DOI: https://doi.org/10.24114/jupiis.v12i1.15823
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis
Abstract
In an effort to optimize organizational performance, various strategies are needed, especially in the police field of
investigation. Various efforts can be made in the form of implementing a reward system, a certification system and a
performance appraisal system. But until now it is still partial and has not provided a sense of justice and increased
motivation. Merit system has not become a foundation in the system. This is influenced by several main factors, namely
the role of leadership, mental models of Criminal Investigation personnel, surveillance systems. Stakeholder support is
still limited to discourse and in the operational field. Stakeholders in the budget sector are still oriented to other fields
of activity outside of coaching. The use of information technology that is still partial does not support the operation of
the investigator guidance system. Operationalisation of the system that is still manual also still occurs so that the data
and information collected cannot be optimally processed in determining the performance displayed by the National
Police investigator, the rewards given as well as the competency map and special areas of expertise. These factors are
influenced by mental models in definitive routines, the attention of leaders and blueprints for the design of an IT-based
police investigating system. Therefore, the mental model that encourages innovation and breakthrough needs to be
created, the struggle of leaders in setting programs and budgets as well as the blueprint for system design that is
complete and ready to be followed up
Keywords: Strategy, Development, Performance, Organization
How to Cite: Hartanto, D. (2020). Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan
Kinerja Organisasi . JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. 12(1): 92-103
*Corresponding author:
E-mail:dadanghartanto@umsu.ac.id
92
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi
Sumber: Itwasum
93
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103
Berdasarkan data yang dihimpun diatas ditampilkan. Sistem pengukuran kinerja masih
dapat digambarkan secara umum bahwa, mengandalkan parameter umum yang
kinerja penegakan hukum institusi Polri difasilitasi SMK (Sistem Manajemen Kinerja).
termasuk Bareskrim masih belum memenuhi Pandangan tentang sistem pembinaan
harapan, sementara peningkatan kinerja ini Penyidik yang tidak berjalan dengan baik
adalah suatu keniscayaan dalam upaya diperkuat adanya berbagai kejadian
mewujudkan penegakan hukum yang kredibel. penyimpangan yang dilakukan oleh para
Kinerja yang ditampilkan oleh Bareskrim Penyidik dan masih adanya ketidakpuasan
merupakan akumulasi dari kinerja individu anggota organisasi terhadap pembinaan karier
penyidik sebagai konsekuensi dari hasil serta implementasi dari reward and punishment
pembinaan yang dilakukan oleh organisasi. yang tidak sesuai harapan. Oleh karena itu,
Castello (1994) dalam Viethzal dkk (2015:29) sistem pembinaan penyidik harus dibenahi agar
mengungkapkan pencapaian tujuan organisasi kinerja institusi semakin baik, sehingga
mempunyai hubungan erat dengan pekerjaan kredibilitas penegakan hukum semakin tinggi.
dari setiap anggota organisasi dan manajer. Berdasarkan pada uraian latar belakang di
Mengelola kinerja anggota organisasi akan atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
secara langsung mempengaruhi tidak saja penulisan NKP ini adalah “Bagaimana strategi
kinerja masing-masing anggota organisasi optimalisasi sistem pembinaan penyidik Polri
tersebut tetapi juga kinerja seluruh organisasi. yang dapat meningkatkan kinerja institusi
Pandangan ini menguatkan pentingnya tahun 2025, sehingga terwujud kredibilitas
pengelolaan kinerja anggota. Ada “tiga tugas penegakan hukum?”
serangkai” yang perlu dicermati dalam
pengelolaan kinerja anggota, yaitu penilaian PEMBAHASAN
kinerja anggota, kemampuan, dan motivasi. Perumusan Strategi Organisasi
Interaksi dari kemampuan dan motivasi disertai Perumusan strategi merupakan suatu
dengan kesempatan yang dimiliki anggota proses membuat keputusan yang dituju secara
untuk berkiprah menghasilkan suatu kinerja. langsung untuk mengalokasikan dan
Teori ini menjadi dasar dalam melihat sistem memanfaatkan sumber daya yang penting
pembinaan penyidik Polri yaitu sistem dalam rangka merespon keberadaan ancaman
sertifikasi yang mencerminkan pembinaan dan kesempatan. Proses manajemen stratejik
kemampuan, sistem imbalan yang memiliki dimulai dari menganalisis situasi stratejik,
korelasi dengan motivasi dan sistem memutuskan dengan merumuskan stratejik,
pengukuran kinerja individu. bertindak dengan mengimplementasikan
Sistem pembinaan ini masih menjadi stratejik dan mengukur kinerja dengan
permasalahan. Sistem sertifikasi yang tidak melakukan evaluasi dan kontrol. Feed back hasil
berjalan mendorong lemahnya dari evaluasi dan control menjadi bahan dalam
pengorganisasian anggota berdasarkan melakukan analisis kembali.
kemampuan dan beban kerja serta tantangan Strategi Komunikasi Publik
yang dihadapi sesuai dengan keahliannya. Hal Komunikasi Publik memerlukan strategi
ini mengakibatkan klasifikasi satuan menjadi khusus agar publik memahami, percaya dan
tidak jelas dihadapkan dengan beban kemudian mendukung tugas organisasi.
pekerjaanya yang diterima. Sistem imbalan Permasalahan organisasi khususnya organisasi
berbasis kompetensi juga tidak dapat berjalan publik perlu disampaikan agar publik
yang akhirnya berkorelasi terhadap tingkat mengetahui keterbatasan organisasi dan
kesejahteraan. Sistem imbalan masih berperan serta menyelesaikan sesuai dengan
didasarkan pada parameter yang tidak rinci dan peran masing-masing. Ada enam langka strategi
detail, sehingga tidak tajam dalam memberikan public yaitu institusional problem,
reward dan punishment sesuai kinerja yang communication problem, defining comuunication
94
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi
Tabel 2.
Hasil perhitungan EFAS
95
Skor
No Faktor Eksternal Bobot Peringkat
Bobot
1 Peluang
0,11 8 0,92
a. Masyarakat
b. Was eksternal 0,11 7 0,77
c. CJS 0,09 6 0,52
d. Kermalugri 0,09 7 0,66
e. Badan sertifikasi 0,09 6 0,56
Jumlah 0,50 3,43
2 Kendala
0,098 5 0,38
a. Hubungan Instansi
b. Orientasi Mitra 0,099 5 0,45
c. Politik Anggaran 0,101 4 0,44
d. Ekonomi 0,100 5 0,59
e. Keterlibatan Otoritas 0,103 3 0,32
Jumlah 0,50 2,18
Total Skor 1,00 5,61
Total skor bobot dari IFAS dan EFAS dilihat dari lingkungan eksternal dan
digunakan untuk plotting dalam strategy internal Berikut gambar plotting kedua skor
position mapping matrix. Posisi plotting bobot pada matrix tersebut :
tersebut merupakan posisi organisasi Polri
Gambar 2.
Posisi Organisasi Polri
Keterangan :
Berdasarkan gambar di atas bahwa total ancaman yang dihadapi dalam mengoptimalkan
skor IFAS adalah 5,21 dan total skor EFAS sistem pembinaan Penyidik Polri dipandang
adalah 5,61, maka pertemuan kedua titik cukup besar, sehingga perlu strategi pemecahan
berada pada Sel 5A Growth (Pertumbuhan) masalah melalui berbagai langkah perbaikan,
strategi konsentrasi melalui integrasi diantaranya : merancang sistem imbalan, sistem
horizontal, artinya bahwa organisasi superior setifikasi dan sistem penilaian kinerja Penyidik
dan berada pada posisi stabil, namun demikian secara terintegrasi.
Kuadran SWOT
Gambar 3.
Kuadran SWOT
96
.
Tabel 3
Hasil Perhitungan SFAS
Faktor Strategik Pering Skor Jangka waktu
No Bobot
Kunci Kat Bobot JPD JSD JPJ
1. Pemimpin 0,09 7 0,65
2. Pengawasan 0,08 7 0,54
3. Mental model 0,11 4 0,42
4. Disain IT 0,09 3 0,27
5. Independensi 0,10 3 0,30
6. Masyarakat 0,11 8 0,91
7. Was eksternal 0,10 7 0,73
8. Politik Anggaran 0,11 4 0,44
9. Keterlibatan Otoritas 0,10 3 0,31
10. Ekonomi 0,10 5 0,51
1,00 5,08
Keterangan:
Jangka Pendek: Skor Bobot terbesar Analisis Scenario Learning
dikurangi skor bobot terkecil, hasilnya di bagi 3 Tahapan analisis scenario learning
di tambah skor bobot terkecil (0,91 – 0,27) : 3 = pertama; menetapkan Focal Concern (FC),
0,21+ 0,27= 0,48, maka nilai jangka pendek yaitu “Sistem Pembinaan Penyidik Polri
antara 0 - 0,48; tahun 2025”. Kedua mengidentifikasi
Jangka Sedang: Hasil bagi 3 jangka
Driving Forces (DF) dan Analisa hubungan
pendek ditambah hasil jangka pendek
Driving Forces. DF meliputi Pimpinan,
0,21+0,48 = 0,69, maka nilai jangka sedang
antara 0,49 - 0,69;
pengawas, ekonomi, politik, anggaran,
Jangka Panjang: Nilai yang lebih besar independensi, desain IT, mental model,
dari nilai 0,69.
97
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103
System thinking
Gambar 6 System thinking
98
Dadang Hartanto, Strategi Optimalisasi Sistem Pembinaan Penyidik Polri Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi
99
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103
101
JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 12(1) (2020): 92-103
Kadarisman, M. (2014). Manajemen Kompensasi. Sudaryono. (2014). Budaya dan prilaku organisasi.
Depok. PT. Rajagrafindo Persada Jakarta: Cendikia Perkantoran sentra
Ketentuan pidana Undang-undang Republik Kutipan pasal 72: ketentuan pidana undang-undang
Indonesia nomor 19 tahun 2002 tentang hak republik indonesia nomor 19 tahun 2002
cipta tentang hak hak cipta.
Kuntadi, C. (2015). Menata Birokrasi Bebas Korupsi. Umam, K. (2015). Manajemen Organisasi. Bandung:
Jakarta. Anggota IKAPI. CV. Pustaka Setia
Kunarto. (1997). Perilaku Organisasi Polri. Jakarta: Werther, W.B. (1996). Human Resources and
Pt. Cipta Manuggal Personel Management. New york
Kutipan pasal 72: Ketentuan Pidana Undang-Undang Wibowo. 2016. Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 grafika Persada
tentang hak Cipta Subroto, N. (2003). Handbook of Organizations
Kutipan pasal 27 : sanksi pelanggaran Undang- Kajian dan Teori Organisasi. Yogyakarta:
Undang Hak Cipta ( UU No. 19 Tahun 2002) Amara Books
Peter M. S. (2002). Strategi dan alat-alat untuk Rachmat. (2014). Manajemen Strategik. Bandung:
membangun organisasi pembelajaran. Jakarta. CV. Pustaka Setia
Interaksa Suparlan, P. (2011). Bunga Rampai Ilmu Kepolisian
Peter M. S. (1994). Fifth discipline. New york. Bantam Indonesia. Jakarta: Yayasan Pengembangan
Doubleday Dell Publising Group Ilmu Polisi.
Sudarmanto. (2015). Kinerja dan Pengembangan Perundang-undangan:
Kompetensi SDM. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Robbins, S. (1996). Prilaku Organisasi. Konsep, 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Kontroversi, dan aplikasi. Jakarta. Acara Pidana (KUHAP)
Prenhallindo. _______________, Undang-Undang Nomor, 2 Tahun 2002
Rose-Ackerman, S. (1999). Corruption and tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
goverment: causes, consequences, and reform. Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 4168
Amerika. Cambridge University Press _______________, Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun
Zainal, V.R dkk. (2015). Menajemen Kinerja. 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Yogyakarta. Anggota IKAPI Pidana
Wart and Lisa A. Dicke. (2008). Administrasi _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 22
leadership in the public sector. Amerika. Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
Library of Congress Catalloging. Tingkat Polda Berita Negara RI tahun 2010
Sterman, J. (2000). Manajement information system. Nomor 478
Amerika. The McGraw-Hill _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 13
Prihadi, S.F. (2004). Assesment Centre (Identifikasi, Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian
pengukuran, dan pengembangan kompetensi). Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Di
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Sunarto, K. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta. Indonesia
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia _______________, Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 16
Yuki, G. (2001). Kepemimpinan Dalam organisasi. Tahun 2011 tentang Penilaian Kinerja Bagi
Jakarta. PT Indeks Pegawai Negeri Pada Kepolisian Negara
Wulansari, D. (2017). Manajemen bisnis. Jakarta: Republik Indonesia Dengan Sistem
Gemilang Manajemen Kinerja
Sangsi pelanggaran pasal 44 UU No. 7 Tahun 1997 _______________, Peraturan Kabareskrim (Perkaba)
tentang perubahan atas UU No. 6 Tahun 1997 Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Tentang Hak Cipta. pengorganisasian
Sarwono, S.W. (2014). Psikologi lintas Budaya. _______________, Peraturan Presiden Nomor 5 tahun
Jakarta: PT. Rajagrafindo persada 2017 tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
103