Anda di halaman 1dari 7

Nama: Muhammad

NPM: 20246500578
Kelas: R1H
No. HP: 08872261468

UAS MATAKULIAH PANCASILA

1 Sebelum menjadi dasar negara, Pancasila telah melalui proses


panjang berupa perumusan oleh panitia kecil. Terdapat tiga
tokoh perumus Pancasila dalam sidang BPUPKI, yakni
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pada
tanggal 22 Juni 1945, pertemuan antara BPUPKI dan Panitia
Sembilan akhirnya menghasilkan rumusan dasar negara.
Rumusan itu menggambarkan maksud pembentukan negara
Indonesia dan diberi nama Piagam Jakarta.
Bunyi dari rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta adalah:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Seperti yang kita tau terdapat perbedaan isi dari Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945 dengan Piagam Jakarta. Stelah
berdiskusi, akhirnya disepakati rumusan pada sila pertama
dalam Piagam Jakarta diganti dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Kesepakatan ini menunjukkan toleransi yang tinggi.
Artinya, para pejuang menyadari bahwa Indonesia multikultural
yang didirikan di tengah keberagaman, baik suku, ras, maupun
agama.
Isi Pancasila yang sekarang:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila memiliki implikasi yang mendalam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Sebagai dasar falsafah
negara, Pancasila mencerminkan identitas Indonesia sebagai
negara yang religius dan menghormati keberagaman agama.
Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab membentuk dasar
kuat untuk pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia,
sementara persatuan Indonesia mendorong semangat
persaudaraan dan solidaritas nasional dalam keragaman suku,
budaya, dan agama. Pancasila juga mendorong penerapan sistem
demokrasi dengan prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
menjadi tujuan, mengharuskan pemerintah untuk menerapkan
kebijakan pemerataan dan distribusi kekayaan yang merata.
Sikap saling menghormati dan bekerjasama dalam perbedaan
membuka pintu bagi kerjasama internasional yang harmonis.
Dengan demikian, Pancasila bukan hanya menjadi landasan
ideologis semata, melainkan pilar moral yang membimbing
setiap aspek kehidupan untuk membangun Indonesia sebagai
negara yang adil, demokratis, dan sejahtera.
Pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai
Pancasila, baik yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
maupun Piagam Jakarta, adalah untuk memberikan arah dan
panduan dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan
berkeadilan sosial. Dengan memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai Pancasila, diharapkan masyarakat dapat mengamalkan
prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan
menyumbang positif terhadap kemajuan bangsa Indonesia.

2. A. Pancasila sebagai sistem filsafat mencakup landasan


ideologis dan nilai-nilai dasar yang menjadi panduan bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Sebagai filsafat negara, Pancasila memberikan
kerangka konseptual yang melibatkan pemikiran abstrak dan
nilai-nilai moral yang menjadi dasar pemahaman terhadap
tujuan dan arah pembangunan nasional. Pancasila
mengandung prinsip-prinsip filosofis yang mencakup aspek-
aspek seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi,
keadilan sosial, dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Penerapan Pancasila sebagai
sistem filsafat dan etika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, dikaitkan dengan kearifan lokal,
merupakan fondasi kuat bagi pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Pancasila, sebagai landasan ideologis negara,
menyediakan kerangka kerja yang inklusif untuk
mengakomodasi kearifan lokal yang beragam. Integrasi ini
bukan hanya menghormati dan mempertahankan warisan
budaya, tetapi juga membangun kesatuan dalam
keberagaman. Kearifan lokal menjadi sumber inspirasi bagi
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks yang lebih
konkret, menciptakan identitas nasional yang kuat.

B. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)


yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dapat
menimbulkan konflik nilai dan dampak negatif pada
masyarakat. Pentingnya menjaga keseimbangan antara
kemajuan IPTEK dan prinsip Pancasila untuk menghindari
risiko dehumanisasi dan ketidaksetaraan. Dalam konteks ini,
jika kemajuan IPTEK tidak diarahkan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip Pancasila, dapat
memunculkan masalah
Pertama, jika IPTEK berkembang tanpa memperhatikan nilai-
nilai moral dan etika, dapat muncul risiko penyalahgunaan
teknologi yang dapat merugikan masyarakat. Misalnya,
penggunaan teknologi untuk tujuan yang merugikan,
pelanggaran privasi, atau penyebaran informasi yang tidak
etis.
Kedua, jika perkembangan IPTEK tidak mencerminkan
keadilan sosial dan pemerataan manfaat, kesenjangan dalam
akses dan pemanfaatan teknologi dapat terjadi. Ini bisa
menciptakan ruang antara mereka yang memiliki akses dan
yang tidak, bertentangan dengan prinsip kesetaraan Pancasila.
Ketiga, jika IPTEK tidak memperhatikan nilai-nilai
keberagaman dan persatuan, bisa terjadi ketidakharmonisan
dalam masyarakat. Contohnya, penggunaan teknologi yang
mendiskriminasi atau tidak menghormati keberagaman
budaya dan agama dapat menimbulkan ketegangan.
Pentingnya menyelaraskan perkembangan IPTEK dengan
nilai-nilai Pancasila adalah agar teknologi tidak hanya
memberikan manfaat bagi segelintir orang atau kelompok,
tetapi juga untuk kesejahteraan dan keadilan sosial bagi
seluruh masyarakat Indonesia.

3. Tentu saja marah dan kecewa, penetapan tersangka terhadap


Ketua KPK (non aktif) Firli Bahuri dalam kasus korupsi yang
melibatkan mantan Menteri Pertanian SYL adalah suatu
peristiwa yang sangat serius dan memerlukan penanganan
hukum yang transparan dan adil. Ini menunjukkan bahwa
lembaga penegak hukum sendiri tidak luput dari sorotan
dalam upaya memberantas korupsi di Indonesia. Beberapa
usulan untuk meningkatkan penanganan masalah korupsi di
Indonesia antara lain:
a. Penguatan Lembaga Anti-Korupsi: Terus memperkuat
independensi dan kapasitas lembaga-lembaga anti-korupsi,
seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan
dukungan dan sumber daya yang memadai.
b. Integrasi Teknologi: Memanfaatkan teknologi, seperti
sistem pelaporan online dan analisis data, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mendeteksi
serta menindaklanjuti kasus korupsi.
c. Audit Publik dan Transparansi Keuangan: Mendorong
praktik audit publik yang ketat dan peningkatan
transparansi keuangan di sektor publik dan swasta untuk
mencegah korupsi.
d. Pendidikan Anti-Korupsi: Menyelenggarakan program
pendidikan anti-korupsi di berbagai tingkatan pendidikan,
memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang
bahaya dan dampak negatif korupsi.
e. Partisipasi Aktif Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif
masyarakat dalam pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan program-program pemerintah untuk
memastikan transparansi dan akuntabilitas.

4. Pendidikan anti-radikalisme memiliki peran sentral dalam


menjaga eksistensi Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Dengan membekali masyarakat dengan
pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Pancasila,
pendidikan ini tidak hanya mencegah pemahaman yang salah
terhadap ajaran negara, tetapi juga menjadi tameng efektif
untuk mengatasi dan mencegah ancaman radikalisme. Dalam
dinamika saat ini, di mana radikalisme dapat merongrong
fondasi demokrasi dan kesejahteraan masyarakat, pendidikan
anti-radikalisme menjadi landasan yang krusial. Melalui
pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila,
pendidikan ini membangun kesadaran nasional, mendorong
toleransi, dan melibatkan masyarakat dalam upaya
pencegahan. Pendidikan anti-radikalisme juga memperkuat
peran institusi pendidikan sebagai garda terdepan dalam
menyebarkan nilai-nilai kebangsaan. Dengan demikian,
pendidikan anti-radikalisme bukan hanya upaya proaktif
melawan radikalisme, tetapi juga investasi nyata dalam
memastikan keutuhan ideologi negara dan mewujudkan
masyarakat yang bersatu dalam keberagaman.

5. Terkait proyek yang kami adakan, kami memilih “Berkarya


Melalui Teknologi “ sebagai tema yang kami pilih. Dalam
konteks ini, teknologi tidak hanya dianggap sebagai alat,
tetapi juga sebagai medium untuk mengekspresikan ide dan
bakat secara lebih luas. Oleh karena itu, tema ini dipandang
sebagai relevan dan penting dalam mendorong partisipasi dan
kreativitas masyarakat dalam menghadapi tantangan era
digital ini.
a. Ya, project ini bermanfaat bagi saya dan masyarakat. Saya
mendapat pengalaman berharga dalam mengaplikasikan
pengetahuan teknologi untuk menciptakan sesuatu yang
bermanfaat. Bagi masyarakat, project ini memberikan
wawasan baru melalui seminar tentang pemanfaatan
teknologi dalam berkarya.

b. Ya, project semacam ini layak untuk dilanjutkan. Melalui


seminar "Berkarya Melalui Teknologi," yang kelompok kami
lakukan kita dapat terus menggali potensi inovatif teknologi
dan berbagi pengetahuan dengan masyarakat. Ini memberikan
kesempatan untuk terus berkembang dan memperluas
dampak positif.

c. Saya yakin pelaksanaan project ini membawa perubahan


positif. Seminar memberikan platform untuk berbagi ide,
merangsang kreativitas, dan mendorong pemahaman lebih
mendalam tentang peran teknologi dalam berkarya. Dengan
itu, dapat memotivasi peserta untuk terlibat aktif dalam
pemanfaatan teknologi.
d. Kekurangan dan hambatan dari pelaksanaan project ini
karena kurangnya kontribusi dari beberapa anggota kelompok
, ada salah satu anggota yang tidak berkontribusi sama sekali
dan kendala dalam mempersiapkan pelaksanaan seminar,
seperti ketidaksiapan anggota, telatnya informasi, masalah
revisi, brosur belum dicetak. Hal ini dapat diatasi dengan
meningkatkan koordinasi tim dan pada presentasi berikutnya
semua masalah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai