Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Dosen pembimbing : Hermin Nugraheni SKM., M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 1 Kelas 4A3 Reguler

1. Nadila Rizki Amalia P1337420619008


2. Nabila Aulia Handayasti P1337420619052
3. Maya Izatul Maula P1337420619060
4. Intan Nailis Suroyah P1337420619062
5. Niswatun Ni’matil Ulla P1337420619070
6. Tsania Emira Ifat P1337420619074
7. Fatih Iskandar Muda M A P1337420619080
8. Nuurafiqa Nabilla M P1337420619084

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Dalam definisinya sendiri,
Badudu (2003). mengutarakan bahwasanya korupsi dapat disamakan artian
katanya dengan merusak, tidak jujur, serta dapat disogok. Korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena
berdampak luar biasa yang dapat menyebabkan kerusakan baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan kehidupan yang lebih
luas.
Di zaman yang modern ini sangat mudah bagi kita untuk
menemukan tindak kecurangan didalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya yaitu suap-menyuap yang sering disebut sebagai inti atau
bentuk dasar dari tindak pidana korupsi. Menyuap dalam masalah hukum
adalah memberikan sesuatu, baik berupa uang maupun lainya kepada
penegak hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau mendapat hukum
ringan. Suap disebut juga dengan sogok atau memberi uang pelicin.
Menurut Terminology Fiqh, Risywah (suap) adalah segala sesuatu yang
diberikan oleh seseorang kepada seorang hakim atau yang bukan hakim
agar ia memutuskan suatu perkara untuk (kepentingan) nya atau agar ia
mengikuti kemauannya. Oleh karena itu, kita sebagai insan
pemasyarakatan perlu menanamkan beberapa nilai anti korupsi yang dapat
kita mulai dari diri kita sendiri, dengan tujuan agar kita bisa menghindari
dampak dan juga akibat yang ditimbulkan dari aktivitas korupsi ini.
B. Permasalahan
1. Apakah pengertian suap-menyuap petugas ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya praktik suap dalam kasus tilang
pada pelanggaran lalu lintas ?
3. Apa alasan masyarakat melakukan praktik suap dalam
penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas ?
4. Bagaimana upaya dalam menanggulangi praktik suap dalam kasus
tilang pada pelanggaran pelanggaran lalu lintas ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian suap-menyuap petugas
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya praktik suap dalam kasus
tilang pada pelanggaran lalu lintas
3. Mengetahui alasan masyarakat melakukan praktik suap dalam
penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas
4. Mengetahui upaya dalam menanggulangi praktik suap dalam kasus
tilang pada pelanggaran pelanggaran lalu lintas.

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 2

KORUPSI

1. Bahan Diskusi kelompok :


Dalam perspektif budaya banyak factor mempengaruhi orang untuk
berperilaku koruptif, di antaranya kebiasaan buruk masyarakat yang ketika
melanggar aturan lalu-lintas kemudian mencoba “berdamai” dengan
petugas. Kemukakan pendapat anda antara budaya seperti ini dengan
suburnya perilaku koruptif.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengertian suap menyuap petugas
Tindak pidana korupsi suap menyuap merupakan tindak pidana
yang beririsan dengan gratifikasi. Keduanya merupakan tindakan yang
dianggap sebagai perbuatan yang dilarang oleh hukum. Keduanya terkait
penerimaan terhadap sesuatu dari orang lain. Hanya saja yang
membedakan adalah dalam tindak pidana korupsi suap menyuap perlu
dibuktikan adanya kesepakatan antara pemberi dan penerima, perlu
dibuktikan juga bahwa pemberian tersebut berpengaruh dan mendorong
terhadap pejabat publik untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban berdasarkan
kewenangan yang dimilikinya
Tindak pidana suap menyuap merupakan bentuk perilaku yang
paling sempurna untuk menggambarkan mengenai perbuatan korupsi,
dalam beberapa literatur sosiologis, korupsi seringkali diidentikkan dengan
suap menyuap. Oleh karena itu, hampir di setiap regulasi yang mengatur
korupsi sebagai tindak pidana, selalu menyebutkan mengenai suap
menyuap sebagai salah satu perbuatan yang dilarang. Suap menyuap
merupakan tindak pidana yang paling rawan terjadi kepada setiap pejabat
publik yang secara inheren melekat kepadanya kewenangan publik. Oleh
karena itu UNCAC memberikan perhatian besar terhadap suap menyuap
dengan menempatkannya pada urutan pertama di dalam bab III mengenai
kriminalisasi dan penegakan hukum. Bahkan di dalam konsep yang
ditawarkan oleh UNCAC, suap menyuap yang dilarang bukan hanya suap
menyuap yang melibatkan pejabat publik atau terjadi di sektor publik,
melainkan juga suap menyuap yang terjadi di sektor privat.

2) Faktor penyebab terjadinya praktik suap dalam kasus tilang pada


pelanggaran lalu lintas
Ada beberapa because motive dan in order to motive dari
pelanggar lalu lintas yang melakukan tilang berujung damai. Pertama
because motive dari pelanggar lalu lintas melakukan tilang berujung damai
adalah karena :
a. Sosialisasi teman sebaya
Seorang teman yang memiliki pengalaman pernah ditilang oleh
polisi lalu lintas, maka ia akan berbagi tentang pengalamannya
tersebut, dengan tujuan agar temannya tidak lebih buruk nasibnya
ketika sedang mengalami kejadian yang sama yaitu ditilang petugas
lalu lintas.
Subyek penelitian ini bernama Putri dan Ja’far mereka sama-sama
memiliki teman sebaya yang suka berbagi pengalaman. Keduanya
pernah mendapatkan cerita dari pengalaman temannya ketika di tilang
polisi lalu lintas, teman mereka sama-sama ditilang dengan berujung
damai dengan polisi lalu lintas. Sehingga dari sosialisasi teman
tersebut menjadi masukan dan bekal ketika Putri dan Jea’far
sewaktu-waktu bila di tilang polisi lalu lintas.
b. Kegagalan dalam sosialisasi keluarga
Sosialisasi yang diberikan kepada anak haruslah yang bernilai
positif bukan negatif. Kebanyakan orang tua saat ini secara tidak
langsung sering mencontohkan pelanggaran lalu lintas kepada
anaknya. Misalnya saat orang tua sedang mengantarkan anaknya ke
sekolah kebanyakan dari mereka tidak menggunakan helm karena
jarak yang dekat. Orang tua tidak pernah menduga bahwa saat mereka
melakukan pelanggaran lalu lintas, anak-anak melakukan pengamatan
dan orang tua menjadi model. Terjadilah proses belajar melalui
modeling. Pada proses belajar ini, anak-anak akan memperhatikan
atau mengamati orang tua saat melakukan pelanggaran. Pemberian
sosialisasi negatif pada anak akan membawa dampak negatif juga
pada anak, karena hal tersebut akan diingat dan dibawah nya sampai
dewasa kelak.
c. Berpengalaman melakukan tilang berujung damai
Tumbuhnya budaya tertib dimulai dari menciptakan kedisiplinan di
tengah masyarakat. Selama ini, ada kebiasaan buruk yang menjadi
indikator masih lemahnya kedisiplinan di bidang lalu lintas.
Kebiasaan buruk yang sering dijumpai antara lain : belum memenuhi
kelengkapan kendaraan seperti lampu isyarat, lampu rem di ganti
dengan warna yang tidak sesuai ketentuan. Hal ini menyebabkan
risiko yang membahayakan pengendara lainnya. Kemudian masalah
spion yang juga tidak sesuai standart, ukuran ban yang di ganti tidak
sesuai standart
Subyek dari penelitian ini yang mengalami seperti kasus diatas
adalah Rizky. Bagi Rizky pemilik kendaraan bermotor honda vixion
ini hobi sekali dalam memodifikasi motornya. Hal itu ia lakukan
bukan bermaksud untuk menyalahai peraturan yang telah dibuat dalam
undang-undang, akan tetapi hobinya tersebut yang memang sangat
bertolak belakang dengan peraturan undang-undang sebagaimana
mestinya. Sehingga membuatnya sering berurusan dengan pihak yang
berwajib
Kasus diatas juga menunjukkan bahwa perbuatan melanggar yang
dilakukan oleh Rizky membuatnya sering di tilang oleh polisi lalu
lintas. Sehingga ia memiliki pengalaman yang banyak terhadap
melakukan tilang berujung damai

Kedua, in order to motive dari pelanggar lalu lintas melakukan tilang


berujung damai adalah karena
a. Menghindari birokrasi persidangan
Berbicara mengenai birokrasi persidangan memang identik dengan
proses yang panjang, dan hal itu tentu memakan waktu yang banyak
untuk menyelesaikan kasus di persidangan. Kasus seperti tilang pada
dasarnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan salah satu
caranya adalah diselesaikan melalui persidangan. Akan tetapi banyak
masyarakat yang enggan untuk menyelasaikan kasus tilang
dipersidangan, melihat bahwa persidangan membutuhkan waktu yang
lama dan harus mengikutu prosedur dari aturan persidangan yang
tergolong ribet. Sebagian besar masyarakat yang ditilang polisi lalu
lintas lebih memilih jalan damai daripada melalui persidangan.

b. Menghindari sanksi keluarga (takut dimarahi orang tua)


Ada seorang anak yang masih belum dewasa, karena usianya yang
masih 15 tahun sudah jelas belum memenuhi syarat cukup usia untuk
mengendarai motor, karena tidak memiliki surat izin mengemudi.
Ayahnya mengajari anaknya untuk berdamai pada polisi saat ditilang.
Ia mengaku akan mendapatkan hukuman dari Ayahnya, jika sampai ia
terkena tilang polisi lalu lintas namun berakhir di pengadilan.
Anaknya akan di marahi oleh Ayahnya kalau saat ditilang dan
mengurus di sidang pengadilan. Tidak heran jika Anaknya melakukan
tilang damai, karena dari rasa takut inilah tumbuh motif-motif ia untuk
melakukan tilang berujung damai karena menghindari sanksi keluarga
tersebut.
c. Faktor ekonomi
Si A sangat pintar dalam memanajemen pemasukan dan
pengeluaran uang. Untuk masalah pengeluaran uang ia harus jeli dan
pintar biar tidak boros karena akan ada kebutuhan selanjutnya yang
barangkali mendadak. Misalnya saat ditilang polisi lalu lintas yang
juga memerlukan uang untuk sanksinya.
Berdasarkan pada pengalaman yang ia dapat dari cerita temannya
yang terkena tilang oleh polisi lalu lintas, ia pahami betul dari
berbagai cerita yang ia dengarkan, seperti ada dua pengalaman
temannya yang berbeda yakni teman yang satu melakukan tilang
berujung di pengadilan dengan menghabiskan biaya 100.000 rupiah
sedangkan dari cerita temannya yang lain yang juga terkena tilang
namun berujung damai dengan memberi uang pada polisi lalu lintas
sebesar Rp 50.000. Pengalaman dari temannya tersebut menjadi suatu
pertimbangan bagi si A dalam hal ekonomi, sudah jelas ada selisih Rp
50.000, dan itu lebih murah yang tilang damai, oleh karenanya ia
melakukan tilang berujung damai
Motif si A melakukan tilang berujung damai karena biaya saat
ditilang dengan berdamai dengan polisi hanya bertarif sekitar Rp
50.000, sedangkan untuk biaya dipersidangan bisa Rp 100.000 saja.
Sedangkan biaya tilang di persidangan bisa menghabiskan sekitar Rp
100.000, belum lagi kalau lewat calo bisa sampai Rp 150.000. Tidak
heran jika si A lebih memilih tilang berujung damai, damai, selain
bisa menghemat masalah waktu dengan urusan persidangan juga bisa
menghemat pengeluaran karena faktor ekonomi
3) Alasan masyarakat melakukan praktik suap dalam penyelesaian
perkara pelanggaran lalu lintas
Alasan mengenai kenapa masyarakat masih menyogok dan
memilih menyogok dikarenakan lebih cepat selesai dibandingkan harus
menunggu proses di pengadilan yang memakan banyak waktu, dan alasan
lain memilih untuk menyuap polisi lalu lintas karena biaya yang
dikeluarkan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran lalu lintas jauh lebih
murah dibanding harus membayar denda yang sudah diatur dalam
Undang-Undang, sisa nya lebih memilih menyogok karena prosesnya
tidak berbelit-belit.
4) Upaya dalam menanggulangi praktik suap dalam kasus tilang pada
pelanggaran pelanggaran lalu lintas.
Gratifikasi menjadi salah satu kata yang cukup populer dan tidak
asing didengar karena kata ini selalu menjadi tema pembicaraan di
kalangan masyarakat. Arti Gratifikasi secara luas adalah pemberian
meliputi pemberian uang tambahan (fee), hadiah uang, barang, rabat
(diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya.
Meskipun penerima gratifikasi dikenakan sanksi yang cukup berat
namun masih ada orang yang menerima bahkan mencari cara untuk
mendapatkan gratifikasi. Gratifikasi dapat berubah menjadi perbuatan
pidana suap jika penerima gratifikasi adalah seorang Penyelenggara
Negara atau Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pemberian tersebut
berhubungan dengan jabatan ataupun pekerjaannya. Untuk mencegah dari
perbuatan gratifikasi, penulis akan berbagi tips agar terhindar dari godaan
gratifikasi, antara lain:

1.    Niatkah bekerja sebagai ibadah


Jika setiap pekerjaan kita niatkan sebagai salah satu bentuk ibadah
kepada Tuhan, maka pastinya kita akan  bekerja dengan sungguh-sungguh
dan sesuai aturan yang berlaku serta tidak akan melakukan kesalahan
ataupun kecurangan yang dapat merugikan orang lain termasuk menerima
gratifikasi. Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan akan melihat
dan mengetahui niat atau setiap apapun yang kita kerjakan. Kita hanya
berdoa dan berharap semoga yang kita kerjakan akan bernilai ibadah. 

2.    Ingat keluarga
Keluarga adalah orang yang terdekat yang tulus menyayangi
kita. Mereka selalu ada disaat kita senang maupun susah, sehingga saat
kita bekerja dan diminta melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
aturan maka kita harus ingat keluarga karena mereka adalah orang pertama
yang ikut merasakan bahkan menanggung beban ataupun kesalahan kita. 

3.    Mensyukuri apa yang kita miliki sekarang


Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri, ungkapan ini
memiliki arti apa yang dimiliki oleh orang lain, biasanya terlihat lebih baik
dari apa yang kita miliki. Hal inilah yang membuat seseorang memilih
jalan pintas dengan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan,
atau menerima gratifikasi agar tercapai keinginan untuk memiliki sesuatu
seperti milik orang lain atau bahkan lebih. Padahal mereka tidak tahu jika
itu baik untuk orang lain belum tentu baik buat kita, sehingga untuk
menghindari hal tersebut, kita harus bersyukur dengan apa yang kita
miliki. Bersyukur adalah salah satu kunci kebahagiaan karena dengan
bersyukur hati kita merasakan ketenangan. 

4.    Memahami kebutuhan dan keinginan


Terkadang kita tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan
keinginan, bahkan banyak orang yang lebih memprioritaskan keinginan
dari pada kebutuhan sehingga pengeluaran lebih besar dari pendapatannya.
Seperti pepatah, lebih besar pasak daripada tiang. Golongan orang seperti
inilah yang mudah terpengaruh dengan godaan menerima gratifikasi.
Untuk menghindari hal tersebut perlu kiranya kita betul-betul memahami
mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang termasuk keinginan, dan
membuat daftar skala prioritas dan tetap menerapkan budaya hidup hemat
dan menyesuaikan dengan pendapatan. 

5.    Jangan ragu katakan tidak/tolak gratifikasi dan laporkan


Pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh
sesorang merupakan kebiasaan yang berlaku secara umum di masyarakat.
Namun kebiasaan ini harus kita tepis karena hal ini dapat menjadi salah
satu faktor, seseorang melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan,
kita akan merasa berat atau tidak enak telah menerima barang atau bahkan
uang dari penerima jasa. Untuk menghindari hal tersebut jangan ragu
katakan tidak atau menolak pemberian/gratifikasi, jika posisi kita tidak
memungkinkan untuk menolak maka kita bisa menerima numun segera
melaporkan kepada pihak yang berwenang. 

6.    Faktor lingkungan dan pergaulan


Lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dengan perilaku kita. Jika lingkungan atau pergaulan kita baik maka
perilaku kita juga pastinya akan sama dengan teman disekitar kita, dan
sebaliknya. Jadi saat seseorang berada di posisi lingkungan yang kurang
kondusif maka pintar-pintarlah bergaul, jangan sampai kita salah memilih
teman yang dapat menjerumuskan kita ke hal-hal negatif. 

7.    Menghindari atau meminimalisir pertemuan dengan stakeholder


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu pihak yang rawan
menerima gratifikasi terlebih lagi yang memiliki jabatan atau ASN yang
berhubungan langsung dengan stakeholder dalam pemberian layanan.
Terkadang penerima jasa/stakeholder merasa telah terbantu dengan
layanan yang kita berikan, sehingga mereka memberikan tanda terima
kasih baik berupa uang maupun barang. Jika kondisi ini berulang, bisa jadi
pemberian tersebut menjadi wajib, dan setiap ASN selesai memberikan
layanan, dia akan selalu berharap akan menerima imbalan, sehingga
kinerjanya akan terpengaruh dengan ada tidaknya imbalan. Untuk
menghindari hal tersebut kita harus tanamkan niat dan komintmen bahwa
gaji yang kita terima setiap bulan adalah imbalan/hak kita setelah bekerja,
sehingga kita tinggal melaksankan kewajiban kita untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh dalam memberikan layanan prima ke stakeholder.
Sedangkan jabatan merupakan bonus atau apresisasi yang diberikan
kepada kita yang telah bekerja bersungguh-sungguh.Jika kita belum yakin
akan komitmen kita untuk tidak menerima gratifikasi atau masih bisa
tergoda menerima gratifikasi maka sebaiknya kita menghindari atau
meminimalisir pertemuan dengan stakeholder. 

8.    Memahami Gratifikasi
Ketidaktahuan atau ketidakpahaman juga dapat membuat kita
menerima gratifikasi karena gratifikasi itu selalu diidentikkan menerima
uang atau barang dari pengguna layanan/stakeholder. Padahal penggunaan
fasilitas kantor yang tidak sesuai juga merupakan gratifikasi misalnya
penggunaan kendaraan dinas ke warung kopi. Jadi untuk terhindar dari
gratifikasi kita harus paham apa itu gratifikasi, tindakan apa saja yang
termasuk gratifikasi dengan cara membaca aturan, mengikuti sosialisasi,
pelatihan-pelatihan atau webinar terkait gratifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Faidah, M., & Harianto, S. (2015). Fenomenologi Tilang Damai Oleh Pelanggar
Lalu Lintas Di Wilayah Gresik. Paradigma, 3(3), 1–7.
https://media.neliti.com/media/publications/251926-fenomenologi-tilang-damai-
oleh-pelanggar-b05ed2a1.pdf

Setiyawan, Bagus & Farida,Hana. ( 2021) .KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM


TERHADAP PERILAKU SUAP OLEH MASYARAKAT KEPADA POLISI
LALU LINTAS. Jurnal Program Pascasarjana Ilmu Hukum Vol. 7 No. 2

Suryanto, Ahmad. (2021). PENEGAKAN HUKUM DALAM PERKARA


TINDAK PIDANA KORUPSI SUAP MENYUAP DAN GRATIFIKASI DI
INDONESIA. DHARMASISYA. Vol. I N0. 2 Hal 589-600.

Rapi, Jaya Mudrika. (2021). Delapan Tips Ampuh Terhidar Dari Godaan
Gratifikasi. KEMENTRIAN KEUANGAN Republik Indonesia.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-mamuju/baca-artikel/13641/Delapan-
Tips-Ampuh-Terhidar-Dari-Godaan-Gratifikasi.html (diakses pada tanggal 07
Agustus 2022).

Anda mungkin juga menyukai