool of crimes). Penegakan hukum seharusnya
benar-benar mencari kebenaran materiil,
obyektif dan berpijak pada kepentingan hukum
Gambar 1.
Data Komplain dan Penyelesaian

Sumber: Itwasum

93
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103

Berdasarkan data yang dihimpun diatas ditampilkan. Sistem pengukuran kinerja masih
dapat digambarkan secara umum bahwa, mengandalkan parameter umum yang
kinerja penegakan hukum institusi Polri difasilitasi SMK (Sistem Manajemen Kinerja).
termasuk Bareskrim masih belum memenuhi Pandangan tentang sistem pembinaan
harapan, sementara peningkatan kinerja ini Penyidik yang tidak berjalan dengan baik
adalah suatu keniscayaan dalam upaya diperkuat adanya berbagai kejadian
mewujudkan penegakan hukum yang kredibel. penyimpangan yang dilakukan oleh para
Kinerja yang ditampilkan oleh Bareskrim Penyidik dan masih adanya ketidakpuasan
merupakan akumulasi dari kinerja individu anggota organisasi terhadap pembinaan karier
penyidik sebagai konsekuensi dari hasil serta implementasi dari reward and punishment
pembinaan yang dilakukan oleh organisasi. yang tidak sesuai harapan. Oleh karena itu,
Castello (1994) dalam Viethzal dkk (2015:29) sistem pembinaan penyidik harus dibenahi agar
mengungkapkan pencapaian tujuan organisasi kinerja institusi semakin baik, sehingga
mempunyai hubungan erat dengan pekerjaan kredibilitas penegakan hukum semakin tinggi.
dari setiap anggota organisasi dan manajer. Berdasarkan pada uraian latar belakang di
Mengelola kinerja anggota organisasi akan atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
secara langsung mempengaruhi tidak saja penulisan NKP ini adalah “Bagaimana strategi
kinerja masing-masing anggota organisasi optimalisasi sistem pembinaan penyidik Polri
tersebut tetapi juga kinerja seluruh organisasi. yang dapat meningkatkan kinerja institusi
Pandangan ini menguatkan pentingnya tahun 2025, sehingga terwujud kredibilitas
pengelolaan kinerja anggota. Ada “tiga tugas penegakan hukum?”
serangkai” yang perlu dicermati dalam
pengelolaan kinerja anggota, yaitu penilaian PEMBAHASAN
kinerja anggota, kemampuan, dan motivasi. Perumusan Strategi Organisasi
Interaksi dari kemampuan dan motivasi disertai Perumusan strategi merupakan suatu
dengan kesempatan yang dimiliki anggota proses membuat keputusan yang dituju secara
untuk berkiprah menghasilkan suatu kinerja. langsung untuk mengalokasikan dan
Teori ini menjadi dasar dalam melihat sistem memanfaatkan sumber daya yang penting
pembinaan penyidik Polri yaitu sistem dalam rangka merespon keberadaan ancaman
sertifikasi yang mencerminkan pembinaan dan kesempatan. Proses manajemen stratejik
kemampuan, sistem imbalan yang memiliki dimulai dari menganalisis situasi stratejik,
korelasi dengan motivasi dan sistem memutuskan dengan merumuskan stratejik,
pengukuran kinerja individu. bertindak dengan mengimplementasikan
Sistem pembinaan ini masih menjadi stratejik dan mengukur kinerja dengan
permasalahan. Sistem sertifikasi yang tidak melakukan evaluasi dan kontrol. Feed back hasil
berjalan mendorong lemahnya dari evaluasi dan control menjadi bahan dalam
pengorganisasian anggota berdasarkan melakukan analisis kembali.
kemampuan dan beban kerja serta tantangan Strategi Komunikasi Publik
yang dihadapi sesuai dengan keahliannya. Hal Komunikasi Publik memerlukan strategi
ini mengakibatkan klasifikasi satuan menjadi khusus agar publik memahami, percaya dan
tidak jelas dihadapkan dengan beban kemudian mendukung tugas organisasi.
pekerjaanya yang diterima. Sistem imbalan Permasalahan organisasi khususnya organisasi
berbasis kompetensi juga tidak dapat berjalan publik perlu disampaikan agar publik
yang akhirnya berkorelasi terhadap tingkat mengetahui keterbatasan organisasi dan
kesejahteraan. Sistem imbalan masih berperan serta menyelesaikan sesuai dengan
didasarkan pada parameter yang tidak rinci dan peran masing-masing. Ada enam langka strategi
detail, sehingga tidak tajam dalam memberikan public yaitu institusional problem,
reward dan punishment sesuai kinerja yang communication problem, defining comuunication
94
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi

strategy, planning activities/operational


untuk mendapatkan bobot (weight) masing-
planning, implementation dan evaluation. masing faktor dan masing-masing faktor
Analisis SWOT (IFAS, EFAS dan SFAS) juga diberikan peringkat (rating) (penilaian
Berdasarkan bab IV telah ditemukan peringkat berdasarkan expert judgment
faktor-faktor yang penting untuk masa tentang tingkat kondisi faktor saat ini).
depan organisasi masing-masing sebanyak Masing-masing faktor memiliki bobot dan
lima faktor baik kekuatan (strenghts), peringkat yang kemudian dikalikan untuk
kelemahan (weaknesses) maupun peluang mendapatkan skor bobot. Hasil
(opportunities) dan ancaman (threats). penjumlahan skor bobot dari kelima faktor
Faktor-faktor ini selanjutnya dianalisis internal di plotting dalam strategy position
dengan menggunakan hal sebagai berikut: mapping matrix. Posisi plotting tersebut
Internal Factor Analysis Summary (IFAS) menunjuk posisi organisasi terkait sistem
IFAS dilakukan dengan memanfaatkan pembinaan penyidik pada aspek lingkungan
metode AHP (analitical hirarchi process) internal organisasi.
Tabel 1.
Hasil perhitungan IFAS

Eksternal factor analysis Summary penjumlahan skor bobot masing-masing


(EFAS) faktor eksternal di plotting dalam strategy
Metode menemukan skor bobot position mapping matrix. Posisi plotting
masing-masing faktor eksternal organisasi tersebut menunjuk posisi organisasi terkait
sama dengan metode yang digunakan untuk sistem pembinaan penyidik pada aspek
menemukan skor bobot masing-masing lingkungan eksternal organisasi.
faktor internal organisasi. Hasil Berikut tabel hasil perhitungan EFAS

Tabel 2.
Hasil perhitungan EFAS

95
Skor
No Faktor Eksternal Bobot Peringkat
Bobot
1 Peluang
0,11 8 0,92
a. Masyarakat
b. Was eksternal 0,11 7 0,77
c. CJS 0,09 6 0,52
d. Kermalugri 0,09 7 0,66
e. Badan sertifikasi 0,09 6 0,56
Jumlah 0,50 3,43
2 Kendala
0,098 5 0,38
a. Hubungan Instansi
b. Orientasi Mitra 0,099 5 0,45
c. Politik Anggaran 0,101 4 0,44
d. Ekonomi 0,100 5 0,59
e. Keterlibatan Otoritas 0,103 3 0,32
Jumlah 0,50 2,18
Total Skor 1,00 5,61

Total skor bobot dari IFAS dan EFAS dilihat dari lingkungan eksternal dan
digunakan untuk plotting dalam strategy internal Berikut gambar plotting kedua skor
position mapping matrix. Posisi plotting bobot pada matrix tersebut :
tersebut merupakan posisi organisasi Polri
Gambar 2.
Posisi Organisasi Polri

Keterangan :
Berdasarkan gambar di atas bahwa total ancaman yang dihadapi dalam mengoptimalkan
skor IFAS adalah 5,21 dan total skor EFAS sistem pembinaan Penyidik Polri dipandang
adalah 5,61, maka pertemuan kedua titik cukup besar, sehingga perlu strategi pemecahan
berada pada Sel 5A Growth (Pertumbuhan) masalah melalui berbagai langkah perbaikan,
strategi konsentrasi melalui integrasi diantaranya : merancang sistem imbalan, sistem
horizontal, artinya bahwa organisasi superior setifikasi dan sistem penilaian kinerja Penyidik
dan berada pada posisi stabil, namun demikian secara terintegrasi.
Kuadran SWOT
Gambar 3.
Kuadran SWOT

96
.

Keterangan : strategi dalam frame waktu tertentu. Beberapa


Berdasarkan gambar matriks di atas, tahapan yang dilakukan adalah dengan memilih
maka posisi kuadran SWOT berada pada sepuluh faktor yang penting dan utama sebagai
kuadran I yaitu stratergi agresif. Hal ini dasar dalam melakukan stretegi. Persyaratan
mengandung arti bahwa arti bahwa Polri harus memilih, pertama; temukan faktor yang
agresif dalam melaksanakan sistem pembinaan memiliki bobot paling tinggi, apabila belum
Penyidik Polri sebagai langkah untuk cukup sepuluh pilih yang rating paling rendah,
meningkatkan kinerja organisasi Bareskrim belum lengkap sepuluh pilih yang hasil
Polri tahun 2025 dalam rangka terwujudnya perkalian bobot dan peringkat yang paling
kredibilitas tugas penegakan hukum. rendah dan bila belum lengkap juga lakukan
Strategic Factor Analysis Summary expert judment dengan memilih yang dianggap
(SFAS) penting dalam menyelesaikan permasalahan.
Analisis faktor strategik ini dilakukan
untuk menentukan faktor yang menjadi obyek

Tabel 3
Hasil Perhitungan SFAS
Faktor Strategik Pering Skor Jangka waktu
No Bobot
Kunci Kat Bobot JPD JSD JPJ
1. Pemimpin 0,09 7 0,65
2. Pengawasan 0,08 7 0,54
3. Mental model 0,11 4 0,42
4. Disain IT 0,09 3 0,27
5. Independensi 0,10 3 0,30
6. Masyarakat 0,11 8 0,91
7. Was eksternal 0,10 7 0,73
8. Politik Anggaran 0,11 4 0,44
9. Keterlibatan Otoritas 0,10 3 0,31
10. Ekonomi 0,10 5 0,51
1,00 5,08

Keterangan:
Jangka Pendek: Skor Bobot terbesar Analisis Scenario Learning
dikurangi skor bobot terkecil, hasilnya di bagi 3 Tahapan analisis scenario learning
di tambah skor bobot terkecil (0,91 – 0,27) : 3 = pertama; menetapkan Focal Concern (FC),
0,21+ 0,27= 0,48, maka nilai jangka pendek yaitu “Sistem Pembinaan Penyidik Polri
antara 0 - 0,48; tahun 2025”. Kedua mengidentifikasi
Jangka Sedang: Hasil bagi 3 jangka
Driving Forces (DF) dan Analisa hubungan
pendek ditambah hasil jangka pendek
Driving Forces. DF meliputi Pimpinan,
0,21+0,48 = 0,69, maka nilai jangka sedang
antara 0,49 - 0,69;
pengawas, ekonomi, politik, anggaran,
Jangka Panjang: Nilai yang lebih besar independensi, desain IT, mental model,
dari nilai 0,69.
97
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103

peraturan, stakeholders selanjutnya

Tabel dan Gambar 4


Pemilihan DF utama dan Hubungan DF - FC

No DF Bobot Rating Rating Rating skor


1 Pimpinan 40 4 4 8 360
2 Anggaran 25 4 2 6 150
3 Peraturan 20 3 3 6 120
4 Desain IT 15 4 3 7 105

Pengungkit tertinggi adalah


1. Pimpinan
2. Anggaran

Penyusunan matriks scenario


Gambar 5
Matriks scenario

System thinking
Gambar 6 System thinking

98
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi

Leverage ada pada variabel pemimpin untuk penyelenggaraan sistem imbalan


karena menjadi variable yang paling banyak berbasis kinerja dan kesejahteraan.
mempengaruhi Disain information technology yang
Variabel anggaran merupakan variabel mendukung penyelenggaran sistem
yang banyak dipengaruhi. Variabel ini pembinaan penyidik Polri lebih mudah
penting untuk di intervensi. digunakan dan menyajikan data secara
Manajemen Strategik lengkap, detail dan valid.
Visi Terwujudnya sistem pembinaan 3. Sasaran
penyidik yang optimal menuju Kinerja 1. Blueprint sistem pembinaan penyidik
Bareskrim yang excellence: Polri telah selesai 100%.
1. Misi 2. Anggaran untuk pembangunan sistem
1. Menerapkan sistem imbalan, sistem telah tersedia 100%
sertifikasi dan sistem penilaian kinerja 3. Kesiapan personil yang mengawaki
penyidik di Bareskrim Polri sistem pembinaan penyidik 100%
2. Mewujudkan dukungan stakeholders 4. Tingkat pemahaman pengguna sistem
terhadap sistem pembinaan penyidik di sebesar 100%
Bareskrim Polri 5. Imbalan berupa tunjangan kinerja
3. memanfaatkan IT dalam manajemen dipenuhi sebesar 20% dari tunjangan
sistem pembinaan penyidik di Bareskrim ideal yang diajukan.
Polri 6. Peraturan yang dijadikan dasar dalam
2. Tujuan
sistem pembinaan penyidik Polri selesai
Sistem penilaian kenerja, sistem
100%
imbalan dan sistem sertifikasi terintegrasi
7. Data dan catatan digital kompetensi
menjadi sistem pembinaan penyidik Polri
umum dan keahlian khusus telah
yang didasarkan pada merit system.
dihimpun sejumlah 50% dari seluruh
1. Sistem penilaian kinerja menghasilkan
anggota penyidik
catatan dan data kinerja penyidik Polri
Data dan catatan awal tentang kinerja
tentang kehadiran, kegiatan, hasil atau
penyidik sudah dihimpun dan dikonversi
produk dan dampaknya atas kinerja yang
dalam bentuk digital sebesar 50% dari
ditampilkan.
seluruh penyidik di Bareskrim.
2. Sistem imbalan menghasilkan pemberian
Komplain terkait penggunaan sistem
imbalan seimbang dengan kinerja yang
pembinaan penyidik Polri sudah ditangani
ditampilkan dan memberikan rasa
dan 100% selesai.
keadilan bagi anggota organisasi. Implementasi Strategi
3. Sistem sertifikasi menghasilkan data dan Jangka Pendek (1 tahun)
informasi kemampuan penyidik Mendorong perubahan mental model
berdasarkan kompetensi umum dan defensive routine yang tidak menerima
keahlian khusus. perubahan dan terjebak dalam rutinitas dengan
Stakeholders mendukung penerapan cara:
sistem pembinaan penyidik Polri yang 1. Kabareskrim membudayakan metode
terintegrasi dengan kemandirian teknologi. dialog dan diskusi. Seluruh jajaran
Pengalokasian anggaran yang proposional pimpinan membuka ruang bagi

99
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103

penyidik untuk melakukan inovasi dan Kapolri bekerjasama dengan ITB


mengungkapkan pemikiran baru. Bandung membentuk pusat kajian teknologi
2. Kabareskrim memberikan tantang kepolisian yang mengedepankan ITB untuk
dengan menetapkan target – target pengembangannya.
baru serta memberikan reward yang Memperkuat Independensi sistem
menarik secara personal sehingga iklim pembinaan untuk memperkokoh kekuatan
berprestasi terus tumbuh dan penyidik tetap berpedoman pada kepentingan
berkembang. hukum diantara tarik menarik kepentingan
dalam proses pidana yang ditangani dengan
3. Kabareskrim mengarahkan karorenmin
cara :
merancang pergeseran posisi dan
1. Kabareskrim mengajukan peraturan
mutasi personil baik yang bersifat tour
pembinaan penyidik Polri (peraturan
of duty maupun tour of area.
pemerintah) mengatur career path
Kapolri menetapkan pembangunan
model.
pusat pengembangan dan perubahan
2. Kabareskrim mengajukan rancangan
mental model kepolisian, system thinking
peraturan pemerintah yang mengatur
serta pusat kajian ilmu pengetahuan
dan mencegah berbagai pihak ikut
kepolisian berkelas dunia (world class MSK
terlibat dalam pembinaan dan
Center) melalui kerjasama dengan
operasional penegakan hukum di
universitas dalam dan luar negeri sekelas
Bareskrim.
harvard university dan Nangyang
3. Kabareskrim bekerjasama dengan badan
Technological University.
sertifikasi mempetakan kompetensi
Kapolri menetapkan program
umum dan keahlian khusus yang dimiliki
pengiriman personil lulusan AKPOL secara
Penyidik Polri.
masive ke pusat pendidikan berkelas
Melakukan komunikasi dan interaksi
internasional dengan menggerakan dengan pemegang politik anggaran agar dalam
Kalemdikpol, AS SDM dan AS SRENA untuk implementasinya mengutamakan
melakukan kerjasama dengan Kementrian pengalokasian anggaran untuk pembinaan
Keuangan, Bappenas dan Badan Donatur penyidik Polri dengan cara :
Internasional untuk Beasiswa Internasional. 1. Kabareskrim mengajukan kepada Kapolri
Mendesain Information technology untuk untuk mendapatkan prioritas
mendukung pembangunan dan pengembangan pembangunan dan pengembangan
sistem pembinaan yang diyakini dan dipercaya sistem pembinaan penyidik Polri
memberikan rasa keadilan dan mendorong
berbasis IT.
motivasi dengan cara:
2. Kabareskrim bersama Tim Perancang
1. Kabareskrim mengarahkan dan
Sistem berdasarkan persetujuan Kapolri
mentargetkan penyelesaian blueprint
melakukan presentasi, berkomunikasi
desain IT dengan membentuk tim yang
dan menjelaskan program sistem
juga mengikut sertakan lembaga pihak
pembinaan terkait dengan manfaat
eksternal dan para pakar.
strategis dan tingkat urgensinya kepada
2. Kabareskrim menetapkan penganggaran
Ketua Banggar DPR RI, Kompolnas,
pembangunan dan pengembangan
Ombusdmen dan didepan pakar
berdasarkan Disain IT yang telah
kepolisian.
dirancang.
3. Kabareskrim mengarahkan Karorenmin
berkoordinasi dengan Humas Polri
100
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi

menyampaikan kepada publik sistem penyimpangan pada sistem pembinaan


pembinaan sekaligus melauncing dan menimbulkan rasa ketidakadilan
tahapan realisasinya. dengan cara:
Mencegah otoritas melakukan intervensi. 5. Kabareskrim melakukan modernisasi
Langkah pencegahan dilakukan dengan peraturan sistem pembinaan penyidik
menetapkan pengaturan sistem pembinaan Polri.
yang transparan dan berkeadilan serta 6. Kabareskrim menjalankan pengawasan
berpedoman pada merit system dengan cara.
dan menerima feed back.
1. Kabareskrim bekerjasama dengan AS
7. Kabareskrim mengkaji, melakukan
SDM Kapolri membuat sistem
perbaikan dan penyempurnaan sistem
pembinaan khusus penyidik Polri
yang berjalan.
2. Kapolri mendeklarasikan komitmen
8. Mendukung pertumbuhan ekonomi
untuk menjaga keterpengaruhan
melalui langka kepolisian yang
penyidik terhadap intervensi yang
dibutuhkan dalam program ekonomi dan
terjadi.
reformasi hukum termasuk membantu
3. Kapolri bersama dengan tim penasehat
upaya peningkatan penerimaan negara
presiden mengajukan rancangan
dengan cara :
peraturan presiden untuk mencegah
9. Kabareskrim melalui persetujuan Kapolri
keterlibatan otoritas yang berwenang
mendukung secara operasional kerja tim
terhadap Polri melakukan intervensi
ekonomi pemerintah.
4. Kapolri melakukan kerjasama yang
10. Kabareskrim membuat program
didasarkan pada MOU dengan institusi
pencegahan dini terhadap potensi
DPR dalam hal ini dewan kehromatan
kerugiaan terhadap kekayaan negara.
DPR untuk mengatur sistem
11. Kapolri menetapkan target seluruh
keterlibatan anggota DPR sera normatif.
jajaran Kepolisian dapat mencegah dan
Jangka Sedang (3 tahun)
mengatasi gangguan keamanan.
Melakukan kaderisasi dan memilih
Jangka Panjang (7 tahun)
pimpinan berkarakter kuat (strong leader)
Membangun daya dukung dan
dengan cara:
partisipasi masyarakat untuk kemajuan
1. Kapolri menetapkan program
organisasi Bareskrim Polri dengan cara:
pengiriman personil ke keluar negeri
1. Kabareskirm bersama CJS mengajukan
dibidang keahlian khusus yang
program pembinaan penegak hukum
diperlukan oleh Bareskrim Polri. Personil
bersama masyarakat peduli hukum.
ini diproyeksikan menjadi Penyidik dan
2. Kabareskrim bekerjasama dengan
penyidik pembantu.
universitas untuk membuka pusat kajian
2. Kapolri menetapkan PTIK menjadi
kepolisian dan penegakan hukum.
univeritas keamanan dan
3. Kabareskrim melalui persetujuan Kapolri
memprogramkam kelas internasional
bekerjasama dengan Menkominfo
yang terbuka untuk umum.
membangun komunitas masyarakat
3. Kabareskrim bekerjasama dengan As
sadar hukum dan merancang media
SDM membuat program open bidding
sosial sejenis facebook.
untuk jabatan tertentu di Bareskrim Polri
4. Kabareskrim memperkuat kerjasama
4. Menerapkan sistem pengawasan yang
dengan Badan sertifikasi nasional dan
mampu mencegah terjadinya

101
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103

internasional untuk mendapatkan parsial dan saran serta masukannya belum


legalisasi. strategis sedangkan dunia akademis masih
Bekerjasama dengan pengawas belum menjadikan hukum sebagai aktifitas
eksternal, pemerhati Polri dan para ahli utama pembahasan, masyarakat sebatas
menuntut tanpa menyadari permasalahan
untuk memperjuangkan kemajuan
mendasar yang terjadi di Bareskrim Polri. Oleh
organisasi Bareskrim dengan cara:
karena itu, kekuatan stakeholders dan
1. Kabareskrim menetapkan dan masyarakat harus diorganisir dalam ruang
mengaktifkan forum dan komunitas diskusi dan dialog publik baik melalui sarana
pakar penegak hukum dengan program media massa, media sosial maupun kerjasama
dan pertemuan rutin. yang kuat dan intens.
2. Kabareskrim bekerjasama dengan Pemanfaatan teknologi informasi yang
koorsahli membangun pusat komunikasi masih bersifat parsial tidak mendukung
pakar hukum berjalannya sistem pembinaan penyidik.
3. Kabareskrim bekerjasama dengan humas Operasionalisasi sistem yang masih bersifat
masuk aktor seni untuk mendukung Polri manual juga masih terjadi sehingga data dan
informasi yang dihimpun tidak dapat diolah
antara lain dengan membuat film layar
secara maksimal dalam menentukan kinerja
lebar tentang Polisi.
yang ditampilkan penyidik Polri, imbalan yang
4. Kabareskrim bekerjasama dengan diberikan serta peta kompetensi dan bidang
kalemdikpol masuk ke mendikbud untuk keahlian khusus. Faktor tersebut dipengaruhi
memasukan kurikulum wajib tentang oleh mental model dalam definsive routine,
pekerjaan penegakan hukum oleh Polri perhatian pimpinan dan blue print disain sistem
pembinaan penyidik Polri berbasis IT. Oleh
SIMPULAN karena itu, mental model yang mendorong
Penerapan sistem imbalan, sistim inovasi dan breakthrought perlu di ciptakan,
sertifikasi dan sistem penilaian kinerja masih perjuanagn pimpinan dalam menetapkan
bersifat parsial dan belum memberikan rasa program dan anggaran serta blue print disain
keadilan serta meningkatkan motivasi. Merit sistem yang selesai dan siap ditindaklanjuti.
system belum menjadi landasan dalam sistem
tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh DAFTAR PUSTAKA
Agung, j. (1996). Strategi manajement. Yogyakarta.
beberapa faktor utama yaitu peran pimpinan,
ANDI
mental model personil Bareskrim, sistem Britain, G. (2007). The moral Ringht of the authors.
pengawasan, University press
Independensi dan keterlibatan otoritas. Darma, S. (2013). Manajemen Kinerja (Falsafah,
Teori, dan penerapannya). Yogyakarta.
Oleh karena itu memerlukan straegis untuk Pustaka Pelajar.
menciptakan agar faktor tersebut dapat Dharma, A dkk. (1996). Mass Communication
mempengaruhi secara positif bagi Theory. Jakarta: Erlangga
penyelenggaraan sistem imbalan, sistem Djamin, A. (1995). Administrasi Kepolisian RI.
Jakarta: CV. Mandira Buana
sertifikasi dan sistem penilaian yang Edwar E. L. III. (1983). Sistem imbalan dan
terintegrasi, dipercaya dan memberikan rasa pengembangan. Jakarta. Lembaga Pendidikan
keadilan kepada penyidik Bareskrim Polri. dan pembinaan Manajemen (LPPM) dan PT.
Dukungan stakeholder masih sebatas Pustaka Binaman Pressindo, Anggota IKAPI.
Gudono. (2016). Teori organisasi. Yogyakarta: BPFE-
pada wacana dan dalam bidang operasional. Yogyakarta
Stakeholders dibidang anggaran masih Hesselbein, Frances. The leader of the future 2.
berorientasi pada bidang kegiatan lain diluar Jossey – Bass
Moch, I. dkk. (2014). Sistem Informasi Manajemen.
pembinaan, Stakeholders dibindang
Bandung. CV. Pustaka Setia
pengawasan hanya melihat permasalah secara
102
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi

Kadarisman, M. (2014). Manajemen Kompensasi. Sudaryono. (2014). Budaya dan prilaku organisasi.
Depok. PT. Rajagrafindo Persada Jakarta: Cendikia Perkantoran sentra
Ketentuan pidana Undang-undang Republik Kutipan pasal 72: ketentuan pidana undang-undang
Indonesia nomor 19 tahun 2002 tentang hak republik indonesia nomor 19 tahun 2002
cipta tentang hak hak cipta.
Kuntadi, C. (2015). Menata Birokrasi Bebas Korupsi. Umam, K. (2015). Manajemen Organisasi. Bandung:
Jakarta. Anggota IKAPI. CV. Pustaka Setia
Kunarto. (1997). Perilaku Organisasi Polri. Jakarta: Werther, W.B. (1996). Human Resources and
Pt. Cipta Manuggal Personel Management. New york
Kutipan pasal 72: Ketentuan Pidana Undang-Undang Wibowo. 2016. Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 grafika Persada
tentang hak Cipta Subroto, N. (2003). Handbook of Organizations
Kutipan pasal 27 : sanksi pelanggaran Undang- Kajian dan Teori Organisasi. Yogyakarta:
Undang Hak Cipta ( UU No. 19 Tahun 2002) Amara Books
Peter M. S. (2002). Strategi dan alat-alat untuk Rachmat. (2014). Manajemen Strategik. Bandung:
membangun organisasi pembelajaran. Jakarta. CV. Pustaka Setia
Interaksa Suparlan, P. (2011). Bunga Rampai Ilmu Kepolisian
Peter M. S. (1994). Fifth discipline. New york. Bantam Indonesia. Jakarta: Yayasan Pengembangan
Doubleday Dell Publising Group Ilmu Polisi.
Sudarmanto. (2015). Kinerja dan Pengembangan Perundang-undangan:
Kompetensi SDM. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Robbins, S. (1996). Prilaku Organisasi. Konsep, 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Kontroversi, dan aplikasi. Jakarta. Acara Pidana (KUHAP)
Prenhallindo. _______________, Undang-Undang Nomor, 2 Tahun 2002
Rose-Ackerman, S. (1999). Corruption and tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
goverment: causes, consequences, and reform. Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 4168
Amerika. Cambridge University Press _______________, Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun
Zainal, V.R dkk. (2015). Menajemen Kinerja. 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Yogyakarta. Anggota IKAPI Pidana
Wart and Lisa A. Dicke. (2008). Administrasi _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 22
leadership in the public sector. Amerika. Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
Library of Congress Catalloging. Tingkat Polda Berita Negara RI tahun 2010
Sterman, J. (2000). Manajement information system. Nomor 478
Amerika. The McGraw-Hill _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 13
Prihadi, S.F. (2004). Assesment Centre (Identifikasi, Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian
pengukuran, dan pengembangan kompetensi). Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Di
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Sunarto, K. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta. Indonesia
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 16
Yuki, G. (2001). Kepemimpinan Dalam organisasi. Tahun 2011 tentang Penilaian Kinerja Bagi
Jakarta. PT Indeks Pegawai Negeri Pada Kepolisian Negara
Wulansari, D. (2017). Manajemen bisnis. Jakarta: Republik Indonesia Dengan Sistem
Gemilang Manajemen Kinerja
Sangsi pelanggaran pasal 44 UU No. 7 Tahun 1997 _______________, Peraturan Kabareskrim (Perkaba)
tentang perubahan atas UU No. 6 Tahun 1997 Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Tentang Hak Cipta. pengorganisasian
Sarwono, S.W. (2014). Psikologi lintas Budaya. _______________, Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
Jakarta: PT. Rajagrafindo persada 2017 tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

103

Anda mungkin juga menyukai