PENDAHULUAN
Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi :”adalah sumber daya yang
mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga niali kompetitif-
generatif-inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence,
creativity, dan imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan energy kasar
seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga, otot, dan sebagainya (Ndraha, 1999:
12)”. Jadi kualitas sumber daya manusia yang tinggi mampu menggunakan daya
yang bersumber pada dirinya tidak hanya otot, keterampilan dan kemampuan
tetapi pola piker, kecerdasan dan kereatifitasan sehingga tidak seperti mesin, uang
dan material, yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai dan diatur sepenuhnya dalam
mendukung tercapainya tujuan organisasi.
Secara umum, kinerja dapat dipengaruhi oleh faktor reward (imbalan) dan
punishment (hukuman). Menurut Hasibuan (2003: 118) “Imbalan sebagai semua
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung, atau tidak langsung yang
diterima karyawan sebagai timbal balik atas jasa yang diberikan kepada kantor”.
Besarnya imbalan akan mencerminkan status, pengakuan, dan tingkat pemenuhan
kebutuhan yang dinikmati oleh pegawai dan keluarganya, sehingga akan
menimbulkan motivasi bagi pegawai untuk memiliki kinerja yang tinggi.
Sementara Punishment sebagai tindakan yang menyajikan konseskuesi
yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan sebagai hasil dari dilakukannya
perilaku tertentu. Jika Rewand merupakan bentuk reinforcement yang positif maka
punishment merupakan bentuk reinforcement yang negative. Oleh karena itu
punishment yang diberikan harus bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki
dan mendidik kearah yang lebih baik. Pemberian Reward dan punishment yang
baik dan benar akan memberikan motivasi kepada pekerja untuk lebih
meningkatkan kinerjanya dan perusahaan dapat mencapai tujuan secara
keseluruhan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan organisasi. Sehingga akan menimbulkan
berkurangnya perilaku-perilaku negative yang akan berujung pada peningkatan
kinerjapegawai. Hal ini diungkapkan oleh Hasibuan (2003: 197) yang menyatakan
“ Sanksi hukuman berperan penting dalam memlihara kinerja pegawai. Dengan
saanksi hukuman yang semakin benksi hukuman yang semakin berat, pegawai
akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, daan
perilaku indispliner pegawai akan berkurang”.
Demikian pula halnya pada kantor Dinas Perhubungan Prov Ntb. Karena
kantor tersenut merupakan kantor pemerintah, maka peraturan hukuman yang
dijalankan merujuk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Dalam undang-undang ini dijelaskan ada tiga jenis hukuman yang
dikenakan pada pegawai negeri sipil yang telah terbukti melanggar peraturan
disiplin. Mulai dari hukuman disiplin ringan, hukuman disiplin sedang dan
terakhir hukuman berat.
1. Secara Teoritas
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dan pertimbangan bagi kantor Dinas Perhubungan Provinsi Nusa
Tenggara Barat untuk meningkatkan kinerja pegawai melalui pemberian
imbalan dan hukuman.
3. Manfaat Kebijakan
2.1.1 Reward
Perlu ditekankan disini bahwa reward tidak hanya diukur dengan materi,
akan tetapi juga dipengaruhi oleh interaksi antara manusia serta lingkungan
organisasi, pada saat tertentu manusia terangsang dengan insentif ekonomi atau
materi (material insentives) atau keuntungan-keuntungan ekonomi (economic
rewards). Pada saat lain terangsang dengan insentif yang bersifat nir-
material (non-material insentif) Danim (2004:43).
1. Penghargaan finansial:
2.1.2 Punishment
2. Non-aktif
2.1.3 Kinerja
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dan prestasi kerja dapat disimpulkan
bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil
kerja oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan
cerminan hasil yang dicapai oleh seeorang atau kelompok. Kinerja perorangan (individual
performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja kantor
(corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain apabila
kinerja pegawai (individual performance) baik amaka kemungkinan besar kinerja kantor
(corporate performance) juga baik.
Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik yang
tinggi diantara anggota-anggotanya artinya para anggota mempercayai integritas,
karakteristi, dan kemampuan setiap anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang baik
memerlukan waktu lama untuk membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut
perhatian yang seksama dari pihak manajemen.
“Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan untuk melekukan
penilaian kinerja yang efektif, yaitu (1) adanya kinerja yang dapat diukur secara objektif;
dan (2) adanya ibjektifitas dalam proses evaluasi” (Gomes, 2003: 136). Sedangkan dari
sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Siagian (2008:223-224) “Penilaian kinerja
berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,
kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujua, jalur,
rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organiasi, hasil penilain kinerja
sangat penting dalam kaitannya dengam pengambilan keputusan tentang berbagai hal
seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai aspek lain
dalam proses manajeman sumber daya manusia. Berdasarkan kegunaan tersebut, maka
penilaian yang baik harus dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian criteria yang
ditetapkan secar rasional serta diterapkan sevra objektif serta didpkumentasikan secara
sistematik. Dengan demikian, dalam melakukan penilaian atas prestasi kerja para pegawai
harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para penjabat pimpinan dan bagian
kepegawaian”.
Menurut Bemardin dan Russel (1993) sebagaimana yang telah dikutip oleh
Syahban (2002:26) mengemukakan bahwa ada 6 indikator yang dapat dipergunakan untuk
mengukur kinerja karyawan yaitu:
b. Kuantitas kerja merupakan jaminan siklus aktivitas atas kegiatan yang dapat
di selesaikan dalam periode tertentu.
c. Ketepatan waktu adalah tingkat suatu aktivitas dapat diselesaikan pada
waktu lebih awal dari yang diinginkan, sehingga dapat memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk kegiatan atau aktivitas lainnya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Umam (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh
Reward Dan Punishment Terhadap Kinerja Tenaga Pendidikan UIN Sunan Ampel
Surabaya”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh
Rewrd dan Punishment terhadap kinerja tenaga kependidikan UIN Sunan Ampel
Surabaya. Analisi data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda yang diolah menggunakan computer dengan program SPSS 17.0 for
Windows. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah Reward dan Punishment
memiliki pengaruh yang lemah atau rendah dan tidak signifikan terhadap kinerja
tenaga kependidikan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah :
a. Menggunakan variabel kinerja sebagai variabel terikatnya dan reward dan
punishment sebagai variabel bebasnya
b. Sama-sama menggunakan analisis linier berganda.
Perbedaanya adalah :
a. Penelitian tersebut meneliti pada UIN Sunan Ampel Surabaya sedangkan
penelitian ini pada Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggar Barat.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian latar belakang, perumusan masalah, dan tinjauan
pustaka maka dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual yang penulis gunakanan
pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Reward
(X1)
Kinerja
(Y)
Punishment
(X2)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif
kausal. Penilitian asosiatif kausal bertujuan untuk mengetahui hubungan atara dua variabel
atau lebih. Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat befungsi
untuk menjelaskan, meramal, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2004: 11). Hubungan
yang ingin dicari dalam penelitian ini adalah pengaruh reward dan punishment terhadap
kinerja pegawai di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penelitian dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2019 yang berlokasi pada Kantor Dinas
Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang baralamat di Jl. Langko No.49, Desan
Agung, Kec. Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Adapun pertimbangan
mendasar untuk melakukan penelitian pada Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu :
1. Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat bersedia memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
2. Tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan selama proses penelitian di Dinas
Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai dan pimpinan kantor Dinas
Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjumlah 84 orang. Populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016: 115)
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2019
1 PNS 65
2 CPNS 16
3 PTT 3
JUMLAH 84
Dari identifikasi variabel di atas, maka variabel tersebut dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang nialainya tidak berubah-
ubah dengan adanya perubahan variabel lainnya. Dalam penelitian ini berupa
reward dan punishment yang diterapkan pada pegawai kantor Dinas Perhubungan
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1. Reward (X1)
Gaji
Tunjangan Kinerja
Promosi
2. Punishment (X2)
3. Kinerja (X3)
Kualitas
Kuantitas
Ketepatan Waktu
Efektivitas
Kemandirian
Untuk mendefinisikan suatu variabel terkait dengan penelitian maka dibuat beberapa
pengertian batasan operasional yaitu:
a. Imbalan (reward) adalah persepsi pegawai kantor Dinas Perhubungan Provinsi Nusa
Tenggara Barat tentang suatu yang diterima pegawai sebagai pengganti kontribusi
mereka terhadap apa yang telah mereka berikan pada instansi, sehingga dapat
menimbulkan semangat untuk memiliki kinerja yang baik, indikatornya antara lain:
Gaji
Promosi
1. Teguran lisan
2. Teguran Tertulis
Hukuman disiplin sedang, yaitu hukuman yang dijatuhkan pada pegawai yang
melanggar peraturan disiplin tahap sedang. Misalnya absen berkali-kali, tidak
mendengar perintah atasan, perkelahian, tidak memperbaiki kesalahan yang
pernah dibuat, dsb. Bentuk-bentuk dari hukuman disiplin sedang yaitu:
Hukuman disiplin berat, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada pegawai yang
melanggar peraturan disiplin tahap berat. Seperti tindakan-tindakan criminal,
penyalahgunaan jabatan, dsb. Bentuk-bentuk dari hukuman disiplin kerja yaitu:
c. Kinerja adalah persepsi pegawai Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat
tentang hasil yang dicapai oleh pegawai dalam bidang pekerjaanya yang berlaku
untuk suatu pekerjaan tertentu. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai
kinerja pegawai pada kantor tersebut meliputi:
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Ketepatan waktu
4. Efektivitas
5. Kemandirian
6. Kerjasama
Adapun matriks Operasional variabel dalam penelitian ini adalah dapat dilihat pada
tabel berikut :
b. Tunjangan 2
c. Sanjungan dan 3
Pengakuan
d. Promosi 4
b. Teguran Tertulis 2
c. Pernyataan Tidak 3
Puas Secara Tertulis
b. Penurunan Gaji
Sebesar Satu Kali
5
Kenaikan Gaji Berkala
Paling Lama Satu
Tahun
c. Penundaan Kenaikan
Pangkat Paling Lama
6
Satu Tahun
b. Pembebasan Dari 8
Jabatan
c. Pemberhentian
Dengan Hormat Tidak
9
Atas Permintaan
Sendiri Sebagai
Pegawai
d. Pemberhentian
Dengan Tidak Hormat
10
Sebagai Pegawai
4. Efektivitas d. Kemampuan
Pegawai Pegawai Menggunakan
4
Sumber Daya
Organisasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah teknik angket
yang merupakan teknik angket yang merupakan teknik utama, teknik wawancara dan teknik
dokumentasi sebagai teknik pelengkap. Teknik angket adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara member beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono,2016: 142). Teknik angket (kuesioner) digunakan
untuk mengukur variabel reward, punishment dan disiplin kerja. Sedangkan teknik
wawancara digunakan oleh peneliti untuk melakukan studi pendahuluan guna untuk
mencari dan menumukan permasalahan secara jelas ditempat penelitian (Sugiyono, 2016:
137). Kemudian teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data fakta dan data
yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi.
Alat yang digunakan berupa handphone untuk pengambilan gambar dan merekam
jawaban atau tanggapan dari pihak nara sumber terkait informasi yang didapat.
Pada dasarnya data yang dikumpulkan adalah data kualitatif, kemudian diubah
menjadi kuantitatif yaitu dengan pemberian skor yang diperoleh dari jawaban responden
pada kuesioner yang digunakan. Data kuantitatif ini kemudian diolah dengan pendekatan
statistic.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu data primer dan data
sekunder (Supranto, 2000: 11) :
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan lansung dari obyeknya dan diolah sendiri
oleh suatu organisasi atau perseorangan.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
3. sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalm bentuk publikasi.
Adapun bobot atau skor dari penelitian ini yang diukur dengan skala likert yang
memiliki kreteria jawaban sebagai berikut :
5. Jawaban e (Sangat Tidak Sesuai / Sangat Tidak Pantas / Sangat Tidak Baik) diberi
skor 1.
Interval =
Dari interval tersebut akan diperoleh batasan untuk masing-masing variabel kelas
dan setelah itu nilai rata-rata atau mean masing-masing variabel dimasukan kedalam kelas-
kelas tersebut untuk mengetahui hasil penelitian. Berikut merupakan nilai masing-masing
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ndraha, Taliziduhu. 1999. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: Murai
Kencan.
Hasibuan, Melayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasibuan, Melayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono, 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Irawan, Prasetya. 2002. Analisis Kinerja, Panduan Praktis Untuk Menganalisis Kinerja
Organisasi, Kinerja Proses dan Kinerja Pegawai. Jakarta: STIA-LAN Press.
Bemardin, John H., dan Russel, Joyce E. A. 1993. Human Resource Management: An
Experiental Approach. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Hariadja, Maritho Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
Gomes, Fouston C.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Binarupa Aksara.
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Koencoro, Dwi. 2012. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja pada
Karyawan PT INKA Persero Madiun. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.
Umam. Khairul. 2011. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Tenaga
Kependidikan UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Fakultas Ekonomi UIN Surabaya.