Anda di halaman 1dari 15

i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Korupsi merupakan ancaman global di dunia dikarenakan adanya penyalahgunaan


kekuasaan oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk kepentingan pribadi yang
sangat merugikan. Indonesia merupakan negara yang identik dengan tindakan korupsi ,
hal ini disebabkan karena buruknya moral para pemimpin bangsa yang melakukan
penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat.

Tindakan korupsi dirasakan semakin buruk di negara kita ini, maka dari itu banyak
dilakukan upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih banyak ditemukan
para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu upaya yang memang sedang
gencar-gencarnya dilakukan adalah melalui pendidikan, hal ini mengarah pada pokok
pembahasan kita yaitu “Penyuluhan Anti Korupsi”.

Penyuluhan anti korupsi ini dimaksudkan untuk membentuk moral yang lebih baik
bagi para generasi muda agar mereka tidak menjadi bibit-bibit koruptor di negara kita.
seharusnya memulai pendidikan anti korupsi sedini mungkin agar mereka mengerti
bagaimana dampak besar korupsi di indonesia. 

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Teknik penyusunan laporan kegiatan penyuluhan anti korupsi ?

C. Tujuan

Mengetahui Teknik penyusunan laporan kegiatan penyuluhan anti korupsi.

1.

1
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

"Cara Sederhana Mencegah Korupsi

Pokok Bahasan : Cara sederhana mencegah korupsi


Sasaran : Mahasiswa
Metode : Ceramah, diskusi
Media : Laptop, video, zoom
Waktu : 08.00 sampai 08.30 WIB
Tempat : Zoom breakout
Hari dan tanggal :

A. TIU (Tujuan Intruksional Umum)


Untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa agar bisa diterapkan dikehidupan sehari-
hari.
B. TIK (Tujuan Intruksional Khusus)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cara sederhana mencegah korupsi, diharapkan para
mahasiswa mengetahui :
a. Apa itu korupsi?
b. Apa faktor penyebab korupsi?
c. Apa saja cara mencegah korupsi dengan cara sederhana ?
C. SASARAN
Mahasiswa
D. MATERI
Cara Sederhana Mencegah Korupsi
Pengertian Korupsi
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok,
mencuri, maling. Menurut kamus Oxford, pengertian korupsi adalah perilaku tidak jujur
atau ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

2
Sementara itu, menurut hukum di Indonesia, pengertian korupsi adalah perbuatan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan
maupun korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.
a. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi:

1) Penegakan hukum tidak konsisten : penegakan hukum hanya sebagai meke-up


politik, bersifat sementara dan selalu berubah tiap pergantian pemerintahan.
2) Penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang karena takut dianggap bodoh bila tidak
menggunakan kesempatan.
3) Langkanya lingkungan yang antikorup : sistem dan pedoman antikorupsi hanya
dilakukan sebatas formalitas
4) Rendahnya pendapatan penyelenggaraan negara. Pedapatan yang diperoleh harus
mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong
penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi
masyarakat.
5) Kemiskinan, keserakahan : masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena
kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi
karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan.
6) Budaya member upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7)  Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi : saat
tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya
diringankan hukumannya.
8) Rumus: Keuntungan korupsi > kerugian bila tertangkap
9) Budaya permisif/serba membolehkan; tidakmau tahu : menganggap biasa bila ada
korupsi, karena sering terjadi. Tidak perduli orang lain, asal kepentingannya
sendiri terlindungi.
10) Gagalnya pendidikan agama dan etika.

b. Usaha yang Bisa Dilakukan Generasi Muda untuk Menghentikan Praktik Korupsi di
Indonesia
1) Selalu jujur dalam melakukan hal apapun. Karena jujur adalah jalan utama untuk
mengindari praktik korupsi.
2) Mencari tahu segala informasi tentang korupsi, agar kita paham seperti apa bentuk
korupsi yang sebenarnya. Karena korupsi bisa saja terjadi di sekitar kita.
3) Berani melaporkan segala bentuk kecurangan yang terjadi di sekitar.

c. Negara Dengan Tingkat Korupsi Paling Rendah di Dunia


1) Islandia Baru
Selandia Baru adalah negara yang sangat transparan dalam bisnis dan politik,
serta dalam sistem peradilan. Orang atau pihak yang terbukti menerima suap dan
kejahatan yang berkenaan dengan hal ini, akan dikenai sanksi penjara minimal 14

3
tahun. Seluruh pejabat publik juga dilarang menerima hadiah dalam segala
persoalan. Di Negeri Kiwi, meski tak ada hukuman mati bagi koruptor (sudah
dihapus sejak 1961), namun hukuman sosial jauh lebih manjur. Tekanan publik
bisa membuat pejabat mundur. Bahkan, untuk perkara yang dianggap sangat
sepele, polisi bisa turun tangan untuk melakukan investigasi. Sealin itu, ada
organisasi independen berbadan hukum yang khusus menangani dan mengekspos
korupsi polisi, bila ada kasus. Di Selandia Baru bukannya tak ada skandal
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Ada, namun angkanya begitu kecil.
Menurut Transparency International, lembaga nirlaba yang berbasis di Jerman,
Selandia Baru ada di peringkat pertama dengan skor 91. Memulai bisnis sangat
mudah di Selandia Baru, dan dapat dicapai hanya dalam waktu minimal setengah
hari, berkat sistem peraturan yang transparan, serta kemudahan investasi dan
transaksi asing. Ada juga undang-undang yang secara langsung ditujukan untuk
korupsi karena kejahatan terorganisir dan berdasar pada tindak pencucian uang,
penyuapan dan pengedaran obat-obat terlarang.
2) Denmark
Denmark masih memegang posisi 2 besar dalam daftar "Negara dengan
Tingkat Korupsi Terendah" sejak 1995, setelah Selandia Baru. Suap di antara
pejabat publik untuk mendapatkan layanan khusus atau tunjangan, jumlahnya bisa
dihitung jari. Dalam sebuah studi komprehensif tentang korupsi di seluruh dunia,
negara-negara yang dilibatkan dinilai dan diberi skor antara 0 dan 100. Hasilnya
adalah 43 negara melakukan praktik KKN yang memalukan. Ini menunjukkan
korupsi sistemik di hampir setiap tingkatan di negara-negara tersebut. Sedangkan
pada Indeks Persepi Korupsi 2015 yang dikeluarkan oleh Lembaga Transparansi
Internasional, Denmark menempati peringkat teratas sebagai negara yang bebas
dari korupsi. Hukuman mati sudah ditiadakan sejak 1994. Eksekusi terakhir
dilakukan pada 1950. Tahun 2009, parlemen mengenalkan Skema Keterbukaan
yang bertujuan meningkatkan transparansi pengeluaran dan aktivitas anggota
parlemen. Setiap anggota parlemen harus mengumumkan pengeluaran bulanan,
aktivitas hiburan, biaya perjalanan, hadiah yang diperoleh, dan pertemuan resmi
mereka setiap bulan. Para pejabat di Denmark, sebelum dilantik menjadi semacam
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan bekerja di pemerintahan, mereka mendapat tes
khusus di bidang KKN. Sehingga ke depannya, mereka bisa bisa membedakan
mana yang menjadi milik pribadi dan negara. Sebagai contoh, ada seorang mantan

4
wali kota di Denmark yang terpaksa mengundurkan diri. Penyebabnya cuma
karena masalah sepele, yakni ia menggunakan balai kota untuk pernikahan
pribadi. Contoh lain, seorang anggota parlemen akhirnya memilih untuk hengkang
karena ia ketahuan menggunakan dana pajak untuk membeli televisi. Semula, ia
menyebut televisi itu akan digunakan untuk kepentingan pekerjaan. Ujung-
ujungnya, barang elektronik ini justru jadi milik pribadi.
3) Finlandia
Negara-negara Skandinavia memiliki rekor yang cukup bagus dalam
'kebersihan moral'. Selain Denmark, Finlandia pun demikian. Negara ini
memegang skor 85 dari 100 untuk negara yang paling sedikit korupsinya,
menurut Transparency International. Sistem peradilan Finlandia sangat diawasi
oleh negara. Hampir tidak pernah ada kasus warga negara yang melakukan suap
kepada hakim, dan bisnis di negara ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
terhadap sistem pengadilan. Para pembuat keputusan (hakim) sangat percaya diri
dengan pekerjaan mereka dan mengaku mendapatkan sedikit tekanan. Selain itu,
bila mereka berprestasi, mereka yakin akan naik jabatan. Bukan karena faktor-
faktor asing. Alasan lain yakni negara ini memiliki kebebasan sejati dalam hal
keterbukaan dan penghormatan terhadap media dan jurnalisme. Akses ke
informasi sangat penting dan dijamin secara konstitusional.

d. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi, Politik, Pemerintahan & Hukum

1) Dampak Ekonomi
 Penurunan Produktivitas
Produktivitas pada setiap industri dan produksi akan menurun karena dampak
dari korupsi ini. Produktivitas dari perusahaan-perusahaan akan terhambat dan
tidak bisa berkembang lebih maju lagi. Hal ini dapat menyebabkan p
engurangan jumlah karyawan atau PHK, lalu aku banyak pengangguran yang
menyebabkan angka kemiskinan meningkat.
 Menurunnya Pendapatan Negara dari Pajak
APBN dibiayai oleh pajak sebesar 70%. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah jenis pajak yang paling banyak menyumbang
untuk pendapatan negara. Penurunan pendapatan ini karena kenyataan bahwa
banyak oknum pegawai pajak yang memanfaatkan kesempatan buruk ini
untuk memperkaya dirinya sendiri. Hal ini juga mengakibatkan

5
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak, dan tentunya akan
menghambat proses pembangunan dan merugikan masyarakat.
 Meningkatkan Utang Negara
Korupsi tentunya akan memperburuk keuangan negara. Selain sebelumnya
negara memang sudah punya hutang dengan negara lain, dengan adanya
korupsi justru hutang itu akan semakin bertambah. Para maling uang rakyat ini
tidak sadar diri bahwa apa yang ia lakukan dapat memperburuk keadaan
negara. Mereka hanya memikirkan keuntungan pribadi.
 Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dengan adanya tindak korupsi di suatu negara akan menyebabkan para
investor dari luar negeri tidak percaya lagi dengan kepastian hukum dalam
tindak korupsi untuk menanamkan modal di industri suatu negara. Kondisi ini
mempersulit pembangunan ekonomi.

2) Dampak Pemerintahan
 Etika Sosial yang Mati
Dengan adanya tindakan korupsi dari satu anggota kelompok maka anggota
lain akan menutupi tindakan tersebut dengan berbagai cara. Hal ini merugikan
masyarakat dan negara. Tentunya sangat mengecewakan karena wakil rakyat
malah menutupi kasus tindakan korupsi yang dapat merugikan masyarakat.
Banyak pejabat negara yang tidak merasa malu dan salah ketika ia melakukan
tindakan korupsi. Inilah arti etika sosial yang mati. Orang yang memiliki
kedudukan tinggi tidak merasa salah mengambil hak masyarakat yang lebih
membutuhkan. Tidak ada kejujuran dan keadilan bagi masyarakat.
 Birokrasi Tidak Efisien
Birokrasi memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan kepada publik.
Namun bagaimana jika pelayanannya sangat sulit dan berbelit-belit. Tentunya
masyarakat akan merasa kesulitan jika ingin mengurus dokumen-dokumennya.
Belum lagi jika untuk mempercepat pelayanan masyarakat diharuskan untuk
membayar, inilah yang dinamakan pungli. Birokrasi pemerintahan seharusnya
gratis untuk masyarakat dan tidak mempersulit. Seharusnya birokrasi
pemerintahan ini mengedepankan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan
pribadi dan kelompok saja. Jika banyak pungli dan suap negara tidak akan
maju, korupsi terus akan terjadi di mana-mana.

6
 Hilangnya Fungsi Pemerintah
Korupsi memiliki dampak kepada pemerintah karena tidak mampu
menjalankan fungsi yang sebenarnya. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan
karena yang ditakutkan korupsi semakin banyak terjadi, namun pemerintah
semakin lunak.

3) Dampak Hukum
 Peraturan Perundang-Undangan Tidak Efektif
Semua pihak dapat menerima suap dan pungli. Yang kaya akan dipermudah,
yang miskin akan dipersulit. Semua akan mudah jika ada uang. Bahkan
keadlian pun bisa dibeli dengan mudah. Hukum yang tadinya harus adil,
sekarang bisa dibeli. Hukum terasa tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
 Hilangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Negara
Melalui media massa kita akan mendapatkan informasi mengenai negara
sendiri bahkan dunia. Dengan adanya kasus tindakan korupsi di negara sendiri
akan ada banyak informasi dari berbagai media massa mengenai bobroknya
hukum di Indonesia tentang kasus korupsi. Hukum tidak benar-benar
melindungi masyarakat. Para koruptor terlihat tenang ketika dijerat hukum,
seperti tidak ada yang berbeda antara dihukum dan tidak.

4) Dampak Politik
 Pemimpin Koruptor
Adanya praktik suap dari para calon-calon pemimpin partai saat pesta
demokrasi akan membuat bayangan bahwa mereka juga akan menjadi calon
koruptor. Tradisi ini sudah lama terjadi, para calon pemimpin selalu
memberikan uang ataupun dalam bentuk sembako agar masyarakat memilih
dia saat pemilihan. Masyarakat seolah-olah dituntut untuk memilih pemimpin
koruptor. Mereka hanya menjanjikan hal-hal yang mungkin tidak akan
dilakukan ketika ia menjabat. Tradisi seperti ini harus kita hentikan.
 Publik Tidak Lagi Percaya Demokrasi
Korupsi juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada demokrasi. Semua
pejabat negara, legislatif, maupun petinggi pejabat negara tidak lagi dipercaya
oleh publik karena banyaknya koruptor dari dalam sana. Bahkan publik bisa
saja tidak akan memilih siapapun saat pemilihan umum karena tindakan

7
korupsi ini, ini dapat jadi pertimbangan publik. Keadaan seperti ini harus
diatasi dengan kepemimpinan yang bersih, jujur, dan adil.
 Menguatnya Plutokrasi
Plutokrasi adalah sistem politik yang dikuasai oleh kamu yang memiliki modal
besar. Setiap perusahaan besar memiliki hubungan dengan partai-partai
tertentu. Beberapa pengusaha juga menjadi ketua partai politik tertentu. Ini
membuat kepentingan perusahaan dan partai menjadi tidak sesuai. Ketua
partai ini dapat melakukan tindakan suap dengan mudah jika mereka ingin
menang karena banyaknya modal yang mereka punya.
 Kedaulatan Rakyat Hancur
Dunia politik hanya milik sekelompok orang di dalam partai politik saja.
Mereka akan terus bersaing dengan partai lain hanya untuk meraih
kemenangan mereka semata. Tentunya yang menang akan dapat menguasai
semuanya. Hanya mereka-mereka lah sekelompok orang di dalam partai
politik yang menang, rakyat hanya ada pada kemiskinan dan masa depan
negara yang tidak jelas.

5) Dampak Pertahanan dan Keamanan


 Kerawanan Pertahanan dan Keamanan
Negara memang seharusnya memiliki pertahanan dan keamanan dari udara,
darat, dan laut. Pertahanan dan keamanan ini harus dijaga dan difasilitasi
dengan baik agar tidak ada pengganggu kedaulatan negara. Namun hal ini
akan mustahil jika anggaran untuk pertahanan dan keamanan dikorupsi oleh
koruptor. Tentunya akan membuat fasilitas persenjataan serta hal-hal lain
dalam pertahanan dan keamanan menjadi tidak baik. Ini yang menimbulkan
rawannya pertahanan dan keamanan untuk melindungi negara.
 Garis Batas Negara yang Lemah
Korupsi juga menyebabkan masyarakat yang berada di garis batas negara
mengalami kemiskinan. Tidak ada armada yang menjaga garis batas negara.
Anggaran untuk rakyat dikorupsi, hal ini menjadikan masyarakat yang berada
di batas negara kesulitan mengakses air, listrik, pendidikan, dan lain-lain.

6) Dampak Lingkungan
 Kualitas Lingkungan Rendah

8
Korupsi menyebabkan kualitas lingkungan menjadi rendah. Ini disebabkan
oleh banyak faktor yang merusak lingkungan sehingga kualitasnya menjadi
rendah seperti adanya kepentingan ekonomi, penebangan hutan, tambang yang
dieksploitasi secara besar-besaran. Semua kegiatan tersebut memiliki
hubungan dengan pejabat tinggi negara dan aparat penegak hukum. Semua
hutan di suatu negara gundul karena pejabat-pejabat negara yang
mengeksploitasi alam. Mereka tidak melihat dampak buruk yang ditimbulkan,
hanya mengambil untuk keuntungan pribadi mereka.
 Kualitas Hidup yang Menurun
Dengan adanya kerusakan lingkungan dan rendahnya kualitas lingkungan akan
memengaruhi kualitas hidup kita juga. Mulai dari kerusakan hutan yang
mengurai oksigen, polusi udara dari pabrik industri yang semakin banyak,
perairan yang tercemar

e. Perbandingan antara Biaya Sosial Korupsi dengan Hukuman Finansial Kasus Inkracht
 Hukuman finansial inkracht 1,700,000,000 (untuk 9 terpidana)
 Penghitungan Biaya Sosial Korupsi 923,228,942,461 (untuk 9 terpidana)
 Perbandingan antara Biaya Sosial Korupsi dengan hukuman finansial inkracht
0.18% atau 543,1
 Kehutanan Hukuman finansial inkracht 1.700.000.000 (untuk 9 terpidana)
 Penghitungan Biaya Sosial Korupsi 923.228.942.461 (untuk 9 terpidana)
 Perbandingan antara Biaya Sosial Korupsi dengan hukuman finansial inkracht
0,18% atau 543,1.
f. Dasar Hukum Tipikor
Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah
dan menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan)
dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hingga saat ini, dasar hukum yang baru diperbaharui dan sangat
fundamental bagi KPK yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019. 
g. Perbedaan Gratifikasi, Uang Pelicin. Pemerasan, dan Suap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gratifikasi adalah pemberian


yang diberikan karena layanan atau manfaat yang diperoleh. Pengertian serupa juga
ditulis dalam situs resmi KPK. Uang pelicin : cak uang yang diberikan secara tidak

9
resmi kepada petugas yang berwenang untuk memperlancar urusan; uang semir: beri
saja — pelicin supaya urusanmu cepat selesai. Pemerasan atau Chantage ( faire
chanter quelqu'run, arti: memeras seseorang) merupakan istilah dalam hukum
pidana untuk pemerasan atau pemfitnahan. Chantage diartikan sebagai memeras
dengan memaksa orang menyerahkan barang atau uang dan sebagainya dengan
ancaman, antara lain membuka rahasia yang dapat memburukkan namanya di muka
umum. Kata ‘pemerasan’ dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar ‘peras’ yang
bisa bermakna leksikal ‘meminta uang dan jenis lain dengan ancaman (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002: 855). Afpersing berasal dari kata kerja afpersen yang berarti
memeras.

Suap terjadi akibat ketidak percayaan dan keengganan terhadap demokrasi yang
bisa melahirkan kehidupan publik yang lebih sehat. Suap juga terjadi akibat prasangka
negatif bahwa segala jalan bisa ditempuh dengan uang asalkan tujuan tercapai.

h. Solusi Pemberantasan Korupsi

Menyatukan visi misi setiap lembaga instansi untuk menyuarakan dan menolak
segala tindakan yang berhubungan dengan korupsi. Penegakan hukum secara tegas
tanpa pandang bulu bahwa apabila seseorang melakukan tindakan korupsi, maka harus
dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apabila terjadi sebuah kasus korupsi,
maka kasus tersebut diterangkan dan dijelaskan secara keterbukaan dengan pemberian
hukum tegas kepada para pelaku korupsi. Memberikan bimbingan terhadap setiap
pegawai bahwa integritas dalam bekerja harus dijunjung tinggi agar terhindar dari niat
buruk korupsi tersebut.

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
F. MEDIA
1. Laptop
2. Video
3. Zoom
G. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Struktur
a. Peserta hadir orang
10
b. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Gedung Serba Guna di Poltekkes
Semarang Kampus V Magelang
2. Kriteria proses
a. Peserta antusias dengan materi penyuluhan
b. Peserta menyimak dengan baik materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan
benar.
d. Peserta dapat melakukan simulasi atau peragaan dengan benar
3. Kriteria hasil
a. Mengetahui apa itu korupsi
b. Mengetahui faktor penyebab korupsi
c. Mengetahui cara mencegah korupsi dengan cara sederhana

H. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


1 5 menit Pembukaan
1.Penyuluhan membuka 1.Menjawab salam
kegiatan penyuluhan dengan 2.Memperhatikan
memngucapkan salam 3.Memperhatikan

2.Perkenalan diri 4.Memperhatikan

3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4.Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2 25 menit Pelaksanaan
1.Menjelaskan pengertian 1.Memperhatikan
korupsi 2.Memperhatikan dan

2.Menjelaskan faktor penyebab bertanya


korupsi 3.Memperhatikan dan

3.Menjelaskan cara mengatasi bertanya


tindakan korupsi
3 10 menit Evaluasi
1.Meminta peserta untuk 1. Audien menanyakan

11
menjelaskan apa itu korupsi tentang hal-hal yang belum
2.Meminta peserta untuk dimengerti dan narasumber
menjelaskan faktor penyebab menjawab pertanyaan yang
korupsi telah disampaikan
3.Meminta peserta untuk 2. Aktif bersama
menyebutkan dan menjelaskan menyimpulkan
cara untuk mengatasi tindakan
korupsi
4 5 menit Terminasi
1.Meminta maaf ada 1.Memperhatikan
bila
kesalahan dalam penyampaian 2.Memperhatikan
materi 3.Mengucapkan salam

2.Mengucapkan terima kasih


kepada peserta yang telah hadir
3.Salam penutup

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari
itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diintansi tertinggi dan
dalam pemerintahan. Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang
secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Untuk itu perlu adanya
pendidikan anti korupsi agar dapat membantu Indonesia untuk mengurangi kasus korupsi
di Indonesia dengan cara pencegahan sehingga dapat mencegah munculnya kebudayaan
korupsi di Indonesia. Yang mana telah kita sadari bahwa korupsi sudah menjadi tradisi di
Indonesia.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari korupsi yaitu dimulai dari hal -
hal kecil seperti menanamkan sejak dini sikap untuk menghindari korupsi. Setiap individu
harus dapat mengendalikan diri untuk menjauhi sifat sifat korupsi dan harus menyadari
bahwa korupsi adalah hal yang tercela dan merugikan banyak pihak maupun diri sendiri.

B. Saran

Penulis percaya bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat menghasilkan
karya tulis yang lebih baik ke depan nya. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat
menjadi informasi dan bahan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan pembaca
mengenai korupsi sehingga pembaca dapat menerapkan cara sederhana tersebut agar
terhindar dari perbuatan korupsi. Selain itu, untuk membuat efek jera, seharusnya
pemerintah memberikan hukuman yang tegas kepada para koruptor agar mereka merasa
jera dan tidak mengulangi perbuatan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Liputan 6/Global TV/3 negara ini punya tingkat korupsi paling rendah di dunia

Tuanakotta, Theodorus. 2009. Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana
Korupsi. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai