Oleh:
MUHAMMAD ASYRAF ILHAM HR
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja, kompetensi sdm
dan integritas aparat terhadap kinerja aparat penyidik di Satuan Reserse Kriminal
Polres Kota Mamuju.
Penelitian ini dilaksanakan pada Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju.
Sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Semua sampel berjumlah 55
responden pada Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah Wawancara langsung kepada pihak – pihak yang terlibat
dengan masalah yang sedang dibahas serta memberikan kuesioner kepada aparat
kepolisian yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan analisa regresi linear berganda, Uji T-test, Uji F serta Uji
Koefisien Determinasi (R2).
Hasil analisis menunjukan bahwa motivasi kerja, kompetensi sdm dan integritas
aparat berpengaruh terhadap kinerja aparat penyidik di Satuan Reserse Kriminal
Polres Kota Mamuju.
Kata Kunci: Motivasi Kerja, Kompetensi Sdm, Integritas Aparat dan Kinerja Aparat
Abstract
This research aims to analized the influence of work motivation, human resources
competence and police investigator integrity on police investigator performance at
Mamuju City Police Criminal Investigation Unit.
These research applied in Mamuju City Police Criminal Investigation Unit. The
sample uses the purposive sampling, that is, sampling based on certain considerations
or criteria. All samples of 55 respondents at Mamuju City Police Criminal
Investigation Unit. A method of data used is live interview to the many involved in
the problem under discussion and give a questionnaire for police officers according
to research conducted. . Data analysis was done using multiple linear regression
analysis, test T test, test F test and The coefficient of determination (R2).
The results of an analysis of shows that work motivation, human resources
competence and police investigator integrity is a influenced to police investigator
performance at Mamuju City Police Criminal Investigation Unit.
Keywords: Work Motivation, Human Resources Competence, Police Investigator
Integrity And Police Investigator Performance
Pendahuluan
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset bagi organisasi untuk mencapai
tujuan dan kesuksesan. Hal ini memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas di
dalam tubuh organisasi. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat menentukan
berhasilnya tujuan di dalam organisasi. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan
Pendidikan pelatihan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkompeten dan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepolisian pada hakikatnya adalah suatu lembaga dan fungsi pemerintahan
yang bergerak dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sebagai
suatu lembaga atau organisasi Kepolisian memiliki tugas dan wewenang yakni
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
(Sadjijono, 2010).
Adapun Tugas Pokok Polisi Republik Indonesia itu sendiri sendiri menurut
Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan tersebut di
atas tentunya tidak akan terwujud apabila tidak dilakukan dengan dedikasi tinggi,
disiplin serta profesionalisme dari para anggota Polisi Republik Indonesia itu sendiri
untuk berusaha melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa instansi kepolisian
sebagai salah satu lembaga pemerintah tentu dalam melaksanakan tugas juga
memerlukan perencanaan dan manajemen yang bagus dalam pengelolaan intansinya
(Sitompul, 2005).
Kinerja pegawai/aparat adalah salah satu kunci yang penting bagi organisasi
sebab setiap organisasi tidak dapat mengalami peningkatan hanya dari upaya satu
atau dua orang saja, melainkan dari keseluruhan upaya anggota organisasi.
Organisasi yang dapat menghasilkan kinerja yang baik tentu tidak terlepas dari hasil
kinerja yang dicapai oleh anggota-anggotanya. Untuk itu organisasi harus dapat
mengkoordinir setiap anggotanya dalam pencapaian kinerja yang optimal.
Beberapa cara untuk mewujudkan kinerja yang baik dapat dicapai dengan
melalui pendidikan, pelatihan, peningkatan kompetensi pegawai/aparat, dan
pemberian motivasi. Melalui cara tersebut diharapkan akan lebih memaksimalkan
tanggung jawab atas pekerjaan mereka karena para pegawai telah terbekali dan hal
tersebut berikaitan dengan implementasi kerja mereka.
Menurut (Siagian, 2010), motivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Anoraga dan Suryati (2005),
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai salah satunya adalah motivasi
dimana pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi.
Menurut Handoko (2012) faktor-faktor kinerja salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi. Menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As’ad 2010) menyatakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi.
Selain faktor motivasi kerja yang berpengaruh terhadap kinerja aparat, faktor
kompetensi sdm juga mempengaruhi kinerja aparat. Lasmahadi dalam Prayitno dan
Suprapto (2002), mengatakan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai aspek pribadi
dari seorang pegawai yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior.
Aspek-aspek pribadi termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Palan (2007) mengatakan bahwa
kompetensi terdiri dari beberapa jenis karakteristik yang berbeda, yang mendorong
perilaku. Pondasi karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang berperilaku di
tempat kerja. Kompetensi adalah mengenai orang seperti apa dan apa yang dapat
mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka lakukan. Kompetensi ditemukan
pada orang-orang yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul atau efektif.
Integritas aparat memiliki pengaruh terhadap kinerja aparat. Gomes (2013)
menyatakan bahwa salah satu pengukuran kinerja pegawai yaitu kualitas pribadi
(personal qualities) meliputi menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan dan integritas pribadi. Wujud kepemilikan integritas diri itu muncul dalam
bentuk kinerja atau hasil kerja baik. Mulyadi (2002) menyatakan bahwa integritas
adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan
dan kepercayaan public tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Polres Kota Mamuju merupakan suatu organisasi/institusi penegak hukum
yang bertugas dalam menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dan memiliki
anggota di setiap bidang untuk melaksanakan berbagai tugas guna mencapai tujuan
organisasi. Anggota Polres Polres Kota Mamuju di tempatkan pada berbagai unit
yang meliputi satuan reskrim, satuan intelkam, satuan lalu lintas, satuan shabara,
satuan binmas, satuan narkoba, satuan tahti.
Satuan reserse kriminal adalah salah satu fungsi dalam kepolisian yang tugas
dan perannya sangat penting. Sat reskrim merupakan ujung tombak dalam pilar
penegakan hukum di Indonesia guna dapat mewujudkan penegakan hukum yang
dapat memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum dalam masyarakat. Maka
diperlukan sesuatu sistim hukum yang baik dan pelaksana-pelaksana yang handal dan
mampu mengatasi tantangan tugas seiring dengan perkembangan masyarakat dan
perubahan-perubahan hukum yang akan terjadi. Fungsi Sat reskrim di tingkat
kewilayahan polres bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi penyidikan
pada tingkat polsek jajaran serta menyelenggarakan indentifikasi penyidikan yang
pada akhirnya mampu meningkatkan penyelesaian perkara dan mampu
meningkatkan rasa aman dalam masyarakat.
Motivasi berdasarkan atas tingkat kebutuhan yang disusun menurut prioritas
kekuatannya, kebutuhan pada tingkat bawah telah dipenuhi maka kebutuhan
menimbulkan untuk memenuhi perilaku kebutuhan yang lebih tinggi yang dapat
mempengaruhi loyalitas. Motivasi sangat penting bagi pegawai karena dapat
berpengaruh pada setiap pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
organisasi/instansi sehingga dapat mencapai suatu tujuan organisasi/instansi yang
diinginkan. Motivasi menyebabkan intensitas, arah dan ketekunan individu dalam
usaha menuju pencapaian tujuan. Pemberian motivasi dengan tepat akan dapat
mendorong orang lebih bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Fenomena yang terjadi mengenai motivasi pada Satuan Reserse Kriminal
Polres Kota Mamuju adalah masalah motivasi pegawai yang relatif masih rendah
yang mengakibatkan kinerja yang cenderung menurun. hal ini dapat dilihat dari
target pekerjaan yang tidak mencapai realisasi yang telah ditetapkan bersama,
terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga belum
memberikan dampak positif terhadap pencapaian kinerja yang diharapkan.
Penetapan kompetensi dalam organisasi dapat memperjelas standar kerja dan
tujuan yang ingin dicapai serta dapat mengomunikasikan nilai dan hal-hal yang harus
menjadi fokus kerja pegawai. Dalam organisasi prestasi kerja pegawai mengarah
pada hasil dari kemampuan pegawai dalam melaksanakan keseluruhan tugas yang
sudah menjadi tanggung jawab. Sehingga Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal
dan memuaskan diperlukan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai terutama
kompetensi dalam melaksanakan tugas kerjanya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa fenomena yang terjadi
menyangkut kompetensi pegawai terhadap kinerja personil pada Satuan Reserse
Kriminal Polres Kota Mamuju bahwa personil polisi memiliki potensi yang baik
untuk dicontoh, menyangkut sikap, pengetahuan dan keterampilan, dengan
kompetensi yang baik akan dapat menciptakan kinerja yang baik pula. Namun
demikian kinerja yang dicapai belum sesuai yang diinginkan. Fenomena ini tentunya
hanya merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena yang terjadi yang ada
kaitannya dengan persoalan personil polisi.
Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja individu
pegawainya. Setiap organisasi atau instansi akan selalu berusaha untuk meningkatkan
kinerja pegawainya, dengan harapan apa yang menjadi tujuan organisasi atau instansi
akan tercapai. Berbagai cara akan ditempuh oleh organisasi atau instansi dalam
meningkatkan kinerja pegawainya, misalnya dengan mencari pegawai yang
berintegritas dan mempunyai loyalitas terhadap pelaksanaan kerja pegawainya.
Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju ini masih memiliki beberapa
kendala dalam hal Sumber Daya Manusia yang merupakan salah satu faktor penting
dalam kemajuan institusi. Kendala atau permasalahan yang sering terjadi diantaranya
terdapat tumpang tindih pekerjaan pada satu atau beberapa orang pegawai, atau tugas
yang diberikan tidak sesuai dengan bidang kerja pegawainya. Dan yang paling
signifikan adalah terdapat pegawai yang tidak memiliki sifat yang berintegritas dan
cenderung tidak memiliki sifat loyal/setia terhadap institusi nya. Hal ini
menyebabkan beban kerja pada pegawai bertambah dan berdampak pada kinerja
pegawai yang kurang maksimal.
Fenomena yang berkaitan dengan kinerja aparat penyidik pada Satuan
Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju adalah pekerjaan masih belum berjalan secara
optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari segi kualitas, masih banyak aparat penyidik
yang belum memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya,
kemudian pegawai pada Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju masih
memerlukan tambahan aparat penyidik untuk menambah aparat penyidik disetiap
bagian. Pembinaan bagi para aparat penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Kota
Mamuju masih perlu ditingkatkan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja aparat penyidik di Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju;
(2) untuk menganalisis pengaruh kompetensi sdm terhadap kinerja aparat penyidik di
Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju; (3) untuk menganalisis pengaruh
integritas aparat penyidik terhadap kinerja aparat penyidik di Satuan Reserse
Kriminal Polres Kota Mamuju; dan (4) untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja,
kompetensi sdm dan integritas aparat penyidik terhadap kinerja aparat penyidik di
Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju.
Kajian Pustaka
Motivasi Kerja
Motivasi adalah dorongan dan arahan prilaku, melalui insentif, perhatian dan
pujian, manajer dapat memotivasi orang untuk bekerja lebih giat dan lebih baik
(Moekijat, 2010). Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Terry
dan Rue, (2012) bahwa motivasi adalah sebagai upaya seseorang untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan semangat karena ingin melaksanakannya. Motivasi
merupakan dorongan terhadap serangkaian proses prilaku manusia pada pencapaian
tujuan. (Wibowo, 2012).
Kompetensi SDM
Menurut pendapat C. Lynn (2005), bahwa kompetensi dapat meliputi
pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai pada ketrampilan motor
lanjut hingga pada perilaku-perilaku pembelajaran dan nilai-nilai profesional.
Spencer dan Spencer dalam Uno (2013), kompetensi merupakan karakteristik yang
menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala
situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja seseorang dalam suatu
pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku.
Integritas Aparat
Covey (2004) mendefinisikan integritas sebagai hidup yang dilandasi pada
prinsip (being integrated around principles). Integritas sendiri merupakan anak dari
kerendahan hati (humility) dan keberanian (courage). Kerendahan hati berarti
mengakui bahwa ada hukum alam atau prinsip yang mengendalikan alam semesta
ini. Keberanian dibutuhkan ketika kita ingin hidup selaras dengan prinsip itu karena
masih banyak norma sosial, moral, dan nilai-nilai di sekitar kita yang mengingkari
prinsip tersebut. Dari integritas ini mengalir kebijaksanaan (wisdom) dan mentalitas
berkelimpahan (abundance mentality).
Kinerja Aparat
Kinerja (job performance) adalah catatan hasil atau keluaran (outcome) yang
dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu dalam suatu
periode waktu tertentu (Gomes, 2013). Menurut Mangkunegara (2011), kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
secara efesien dan efektif penuh kesetiaan.
Kerangka Konseptual
Motivasi kerja, kompetensi sdm dan integritas aparat diduga memiliki
pengaruh yang kuat terhadap kinerja aparat dengan demikian jika motivasi kerja,
kompetensi sdm dan integritas aparat ini dihubungkan terhadap kinerja aparat maka
akan diperoleh dampak yang lebih tinggi. Dimana jika motivasi kerja, kompetensi
sdm dan integritas aparat baik maka akan meningkatkan kinerja aparat yang lebih
baik pula. Pengaruh antara motivasi kerja, kompetensi sdm dan integritas aparat
terhadap kinerja aparat diuraikan sebagai berikut:
Menurut (Siagian, 2010), motivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Anoraga dan Suryati (2005),
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai salah satunya adalah motivasi
dimana pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi.
Menurut Handoko (2012) faktor-faktor kinerja salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi. Menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As’ad 2010) menyatakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi.
Lasmahadi dalam Prayitno dan Suprapto (2002), mengatakan bahwa
kompetensi didefinisikan sebagai aspek pribadi dari seorang pegawai yang
memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi
termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap pengetahuan, dan keterampilan.
Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku
akan menghasilkan kinerja. Palan (2007) mengatakan bahwa kompetensi terdiri dari
beberapa jenis karakteristik yang berbeda, yang mendorong perilaku. Pondasi
karakteristik ini terbukti dalam cara seseorang berperilaku di tempat kerja.
Kompetensi adalah mengenai orang seperti apa dan apa yang dapat mereka lakukan,
bukan apa yang mungkin mereka lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang
yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul atau efektif.
Gomes (2013) menyatakan bahwa salah satu pengukuran kinerja pegawai
yaitu kualitas pribadi (personal qualities) meliputi menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi. Wujud kepemilikan
integritas diri itu muncul dalam bentuk kinerja atau hasil kerja baik. Mulyadi (2002)
menyatakan bahwa integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan professional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang
anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan public tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Maka pengaruh antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian ini digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut,
Keterangan
: pengaruh parsial
: pengaruh simultan
Definisi Operasional Variabel
Berbagai variabel dalam penelitian ini dapat digeneralisasi dalam definisi
konsep operasional.
1. Motivasi kerja (X1)
Motivasi kerja didefinisikan sebagai pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja pegawai/aparat agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
tingkat kinerja. Indikator motivasi kerja pada penelitian ini berdasarkan pada
uraian dari Nawawi (2010), indikator motivasi kerja adalah: (1) pengaruh; (2)
pengendalian; (3) ketergantungan; (4) pengembangan dan; (5) afiliasi
2. Kompetensi sdm (X2)
Kompetensi sdm didefinisikan sebagai kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seorang pegawai berupa pengetahuan, keahlian dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Indikator kompetensi sdm
pada penelitian ini berdasarkan pada uraian dari Palan (2007), indikator
kompetensi sdm adalah: (1) pengetahuan; (2) keterampilan; (3) konsep diri dan
nilai-nilai; (4) karakteristik pribadi dan; (5) motif.
3. Integritas aparat (X3)
Integritas aparat didefinisikan sebagai komitmen untuk melakukan segala sesuatu
sesuai dengan prinsip yang benar dan etis, sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku ditempat kerjanya. Indikator integritas aparat pada penelitian ini
berdasarkan pada uraian dari Zahra (2011), indikator integritas aparat adalah: (1)
kejujuran; (2) amanah; (3) komitmen integritas; (4) konsisten dan; (5)
bertanggung jawab
4. Kinerja aparat (Y1)
Kinerja aparat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh aparat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Indikator kinerja aparat pada penelitian ini
berdasarkan pada uraian dari Robbins dan Judge (2013) dan Mathis dan Jackson
(2011), indikator kinerja aparat adalah: (1) kualitas kerja; (2) kuantitas; (3)
komitmen kerja; (4) keandalan; (5) kehadiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan
teori seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, dan juga berdasarkan
kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut: (1) motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja aparat
penyidik di Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju; (2) kompetensi sdm
berpengaruh terhadap kinerja aparat penyidik di Satuan Reserse Kriminal Polres
Kota Mamuju; (3) integritas aparat penyidik berpengaruh terhadap kinerja aparat
penyidik di Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju; dan (4) motivasi kerja,
kompetensi sdm dan integritas aparat penyidik berpengaruh terhadap kinerja aparat
penyidik di Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini adalah
bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Reserse Kriminal Polres
Kota Mamuju. Penelitian ini direncanakan akan berlangsung kurang lebih dua bulan.
Subjek penelitian yang akan dijadikan populasi adalah seluruh aparat kepolisian di
Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju dengan jumlah populasi penelitian
sebanyak 55 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau
kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Cooper dan Emory, 2004). Dengan
demikian maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh aparat kepolisian di
Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Mamuju dengan jumlah sampel penelitian
sebanyak 55 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: (1)
observasi; (2) kuesioner; dan (3) dokumentasi. Jenis data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian agar dapat diinterpretasikan dan mudah dipahami adalah (1) uji
instrumen penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: uji validitas dan Uji
reliabilitas; (2) analisis deskriptif statistik deskriptif; (3) pengujian asumsi klasik.
Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi; (4) analisis regresi
linear berganda; (5) uji parsial dengan T-Test; (6) uji simultan dengan F-Test
(Anovab); dan (7) uji koefisien determinasi (R Square).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari analisa regresi linear berganda dan pengujian hipotesis
tersajikan sebagai berikut:
Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk melihat pengaruh motivasi kerja, kompetensi sdm dan integritas aparat
terhadap kinerja aparat, maka digunakan analisa regresi linear berganda. Berdasarkan
hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 19.0 dapat dilihat rangkuman
hasil empiris penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.15 Output Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.280 1.107 2.059 .045
Motivasi kerja (x1) .238 .058 .281 4.070 .000
Kompetensi sdm (x2) .224 .055 .305 4.066 .000
Integritas aparat (x3) .547 .096 .495 5.710 .000
a. Dependent Variable: kinerja aparat (Y1)
Sumber: Data primer, diolah 2022