Anda di halaman 1dari 3

Apakah Indonesia Bisa Terbebas dari Korupsi?

Posted by:Nabila Anita Sari 01 Feb 2021

Korupsi berasal dari Bahasa Latin, corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata kerja corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau menyogok. Menurut Andi Hamzah dalam
bukunya “Pemberantasan Korupsi,” dari Bahasa Latin itulah kemudian turun ke banyak bahasa di
Eropa, seperti Bahasa Inggris yaitu corruption, corrupt; Bahasa Prancis yaitu corruption; dan Bahasa
Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah, kata itu turun ke Bahasa Indonesia,
korupsi (KPK RI, 2015).

Dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri atau mengutamakan
kepentingan pribadi. Tindakan korupsi dapat merugikan banyak pihak, baik masyarakat maupun
negara. Oleh karena itu, korupsi harus diberantas.

Agar kita terhindar dari tindakan korupsi, baiknya kita mengetahui jenis-jenis tindak pidana korupsi.
Seperti yang tercantum pada UU Nomor 31 Tahun 1999, terdapat 30 bentuk/jenis korupsi yang
tersebar dalam 13 pasal. Ketigapuluh bentuk tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis korupsi. Secara lengkap, ketujuh kategori/jenis tindak pidana
korupsi tersebut adalah:

Merugikan keuangan negara;

Suap-menyuap;

Penggelapan dalam jabatan;

Pemerasan;

Perbuatan curang;

Benturan kepentingan dalam pengadaan;

Gratifikasi.

Apakah Indonesia bisa terbebas dari korupsi? Tentu bisa. Pada dasarnya, korupsi bisa diberantas.
Seperti halnya di Denmark, dimana Denmark menempati peringkat teratas sebagai negara yang
bebas dari korupsi. Lalu apa rahasia Denmark bisa meminimalisir tindakan korupsi?

Dilansir dari Kantor Staf Presiden (KSP) (2020), diceritakan inspirasi yang didapatkan dari negara
yang satu ini dalam pencegahan korupsi, salah satunya melalui digitalisasi di segala aspek. Reformasi
berbasis digital ini mulai gencar diterapkan pada area-area dengan risiko korupsi tinggi, terutama
pada kerangka sistem pemerintahan.

Denmark memperkenalkan skema keterbukaan dalam berbagai hal. Sebagai salah satu contoh yang
menarik adalah keterbukaan para anggota parlemen dimana mereka harus mempublikasikan
informasi tentang pengeluaran bulanan mereka seperti biaya transportasi, hiburan, pertemuan
resmi, dan yang lainnya. Prinsip keterbukaan ini menjadi salah satu parameter penting bagi mata
masyarakat untuk menilai seberapa bersih pelaku birokrasi pemerintahan di negaranya (Lestari,
2018).

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Denmark tersebut, selayaknya juga diterapkan oleh
Auditor. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Auditor harus menerapkan transparansi dan
integritas. Hal ini sangat diperlukan guna meningkatkan kapabilitas seorang Auditor, karena dalam
melaksanakan tugasnya, Auditor sering kali berhadapan dengan tindakan yang bisa tergolong dalam
korupsi. Misalnya, saat melakukan Audit, ada Auditee yang memberikan barang mewah dengan
dalih sebagai oleh-oleh. Saat itulah Auditor harus menunjukkan sikap integritasnya. Selain itu,
digitalisasi dalam proses audit juga sangat penting guna meningkatkan keamanan data dan akurasi
hasil audit.

Bagaimana cara memberantas korupsi di Indonesia? Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk memberantas korupsi (KPK RI, 2014), yaitu :

1. Represif

Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan, serta
menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan.

2. Perbaikan Sistem

KPK memberikan rekomendasi kepada kementerian/lembaga terkait untuk melakukan langkah-


langkah perbaikan. Selain itu, juga dengan penataan layanan publik melalui koordinasi dan supervisi
pencegahan (korsupgah), serta mendorong transparansi penyelenggara negara (PN). Sementara,
guna mendorong transparansi penyelenggara negara (PN), KPK menerima pelaporan LHKPN dan
gratifikasi.

3. Edukasi dan Kampanye

Sebagai bagian dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki peran strategis dalam
pemberantasan korupsi. Melalui edukasi dan kampanye, KPK membangkit kesadaran masyarakat
mengenai dampak korupsi, mengajak masyarakat untuk terlibat dalam gerakan pemberantasan
korupsi, serta membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa dan
masyarakat umum, namun juga anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar.

Pustaka
KPK RI. (2014). Semua BISA ber-AKSI : Panduan Memberantas Korupsi dengan Mudah dan
Menyenangkan : 63-74

KPK RI. (2015). Kapita Selekta dan Beban Biaya Sosial Korupsi

Inspektorat Jender

Anda mungkin juga menyukai