Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., atas karunia dan bimbingan-Nya
sehingga kerja keras kami dalam penerbitan jurnal ilmiah Tanggon Kosala Edisi
Khusus, Juli 2018" dengan tema "Penerapan Ilmu Kepolisian dan Teknologi dalam
upaya Represif Terorisme Guna Mendukung Terciptanya Kerukunan Umat
Beragama" dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tema ini
diangkat antara lain untuk lebih memajukan Akademi Kepolisian dari sisi akademik
atau ilmiah.
Artikel pertama berjudul "Kajian Birokrasi dalam Ilmu Kepolisian" yang ditulis
oleh Irjen Pol Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. Artikel ini memandang bahwa
ilmu kepolisian merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari
fungsi dan lembaga kepolisian dalam mengelola masalah-masalah sosial guna
mewujudkan keteraturan sosial. Birokrasi kepolisian merupakan bagian dari konsep
dan teori ilmu kepolisian yang mempelajari dinamika struktur pada lembaga
kepolisian.
Artikel kedua berjudul "Dinamika Kebhinekaan Beragama: Radikalisme dan
Konflik Beragama di Indonesia" yang ditulis oleh Brigjen Pol Drs. M. Asep
Syahrudin, M.Si., M.H. Artikel ini akan mengantarkan kita pada permasalahan atau
sekurang-kurangnya memberikan catatan kecil atas dinamika kebhinekaan dalam
beragama, khususnya dalam menyikapi berbagai konflik keagamaan atau intoleransi
serta isu radikalisme dan terorisme yang terjadi di Indonesia.
Artikel ketiga berjudul "Terorisme: Deteksi dan Antisipasinya (Dalam
Perspektif Polisi Tugas Umum)" yang ditulis oleh KBP H. Nazirwan Adji W.,S.I.K.,
M.Si. Artikel ini berangkat dari kasus pengepungan LAPAS oleh Narapidana
Terorisme yang terjadi di dalam Mako Brimob Kelapa Dua Depok dan disusul dengan
serentetan kasus bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak bercela, Gereja
Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat di Surabaya dan kasus peledakan
Bom di Mapolrestabes Surabaya.
Artikel keempat berjudul "Peran Polri dalam Menjaga Etika Media Melalui
Penegakan Hukum Guna Membangun Komitmen untuk Meraih Kepercayaan Publik
dalam Menjaga Ketutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia" yang ditulis oleh
KBP Drs. Susilo Teguh Rahardjo, M.Si. Simpulan artikel ini adalah peran aparat
penegak hukum adalah yang paling utama sebagai ujung tombak keadilan, salah
satunya adalah peran aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga segala
bentuk kejahatan yang timbul sebagai akibat penyalahgunaan teknologi informasi
segera dapat teratasi melalui kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
Artikel kelima berjudul "Menangkal Hoax Melalui Penguatan Literasi" yang
ditulis oleh Kombes Pol Ir. H. Slamet Iswanto, S.H. Artikel ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya hoax yang menyebar dalam berbagai media akhir-akhir ini. Hoax ini jika
dibiarkan akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu hoax
harus ditangkal. Salah satu cara untuk menangkal hoax adalah melalui penguatan
literasi pada masyarakat.
Artikel keenam berjudul "Transformasi Kompetensi Abad XXI sebagai
iii
Kurikulum Tersembunyi pada Lembaga Pendidikan Kepolisian" yang ditulis oleh
Kombes Pol Drs. Suparyono, M.H. Artikel ini memandang perlunya transformasi
kompetensi abad XXI dalam kurikulum di Akpol. Agar kurikulum tidak sering
diubah, maka transformasi tersebut dapat diterapkan dalam kurikulum ersembunyi
(hidden curriculum).
Artikel ketujuh berjudul "Menjaga Keberagaman di Indonesia" yang ditulis
oleh Kompol Agus Leksono, S.Sos. Artikel ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan, dll. Kondisi seperti ini pada satu sisi sangat menguntungkan, namun
pada sisi lain juga mengancam kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh karena itu,
keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini harus dijaga supaya tidak
menimbulkan konflik, terlebih lagi perpecahan.
Artikel kedelapan berjudul "Optimalisasi Penggunaan Aplikasi Avis Online Area
Terbatas Berbasis Android dalam Pelayanan Uji Teori Surat Izin Mengemudi oleh
Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Cimahi" yang ditulis oleh Brigtar Fery Afrilio
Christanto. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama.
Artikel kesembilan berjudul "Peran Bhabinkamtibmas dalam Pencegahan
Konflik Sosial Berbasis Agama di Polresta Bogor Kota" yang ditulis oleh Brigtar
Aditya Rizky Nugroho. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama.
Jurnal edisi ini ditutup dengan 11 abstrak skripsi terbaik taruna Akademi
Kepolisian tahun 2018 yang disunting oleh Brigtar Prawira Hirya. Kesebelas abstrak
tersebut adalah (1) Optimalisasi Penggunaan Aplikasi Avis Online Area Terbatas
Berbasis Android dalam Pelayanan Uji Teori Surat Izin Mengemudi oleh Satuan Lalu
Lintas Kepolisian Resor Cimahi (Fery Afrilio Christanto), (2) Peran
Bhabinkamtibmas dalam Pencegahan Konflik Sosial Berbasis Agama di Polresta
Bogor Kota (Aditya Rizky Nugroho), (3) Optimalisasi Penerapan E-Tilang dalam
Proses Birokrasi Denda Tilang di Polres Cianjur (Putu Gede Ega Purwita), (4)
Efektivitas Whatsapp Sebagai Media Komunikasi oleh Bhabinkamtibmas untuk
Mencegah Kasus Curanmor di Polres Cimahi (Fitriani Akrima), (5) Pencegahan
Gangguan Kamtibmas Melalui Pemberdayaan Jaga Lembur Sisi Jalan (Jabursilan)
oleh Bhabinkamtibmas di Polres Sumedang (Putu Ari Sanjaya Putra), (6) Pencegahan
Radikalisme Melalui Optimalisasi Peran Bhabinkamtibmas di Wilayah Hukum
Polresta Bogor Kota Dalam Rangka Harkamtibmas (Sang Made Satria Damara), (7)
Optimalisasi Patroli Biru Satuan Sabhara dalam Mencegah Tindak Pidana dengan
Pemberatan (Curat) di Polres Bandung (Mega Ayundya Nirwaningtyas), (8)
Optimalisasi Peran Unit Dikyasa Polres Cimahi dalam Kegiatan Dikmas Lantas untuk
Meningkatkan Kesadaran Terhadap Etika Berlalu Lintas pada Pelajar SMA (Kevin
Egananta Joshua), (9) Penerapan Program E-Tilang Sebagai Bentuk Penegakan
Hukum Atas Pelanggaran Lalu Lintas di Polres Cimahi (Nur Nisfi Ardiansari), (10)
Peran Bhabinkamtibmas dalam Mencegah Tindak Pidana Pencurian Kendaraan
Bermotor di Polsek Sumedang Selatan (Dina Rizkiana), dan (11) Peran Satuan
Binmas Polres Tasikmalaya Kota dalam Mencegah Tindak Pidana Penipuan (Rerit
Oktafiandi).
Juli 2018
Tim Redaksi Jurnal
iv
DAFTAR ISI
JURNAL ILMIAH KEPOLISIAN Hal
TANGGON KOSALA: EDISI KHUSUS, JULI 2018
KAJIAN BIROKRASI DALAM ILMU KEPOLISIAN 1
Oleh H. Rycko Amelza Dahniel
v
108
PERAN BHABINKAMTIBMAS DALAM PENCEGAHAN KON-
FLIK SOSIAL BERBASIS AGAMA DI POLRESTA BOGOR KOTA
Oleh Aditya Rizky Nugroho
126
ABSTRAK 11 SKRIPSI TERBAIK TARUNA AKPOL 2018
Oleh Prawira Hirya
vi
KAJIAN BIROKRASI DALAM ILMU KEPOLISIAN
ABSTRAK
Hakekat epistemologi ilmu kepolisian sebagai sebuah bidang ilmu pengetahuan yang
multibidang atau antarbidang tidak perlu dipertentangkan karena merupakan sebuah
keniscayaaan alamiah dari sebuah evolusi ilmu pengetahuan yang coraknya akumulatif
dan pengkayaan epistemologis yang bercorak eklektis. Lebih dari itu sebagai sebuah
bidang ilmu pengetahuan juga harus mencakup kajian empirik atas ontologi dan
aksiologi, termasuk metodologinya. Eksistensi ilmu kepolisian harus ditunjukkan
dengan adanya lembaga ilmiah untuk pengembangannya, memiliki perkumpulan
ilmuwan dengan berbagai produk ilmiah yang terpublikasi secara periodik guna
peningkatan kualitas umat manusia. Ilmu kepolisian merupakan sebuah bidang ilmu
pengetahuan yang mempelajari fungsi dan lembaga kepolisian dalam mengelola
masalah-masalah sosial guna mewujudkan keteraturan sosial. Birokrasi kepolisian
merupakan bagian dari konsep dan teori ilmu kepolisian yang mempelajari dinamika
struktur pada lembaga kepolisian.
ternyata tidak selalu dapat dikuan- dapat ditangani secara benar dan
tifikasi, akan tetapi juga harus dapat menyeluruh. Untuk mampu mem-
dipahami sebagai satuan gejala yang buat kerangka acuan tersebut diper-
naturalistik, interpretif dan hermene- lukan kemampuan untuk menseleksi
utik secara holistik. Semoga Tuhan konsep-konsep relevan dan menggu-
Yang Pengasih menerima amal- nakan hakekat hubungan konsep-
ibadah beliau. konsep yang terseleksi tersebut untuk
memahami masalah yang dihadapi,
B. PARADIGMA ILMU KEPO- menguji kesimpulan dari pema-
LISIAN hamannya, apakah sudah benar atau
Pengertian ilmu kepolisian, belum, sebab bila tidak benar, maka
selain yang dijelaskan oleh Prof. teori yang dibuat itu salah dan harus
Harsya Bachtiar dan Prof. Parsudi diulang lagi dengan pembuatan teori
Suparlan, saya juga ingin memper- yang baru (Suparlan, 2008:26).
kaya pemahaman ilmu kepolisian Sebagai sebu-ah cabang ilmu
dan melihatnya sebagai sebuah pengetahuan yang baru dan berdiri
bidang ilmu pengetahuan yang mem- sendiri, maka tentu ilmu kepolisian
pelajari fungsi dan lembaga kepoli- secara filosofis juga harus mampu
sian dalam mengelola masalah sosial menjelaskan ontologi (fokus telaah),
guna mewujudkan keteraturan sosial. aksiologi (keman-faatan bagi umat
1. Sebagai sebuah bidang ilmu manusia) dan metodologi (prosedur
pengetahuan. pengujian) ke-ilmuannya. Ontologi
Sebagai sebuah bidang ilmu dengan ber-bagai teori memberikan
pengetahuan yang berdiri sendiri, seperangkat kerangka kerja (frame-
dengan demikian corak pende- work), sedang-kan epistemologi
katannya harus inter-disiplin (inter- memberikan seperangkat perta-
disciplinary), memiliki paradigma nyaan, dan metodologi dengan anali-
sendiri yang terbentuk secara episte- sisnya memberikan seperangkat cara
mologi bercorak akumulatif dan untuk melakukan pengujian.
eklektis. Pendekatan antar-bidang 2. Mempelajari fungsi kepolisian
secara sederhana merupakan sebuah Ilmu kepolisian sebagai ilmu
pendekatan atau sudut pan-dang yang mempelajari fungsi kepolisian.
yang digunakan sebagai acuan untuk Fungsi kepolisian harus dilihat se-
meramu sejumlah konsep un-tuk bagai seperangkat kegiatan opera-
menjadi teori atau teori-teori. Hasil sional kepolisian dalam mengelola
ramuan atau teori tersebut digunakan masalah-masalah sosial (outward
sebagai kerangka acuan atau pedo- looking) guna terwujudnya kete-
man bagi memahami sesuatu masa- raturan sosial. Dengan demikian kon-
lah yang menjadi perhatian un-tuk sep ini terdiri atas tiga unsur utama,
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 5
yaitu seperangkat kegiatan operasio- ses pembangunan dan berjalannya
nal kepolisian, masalah-masalah aktivitas kehidupan warga masya-
sosial, dan keteraturan sosial. Dua rakat. Dalam konteks ini, fungsi
unsur yang terakhir akan dijelaskan kepolisian harus mampu mencegah,
lebih lanjut pada bagian berikutnya. meredam, meniadakan, dan bahkan
Seperangkat kegiatan opera- harus menumpas berbagai gejala
sional kepolisian menunjuk adanya yang dapat mengganggu, meng-
beberapa kegiatan untuk men- hambat, merugikan, dan bahkan
jalankan tugas-tugas operasional ke- merusak jalannya proses pemba-
polisian atau kegiatan yang sejenis. ngunan dan produktivitas kehidupan
Seperangkat kegiatan sejenis yang warga masyarakat. Berbagai gejala
bekerja untuk mencapai satu tujuan yang mengganggu itu merupakan
yang telah ditentukan itu harus dilihat bagian dari masalah-masalah sosial
sebagai sebuah fungsi. Konsep fung- yang harus dikelola secara sistematis
si selalu dikaitkan dengan konsep guna terjaminnya proses pemba-
sistem, yaitu dalam kaitannya dengan ngunan dan produktivitas kehidupan
unsur-unsur dalam sebuah sistem warga masyarakat serta mewujudkan
yang berada dalam hubungan fungsi- ketertiban sosial. Oleh karena proses
onal, saling mendukung dan menghi- pembangunan dan berbagai aktivitas
dupi, yang secara bersama-sama kehidupan warga masyarakat di-
memproses masukan untuk menjadi lakukan guna terpenuhi berbagai ke-
keluaran. Fungsi kepolisian adalah butuhan, terjadinya peningkatan
fungsional dalam kehidupan manusia kualitas hidup, dan terbangunnya
bermasyarakat dan bernegara, oleh peradaban umat manusia yang lebih
karena itu fungsi kepolisian harus di- aman, lebih adil dan lebih sejahtera,
lihat sebagai bagian dari sistem ma- maka sesungguhnya fungsi kepoli-
syarakat dan negara yang secara ke- sian itu berperan sebagai penjaga
seluruhan menunjuk kepada sebuah untuk meningkatkan kualitas hidup
proses dari berbagai aktivitas ope- manusia (the guardian to enhance
rasional yang saling berhubungan quality of life).
dan saling menghidupi satu dengan Seperti telah dijelaskan diatas,
lainnya, yaitu memproses masukan bahwa fungsi kepolisian yang terdiri
berupa pembangunan nasional men- dari seperangkat kegiatan opera-
jadi keluaran berupa keamanan, ke- sional kepolisian, dalam pelaksa-
tertiban dan kesejahteraan. naannya dilakukan secara simultan
Fungsi kepolisian yang terwujud untuk mengelola masalah-masalah
atas seperangkat kegiatan ope- sosial. Seperangkat kegiatan opera-
rasional kepolisian, memiliki peran sional kepolisian itu dikelola dalam
untuk memastikan terjaminnya pro- tiga strategi yang dilaksanakan se-
6 Rycko Amelza Dahniel, Kajian Birokrasi Dalam Ilmu Kepolisian
cara simultan dan dalam intensitas kadar masalah sosial yang terjadi,
yang berbeda-beda sesuai dengan masing-masing strategi memusatkan
tingkatan atau eskalasi masalah so- perhatiannya untuk mengelola tiap
sial yang dihadapi (simultaneous kadar eskalasi situasi yang menjadi
strategy to social problem). Tingka- fokus perhatiannya, masing-masing
tan atau eskalasi masalah sosial strategi saling memberi informasi
seringkali dan dapat digambarkan se- dan saling mendukung. Tiga strategi
bagai sebuah gunung es yang tidak itu meliputi strategi pada fungsi de-
bergerak dalam satu garis yang teksi dini dan premitif, preventif, dan
kontinum. Ketiga strategi ini meru- represif - investigatif.
pakan rangkaian kegiatan fungsi ke- Diawali dengan strategi pada
polisian yang proaktif dan akan di- fungsi deteksi dini dan premitif yang
tinjau dari dua sisi Teori Gunung Es. utamanya dan efektif untuk men-
Pada sisi Teori Gunung Es yang jawab ketika masalah sosial masih
pertama, menunjukkan bahwa ketiga tersimpan dalam setiap aspek
strategi ini efektif digunakan untuk kehidupan manusia, masih terwujud
menjawab secara proaktif terhadap dalam bentuk potensi-potensi gang-
masalah sosial atau gangguan kam- guan atau faktor-faktor korelatif kri-
tibmas yang dibedakan atas tiga eska- minogen, dan belum muncul keper-
lasi atau tingkatan ancamannya, yang mukaan dalam bentuk gangguan.
digambarkan dalam Teori Gunung Pada tahap berikutnya adalah strategi
Es. Tiga strategi ini bekerja secara pada fungsi preventif, yaitu sepe-
simultan dengan intensitas yang rangkat kegiatan proaktif yang
berbeda menurut kebutuhan dan es- utamanya dan efektif dilakukan
kalasi masalah sosial yang terjadi, ketika eskalasi masalah sosial dinilai
sehingga tidak bergerak dalam satu pada tingkatan ambang gangguan
garis yang kontinum, atau dengan atau police hazard. Fungsi preventif
kata lain ketiga strategi dilaksanakan dilakukan melalui seperangkat
secara bersama-sama, saling ber- tindakan pencegahan agar tidak ter-
hubungan, dan saling mendukung jadi gangguan, ketidak-teraturan, pe-
satu dengan lainnya. Tidak ada satu langgaran, dan kejahatan. Dan, selan-
strategi yang paling tepat untuk jutnya strategi pada fungsi inves-
menghadapi semua situasi, dan tidak tigatif dan represif yang diperlukan
ada satu situasi yang hanya dapat untuk menjawab ketika eskalasi
dikelolanya secara efektif dengan masalah sosial telah meuncul
satu strategi saja. Bisa saja semua kepermukaan dan terwujud sebagai
strategi dilaksanakan secara ber- gangguan yang nyata atau ancaman
sama-sama untuk mengelola satu faktual. Pada tahapan ini dilakukan
situasi sesuai dengan intensitas dan serangkaian upaya penegakan hu-
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 7
kum (represif), termasuk upaya- tindakan yang akan dilakukan.
upaya penyelidikan dalam rangka Strategi pada fungsi deteksi dini
pengumpulan data dan informasi (in- merupakan serangkaian kegiatan
vestigatif). untuk mengumpulkan berbagai
Pada sisi sisi yang kedua Teori informasi dari seluruh aspek kehi-
Gunung Es, menunjukkan bahwa ke- dupan masyarakat, melakukan peni-
tiga strategi simultan itu juga dapat laian, identifikasi, pemahaman ber-
dipandang dari segi proses aktua- bagai faktor yang dapat menim-
lisasinya. Masing-masing strategi bulkan masalah sosial. Fungsi
akan bergerak secara kesisteman, di- deteksi dini bertujuan untuk mela-
mulai dari tataran fundamental, in- kukan pemetaan berbagai masalah
strumental, sampai kepada praktek sosial dan potensi gangguan (social
atau implementasinya. Pada tataran problem mapping) dari seluruh aspek
fundamental menunjuk pentingnya kehidupan masyarakat, memberikan
membangun sebuah kesadaran ber- peringatan dini (early warning) dan
sama, membangun sinergi para rekomendasi kepada pemangku
pemangku kepentingan menjadi se- kepentingan untuk mengambil ke-
buah kekuatan yang dasyat untuk putusan, utamanya tindakan pen-
bersama-sama mengidentifikasi, cegahan proaktif yang perlu di-
memetakan, membangun kesadaran, lakukan pada tahapan strategi yang
membuat opsi dan menentukan solu- lain. Pada tahapan ini diperlukan
sinya. Kemudian memasuki tataran berbagai konsep dan teori penge-
instrumental merupakan proses tahuan deteksi dini kepolisian,
aktualisasi dari kesepamahaman dan intelijen kepolisian dan teknologi
berbagai opsi yang telah dibangun kepolisian yang diramu dari berbagai
pada tahap sebelumnya, dengan me- konsep dan teori Sosiologi,
rumuskan berbagai aturan main (rule Antropologi, Ilmu Hukum, Ilmu
of game) yang dapat diterima, sesuai Komunikasi, Ilmu Komputer dan
kemampuan sumberdaya yang di- Teknologi Informasi lainnya.
miliki, dan tingkat kewenangan Selanjutnya strategi pre-emtif
semua pemangku kepentingan. Se- berisi berbagai upaya pembinaan
lanjutnya pada tataran proses puncak masyarakat dalam meningkatkan
atau praktek atau implementasi me- kapasitas warga dalam memelihara
rupakan aksi nyata yang dilakukan keamanan dan ketertiban, dengan
bersama-sama secara sinergi dengan tujuan meningkatkan daya tangkal,
senantiasa memperhatikan peluang daya cegah dan daya lawan warga
dan ancaman (opportunities and terhadap berbagai gangguan kam-
threats) serta kekuatan dan kele- tibmas. Strategi pada fungsi pre-
mahan (strength and weakness) atas emtif disebut juga indirect prevention
8 Rycko Amelza Dahniel, Kajian Birokrasi Dalam Ilmu Kepolisian
oleh sekumpulan manusia dan per- Max Weber dilahirkan dengan nama
bedaan antara pejabat dengan se- Maximilian Weber dikenal sebagai
orang pekerja yang bukan pejabat founder of modern sociology meru-
adalah pada otoritas yang dimiliki pakan salah satu ilmuwan yang
oleh pejabat. Pejabat yang diangkat memberikan sumbangan terbesar pa-
dan memiliki otoritas dapat berasal da teori organisasi generasi pertama
dari organisasi bisnis maupun orga- dengan pendekatan klasik memper-
nisasi publik atau pemerintah yang kenalkan sebuah model ideal dari
melaksanakan fungsi pelayanan organisasi yang disebut dengan
kepada masyarakat. bureaucracy. Birokrasi sebagai se-
Tugas pemerintah adalah buah tipe ideal dari struktur orga-
untuk menjamin tertib sosial dalam nisasi yang sangat efesien dalam
rangka mencapai kesejahteraan pencapaian tujuan organisasi me-
masyarakat melalui tugas-tugas miliki karakteristik division of labor,
pelayanan publik yang dilaksanakan a clear authority hierarchy, formal
pemerintah. Rasyid (1997) menya- selection procedures, detailed rules
takan bahwa untuk mencapai hal and regulations and impersonal
tersebut institusi pemerintah memi- relationship (Mintzberg, 1983;
liki tujuh bidang tugas, yaitu men- Robbins, 1990; Albrow, 1996).
jamin keamanan, memelihara keter- Konsep birokrasi sebagai sebuah
tiban, menjamin keadilan, melaku- struktur organisasi sangat ideal untuk
kan pekerjaan umum, meningkat-kan jenis organisasi yang besar, terdiri
kesejahteraan, memelihara sum- dari para pejabat (beamter) yang
berdaya dan lingkungan hidup. diangkat dan memiliki struktur karir
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi berdasarkan kompetensi atau merit
tersebut, maka pemerintahan kemu- system, tugas-tugas dibagi dalam
dian membutuhkan organ pelaksana biro-biro atau bagian-bagian secara
yang mengoperasionalkan tugas- terspesialisasi yang diisi oleh pejabat
tugas pemerintahan secara nyata yang profesional, yang hanya
dalam kehidupan masyarakat. Organ menjalankan tugas-tugasnya secara
pelaksana inilah yang dikenal dengan rasional dengan otoritas yang legal,
birokrasi. adanya hirarki dan rangkaian
2. Konsep Birokrasi Modern perintah (chain of command) dan
Konsep birokrasi modern dalam diberikan fasilitas dan sumberdaya
sejarah evolusi teori-teori organisasi dari organisasi sehingga terjadi
disampaikan oleh seorang Sosiolog pemisahan kepemilikan pribadi
Jerman, Max Webber (1918) dalam dengan organisasi secara impersonal.
kelompok pertama teori-teori orga- Tipe organisasi formal ini disebut de-
nisasi dengan pendekatan klasik. ngan birokrasi dengan model
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 17
rasional (Gerth & Mills, 1958; Hoy & rules and policies), memiliki prose-
Miskel, 1978; Lubis & Huseini, dur yang baku untuk tiap-tiap
1987; Kasim, 1993; Garston, 1993; pekerjaan (standardized procedures
Albrow, 1996; Setiono, 2002). for each job), memiliki sebuah struk-
3. Otoritas dalam Birokrasi tur karir yang didasarkan kompeten-
Konsep awal yang mendasari si (a career based on promotion for
birokrasi modern adalah tulisan- technical competence), hubungan-
tulisan Max Webber yang menjelas- hubungan lebih yang impersonal
kan pemikirannya bahwa birokrasi (impersonal relation), dan koordi-
rasional adalah sebuah konsep biro- nasi datang dari tingkatan diatasnya
krasi yang muncul atas dasar kaidah- atau lebih (all coordination from a
kaidah otoritas hukum, bukan oleh level or more above), (Albrow, 1970;
karena sebab lain, seperti otoritas Mintzberg, 1983; Lubis, 1987;
tradisional maupun otoritas kharis- Robbins, 1990; Garston, 1993;
matis. Otoritas hukum atau legal Setiono, 2002).
diperoleh berdasarkan pada tata Sebagai sarana bagi pemerintah
hukum sesuai dengan prosedur yang dalam melaksanakan pelayanan
ditetapkan hukum, manusia lain publik, birokrasi adalah tipe dari su-
mentaatinya karena hukum menga- atu organisasi yang dimaksudkan
takan demikian. Otoritas legal Web- untuk mencapai tugas-tugas admi-
ber menjadi dasar adanya birokrasi nistratif yang besar dengan cara
rasional yaitu lembaga birokrasi mengkoordinasi secara sistematis,
yang berdasarkan pada norma-norma rasional dan efesien dari pekerjaan-
yang tercipta secara sadar dan rasio- pekerjaan dan banyak manusia.
nal menurut tertib hukum serta Birokrasi dibentuk agar keputusan-
berfungsi sesuai dengan tujuan keputusan pemerintah dapat dilaksa-
sarana yang ada. nakan dengan sistematis melalui
4. Karakteristik Birokrasi Rasional aparat-aparat negara. Keputusan-
Weberian keputusan politis hanya akan ber-
Sebuah organisasi yang mengarah manfaat bagi setiap warga negara jika
kepada model birokrasi rasional pemerintah mempunyai birokrasi
weberian memiliki karakteristik yang tanggap, sistematis dan efesien
adanya sebuah hirarki dan rangkaian (Kumorotomo, 1994; Thoha, 1995).
perintah (a hierarchical chain of Dengan demikian fungsi pokok
command), pembagian tugas-tugas birokrasi dalam negara adalah men-
kedalam fungsi-fungsi (speciali- jamin terselenggaranya kehidup-an
zation of function), aturan dan negara, memberikan pelayanan
kebijakan organisasi dibuat secara kepada publik dan menjadi alat ma-
seragam dan tertulis (uniform written syarakat dalam mencapai tujuan
18 Rycko Amelza Dahniel, Kajian Birokrasi Dalam Ilmu Kepolisian
ideal suatu negara (Setiono, 2002; atau tugas-tugas polisi terus ber-
Prasojo, 2006). langsung, karena keberadaan polisi
D. PENUTUP adalah hasil tanggapan dari masya-
Corak administrasi dan birokrasi rakat yang bersangkutan dan untuk
kepolisian juga tidak sama antara kepentingan masyarakat tersebut.
satu masyarakat perkotaan dengan Pada masyarakat pedesaan corak ad-
masyarakat perkotaan lainnya. ministrasi dan birokrasi polisi akan
Semakin kompleks masyarakatnya, lebih santai terutama dalam hu-
secara demografi, etnik atau rasial, bungan dengan kegiatan-kegiatan se-
kebudayaan, kemampuan ekonomi sama polisi dan masyarakatnya
warganya, serta politik, maka akan (Suparlan, 1997:67). Administrasi
semakin kompleks juga fungsi-fung- dan lingkungan saling mempenga-
si administrasi serta corak birokrasi ruhi, keadaan lingkungan mem-
pelayanan dan masing-masing kantor pengaruhi administrasi (Djamin,
polisi tersebut. Hubungan antara ma- 1995). Hubungan fungsional antara
syarakat dengan polisi adalah saling polisi dan masyarakat serta antara
mempengaruhi, atau lebih tepatnya konteks, lokalitas lingkungan dan ke-
keberadaan polisi dalam masyarakat budayaan mempengaruhi adminis-
adalah fungsional dalam struktur ke- trasi dan corak birokrasi kepolisian
hidupan. Perubahan fungsi-fungsi (Dahniel, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Kebhinekaan yang tercermin dalam keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa dianggap sebagai kekayaan
bangsa, baik dari segi etnis yang berjumlah lebih dari 300 kelompok, 1.340 suku bangsa
yang memiliki 746 bahasa yang tersebar di seluruh Indonesia, adat istiadat, budaya, serta
agama dengan berbagai kepercayaan yang ada,ternyata memiliki sisi yang rawan berupa
potensi perpecahan atau konflik yang implikasinya bisa sangat luas dan mendalam.
Keragaman yang memiliki potensi konflik tinggi dan sentral yaitu isu yang berkenaan
dengan keragaman beragama. Isu agama merupakan isu yang sangat sentral dan cepat
menimbulkan konflik dikalangan masyarakat. Pada tahun 2017 tercatat 155 pelanggaran
kebebasan beragama dan berkeyakinan yang terjadi di 29 provinsi di Indonesia.
Kemudian yang terhangat, pelanggaran juga terjadi di 2018 diantaranya pembubaran
kegiatan bakti sosial Gereja Katolik St. Paulus Pringgplayan, Bantul, Yogyakarta,
pengusiran seorang biksu di Tangerang, Banten dan penyerangan di Gereja Katolik
St.Lidwina, Trihanggo, Sleman. Dalam konteks Indonesia, pengelolaan kebhinekaan
beragama yang dibingkai dalam kesatuan (diversity in unity) menjadi sangatlah penting.
Dinamika keragaman dalam beragama merujuk kepada lahirnya toleransi dan kerukunan
antar umat beragama.Untuk itu, agama berfungsi menjaga ketertiban dan keteraturan
dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tercipta sistem budaya dan tatanan sosial yang
mapan serta akan menjadi pilar kedamaian sebuah bangsa. Tulisan ini akan
mengantarkan kita pada permasalahan atau sekurang-kurangnya memberikan catatan
kecil atas dinamika kebhinekaan dalam beragama, khususnya dalam menyikapi berbagai
konflik keagamaan atau intoleransi serta isu radikalisme dan terorisme yang terjadi di
Indonesia.
tidak ada paksaan untuk (memasuki) daerah baru baru ini, antara lain per-
agama (Islam); sesungguhnya telah sekusi terhadap kelompok Ahma-
jelas jalan yang benar daripada jalan diyah di Madura, NTB, dan daerah
yang sesat. lain ,penyerangan gereja, ancaman
Meskipun kerukunan hidup ledakan bom di Kelenteng Kwan Tee
beragama sudah berjalan dengan Koen, Karawang, Jawa Barat. Pe-
baik di Indonesia. Namun, kasus-ka- rusakan masjid di Tuban. Kasus
sus intoleran di Indonesia harus tetap kekerasan agama terjadi di Yogya-
diwaspadai sehingga kita harus terus karta. Seorang pemuda bersenjata
memperkuat kerukunan antar umat pedang menyerang jemaat di Gereja
beragama. Pesan-pesan kerukunan Santa Lidwina, Desa Trihanggo, Ke-
hidup beragama seperti saling meng- camatan Gamping, Kabupaten Sle-
hormati dan menghargai itu harus man. Pelaku penyerangan diduga ter-
senantiasa disosialisasikan, tidak ha- pengaruh paham radikalisme hingga
nya oleh pemimpin agama yang melakukan aksi penyerangan ke
berbeda, tapi oleh pemimpin politik, tempat ibadah. Setara Institut menye-
sosial dan budaya. butkan terjadi dua serangan brutal
terhadap tokoh agama. Pertama
B. PEMBAHASAN penganiayaan ulama sekaligus Pim-
1. Kebhinekaan dan Konflik pinan Pusat Persatuan Islam (Persis)
Beragama HR Prawoto, oleh orang tak dikenal,
Pada hakikatnya kebhinekaan hingga nyawanya tidak dapat
adalah roh dan nyawa jiwa nasi- diselamatkan. Kedua, penganiayaan
onalisme keindonesiaan. Sayangnya, pada ulama, tokoh NU, sekaligus pe-
konsep kebhinekaan hanya di-ako- ngasuh Pondok Pesantren Al Hida-
modir sebagai imajinasi ke-kuasaan, yah Cicalengka Bandung, Jawa
artinya negara telah gagal dalam Barat, K.H. Umar Basri.
mengelola kebhinekaan. Kebhine- Berkaitan dengan konflik ke-
kaan dilihat dalam kaca mata politik agamaan yang terjadi di beberapa
dan ekonomi semata, sehingga jika daerah, pemerintah, pemuka agama,
dipandang tidak akan menguntung- dan elite ormas-ormas keagamaan
kan secara ekonomi dan politik maka harus menyadari bahwa potret riil ke-
kebhinekaan yang merupakan ibu rukunan beragama itu terletak di-
kandung nusantara tidak menjadi tingkat akar rumput. Konflik yang
prioritas dalam praktek politik ke- dipicu oleh sentimen keagamaan pa-
kuasaan. da hakekatnya berawal dari kurang-
Implikasi dari kegagalan negara nya kedewasaan dalam beragama.
mengelola kebhinekaan, menga- Kedewasaan dalam beragama ter-
kibatkan potensi konflik semakin cermin dalam menyikapi berbagai
marak dan meluas. Sejumlah kasus isu dengan penuh bijaksana dan
intoleransi telah terjadi di beberapa menjunjung tinggi rasa toleransi
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 23
antarumat beragama, baik sesama agama lain. Sikap toleransi dan
antar pemeluk agama yang sama saling menghormati hak orang lain
maupun yang berbeda. Dengan yang menganut ajaran agamanya. Si-
kedewasaan beragama, umat tidak kap saling menahan diri terhadap
mudah terpancing dan terprovokasi ajaran, keyakinan dan kebiasan ke-
dengan berbagai isu yang mengadu lompok agama lain yang berbeda,
domba antar pemeluk umat sehingga yang mungkin berlawanan dengan
masalah tersebut dapat diselesaikan ajaran, keyakinan dan kebiasaan
dengan kepala dingin tanpa harus sendiri. Masih segar diingatan kita
saling menyalahkan atau mencari kasus penistaan yang dilakukan Gu-
kambing hitam. Kedewasaan dalam bernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
beragama ini tidak mungkin akan Purnama (Ahok), dimana Pernya-
dicapai, jika dalam memahami taan Ahok tentang Surat Al Maidah
agama hanya bersifat parsial, tidak Ayat 51 dapat mengancam toleransi
mendalam dan hanya sebatas ritual antar-umat beragama, karena tole-
tanpa memahami subtansi beragama ransi dibangun atas dasar saling me-
serta tidak mau terbuka. Sikap nghormati.
keagamaan semacam inilah yang Dalam QS. Al-Hujarat ayat 13,
sering menimbulkan berbagai Allah SWT berfirman yang artinya:
masalah di lapangan. Peran para "Wahai manusia ! sungguh, kami
pemuka agama, tokoh masyarakat, telah menciptakan kamu dari seorang
dan pemerintah sangat diperlukan laki-laki dan perempuan, kemudian
dalam pencapaian solusi yang kami jadikan kamu berbangsa-bang-
terbaik. Dengan semangat mencari sa dan bersuku-suku agar kamu sa-
solusi bersama dan menjauhkan dari ling mengenal…”
berbagai prasangka buruk, tidak Sedangkan dalam QS. Alkafirun
mustahil berbagai permasalahan ayat 6, Allah SWT berfirman yang
dapat diselesaikan dengan penuh artinya: "…Untukmu agamamu dan
kedewasaan. Islam dalam hal ini untukku agamaku".
mengedepankan sikap saling terbuka Dengan demikian tidak ada
dan larangan berburuk sangka (QS. alasan dalam islam, sebagai pem-
Al-Hujurat ayat 12) bawa rahmat bagi semesta alam
Pluralitas agama hanya dapat (Rahmatan lil 'alamin) dan dengan
dicapai seandainya masing-masing toleransi untuk tidak adanya paksaan
kelompok bersikap lapang dada satu dalam beragama, sebaliknya
sama lain. Sikap lapang dada dalam mengajarkan untuk saling mengenal
kehidupan beragama akan memiliki dan tolong menolong dalam
makna bagi kemajuan dan kehidupan kebajikan untuk terjadinya tinakan
masyarakat plural, apabila ia intoleransi, radikalisme seperti yang
diwujudkan dalam sikap saling mem- termaksud dalam surat Al-Maidah
percayai atas itikad baik golongan ayat 2 Allah berfirman yang artinya :
24 M. Asep Syahrudin, Dinamika Kebhinekaan Beragama: Radikalisme dan Konflik Beragama ...
ABSTRAK
Kasus pengepungan LAPAS oleh Narapidana Terorisme yang terjadi di dalam Mako
Brimob Kelapa Dua Depok dan disusul dengan serentetan kasus bom bunuh diri di
Gereja Katolik Santa Maria Tak bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja
Pantekosta Pusat di Surabaya dan kasus peledakan Bom di Mapolrestabes Surabaya telah
menyentak publik. Sangat jelas terasa aroma bahwa saat ini "Polri telah menjadi target
dan sasaran kelompok teroris. Padahal dimasa awal, sasaran kelompok teroris sangatlah
jelas, yakni Amerika Serikat / Barat. Penjelasan yang disampaikan kepada publik,
dimana penyebab hal itu terjadi disebabkan Polri dalam melakukan proses penegakan
hukum terhadap kelompok teroris tidak sedikit yang harus dilumpuhkan bahkan sampai
meninggal dunia. Boleh jadi hal itu benar, namun permasalahan pokoknya terletak pada
opini para personil Polisi tugas umum bahwa "mereka jelas melihat uniform kita dan kita
tidak tahu siapa mereka". Hal ini mengindikasikan multiplayer effect khususnya
terhadap moril personil polisi tugas umum yang sehari-hari berada di lapangan dalam
melayani, melindungi dan melayani masyarakat.
Kata Kunci: terorisme, deteksi, perspektif polisi
dari keberadaan masyarakat yang Dalam kaitan ini para pemimpin Polri
sehari-hari akan selalu datang ke di suatu kesa-tuan kewilayahan harus
Mako Polri, baik itu untuk urusan memiliki kemampuan komunikasi
pribadi, keluarga, lingkungan mau- advokasi yang akan memberikan
pun kedinasan. Namun kini jelas fokus kepada strategi bagaimana
telah tampak di depan publik, suatu mempengaruhi sikap orang lain
kondisi Mako yang sangat "kaku dan terhadap suatu kebi-jakan yang akan
seram" dan terkesan militeristik. diambil, terutama terhadap mereka
Padahal Mako Polri dan kegiatan yang menolak atau dalam posisi
Polri dimanapun akan selalu ber- mengambang.
sentuhan dengan masyarakat, karena Harus pula disadari bahwa rapat
memang Polri adalah pelayan, pelin- bersama diantara stake holder guna
dung dan pengayom masyarakat. membahas penanggulangan teroris-
2. Membangun Kolaborasi me sangat intensive dilakukan, na-
Apabila kita telah medudukkan mun pertanyaannya adalah apakah
problem dalam penanggulangan te- rapat-rapat tersebut telah mencip-
rorisme dengan sudut pandang takan terwujudnya suatu "Symbiotic
holistik, maka menurut hemat Teams" ? Dimana setiap orang telah
penulis, barulah akan terlihat jelas terikat hatinya dengan tidak ada lagi
peta dari solusi yang bisa diambil. ego sektoral !
Namun ini bukan perkara mudah, Oleh sebab itu, pola pemikiran
sebab dituntut adanya suatu kolabo- rapat bersama yang selama ini dila-
rasi. Kolaborasi adalah bentuk kerja kukan haruslah dirubah "design
sama untuk mencapai hasil yang thingkingnya" menjadi dialog dan
diinginkan sekaligus melahirkan silaturahmi. Duduk sama rendah,
kepercayaan diantara pihak yang berdiri sama tinggi. Apalagi Polri
terkait (Ilza : 2011). yang berada pada posisi "sasaran
Apabila kita telah menyadari tembak", justru harus lebih rendah
akan pentingnya kolaborasi tersebut hati dalam menerima koreksi dan
maka inti tahapan dalam pelaksa- kritik yang membangun. Penulis
naannya adalah terwujudnya Sym- percaya akan banyak ide-ide dan
biotic Teams, yang menuntut para masukan yang strategis dan positif
stake holder untuk menurunkan ego bilamana langkah-langkah tersebut
sektoral masing-masing, melakukan mulai diimplementasikan. Kunci
pemilihan dan fokus pada alternative pokoknya adalah jelas, yaitu ego
solusi serta menyadari bahwa semua sektoral yang tinggi. Dan justru
pihak yang terlibat apabila menemui disinilah letak kunci solusinya.
kegagalan maka semuanya turut Siapa yang mampu menfasilitasi dan
bersalah dan ikut bertanggungjawab. mengimplemen-tasikannya, maka
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 31
dialah pemimpin yang kolaboratif. "gerakan" harus lebih diintensifkan.
Namun dalam impelementasinya,
C. PENUTUP harus mengikutsertakan tokoh ma-
Reposisi tata Letak Mako Polri, syarakat dan alim ulama. Hal ini ter-
Saat ini posisi Mako Polri terlalu bukti akan membawa perbedaan ha-
terbuka dan berada pada posisi yang sil bila dibandingkan pola yang sudah
sangat dekat dengan jalan raya. Hal ada selama ini. Kerangka "sila-
ini jelas tidak lagi bisa diperta- turahmi" dalam makna yang sesung-
hankan, utamanya melihat fenomena guhnya harus betul betul dilaksana-
yang terjadi belakangan ini. Sehing- kan.
ga disarankan untuk mereposisi de- 2. Sarasehan di Akademi Kepolisi-
sign Mako sehingga agak ke dalam an
dan diharapkan juga dalam mela- Akpol sebagai lembaga pendi-
kukan pemeriksaan lebih menge- dikan dan civitas akademika mem-
depankan personil tidak bersenjata punyai peran yang sentral dan inde-
namun tetap didampingi oleh per- penden untuk membahas problema-
sonil yang bersenjata, sehingga kesan tika terorisme di Indonesia. Untuk itu
"gawat" dan kontraproduktif lebih disarankan sebuah kegiatan sarase-
bisa diminimalisir. han yang multidisipliner dengan me-
Namun demikian, seandainya ngajak serta alim ulama maupun
hal ini sulit untuk dilakukan maka mantan Narapidana terorisme guna
setidaknya aktivitas dan kegiatan di membahas kompleksitas proble-
halaman depan Mako Polri harus matika tersebut. Diharapkan suatu
dialihkan ke bagian dalam. Sehingga konsep yang holistik akan terbangun
suasana depan Mako Polri akan baik untuk jangka pendek, jangka
terlihat lebih steril dan tenang, secara sedang maupun jangka panjang.
otomatis akan memudahkan anggota Kemudian bagi Taruna Akpol,
Polri dalam pengawasan serta me- hal ini akan membawa manfaat di-
ngurungkan niat orang-orang mau- dalam ikut mengelola sebuah sara-
pun kelompok yang berusaha menye- sehan yang melibatkan banyak tokoh
rang Mako Polri. dan figur didalamnya. Selain itu, hal
1. Pendekatan melibatkan Alim ini akan menjadi bekal bagi mereka
Ulama saat kelak menjadi peminpin dari ke-
Penajaman oleh fungsi Intelijen satuan Polri. Saat jaman mereka tiba,
pada kantong kantong yang telah ter- mereka tahu harus berbuat apa dan
deteksi akan mengarah pada sebuah bagaimana mengantisipasinya.
PERAN POLRI DALAM MENJAGA ETIKA MEDIA MELALUI
PENEGAKAN HUKUM GUNA MEMBANGUN KOMITMEN
UNTUK MERAIH KEPERCAYAAN PUBLIK DALAM MENJAGA
KETUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
ABSTRAK
DAFTAR PUSTAKA
Prasetiadi, A.E. 2018. "Web 3.0: Teknologi Web Masa Depan." Jurnal Industri
Elektro dan Penerbangan 1(3).
Ramli, Ahmad M. 2004. "Prinsip-Prinsip Cyber Law dan Kendala Hukum
Positif dalam Menanggulangi Cyber Crime". Modul I e-Learning
Mabes Polri.
Widowaty, Yeni. 2004. "Aspek Hukum Tindak Pidana Cyber Crime Dalam
Penanggulangan Teknologi Informasi". Makalah ini disampaikan
dalam seminar Nasional Problematika perkembagan Hukum Ekenomi
dan Teknologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tanggal 29 Mei 2004.
Yamin, Didi S. 2004. "Upaya POLRI dalam Menangani Tindak Pidana
Kejahatan di Bidang Teknologi Informasi. Makalah ini disampaikan
dalam Seminar Nasional Problematika Perkembangan Hukum
Ekonomi dan Teknologi, diselenggarakan di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 29 Mei 2004.
Yates, D. and S. Paquette .2010. "Emergency knowledge management and
social media technologies: A case study of the 2010 Haitian
earthquake". Proceedings of the 73rd ASIS&T Annual Meeting on
Navigating Streams in an Information Ecosystem-Volume 47,
American Society for Information Science.
MENANGKAL HOAX MELALUI PENGUATAN LITERASI
ABSTRAK
Akhir-akhir ini hoax menjadi momok yang mengancap persatuan dan kesatuan bangsa
karena muncul setiap saat dan tersebar secara cepat dan luas ke masyarakat. Dalam catatan
pemerintah saat ini ada kurang-lebih 800 ribu situs yang menyebarkan hoax. Menghadapi
kondisi semacam ini tentu saja tindakan cepat harus segera dilakukan. Pemerintah tentu saja
sudah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kondisi tersebut. Namun, yang
juga penting untuk diperhatikan; apa tindakan kita sebagai masyarakat untuk ikut serta
membantu pemerintah dalam menanggulangi hoax yang tampaknya cukup masif akhir-
akhir ini; dan dengan cara bagaimana kita bisa melakukannya. Secara teoretis, penguatan
literasi dapat ditempuh untuk menangkal hoax tersebut. Beberapa langkah untuk
menangkal hoax dilakukan, di antaranya pembuatan Badan Siber Nasional. Target
dibentuknya lembaga ini bukan sekadar beredarnya berita hoax, tetapi juga lebih kepada
pertahanan siber. Kominfo memiliki situs untuk pengaduan konten-konten yang dianggap
hoax. Kepolisian Republik Indonesia sendiri, selain membentuk Kepala Biro (Karo)
multimedia yang bertugas menetralisasi dan mengklarifikasi berita-berita hoax di media
sosial, juga aktif untuk mengedukasi masyarakat tentang larangan menyebarkan berita hoax
dan provokatif. Pada level Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Polri, dibentuk
Direktur Kontra Intelijen yang bertugas untuk menangkal propaganda dan melakukan
penegakan hukum bersama Direktorat Cyber Crime dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan keamanan negara. Inti literasi adalah masyarakat mampu memahami, memilih,
dan menindaklanjuti informasi yang diperoleh. Jika berhadapan dengan informasi baru,
masyarakat literat akan memahaminya secara bnar lebih dahulu; kemudian memilih mana
yang perlu dan mana yang tidak perlu; baru kemudian ditindaklanjuti, mana yang harus
disimpan, mana yang harus diteruskan kepada orang lain, dan mana yang harus disanggah
atau dikomentari. Jika masyarakat sudah menjadi masyarakat literat seperti ini, maka berita
bohong (hoax) tidak akan memengaruhi masyarakat. Masyarakat telah memiliki alat
penyaring (filter) tersendiri sehingga hanya informasi yang benar dan perlu saja yang akan
diterima oleh masyarakat.
Kata Kunci: hoax, literasi, gerakan literasi
1)Kombes Pol Ir. H. Slamet Iswanto, S.H. adalah Kabid Pengsos Akademi Kepolisian.
42 Slamet Iswanto, Menangkal Hoax Melalui Penguatan Literasi
cayai sesuatu, padahal sang pencipta Irving dan berfokus pada biografi
berita palsu tersebut tahu bahwa Irving sendiri serta Howard Hughes
berita tersebut palsu . yang dianggap membantu penulisan.
Secara bahasa hoax (synonyms: Banyak kejadian yang diuraikan
practical joke, joke, jest, prank, trick) Irving dalam bukunya yang diubah
adalah lelucon, cerita bohong, atau dihilangkan dalam film. Sejak
kenakalan, olokan, membohongi, saat itu, film The Hoax dianggap
menipu, mempermainkan, memper- sebagai film yang banyak mengan-
daya dan memperdayakan. Dalam dung kebohongan.
Kamus Besar Indonesia hoax diterje- Akhir-akhir ini hoax menjadi
mahkan menjadi hoaks yang diarti- momok yang mengancap persatuan
kan sebagai "berita bohong". Menu- dan kesatuan bangsa karena muncul
rut Dewan Pers, atas dasar pengertian setiap saat dan tersebar secara cepat
tersebut, hoax memiliki ciri meng- dan luas ke masyarakat. Dalam
akibatkan kecemasan, kebencian dan catatan pemerintah saat ini ada
permusuhan; sumber berita tidak kurang-lebih 800 ribu situs yang
jelas; hoax di media sosial biasanya menyebarkan hoax.
berasal dari pemberitaan media yang Menghadapi kondisi semacam ini
tidak terverifikasi, tidak berimbang tentu saja tindakan cepat harus segera
dan cenderung menyudutkan pihak dilakukan. Pemerintah tentu saja
tertentu; bermuatan fanatisme atas sudah melakukan berbagai upaya
nama ideology; judul dan pengan- untuk menanggulangi kondisi terse-
tarnya provokatif; dan memberikan but. Namun, yang juga penting untuk
penghukuman serta menyembunyi- diperhatikan; apa tindakan kita
kan fakta dan data . sebagai masyarakat untuk ikut serta
Hoax dapat diartikan sebagai membantu pemerintah dalam me-
sebuah kebohongan yang secara nanggulangi hoax yang tampaknya
sengaja dibuat "menyamar" seolah- cukup masif akhir-akhir ini; dan
olah berita itu adalah sebuah kebe- dengan cara bagaimana kita bisa
naran. Kata atau istilah hoax kali melakukannya. Secara teoretis,
pertama muncul di kalangan netter penguatan literasi dapat ditempuh
Amerika Serikat. Kala itu, hoax untuk menangkal hoax tersebut.
didasarkan pada sebuah judul film
The Hoax. The Hoax ini adalah B. LANGKAH PEMERINTAH
sebuah film drama AS yang meluncur DALAM MENANGKAL
tahun 2006 dan disutradarai oleh HOAX
Lasse Hallstrom. Film The Hoax Terkait berita hoax, Presiden
dibuat berdasarkan buku dengan Joko Widodo pernah melakukan
judul yang sama karangan Clifford rapat terbatas membahas antisipasi
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 43
perkembangan media sosial. Jokowi bangkan langkah-langkah sebagai
ingin mengevaluasi media daring berikut:
(online) yang kerap membuat berita 1. Melakukan modernisasi hukum
bohong (hoax) dan cenderung pidana material dan hukum acara
provokatif. Beberapa langkah untuk pidana.
menangkal hoax dilakukan, di Mengembangkan tindakan-tin-
antaranya pembuatan Badan Siber dakan pencegahan dan pengamanan
Nasional. Target dibentuknya lem- computer.
baga ini bukan sekadar beredarnya 2. Melakukan langkah-langkah
berita hoax, tetapi juga lebih kepada untuk membuat peka warga war-
pertahanan siber. Kominfo memiliki ga masyarakat, aparat pengadilan dan
situs untuk pengaduan konten- penegak hukum, terhadap penting-
konten yang dianggap hoax. Kepoli- nya pencegahan kejahatan yang
sian Republik Indonesia sendiri, berhubungan dengan computer.
selain membentuk Kepala Biro 3. Melakukan upaya-upaya pela-
(Karo) multimedia yang bertugas tihan bagi para hakim, pejabat
menetralisasi dan mengklarifikasi dan aparat penegak hukum mengenai
berita-berita hoax di media sosial, kejahatan ekonomi dan cyber crime.
juga aktif untuk mengedukasi 4. Memperluas rule of ethics dalam
masyarakat tentang larangan menye- penggunaan komputer dan mengajar-
barkan berita hoax dan provokatif. kannya melalui kurikulum informa-
Pada level Badan Intelijen dan tika.
Keamanan (Baintelkam) Polri, 5. Mengadopsi kebijakan perlin-
dibentuk Direktur Kontra Intelijen dungan korban cyber crime
yang bertugas untuk menangkal pro- sesuai dengan deklarasi PBB menge-
paganda dan melakukan penegakan nai korban dan mengambil langkah-
hukum bersama Direktorat Cyber langkah untuk mendorong korban
Crime dalam bidang politik, eko- melaporkan adanya cyber crime
nomi, sosial budaya dan keamanan Pemerintah bisa juga mengacu
negara. kepada kesepakatan di Hongaria
Secara internasional pemerintah pada tanggal 23 November 2001
dapat merujuk pada Resolusi Kong- mengenai kejahatan dunia cyber.
res PBB VIII/1990 mengenai Saat itu ada lebih kurang 30 negara
Computer Related Crimes, yang menandatangani Convention On
berisi imbauan kepada negara-negara Cyber Crime sebagai wujud kerja
anggota untuk mengintensifkan sama multilateral untuk menang-
upaya-upaya penanggulangan gulangi aktivitas kriminal melalui
penyalahgunaan komputer yang le- internet dan jaringan komputer
bih efektif dengan mempertim- lainnya. Namun, upaya penang-
44 Slamet Iswanto, Menangkal Hoax Melalui Penguatan Literasi
gulangan kejahatan internet ini puti tenaga kerja asing asal Cina atau
menemukan masalah dalam hal berita bernada provokasi seputar aksi
yurisdiksi. Pengertian yurisdiksi 411 dan 212 .
sendiri adalah kekuasaan atau ke- Selain pemerintah, masyarakat
mampuan hukum negara terhadap pun ikut bergerak. Tanggal 23
orang, benda, atau peristiwa (hu- November 2016, pemuda yang
kum). Yurisdiksi ini merupakan disebut sebagai Bapak Blogger
refleksi dari prinsip dasar kedaulatan Indonesia, Enda Nasution bertemu
negara, kesamaan derajat negara dan dengan Kapolri Tito Karnavian dan
prinsip tidak campur tangan. Dalam menghasilkan Piagam Anti-Hoax.
konteks ini Indonesia bisa memain- Bahkan akhirnya terbentuklah komu-
kan perannya bersama-sama dengan nitas relawan masyarakat anti-hoax
negara-negara lain di dunia untuk yang dideklarasikan pada tanggal 8
mengatasi masalah kejahatan inter- Januari 2017 dalam acara "Deklarasi
net. Anti-Hoax" pada saat car free day di
Presiden Joko Widodo saat me- Jakarta. Komunitas tersebut diberi
mimpin rapat terbatas dengan topik nama Masyarakat Anti-Hoax dan
"Antisipasi Perkembangan Media Fitnah Indonesia (Mafindo).
Sosial" di Kantor Presiden sudah Menteri Komunikasi dan
menyatakan bahwa penegakan hu- Informatika Rudiantara mengatakan
kum harus tegas dan keras terhadap untuk penanganan berita palsu atau
media-media online yang sengaja hoax akan dilakukan melalui dua
memproduksi berita-berita bohong cara. Ini dilakukan untuk mencegah
tanpa sumber yang jelas, judul beredarnya kabar hoax yang membe-
provokatif dan mengandung fitnah. rikan dampak negatif kepada masya-
Polisi juga sudah mengeluarkan per- rakat. Cara pertama, kalau di media
nyataan bahwa mereka akan menge- sosial, dilakukan penapisan. Cara ke-
jar orang-orang yang menyebar dua, dengan tindakan hukum melalui
berita palsu soal tenaga kerja asing aparat penegak hukum.
asal Cina. Menteri Komunikasi dan
Informatika Rudiantara juga menya- C. LITERASI SEBAGAI PE-
takan bahwa dia akan berkomunika- NANGKAL HOAX
si dengan Dewan Pers untuk menge- 1. Hakikat Literasi
valuasi puluhan ribu media online Literasi yang berasal dari bahasa
lainnya yang tidak mengikuti standar Inggris literacy berasal dari bahasa
dan kaidah jurnalistik. Saat ini isu Latin littera (huruf) yang pengertian-
yang diangkat oleh berita palsu atau nya melibatkan penguasaan sistem-
hoax yang beredar luas lewat media sistem tulisan dan konvensi-kon-
sosial di Indonesia antara lain meli- vensi yang menyertainya. Saat ini
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 45
kajian literasi telah meluas tergan- makna literasi secara lebih luas.
tung bagaimana kata itu disematkan Istilah literasi dalam bahasa
dalam sebuah kalimat. Terdapat Indonesia merupakan kata serapan
diantaranya literasi informasi dan dari bahasa Inggris literacy yang
literasi media yang memiliki defi- secara etimologi berasal dari bahasa
nisinya masing-masing. Latin literatus, yang berarti orang
Sulzby (1986) mengartikan yang belajar. Dalam bahasa Latin
literasi sebagai kemampuan berba- juga terdapat istilah littera (huruf)
hasa seseorang (menyimak, berbi- yaitu sistem tulisan dengan konvensi
cara, membaca dan menulis) untuk yang menyertainya .
berkomunikasi dengan cara yang Pengertian literasi menurut U-
berbeda sesuai dengan tujuannya. NESCO adalah seperangkat kete-
Jadi, secara singkat singkat, penger- rampilan nyata, khususnya keteram-
tian literasi adalah kemampuan pilan kognitif membaca dan menulis,
membaca dan menulis. Graff (2006) yang terlepas dari konteks di mana
mendefinisikan literasi sebagai ke- keterampilan itu diperoleh dari siapa
mampuan untuk membaca dan serta cara memperolehnya. Pema-
menulis. Menurut 7th Edition Oxford haman orang tentang makna literasi
Advanced Learner's Dictionary ( sangat dipengaruhi oleh penelitian
2005:898) literasi adalah kemam- akademik, institusi, konteks nasio-
puan membaca dan menulis. nal, nilai-nilai budaya dan juga
Pengertian literasi secara umum pengalaman. Dalam kamus online
adalah kemampuan individu mengo- Merriam-Webster, pengertian literasi
lah dan memahami informasi saat adalah kualitas atau kemampuan
membaca atau menulis. Literasi lebih "melek aksara" yang di dalamnya
dari sekedar kemampuan baca tulis, meliputi kemampuan membaca dan
oleh karena itu, literasi tidak terlepas menulis serta kemampuan untuk
dari ketrampilan bahasa yaitu penge- mengenali dan memahami ide-ide
tahuan bahasa tulis dan lisan yang yang disampaikan secara visual
memerlukan serangkaian kemam- (video, gambar). Education Develop-
puan kognitif, pengetahuan tentang ment Center (EDC) menyatakan
genre dan kultural. Meskipun literasi bahwa literasi adalah kemampuan
merupakan sebuah konsep yang individu untuk menggunakan sege-
memiliki makna kompleks, dinamis, nap potensi dan skill yang dimiliki
terus ditafsirkan dan didefinisikan dalam hidupnya, bukan hanya
dengan beragam cara dan sudut kemampuan baca tulis. National
pandang, namun hakekatnya kemam- Institute for Literacy, mendefinisikan
puan baca tulis seseorang merupakan literasi sebagai kemampuan individu
dasar utama bagi pengembangan untuk membaca, menulis, berbicara,
46 Slamet Iswanto, Menangkal Hoax Melalui Penguatan Literasi
Oleh: Suparyono 1
ABSTRAK
Akpol sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi harus fleksibel dalam mengembangkan
kurikulum. Fleksibilitas pengembangan kurikulum ditandai dengan mudahnya
menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Bekal yang harus dikuasai oleh Lulusan Akpol
saat ini tidak cukup untuk menghadapi tantangan hidup dan kehidupan pada Abad ke-21.
Pada Abad ke-21, tuntutan pekerjaan dan permasalahan sosial kemasyarakatan akan
sangat berbeda oleh karena itu, Akpol perlu mengakomodasi kompetensi Abad ke-21
dalam kurikulumnya. Hal ini bukan berarti setiap saat harus ada perombakan kurikulum.
Materi dan keterampilan yang disajikan dalam kurikulum boleh tetap tetapi orientasaai
dan cara belajar dapat mengakomodasikan kompetensi Abad ke-21. Oleh karena itu,
transformasi kompetensi abad ke-21 perlu dilakukan sebagai kurikulum tersembunyi di
Lembaga Pendidikan Kepolisian sebagai upaya menghadapi tantangan Abad ke-21.
maka dapat ditentukan mau dibawa kulum maka, peran sosiologi dengan
kemana mahasiswa dalam sebuah kurikulum itu sendiri, dengan tujuan
perguruan tinggi (Arif, 2009). agar siswa atau masyarakat dapat
Kurikulum pendidikan tinggi bersosialisasi lebih luas untuk
haruslah dikembangkan berdasarkan mendapatkan pengaruh tekanan
latar belakang psikologis peserta masyarakat terhadap pendidikan dan
didik dan keseluruhan lingkungan- tidak bertentangan dengan nilai-nilai
nya, agar pengalaman belajar yang yang berlaku dalam masyarakat.
diperoleh mempunyai makna dan Dalam landasan pengembangan
tujuan (Syaiful, 2009). Dalam kurikulum harus mengikuti salah
mengembangkan iklim perkuliahan satu prinsip yakni relevansi maksud-
maka dalam mata kuliah harus sesuai nya pengalaman belajar yang relevan
dengan psikologisnya. Penyusunan dengan kebutuhan masyarakat.
kurikulum hendaknya terdiri dari Relevansi terbagi menjadi dua, yaitu:
unit-unit yang luas menyeluruh, serta a. Relevansi internal: setiap kuri-
memadukan pola pengalaman yang kulum harus memiliki keserasian
bermakna dan bertujuan. Dalam antara komponen-kompo-nennya. b.
proses penyusunan dan pelaksanaan Relevansi eksternal: relevan dengan
kurikulum diberikan serangkaian perkembangan zaman, relevan
pengalaman, yang melibatkan dosen dengan tuntutan dunia pekerjaan,
dan mahasiswa secara bersama, perkembangan dalam bidang ilmu
sehingga diharapkan akan mendo- pengetahuan dan tekhnologi telah
rong keberhasilan belajar mahasis- mampu merubah tatanan kehidupan
wa. manusia, sehingga dunia pekerjaan
Berbicara mengenai landasan membutuhkan lulusan yang banyak
sosiologis sebuah kurikulum, sedikit mengetahui IPTEK.
banyak bersinggungan dengan kea- 2. Kompetensi Abad ke-21
daan sosial, masyarakat dan budaya. Berkaitan dengan kompetensi
Karena faktanya, budaya tidak bisa abad ke-21 perlu diperhatikan hasil
dilepaskan dari aspek sosial kema- penelitian Trilling dan Fadel (2009)
syarakatan. Budaya merupakan hasil yang menunjukkan bahwa tamatan
dari interaksi sosial yang terjadi pendidikan tinggi masih kurang
melalui ide-ide yang muncul dari kompeten dalam hal: (1) komunikasi
sebuah komunitas manusia. Para oral maupun tertulis, (2) berpikir
pengembang kurikulum itu sendiri kritis dan mengatasi masalah, (3)
memiliki tugas untuk mempelajari etika bekerja dan profesionalisme,
dan memahami kebutuhan masyara- (4) bekerja secara tim dan berkola-
kat. Adapun apabila kita menghu- borasi, (5) bekerja di dalam kelom-
bungkan dengan sosiologi dan kuri- pok yang berbeda, (6) menggunakan
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 65
teknologi dan (7) manajemen projek untuk menciptakan pengetahuan
dan kepemimpinan. Hal ini diperkuat baru.
dengan survai yang dilakukan oleh Wagner (2010) dan Change Lea-
ASEAN Business Outlook Survey ta- dership Group dari Universitas
hun 2014 yang menunjukkan bahwa Harvard mengidentifikasi kompe-
Indonesia memiliki tenaga kerja tensi dan keterampilan bertahan
dengan keahlian rendah dan murah. hidup yang diperlukan oleh siswa
Pekerjaan di abad 21 bersifat dalam menghadapi kehidupan, dunia
lebih internasional, multikultural dan kerja dan kewarganegaraan di abad
saling berhubungan. Pada abad ke-21 ditekankan pada tujuh (7)
terakhir ini telah terjadi pergeseran keterampilan berikut: (1) kemam-
yang signifikan dari layanan manu- puan berpikir kritis dan pemecahan
faktur kepada layanan yang mene- masalah, (2) kolaborasi dan kepe-
kankan pada informasi dan pengeta- mimpinan, (3) ketangkasan dan
huan (Alwasilah, 1994). Pengetahu- kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif
an itu sendiri tumbuh dan meluas dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu
secara eksponensial. Teknologi berkomunikasi efektif baik secara
informasi dan komunikasi telah oral maupun tertulis, (6) mampu
mengubah cara belajar, sifat pekerja- mengakses dan menganalisis infor-
an yang dapat dilakukan dan makna masi dan (7) memiliki rasa ingin tahu
hubungan sosial. Pengambilan kepu- dan imajinasi.
tusan bersama, berbagi informasi, US-based Apollo Education
berkolaborasi, berinovasi dan kece- Group mengidentifikasi sepuluh (10)
patan bekerja menjadi aspek yang keterampilan yang diperlukan oleh
sangat penting pada saat ini. Siswa siswa untuk bekerja di abad ke-21,
diharapkan tidak lagi berfokus untuk yaitu keterampilan berpikir kritis,
berhasil dalam melakukan peker- komunikasi, kepemimpinan, kolabo-
jaan-pekerjaan manual atau pekerja- rasi, kemampuan beradaptasi, pro-
an rutin berbantuan mesin ataupun duktivitas dan akuntabilitas, inovasi,
juga pekerjaan yang mengandalkan kewarganegaraan global, kemampu-
pasar tenaga kerja murah. Saat ini, an dan jiwa entrepre-neurship, serta
indikator keberhasilan lebih didasar- kemampuan untuk mengakses,
kan pada kemampuan untuk berko- menganalisis dan mensintesis infor-
munikasi, berbagi dan menggunakan masi (Barry, 2012).
informasi untuk memecahkan masa- Berkaitan dengan keterampilan
lah yang kompleks, dapat beradaptasi Abad ke-21, Delors Report (1996)
dan berinovasi dalam menanggapi dari International Commission on
tuntutan baru dan mengubah keadaan Education for the Twenty-first
dan memperluas kekuatan teknologi Century, mengajukan empat visi
66 Suparyono, M. , Transformasi Kompetensi Abad Ke-21. . .
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Indonesia terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dll.
Namun Indonesia mampu mepersatukan bebragai keragaman itu sesuai dengan
semboyan bangsa Indonesia "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu jua. Sebagai masyarakat majemuk, Indonesia memiliki dua kecenderungan
atau dampak akibat keberagaman budaya tersebut, yankni keuntungan dan kerugian.
Keuntungan dengan adanya keberagaman budaya di Indonesia adalah (1) dapat
mempererat tali persaudaraan; (2) menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan
pendapatan Negara; (3) memperkaya kebudayaan nasional; (4) sebagai identitas negara
Indonesia di mata seluruh negara di dunia; (5) dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata
sehingga para wisatawan dapat tertarik dan berkunjung ke Indonesia; (6) dengan
banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan; (7) sebagai
pengetahuan bagi seluruh warga di dunia; (8) sebagai media hiburan yang mendidik; (9)
timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia; dan (10) membuat
Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita miliki. Pada satu
sisi, adanya keberagaman juga berpotensi merugikan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Potensi negatif tersebut berupa (1) berkembangnya perilaku konflik di antara
berbagai kelompok etnik dan (2) pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama
yang mengintegrasikan masyarakat. Mengahadapi kondisi yang demikian, kita sebagai
anggota masyarakat harus selalu menjaga keberagaman ini berada pada tataran
kecenderungan positif. Cara yang dapat kita tempuh adalah (1) memahami benar hakikat
keberagaman tersebut secara baik dan (2) meningkatakan kemampuan berkomunikasi
secara efektif kepada masyarakat lain yang nota bene berbeda suku, agama, golongan,
atau kebudayaannya.
(2008) ditandai dengan dua ciri atau rakat. Setiap golongan terdiri dari
dua titik pandang. Pertama, secara atas dua orang atau lebih yang mem-
horizontal ditandai oleh kenyataan punyai hubungan satu sama lain
adanya kesatuan-kesatuan sosial dalam sebuah struktur.
berdasarkan perbedaan-perbedaan Keberagaman tersebut pada satu
suku bangsa, agama, adat istiadat dan sisi memberi warna yang indah
kedaerahan. Secara vertikal, ditandai karena masyarakat kita terdiri atas
dengan adanya lapisan atas dan berbagai corak. Namun, pada sisi lain
lapisan bawah yang cukup tajam . juga berpotensi melahirkan konflik.
Dalam sosiologi, adanya lapisan Sampai hari ini, konflik antargo-
dalam masyarakat itu disebut "Social longan, konflik antarsuku; masih saja
Stratification" atau biasa disebut terjadi. Keberagaman antargolongan
dengan kelas sosial. Adanya perbe- tidak boleh menyebabkan terjadinya
daan kelas dalam lapisan masyarakat perselisihan dan perpecahan di
menyebabkan terjadinya penggo- masyarakat. Adanya keberagaman
longan kelas-kelas secara bertingkat. antar golongan harus menjadi pen-
Hal itu diwujudkan dalam kelas dorong terwujudnya persatuan dan
tinggi, kelas sedang dan kelas rendah kesatuan bangsa dan pendorong tum-
dengan ditandai oleh adanya ketidak- buhnya kesadaran setiap warga
seimbangan dalam pembagian hak negara akan pentingnya pergaulan
dan kewajiban individu dan kelom- demi memperkokoh persatuan dan
pok di dalam suatu sistem sosial. kesatuan bangsa misalnya golongan
Dengan demikian, dalam kelas sosial kelas tinggi membantu golongan
terdapat pengolongan manusia se- kelas rendah. Oleh karena itu, ciri
cara bertingkat atas dasar kedudukan golongan tidak ditonjolkan demi
atau status sosial sehingga menye- kepentingan nasional. Pertanyaan-
babkan perbedaan antara hak dan nya adalah, agaimanakah keber-
kewajiban. agaman ras, agama dan golongan ini
Selain dilihat dari lapisan masya- mampu kita jaga sehingga tidak
rakat atau kelas sosial, keberagaman melahirkan konflik apalagi perpe-
masyarakat ditandai adanya segmen- cahan di masyarakat, tetapi justru
tasi dalam bentuk kelompok- melahirkan keharmonisan hidup.
kelompok yang memiliki kebudaya-
an yang berbeda satu sama lain. C. KEBERAGAMAN BUDAYA
Kelompok-kelompok tersebut dapat DI INDONESIA
berupa kesatuan-kesatuan sosial dan 1. Hakikat Kebudayaan
organisasi kemasyarakatan. Adanya Kebudayaan adalah gagasan dan
kelas sosial dan kesatuan sosial mem- karya manusia, yang harus dibiasa-
bentuk golongan-golongan di masya- kannya dengan belajar, beserta
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 79
keseluruhan dari hasil budi dan belum tahu menjadi tahu, dari belum
karyanya itu (Koentjaraningrat suka menjadi suka dan sebagainya.
1984:9). Dari definisi ini ada dua Melalui proses pembelajaran inilah
konsep yang terkandung dalam generasi muda akan memahami
pengertian kebudayaan, yaitu (1) budayanya kemudian akan menya-
kebudayaan itu dapat berwujud ringnya dalam kehidupan sehari-hari.
gagasan, dapat pula berwujud karya Pengertian kebudayaan yang
dan (2) pemerolehan kebudayaan dikemukakan oleh Koentjaraningrat
dilakukan dengan cara belajar. tersebut bersumber dari pengertian
Dalam konsep yang pertama kebudayaan yang dikemukakan oleh
terkandung pengertian bahwa kebu- seorang antropolog bernama Clyde
dayaan itu dapat bersifat abstrak- Kluckhohn dalam buku Mirror for
gagasan, nilai, pedoman dan sema- Man. Dalam bukunya tersebut C.
camnya-dapat pula bersifat konkret- Kluckhohn mencoba mendefinisikan
hasil budi yang berupa perilaku kebudayaan sebagai (1) keseluruhan
manusia dan benda-benda sebagai cara hidup suatu masyarakat, (2)
hasil karya manusia. Dalam konsep warisan sosial yang diperoleh
yang kedua terkandung pengertian individu dari kelompoknya, (3) suatu
bahwa kebudayaan itu diperoleh cara berpikir, merasa dan percaya, (4)
secara sengaja melalui proses yang suatu abstraksi dari tingkah laku, (5)
terjadi secara turun-temurun dalam suatu teori pada pihak antropolog
sebuah masyarakat. Proses pembela- tentang cara suatu kelompok masya-
jaran itu terjadi dari generasi tua ke rakat nyatanya bertingkah laku, (6)
generasi muda. Pihak yang lebih suatu "gudang untuk mengumpulkan
berkepentingan dalam hal ini adalah hasil belajar", (7) seperangkat
pihak generasi tua, yaitu mereka orientasi-orientasi standar pada
merasa berkewajiban untuk memper- masalah-masalah yang sedang ber-
tahankan dan mengembangkan ke- langsung, (8) tingkah laku yang dipe-
budayaan yang dimilikinya. Salah lajari, (9) suatu mekanisme untuk
satu cara yang tidak dapat dilepaskan penataan tingkah laku yang bersifat
adalah dengan mewariskannya ke- normatif, (10) seperangkat teknik
pada generasi berikutnya. Jika dilihat untuk menyesuaikan diri, baik
dari pihak generasi muda, sebagai dengan lingkungan luar maupun
penerima warisan budaya, konsep dengan orang-orang lain dan (11)
pemerolehan budaya dengan cara suatu endapan sejarah (dalam Geertz
belajar mengandung pengertian 1992:4-5).
adanya perubahan. Pada hakikatnya Menurut Kroeber dan Kluckhohn
proses belajar selalu ditandai dengan definisi kebudayan dapat digolong-
adanya perubahan, misalnya dari kan menjadi tujuh (dalam Alisjah-
80 Agus Leksono, Menjaga Keberagaman di Indonesia
dari manusia dalam masyarakat; dan atas tiga gejala kebudayaan, yakni (!)
(3) wujud kebudayaan sebagai ben- ideas, (2) activities dan (2) artifacts.
da-benda hasil karya manusia. Ketiga wujud kebudayaan terse-
Wujud pertama bersifat abstrak, but dapat dirinci lagi menjadi unsur-
berada dalam pikiran masing-masing unsur yang lebih kecil. Unsur
individu sebagai pemilik suatu kebudayaan yang bersifat universal
kebudayaan. Wujud ideal ini sering menurut Koentjaraningrat (1984:2)
disebut juga dengan istilah adat ada tujuh, yaitu (1) sistem religi dan
perilaku atau adat-istiadat, yang upacara keagamaan, (2) sistem dan
berfungsi untuk mengatur, mengen- organisasi kemasyarakatan, (3)
dalikan dan memberi arah kepeda sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5)
perilaku atau perbuatan individu kesenian, (6) sistem mata penca-
dalam masyarakatnya. Wujud ideal harian hidup dan (7) sistem teknologi
ini dapat berupa nilai budaya, sistem dan peralatan. Ketujuh unsur tersebut
norma dan konvensi. Wujud kedua dikatakan bersifat universal karena
sering disebut dengan istilah sistem dimiliki oleh hampir seluruh
sosial yang terdiri atas aktivitas masyarakat yang ada di bumi ini.
manusia-manusia yang berinteraksi. Ketujuh unsur universal tersebut
Wujud ketiga disebut juga kebuda- masing-masing dapat dipecah lagi
yaan fisik yang sifatnya konkret. menjadi subunsur atau sub-subunsur
Ketiga wujud tersebut dalam yang lebih kecil. Subunsur atau sub-
kenyataan kehidupan masyarakat subunsur inilah yang membedakan
tidak terpisah satu sama lain. antara kebudayaan yang satu dan
Kebudayaan ideal memberikan arah kebudayaan yang lain. Jika ketujuh
kepada individu-individu dalam unsur tadi dikatakan bersifat univer-
berbuat atau melakukan sesuatu, ter- sal, subunsur atau sub-subunsurnya
masuk dalam menghasilkan kebuda- disebut bersifat lokal. Pemecahan
yaan yang ketiga, yaitu hasil karya menjadi unsur yang lebih kecil terjadi
manusia. secara berbeda untuk masing-masing
Pakar sosiologi Talcott Parsons masyarakat. Hal ini sangat bergan-
maupun pakar antropologi A. L. tung kepada kekuatan keyakinan atau
Kroeber pernah menganjurkan untuk kepercayaan masyarakat tersebut
membedakan antara wujud kebu- terhadap kebudayaan yang dimiliki
dayaan sebagai sistem dari gagasan- dan sikap masyarakat tersebut ter-
gagasan serta konsep-konsep dan hadap kebudayaan asing yang
wujudnya sebagai rangkaian tindak- mempengaruhi. Kedua penyebab
an serta aktivitas manusia yang itulah yang akan menentukan
berpola. Dalam rangka itu J. J. berubah tidaknya atau bahkan hidup
Honingmann membuat perbe-daan matinya suatu kebudayaan.
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 83
Tata urutan ketujuh unsur kebu- yaan pada tingkat masyarakat (yaitu
dayaan menurut Koentjaraningrat masyarakat negara) dapat dilihat
tersebut sekaligus merupakan urutan sebagai kebudayaan nasional.
tingkat kesukaran akan perubahan. Dalam msyarakat Indonesia yang
Unsur pertama, yaitu sistem religi mejemuk, terdapat tiga gologan
dan upacara keagamaan adalah unsur kebudayaan yang masing-masing
yang paling sulit berubah, sedangkan memunyai corak sendiri-sendiri.
unsur ketujuh, yaitu sistem teknologi Ketigagolongan ini satu sama lain
dan peralatan merupakan unsur yang saling berbeda, tetapi saling ber-
paling mudah berubah. Jika unsur kaitan dan merupakan suatu kesatuan
pertama membutuhkan waktu yang yang namanya kebudayaan Indone-
sangat lama, sampai berganti bebe- sia. Ketiga golongan kebudayaan
rapa generasi untuk berubah, unsur tersebut adalah: (1) Kebudayaan
ketujuh justru dapat berubah bebera- Suku Bangsa (yang lain dikenal
pa kali dalam satu generasi. secara umum di Indonesia dengan
nama Kebudayaan Daerah); (2)
2. Bentuk Kebudayaan di Indonesia Kebudayaan Umum Lokal dan (3)
Dalam masyarakat majemuk, Kebudayaan Nasional.
yang terdiri atas sejumlah masyara- Masing-masing kebudayaan itu
kat suku bangsa, terdapat kelompok- digunakan oleh orang Indonesia
kelompok yang memunyai kebuda- sesuai dengan penggolongan ling-
yaan-kebudayaan yang dapat dibeda- kungan dan pola intraksi yang diha-
kan karena: (1) kegiatan-kegiatan dapi dan untuk kerangka acuan
pranata-pranatanya yang khusus; (2) (referensi) bagi identitas sesuai
tingkat dari kegiatan-kegiatan atau dengan pola interaksi di mana dia
pranata-pranata tersebut yang ber- terlibat di dalamnya. Karenanya,
fungsi untuk mempertahankan ada- masing-masing kebudayaan tersebut
nya perbedaan-perbedaan kebu- bukan hanya menjadi landasan bagi
dayaan dan menjadi dasar bagi corak pranata-pranata sosialnya,
integrasi sosial dan kebudayaan ma- tetapi juga mewarnai corak dari
syarakat tersebut. Dalam kegiatan- berbagai situasi-situasi sosial yang
kegiatan tersebut, yang berfungsi secara keseluruhan merupakan
untuk melayani pengintegrasian ke- suasana-suasana (srperes) kehidupan
lompok-kelompok yang berbeda- sosial yang dapat digolongkan se-
beda kebudayaannya pada tingkat bagai suasana suku bangsa, suasana
lokal (daerah) dapat dilihat sebagai umum lokal dan suasana nasional.
kebudayaan suku bangsa dan umum 3. Kebudayaan Daerah
lokal; sedangkan yang melayani inte- Suasana suku bangsa merupakan
grasi berbagai kelompok ke-buda- perwujudan dan kegiatan-kegiatan
84 Agus Leksono, Menjaga Keberagaman di Indonesia
kehidupan dari para warga masya- yaan suku bangsa yang ada setempat,
rakat suku bangsa yang berlandaskan tetapi dapat juga merupakan hasil
pada pranata-pranata sosial yang perpaduan dari berbagai unsur
bersumberkan pada kebudayaan kebudayaan suku bangsa yang ada
suku bangsa. Suasana ini terwujud setempat; bergantung pada corak
dalam kehidupan keluarga, kehidup- hubungan kekuatan yang berlaku di
an komunitas di desa khususnya, antara suku-suku bangsa dalam
hubungan-hubungan kekerabatan masyarakat tersebut.
dan dalam berbagai upacara dan Suasana umum lokal biasanya
ritual sosial dan keagamaan. Dalam lebih tampak perwujudannya dalam
interaksi sosial, para pelakunya kehidupan di pesantren. Hal itu
menggunakan identitas yangsesuai, tercermin dalam lkesederhanaan,
yang berdasarkan atas sistem peng- pengabdian yang tinggi dan keber-
golongan sosial dan peranan yang samaan. Selain itu, di kota suasana
ada dalam kebudayaan suku bangsa- umum lokal lebih mewujud daripada
nya. di pedesaan, karena di kotalah
4. Kebudayaan Lokal biasanya warga dari berbagai suku
Suasana umum lokal merupakan bangsa itu lebih banyak dan lebih
perwujudan dari kegiatan-kegiatan sering bertemu.
kehidupan dari para warga sesuatu 5. Kebudayaan Nasional
bagian dari masyarakat majemuk Suasana nasional biasanya ter-
yang masyarakatnya terdiri atas lebih wujud dalam berbagai kegiatan di
dari suku bangsa, sehingga kegiatan- kantor-kantor pemerintah, sekolah,
kegiatan kehidupan tersebut berlan- universitas, TNI dan berbagai
daskan atas pranata-pranata sosial kegiatan-kegiatan upacara yang
yang bersumberkan atas kebu- bersifat nasional. Karena pada
dayaan-kebudayaan suku bangsa umunya pusat dari kegiatan-kegiatan
yang berlaku setempat; dan dalam tersebut adanya di perkotaan dengan
bebrapa hal juga dipengaruhi oleh kota Jakarta menjadi pusatnya karena
kebudayaan nasional. Suasana umum kedudukannya sebagai ibukota
lokal yang terwujud di tempat- negara Indonesia, maka susana
tempat umum, pasar dan di tempat- nasional biasanya juga lebih terwuju
tempat pergaulan terjadi. Suasana di perkotaan dari pada di pedesaan.
umum lokal merupakan wadah bagi Perwujudan suasana nasional itu juga
terjadinya interaksi di atntara warga bertingkat-tingkat menurut jarak
dari berbagai suku bangsa yang jauh-pendeknya dengan Jakarta se-
menjadi komponen dari masyarakat bagai pusat kebudayaan nasional dan
tersebut. Susanan umum lokal dapat menurut tingkat kedudukan kota
didominsi oleh salah satu kebuda- dalam sistem administrasi peme-
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 85
rintahan. Dalam susana nasional, oleh berbagai macam perbedaan.
identitas yang digunakan oleh para Kondisi sosial budaya yang demikian
pelakunya dalam interaksi adalah menjadikan kehidupan bangsa Indo-
bersumber pada sistem penggo- nesia menyimpan potensi terjadinya
longan dan peranan yang ada dalam konflik. Kenyataan juga menun-
kebudayaan nasional. jukkan, bahwa dalam kehidupan
Masalah yang biasanya dihadapi bangsa Indonesia sering terjadi kon-
oleh masyarakat majemuk adalah flik antarkelompok masyarakat yang
berkenaan dengan saling hubungan dilatarbelakangi oleh perbedaan-
antara kebudayaan suku bangsa perbedaan tersebut. Kenyataan
dengan kebudayaan umum lokal dan terjadinya konflik perlu manjadikan
dengan kebudayaan nasional. Di perhatian bagi semua komponen
antara hubungan-hubungan ini, yang bangsa agar dapat tetap memper-
paling kritis adalah hubungan antara tahankan persatuan dan kesatuan
kebudayaan suku bangsa dan umum bangsa.
lokal di satu pihak dengan kebuda- Atas dasar dua alasan tersebut,
yaan nasional di lain pihak. maka penting sekali memahami
keberagaman dalam masyarakat
D. MEMPERTAHANKAN BHI- Indonesia yang ditujukan untuk
NEKA TUNGGAL IKA mengusahakan dan mempertahankan
1. Pentingnya Memahami Keber- persatuan dan kesatuan Negara
agaman Budaya Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa
Aspek kewilayahan menjelaskan kesadaran akan keberagaman yang
bahwa wilayah Negara Kesatuan kita miliki, bangsa Indonesia bisa
Republik Indonesia adalah meru- saja terjerumus ke arah perpecahan.
pakan negara kepulauan. Undang- Keberagaman masyarakat Indo-
Undang Nomor 6 Tahun 1996 nesia memiliki dampak positif
tentang Perairan Indonesia, menye- sekaligus dampak negatif bagi diri
butkan pengertian negara kepulauan sendiri, masyarakat, bangsa dan
adalah negara yang seluruhnya negara. Dampak positif memberikan
terdiri dari satu atau lebih kepulauan manfaat bagi perkembangan dan
dan dapat mencakup pulau-pulau kemajuan, sedangkan dampak nega-
lain. Dalam konsep wawasan nusan- tif mengakibatkan ketidakharmo-
tara, laut bukan merupakan unsur nisan bahkan kehancuran bangsa dan
pemisah akan tetapi menjadi unsur negara. Bagi bangsa Indonesia
pemersatu . keberagaman suku bangsa, budaya,
Selain kondisi kewilayahan, as- agama, ras dan antargolongan meru-
pek sosial budaya menunjukkan bah- pakan kekayaan bangsa yang sangat
wa masyarakat Indonesia diwarnai berharga. Meskipun berbeda-beda
86 Agus Leksono, Menjaga Keberagaman di Indonesia
membangun hubungan jangka pan- yang kita miliki. Pada satu sisi,
jang yang saling menguntungkan dan adanya kebera-gaman juga
saling menguatkan. berpotensi merugikan kehidupan
Keberagaman budaya masyara- berbangsa dan bernegara. Potensi
kat di Indonesia dapat terjaga jika negatif tersebut berupa (1)
masing-masing anggota masyarakat berkembangnya perilaku konflik di
mampu menciptakan komunikasi antara berbagai kelompok etnik dan
yang efektif dalam bergaul atau (2) pemaksaan oleh kelompok kuat
berhubungan dengan pihak lain yang sebagai kekuatan utama yang meng-
nota bene berbeda agama, ras, suku, integrasikan masyarakat. Meng-
bahasa dan golongannya. hadapi kondisi yang demikian, kita
sebagai anggota masyarakat harus
E. PENUTUP selalu menjaga keberagaman ini
Sebagai masyarakat majemuk, berada pada tataran kecenderungan
Indonesia memiliki dua kecen- positif.
derungan atau dampak akibat keber- Cara yang dapat kita tempuh
agaman budaya tersebut, yankni adalah pertama, memahami benar
keuntungan dan kerugian. Keuntung- hakikat keberagaman tersebut secara
an dengan adanya keberagaman baik. Kenyataan juga menunjukkan,
budaya di Indonesia adalah (1) dapat bahwa dalam kehidupan bangsa
mempererat tali persaudaraan; (2) Indonesia sering terjadi konflik
menjadi aset wisata yang dapat antarkelompok masyarakat yang
menghasilkan pendapatan Negara; dilatarbelakangi oleh perbedaan-
(3) memperkaya kebudayaan nasio- perbedaan tersebut. Kenyataan
nal; (4) sebagai identitas negara terjadinya konflik perlu manjadikan
Indonesia di mata seluruh negara di perhatian bagi semua komponen
dunia; (5) dapat dijadikan sebagai bangsa agar dapat tetap memper-
ikon pariwisata sehingga para tahankan persatuan dan kesatuan
wisatawan dapat tertarik dan berkun- bangsa. Atas dasar dua alasan
jung ke Indonesia; (6) dengan tersebut, maka penting sekali
banyaknya wisatawan maka dapat memahami keberagaman dalam
menciptkan lapangan pekerjaan; (7) masyarakat Indonesia yang ditujukan
sebagai pengetahuan bagi seluruh untuk mengusahakan dan memper-
warga di dunia; (8) sebagai media tahankan persatuan dan kesatuan
hiburan yang mendidik; (9) timbul- Negara Kesatuan Republik Indone-
nya rasa nasionalisme warga negara sia. Tanpa kesadaran akan kebera-
terhadap negara Indonesia; dan (10) gaman yang kita miliki, bangsa
membuat Indonesia terkenal dimata Indonesia bisa saja terjerumus ke
dunia berkat keberagaan budaya arah perpecahan.
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 91
Kedua, meningkatakan kemam- respect, empathy, audible, clarity dan
puan berkomunikasi secara efektif humble. Respect berarti sikap meng-
kepada masyarakat lain yang nota hargai setiap individu yang menjadi
bene berbeda suku, agama, golongan, sasaran pesan yang kita sampaikan;
atau kebudayaannya. Dalam rangka empathy berarti kemampuan kita
menciptakan komunikasi yang efek- untuk menempatkan diri kita pada
tif kita perlu memperhatikan hukum situasi atau kondisi yang dihadapi
komunikasi yang efektif, yakni 5 oleh orang lain; audible berarti dapat
hukum komunikasi yang efektif (The didengarkan atau dimengerti dengan
5 Inevitable Laws of Efffective baik; clarity berarti kejelasan dari
Communication) yang biasa dising- pesan itu sendiri sehingga tidak
kat REACH, yang berarti mereng- menimbulkan multi interpretasi atau
kuh atau meraih. REACH sendiri berbagai penafsiran yang berlainan;
merupakan singkatan dari kata dan humble adalah sikap rendah hati.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya inovasi yang dilakukan oleh Satlantas
Polres Cimahi pada bulan April 2017 berupa penggunaan aplikasi AVIS online area
terbatas berbasis android untuk membantu pelayanan uji teori SIM guna menghadapi
peningkatan angka pembuatan SIM baru selama 4 tahun terakhir. Namun hingga bulan
Februari 2018 jumlah penggunanya masih di bawah 1000, sehingga dinilai belum
optimal. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
penggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasis android, faktor–faktor yang
mempengaruhi, dan optimalisasi penggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasis
android. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode
penelitian deskripti analisis, serta teknik pengumpulan data dengan wawancara,
pengamatan, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan
aplikasi AVIS online area terbatas berbasis android sampai saat ini untuk komponen dasar
hukum, sarana, prasarana/fasilitas, pengawasan internal, dan evaluasi kinerja pelaksana
belum memenuhi standar. Faktor–faktor yang mempengaruhi yaitu inovasi, saluran
komunikasi, dan sistem sosial menjadi faktor penghambat. Optimalisasi yang sudah
dilakukan diantaranya dengan penggunaan dwi fungsi ruang pencerahan, pengajuan SOP
ke Korlantas, penyampaian inovasi melalui petugas, pengawasan pengendalian oleh
pimpinan, penganggaran internet SATPAS, dan perencanaan kerja sama dengan unit
Dikyasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan untuk melakukan
penganggaran tetap terkait pemeliharaan aplikasi, pengadaan earphone, pengajuan hak
paten ke Kominfo, perluasan platform ke iOS, optimalisasi penyampaian petugas kepada
pemohon melalui video singkat, pembuataan laporan pelaksanaan secara rutin disertai
analisa dan evaluasi pimpinan, upaya sosialisasi melalui kerja sama dengan unit Dikyasa
dalam pelaksanaan Dikmas rutin bermediakan video singkat, dan melakukan kerja sama
dengan radio maupun stasiun televisi lokal untuk membantu sosialisasi.
Kata Kunci: optimalisasi, aplikasi AVIS online, area terbatas berbasis android, Polres
Cimahia dengan nettiket.
ini agar berlangsung dengan optimal. 2010: 97). Sajian data adalah susunan
informasi yang memungkinkan dapat
B. METODE PENELITIAN ditariknya suatu kesimpulan pene-
Pendekatan yang digunakan da- litian. Penarikan kesimpulan atau
lam penelitian ini adalah pendekatan verifikasi sudah dilakukan sejak awal
kualitatif. Yang menjadi fokus dalam pengumpulan data dimana peneliti
penelitian adalah bagaimana optim- sudah mulai memahami makna dari
alisasi penggunaan aplikasi AVIS hal – hal yang ditemui dengan meca-
online area terbatas berbasis android tat keteraturan, pola – pola, pernya-
dalam pelayanan pembuatan SIM taan dari berbagai konfigurasi yang
oleh satlantas Polres Cimahi Pene- mungkin, arah hubungan kausal dan
litian ini juga mencoba mengungkap proporsi (Farouk dan Djaali, 2005:
faktor – faktor yang mempengaruhi 98).
penggunaan aplikasi online tersebut
serta bagaimana penggunaan aplikasi C. HASIL PENELITIAN DAN
online tersebut saat ini. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di area 1. Penggunaan Aplikasi AVIS Online
wilayah hukum Polres Cimahi, dan a. Waktu Pelayanan
unit tugas Sat Lantas Polres Cimahi Berdasarkan data dari Play Store
khususnya pada bagian Pelayanan jumlah penggunaan aplikasi avis
Pembuatan SIM. Secara garis besar online area terbatas berbasis android
pendekatan kualitatif menggunakan dari bulan April lalu sampai Februari
teknik pengumpulan data : wawan- 2018 adalah sebanyak 500 -1000
cara tidak berstruktur, pengamatan pemasangan dibandingkan dalam se
(observasi), studi dokumen, dan tahun jumlah produksi sim bisa
diskusi kelompok terarah (focused- mencapai 50.000. Ditambah dari
group discussion) serta (dalam hal observasi yang dilakukan dalam
–hal tertentu dapat digunakan) sehari bisa berkisar antara 250 -500
kuesioner /angket. pemohon. Besarnya pemohon dan
Dalam melakukan analisis data terbatasnya PC di Satlantas Polres
dilakukan secara tiga tahap yaitu : Cimahi yang hanya 17 buah dengan
reduksi data, sajian data, dan pena- 13 gelombang 1 harinya seharusnya
rikan kesimpulan. Reduksi data pada penggunaan aplikasi ini bisa lebih
proses analisis data adalah bentuk dioptimalkan dibanding yang seka-
analisis yang bertujuan untuk mem- rang.
pertegas, memperpendek, membuat Dalam observasi yang dilakukan
fokus, membuang hal yang tak pen- oleh peneliti, Terdapat limit waktu
ting dan mengatur data, sehingga dalam penyelesaian uji teori SIM,
dapat dibuat kesimpulan (Farouk, secara keseluruhan terdapat 30 butir
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 97
soal yang mana 1 soalnya diberi wak- secara umum sehingga tidak dila-
tu pengerjaan selama 30 detik. Secara kukan pemungutan / tambahan biaya
keseluruhan memang dalam 1 ge- bila ingin menggunakannya.
lombang waktu pengerjaannya seki- c. Produk Pelayanan
tar 30 menit karena memang sebelum Produk pelayanan merupakan
pengerjaan didahului dengan per- bukti fisik/ nyata dari pelayanan itu
siapan dan pemberian penjelasan sendiri. Sehingga produk yang
tentang bagaimana menguna-kan dihasilkan harus jelas dan sesuai
aplikasi ini. dengan apa yang diharapkan. Ber-
Penggunaan Aplikasi AVIS Online dasarkan observasi yang dilakukan
Area Terbatas Berbasis Android dili- oleh peneliti dalam pelayanan uji
hat dari aspek jangka waktu sebenar- teori SIM menggunakan aplikasi
nya tidak ada yang perlu diperma- AVIS Online area terbatas berbasis
salahkan karena menyesuaikan de- android yang menjadi hasil dari
ngan gelombang ujian teori yang pengerjaan ujian teori itu adalah
menggunakan PC hanya saja peng- Hasil Print Out daripada Penggunaan
gunaan aplikasi ini rupanya masih Aplikasi yang tertera di smartphone
belum optimal dalam membantu pemohon. Desain Visual yang di-
antrian PC untuk Uji Teori karena munculkan pada aplikasi tentunya
keterbatasan jumlah PC dan gelom- memiliki bentuk yang sama dengan
bang ujian. Terutama dalam waktu – pada PC, sehingga selesai menda-
waktu tertentu dikarenakan masih patkan hasil dari uji teori tersebut,
banyak pemohon yang enggan untuk langkah yang dilakukan pemohon
menggunakan smartphone android- SIM adalah menyampaikan kepada
nya padahal mereka memiliki karena petugas uji teori untuk mendapatkan
belum paham bagaimana mekanis- print out hasil yakni lulus tidaknya
menya. pemohon dalam melakukan uji teori
b. Biaya tersebut.
Berdasarkan observasi yang dila- Sehingga, Penggunaan Aplikasi
kukan oleh peneliti tidak ada AVIS Online Area Terbatas Berbasis
pungutan liar yang dilakukan oleh Android dilihat dari aspek produk
Petugas Uji Teori SIM dalam mem- pelayanan sudah memenuhi standar
berikan pelayananya. Penggunaan pelayanan karena jelas hasil dari uji
Aplikasi AVIS Online Area Terbatas teori yang ada di smartphone sama
Berbasis Android dilihat dari aspek dengan yang ada di PC dan pemohon
biaya atau tarif dapat disimpulkan yang menggunakan aplikasi ini di
tidak ada yang perlu dipermasalahan android juga memiliki hak yang
karena penggunaan aplikasi ini sudah sama untuk mendapatkan Print Out
menjadi satu dengan pelayanan SIM hasil sama seperti yang ada di PC.
98 Fery Afrilio Christanto, Optimalisasi Penggunaan Aplikasi Avis Online Area Terbatas Berbasis Android dalam Pelayanan ....
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Keragaman agama merupakan bagian dari realitas sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Meski demikian, perbedaan agama dapat berpotensi memicu pertentangan
bahkan tindak kekerasan di antara umat yang berbeda keyakinan, seperti konflik sosial
berbasis agama yang terjadi di wilayah hukum Polresta Bogor Kota, Jawa Barat. Polri
sebagai pelayan masyarakat berupaya agar situasi keamanan dan ketertiban di
masyarakat dapat terpelihara melalui fungsi Pemolisian Masyarakat dan konsep
Promoter yang dicanangkan Kapolri. Oleh karena itu, peran Bhabinkamtibmas sebagai
garda terdepan pelaksana fungsi Polmas sangat penting dalam melakukan tindakan
pencegahan (crime prevention) terhadap situasi konflik sosial berbasis agama di
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran
Bhabinkamtibmas, terkait pendekatan kemitraan (partnership) dan upaya pemecahan
masalah (problem solving) dengan menggunakan teori unjuk kerja dari Campbell dalam
mencegah konflik sosial berbasis agama di wilayah hukum Polresta Bogor Kota.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang
pengambilan datanya dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumen, dan
focus group discussion (FGD) kepada sejumlah narasumber, baik itu anggota kepolisian
(Bhabinkamtibmas, Kapolresta, Kapolsek, dll) maupun tokoh masyarakat, di wilayah
hukum Polresta Bogor Kota, khususnya wilayah Polsek Bogor Barat dan Bogor Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bhabinkamtibmas dianggap telah mampu
menjalankan peran dan tugasnya dalam menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang
bertikai sehingga situasi wilayah Polresta Bogor Kota dengan terjadinya konflik sosial
berbasis agama telah dapat tertangani dengan efektif sehingga wilayah Bogor Kota
cukup kondusif. Meskipun masih perlu peningkatan kemampuan dan keterampilan
Bhabinkamtibmas dalam unjuk kerja menangani konflik sosial berbasis agama
tibmas sebagai peluang untuk me- tersebut oleh pakar Ilmu sosial
nyampaikan harapan pimpinan Polri, disebut dengan Alternative Dispute
untuk menekankan tidak ada lagi Resolution dengan disingkat ADR.
konflik sosial berbasis agama yang Menurut Ruth Charlton dalam
terjadi pada kelurahan binaan. Reali- Mihran (2009 : 2), pelaksanaan ADR
ta di lapangan, Bhabinkam-tibmas dapat menggunakan beberapa meto-
belum sepenuhnya menyimak de, seperti Negosiasi dan Mediasi.
kegiatan FGD dan belum meman- Namun lebih jauh dijelaskan oleh
faatkan moment tersebut untuk Ruth Charton, metode Mediasi
menyampaikan harapan pimpinan memiliki keunggulan dalam upaya
Polri. Bhabinkamtibmas lebih terli- penyelesaian kasus kasus sensitif
hat pasif dan kurang percaya diri seperti kasus agama, pertikaian
untuk ikut terlibat dalam FGD ter- rumah ibadah, isu isu rentan lainnya
sebut. yang jika tidak diselesaikan lebih
Bentuk nyata dari tindakan awal, akan mengusik kelompok
deteksi dini adalah Bhabinkam- mayoritas-minoritas untuk membela
tibmas harus lebih menitik beratkan keyakinannya.
pada laporan informasi yang masuk Selama ini Bhabinkamtibmas
dari masyarakat dan hasil observa- belum mendapatkan pelatihan Nego-
sinya. Sejauh ini di Kelurahan Curug siator dan mediator dengan optimal.
Mekar dan Tanah Baru sebagai Pada kenyataannya peran Mediator
tempat binaan Bhabinkamtibmas yang harus dilakukan oleh Bhabin-
belum ada tindakan-tindakan nyata kamtibmas, merupakan keterampilan
untuk hidup berdamai pasca terjadi- yang harus dikuasai dalam upaya
nya perselisihan yang sampai pencegahan konflik sosial berbasis
penelitian ini dilangsungkan putusan agama mengarah pada perilaku
Mahkamah Agung (MA) belum ada. destruktif.
b. Mediasi dan Negosiasi Pengetahuan dan keterampilan
Membangun situasi yang aman, Bhabinkamtibmas, terkait menggu-
tertib dan kondusif di kelurahan nakan metode mediasi penting
merupakan tugas pokok Bhabin- dipahamani dan dikuasai oleh
kamtibmas yang termuat dalam Bhabinkamtibmas.
Perkap Nomor 3 tahun 2015. Upaya Pengetahuan tentang keung-
yang dapat dilakukan oleh Bhabin- gulan Mediasi antara lain sebagai
kamtibmas terhadap warga masyara- berikut.
kat yang berselisih atau bertikai dapat 1. Kerahasiaan (confidentially)
diselesaikan melalui pendekatan non Bhabinkamtibmas perlu mene-
yuridis sebagai alternatif solusif se- kankan bahwa pihak yang bertikai
lain pendekatan hukum. Pende-katan harus memegang teguh kerahasiaan.
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 121
Maksud dari Kerahasiaan di sini fasilitasi prosesnya saja dan isinya
adalah bahwa pertemuan mediasi tetap menjadi milik pihak yang
yang dilakukan oleh mediator kepada bertikai. Bhabinkamtibmas dalam
pihak bertikai bersifat rahasia dan menjalankan peran sebagai Mediator
tidak boleh disiarkan ke publik atau hanya mengontrol prosesnya dan
pers oleh masing masing pihak. tidak bertindak sebagai hakim atau
2. Kesukarelaan (voluntariness) juri yang memutuskan salah atau
Pihak yang bertikai harus ada benar dari salah satu pihak.
kesukarelaan untuk datang ke forum 6. Solusi unik (unique solution)
mediasi atau musyawarah bukan ka- Bentuk bentuk yang dihasilkan
rena paksaan dari orang lain terma- dalam mediasi, tidak selamanya
suk oleh Bhabinkamtibmas. Prinsip berjalan mulus. Kadang kegiatan
kemauannya sendiri atau sukarela ini mediasi ini bisa beberapa kali
dibangun atas dasar bahwa orang diselenggarakan pertemuannya. So-
yang akan mau bekerja sama untuk lusi yang dihasilkan dari proses
menemukan jalan keluar dari per- mediasi kadang kala tidak harus
sengketaan mereka adalah mereka sesuai dengan standar legal, tetapi
datang ketempat perundingan atas dihasilkan dari proses kreatifitas dari
pilihan mereka pihak yang bertikai. Kondisi ter-
sendiri. gantung dari bagaimana Bhabin-
3. Pemberdayaan (empowerment) kamtibmas bersama dengan pemda,
Pemberdayaan di sini dimaksud- tokoh agama, tokoh masyarakat
kan bahwa pihak pihak yang bertikai melakukan pemberdayaan pada
pada dasarnya memiliki cara untuk masing masing pihak.
menyelesaikan masalahnya. Ke- Dari penjelasan di atas, faktor
mampuan mereka untuk mencapai yang perlu ditingkatkan oleh Bhabin-
kesepakatan harus diakui dan dihar- kamtibmas di Polresta Bogor Kota
gai. Oleh karenanya setiap solusi adalah kemampuan menjadi media-
tidak dipaksakan melainkan harus tor yang terampil dalam pencegahan
muncul dari pemberdayaan masing konflik sosial berbasis agama dengan
masing pihak, karena hal itu akan memperhatikan prinsip prinsip
lebih memunkinkan bagi keduanya kerahasiaan, sukarela, netralitas,
untuk menerima. Bhabin-kamtibmas pemberdayaan dan solusi yang unik.
hanya bersifat pendampingan untuk Selain kemampuan deteksi dini
pihak bertikai berupaya mencari dan mediasi kemampuan lain yang
alternatif solusi yang disepakati perlu ditingkatkan oleh Bhabin-
bersama. kamtibmas adalah pertama, menjadi
5. Netralitas (neutrality) jembatan solusi. Penting bagi Bha-
Peran mediator hanyalah mem- binkamtibmas untuk berperan seba-
122 Aditya Rizky Nugroho, Peran Bhabinkamtibmas dalam Pencegahan Konflik Sosial ...
DAFTAR PUSTAKA
1
OPTIMALISASI PENGGUNAAN APLIKASI AVIS ONLINE AREA
TERBATAS BERBASIS ANDROID DALAM PELAYANAN UJI
TEORI SURAT IZIN MENGEMUDI OLEH SATUAN LALU LINTAS
KEPOLISIAN RESOR CIMAHI
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya inovasi yang dilakukan oleh
Satlantas Polres Cimahi pada bulan April 2017 berupa penggunaan aplikasi AVIS online
area terbatas berbasis android untuk membantu pelayanan uji teori SIM guna
menghadapi peningkatan angka pembuatan SIM baru selama 4 tahun terakhir. Namun
hingga bulan Februari 2018 jumlah penggunanya masih di bawah 1000, sehingga dinilai
belum optimal. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui penggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasis android,
faktor–faktor yang mempengaruhi, dan optimalisasi penggunaan aplikasi AVIS online
area terbatas berbasis android. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif,
menggunakan metode penelitian deskripti analisis, serta teknik pengumpulan data
dengan wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan
bahwa penggunaan aplikasi AVIS online area terbatas berbasis android sampai saat ini
untuk komponen dasar hukum, sarana, prasarana/fasilitas, pengawasan internal, dan
evaluasi kinerja pelaksana belum memenuhi standar. Faktor–faktor yang mempengaruhi
yaitu inovasi, saluran komunikasi, dan sistem sosial menjadi faktor penghambat.
Optimalisasi yang sudah dilakukan diantaranya dengan penggunaan dwi fungsi ruang
pencerahan, pengajuan SOP ke Korlantas, penyampaian inovasi melalui petugas,
pengawasan pengendalian oleh pimpinan, penganggaran internet SATPAS, dan
perencanaan kerja sama dengan unit Dikyasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka
peneliti menyarankan untuk melakukan penganggaran tetap terkait pemeliharaan
aplikasi, pengadaan earphone, pengajuan hak paten ke Kominfo, perluasan platform ke
iOS, optimalisasi penyampaian petugas kepada pemohon melalui video singkat,
pembuataan laporan pelaksanaan secara rutin disertai analisa dan evaluasi pimpinan,
upaya sosialisasi melalui kerja sama dengan unit Dikyasa dalam pelaksanaan Dikmas
rutin bermediakan video singkat, dan melakukan kerja sama dengan radio
maupun stasiun televisi lokal untuk membantu sosialisasi.
ABSTRAK
Keragaman agama merupakan bagian dari realitas sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Meski demikian, perbedaan agama dapat berpotensi memicu pertentangan
bahkan tindak kekerasan di antara umat yang berbeda keyakinan, seperti konflik sosial
berbasis agama yang terjadi di wilayah hukum Polresta Bogor Kota, Jawa Barat. Polri
sebagai pelayan masyarakat berupaya agar situasi keamanan dan ketertiban di
masyarakat dapat terpelihara melalui fungsi pemolisian masyarakat dan konsep
Promoter yang dicanangkan Kapolri. Oleh karena itu, peran Bhabinkamtibmas sebagai
garda terdepan pelaksana fungsi Polmas sangat penting dalam melakukan tindakan
pencegahan (crime prevention) terhadap situasi konflik sosial berbasis agama di
masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran
Bhabinkamtibmas, terkait pendekatan kemitraan (partnership) dan upaya pemecahan
masalah (problem solving) dengan menggunakan teori unjuk kerja dari Campbell dalam
mencegah konflik sosial berbasis agama di wilayah hukum Polresta Bogor Kota.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang
pengambilan datanya dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumen, dan
focus group discussion (FGD) kepada sejumlah narasumber, baik itu anggota kepolisian
(Bhabinkamtibmas, Kapolresta, Kapolsek, dll) maupun tokoh masyarakat, di wilayah
hukum Polresta Bogor Kota, khususnya wilayah Polsek Bogor Barat dan Bogor Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bhabinkamtibmas dianggap telah mampu
menjalankan peran dan tugasnya dalam menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang
bertikai sehingga situasi wilayah Polresta Bogor Kota dengan terjadinya konflik sosial
berbasis agama telah dapat tertangani dengan efektif sehingga wilayah Bogor Kota
cukup kondusif. Meskipun masih perlu peningkatan kemampuan dan keterampilan
Bhabinkamtibmas dalam unjuk kerja menangani konflik sosial berbasis agama.
3
OPTIMALISASI PENERAPAN E-TILANG DALAM PROSES
BIROKRASI DENDA TILANG DI POLRES CIANJUR
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka pelanggaran lalu lintas namun
masyarakat yang memilih membayar denda tilang melalui bank masih sangat rendah,
sehingga penerapan E-tilang di Polres Cianjur belum optimal. Adapun perumusan
128 Prawira Hirya, Abstrak 11 Skripsi Terbaik Taruna Akpol 2018
masalah dalam skripsi ini meliputi bagaimana penerapan E-tilang di Polres Cianjur,
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan E-tilang dan bagaimana
optimalisasi penerapan E-tilang. Sebagai pisau analisis penulis menggunakan teori
faktor keberhasilan inovasi, teori difusi inovasi, konsep tata cara penindakan
pelanggaran lalu lintas, konsep E-tilang dan konsep optimalisasi. Skripsi ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode field research (penelitian lapangan).
Teknik analisis data melalui Reduksi Data, Sajian Data dan Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan hasil temuan penelitian maka penerapan E-tilang menganjurkan
pembayaran denda melalui bank dengan slip biru namun kurangnya pemahaman
masyarakat tentang penerapan E-tilang serta belum optimalnya inovasi E-tilang
membuat jumlah masyarakat yang membayar denda melalui bank masih sangat rendah.
Dalam pembahasan perlunya optimalisasi baik dari segi inovasi, saluran komunikasi,
jangka waktu dan lingkungan sosial. Dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan E-tilang sudah berjalan baik dan member bebrapa manfaat baik bagi
kepolisian maupun masyarkat yakni transparansi, partisipasi masyarakat, akuntabilitas,
keadilan serta efektif dan efisien. Pada pelaksanaannya masih ditemukan beberapa
kekurangan dari penerapan E-tilang yakni aplikasi E-tilang belum terintegrasi secara
optimal dengan back office. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penerapan E-tilang adalah leadership, management/organization, risk management,
human capital dan technology. Pelaksanaan optimalisasi penerapan E-tilang belum
berjalan dengan baik dimana elemen-elemen penting dalam penerapan E-tilang sepert
inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan lingkungan sosial belum dapat
dioptimalkan.
4
EFEKTIVITAS WHATSAPP SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
OLEH BHABINKAMTIBMAS UNTUK MENCEGAH KASUS
CURANMOR DI POLRES CIMAHI
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keefektifan
manfaat penggunaan WhatsApp sebagai media komunikasi dalam pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas untuk mencegah kasus Curanmor dan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan WhatsApp yang memerlukan sistem atau
mekanisme untuk mempermudah tugas Bhabinkamtibmas dalam menyampaikan pesan
pencegahan kasus curanmor kepada masyarakat. Pendekatan penilitian yang digunakan
oleh penulis adalah Pendekatan Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas
WhatsApp sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan pencegahan
curanmor sudah dilakukan dengan baik oleh Bhabinkamtibmas namun belum intensif
sehingga diperlukan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat dengan tatap muka
ataupun sambang. Terdapat kekurangan pada kemampuan pengetahuan materi dan
keaktifan Bhabinkamtibmas dalam menyampaikan pesan yang kurang memanfaatkan
inovasi baru dengan menggunakan foto dan video. Terdapat kelebihan didalam
pemanfaatan WhatsApp tersebut karena terdapat komunikasi yang aktif antara
Bhabinkamtibmas dengan masyarakat. Faktor- faktor yang mempengaruhi sebagai
penghambat dan pendukung tugas Bhabinkamtibmas untuk mencegah kasus curanmor
TANGGON KOSALA EDISI KHUSUS, Juli 2018 129
di Polres Cimahi ada secara internal maupun eksternal. Secara internal faktor personel
kepada kualitas dan kuantitas personel dilihat dari masa kerja dan dikjur serta jumlah
Bhabinkamtibmas yang masih kurang dengan permasalahan di masyarakat yang
semakin kompleks. Dimana jumlah Bhabinkamtibmas sebanyak 186 orang hanya 6
Bhabinkamtibmas yang sudah melaksanakan dikjur. Setelah itu koneksitas internet yang
belum terbagi rata secara menyeluruh dengan koneksi yang baik, sarana smartphone,
aplikasi WhatsApp dan kuota yang sudah dipenuhi oleh Bhabinkamtibmas dan sasaran
yang dituju adalah masyarakat sebagai calon korban dan calon tersangka curanmor.
Faktor eksternal yang mendukung adalah pikiran masyarakat yang terbuka dalam hal ini
masyarakat bersikap kooperatif dan aktif menanggapi pesan yang disampaikan oleh
Bhabinkamtibmas. Adanya dukungan dari fungsi lain yakni fungsi reskrim dan fungsi
intel. Kondisi kerawanan daerah yang ada di cimahi yang paling menonjol adalah kasus
curanmor. Beberapa hal yang menjadi penghambat dan pendukung tugas
Bhabinkamtibmas dalam mencegah kasus curnamor membuat tugas Bhabinkamtibmas
tidak berjalan dengan maksimal.
5
PENCEGAHAN GANGGUAN KAMTIBMAS MELALUI
PEMBERDAYAAN JAGA LEMBUR SISI JALAN (JABURSILAN)
OLEH BHABINKAMTIBMAS DI POLRES SUMEDANG
ABSTRAK
Maraknya gangguan Kamtibmas yang menggunakan sarana jalan utama dalam
melakukan aksinya, mendorong Polres Sumedang untuk mencetuskan suatu inovasi
kepolisian guna mencegah gangguan Kamtibmas yang terjadi. Inovasi tersebut bernama
Jaga Lembur Sisi Jalan (Jabursilan). Bhabinkamtibmas sebagai Bhayangkara pembina
keamanan dan ketertiban masyarakat serta pengemban Polmas, dipandang memiliki
tanggungjawab dalam mendukung pelaksanaan Jabursilan tersebut. Dalam skripsi ini,
peneliti mencoba memahami peran Bhabinkamtinbmas dalam memberdayakan inovasi
Jabursilan di Polres Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan Jabursilan di Polres Sumedang, mengetahui metode yang diterapkan oleh
Bhabinkamtibmas dalam mencegah gangguan Kamtibmas, dan mengetahui faktor
penghambat pemberdayaan Jabursilan oleh Bhabinkamtibmas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara terstruktur guna menggali fakta
yang lebih mendalam. Partisipan dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan data yang
dibutuhkan peneliti pada penulisan skripsi ini. Peneliti menganalisis hasil penelitian
dengan menggunakan teori managemen P.O.A.C, teori analisis S.W.O.T, teori tools and
management, teori kompetensi dan didukung oleh Konsep pemberdayaan, konsep
sinergitas serta konsep koordinasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan hasil
wawancara mendalam, pengamatan (observasi) dan data dokumen yang diperoleh dari
sumber-sumber yang relevan. Jabursilan merupakan inovasi Pos Kambling yang
dikemas lebih modern dan efektif, sehinnga diharapkan mampu mencegah gangguan
Kamtibmas melalui pemberdayaan Jabursilan oleh Bhabinkamtibmas di Polres
Sumedang. Namun dalam pelaksanannya Jabursilan dinilai belum optimal. Belum
optimalnya pemberdayaan tersebut diakibatkan karena beberapa faktor penghambat.
130 Prawira Hirya, Abstrak 11 Skripsi Terbaik Taruna Akpol 2018
Faktor penghambat tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasaran serta anggaran. Sedangkan faktor
eksternal yang menghambat adalah kebudayaan masyarakat heterogen, rendahnya
pemahaman masyarakat terhadap Jabursilan dan kondisi geografis wilayah Sumedang
yang kurang mendukung.
6
PENCEGAHAN RADIKALISME MELALUI OPTIMALISASI
PERAN BHABINKAMTIBMAS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA
BOGOR KOTA DALAM RANGKA HARKAMTIBMAS
ABSTRAK
Terjadi pada beberapa negara lainnya, radikalisme mengakibatkan negara bergejolak
bahkan terjadi aksi-aksi terorisme. Di Indonesia radikalisme diantaranya
bermetamorfosis dalam bentuk organisasi masyarakat (Ormas) yang seringkali
mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras dan melakukan aksi-aksi kekerasan
terhadap orang atau kelompok lain yang tidak sepaham karenanya dikatakan sebagai
radikalisme pro kekerasan (RPK) dan intoleransi. Dalam rangka mengetahui
mengetahui peran Bhabinkamtibmas dalam mencegah radikalisme tersebut; mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan
radikalisme di wilayah hukum Polresta Bogor Kota dan mengoptimalan peran
bhabinkamtibmas di Polresta Bogor Kota dalam pencegahan radikalisme, penulis
menggunakan beberapa teori yaitu, teori manajemen, teori peran dan teori gunung es
pemolisian proaktif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
wawancara tak terstruktur guna menggali fakta lebih dalam. Lokasi penelitian dilakukan
di Kota Bogor dengan fokus pada peran bhabinkamtibmas dalam pencegahan
radikalisme. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan hasil wawancara
mendalam, pengamatan dan data dokumentasi yang diperoleh dari sumber-sumber
relevan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terhadap unsur-unsur manajemen
(personil, dukungan keuangan, sarana dan prasarana serta metode yang digunakan)
terkait peran Bhabinkamtibmas di Polresta Bogor Kota dalam pencegahan radikalisme
adalah selama ini masih kurang memadai atau optimal dilakukan disebabkan berbagai
faktor baik internal ataupun eksternal.
Untuk itu, terhadap unsur-unsur manajemen (personil, dukungan keuangan, sarana dan
prasarana serta metode yang digunakan) terkait peran Bhabinkamtibmas di Polresta
Bogor Kota dalam pencegahan radikalisme perlu lebih ditingkatkan dan dioptimalkan
pelaksanaannya. Selain itu sinergitas dengan instansi lain pendukung juga harus lebih
ditingkatkan dan penggunaan teknologi informasi agar lebih dikembangkan untuk
memberikan pesan-pesan anti radikalisme secara digital.
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi karena tingginya angka tindak pidana pencurian dengan
pemberatan di Kabupaten Bandung. Perlunya upaya pencegahan terhadap tindak pidana
pencurian dengan pemberatan akan dibahas pada penelitian ini. Dalam melaksanakan
tugasnya itulah, maka dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 dijelaskan
bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas pokok dan fungsi guna
mengatasi adanya ancaman, tantangan, gangguan, dan hambatan berupa potensi
gangguan, ancaman gangguan, dan gangguan nyata.Pada penelitian ini Kepustakaan
Penelitian yang menjadi acuan adalah skripsi dari Mahasiswa PTIK (2013) Batara Indra
Aditya yang membahas tentang patroli Sabhara dalam mencegah tindak pidana oleh
geng motor di Polres Sukabumi dan Ari Dwi Putra, Royan Antory, dan Eryke Herlita (FH
UNIB 2012) yang berisi peran polisi dalam menanggulangi balapan liar remaja di
Bengkulu. Konsep yang digunakan adalah konsep patroli dan menggunakan teori
manajemen 6M dan teori pencegahan kejahatan yang nantinya akan dibahas pada
pembahasan hasil penelitian. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
yang hasilnya diperkuat dengan adanya temuan-temuan, hasil observasi, studi dokumen,
dan hasil wawancara dengan sumber-sumber informasi. Teknik yang digunakan untuk
analisis data mencakup reduksi data, penyajian data, dan meyusun kesimpulan. Hasil
penelitian menemukan bahwa patroli biru untuk mencegah curat masih belum optimal
dengan adanya aturan dalam Perkabaharkam nomor 1 tahun 2017 yang belum
dilaksanakan serta analisis sarana manajemen yang masih memiliki unsur penghambat
pelaksanaan patroli biru seperti dari sisi manusia, uang, materi, mesin, metode, dan
pasar. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar pimpinan
memerintahkan anggota untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta
diikutsertakannya peranan teknologi untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan patroli
dalam mencegah tindak pidana pencurian dengan pemberatan di Polres Bandung.
Kata Kunci: optimalisasi, patroli biru, satuan sabhara, pencurian dengan pemberatan
8
OPTIMALISASI PERAN UNIT DIKYASA POLRES CIMAHI
DALAM KEGIATAN DIKMAS LANTAS UNTUK MENINGKATKAN
KESADARAN TERHADAP ETIKA BERLALU LINTAS
PADA PELAJAR SMA
ABSTRAK
ABSTRAK
Tujan penelitian ini menjelaskan pelaksanaan dikmas lantas oleh unit Dikyasa Polres
132 Prawira Hirya, Abstrak 11 Skripsi Terbaik Taruna Akpol 2018
Cimahi untuk meningkatkan kesadaran terhadap etika berlalu lintas pada pelajar SMA;
menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi rendahnya kesadaran terhadap etika
berlalu lintas pada pelajar SMA; menjelaskan optimalisasi peran Unit Dikyasa Polres
Cimahi dalam kegiatan dikmas lantas; meningkatkan kesadaran terhadap etika berlalu
lintas pada pelajar SMA. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis memilih untuk
menggunakan metode penelitian dengan cara penelitian lapangan atau field research.
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Selanjutnya, data yang diperoleh
akan dianalisis dengan cara reduksi data, sajian (display) data, dan penarikan
kesimpulan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pelaksanaan dikmas lantas masih
belum optimal, dimana masih banyak yang belum maksimal dan belum sesuai dengan
apa yang seharusnya menjadi ketentuan dalam melaksanakan komunikasi sehingga
tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran terhadap etika berlalu lintas pada pelajar
SMA menjadi terhalang. Dari rendahnya kesadaran terhadap etika berlalu lintas pada
pelajar SMA, menurut hasil wawancara ke beberapa pihak (pelajar SMA, Pihak sekolah
dan Anggota Sat lantas) ternyata disebakan oleh 3 faktor yang dapat mempengaruhi hal
tersebut, yaitu faktor keluarga, faktor ekonomi, dan faktor individu. Optimalisasi yang
dilakukan yaitu dengan menyesuaikan standar pelaksanaan dan juga kemampuan
kemampuan yang dimiliki oleh pelaksana dikmas lantas yaitu unit dikyasa agar dapat
mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan dikmas lantas sesuai dengan apa yang tertera di
dalam Perkap No 7 tahun 2008 dan juga Perkap No 3 tahun 2015, perkap tersebut
merupakan perkap yang membahas tentang polmas, dan dikmas lantas merupakan
bentuk polmas Model B43 maka hal hal yang berkaitan untuk membuat kegiatanya
menjadi maksimal akan dibahas di dalamnya. Di dalam perkap tersebut dibahas bentuk
bentuk kompetensi dan juga kemampuan serta prinsip prinsip yang harus dimiliki oleh
anggota unit dikyasa di dalam melaksanakan tugasnya.
9
PENERAPAN PROGRAM E-TILANG SEBAGAI BENTUK
PENEGAKAN HUKUM ATAS PELANGGARAN LALU LINTAS DI
POLRES CIMAHI
ABSTRAK
10
Dina Rizkiana
(No. Ak. 14.281, Pos-el: rizkiana281@gmail.com)
ABSTRAK
11
PERAN SATUAN BINMAS POLRES TASIKMALAYA KOTA
DALAM MENCEGAH TINDAK PIDANA PENIPUAN
Rerit Oktafiandi
(No. Ak 14.020, Pos-el: rerittaruna2@gmail.com)
ABSTRAK