Anda di halaman 1dari 13

mooc.

admindas

MODUL
ANTI
KORUPSI

Disusun Oleh :
Danang Iftian P, S.E
Penyuluh Anti Korupsi
Inspektorat Daerah Karanganyar
DAFTAR ISI:
A. PENDAHULUAN
1. Diskripsi Singkat
2. Tujuan Pembelajaran
3. Manfaat Pembelajaran
4. Pokok Pembahasan

B. POKOK MATERI
1. Tujuan Keberhasilan Pemberantasan
Korupsi di Indonesia
2. Indikator Keberhasilan Pemberantasan
Korupsi
3. Negara Paling Antikorupsi
4. Dampak Korupsi
5. Biaya Sosial Korupsi
A. PENDAHULUAN:
1. DISKRIPSI SINGKAT
Korupsi merupakan kejahatan luar bisa dan
masalah paling krusial yang dihadapi negara dan
bangsa Indonesia saat ini. Diperlukan suatu upaya
yang luar bisa juga dalam pemberantasan korupsi.
Upaya tersebut meliputi :
Upaya pencegahan korupsi agar tidak ada lagi
yang punya keinginan untuk korupsi.
Upaya penindakan tidak pidana korupsi supaya
setiap orang takut untuk melakukan tindak pidana
korupsi dan,
Perbaikaan sistem, bertujuan untuk menutup
setiap celah terjadinya korupsi.
Upaya tersebut harus dilakukan secara holistik
dan menyeluruh dari masyarakat & penyelenggara
negara, dari anak-anak hingga dewasa. Melalui modul
Modul Anti Korupsi Dasar ini kita akan membahas
upaya pencegahan korupsi melalui implementasi
pendidikan anti korupsi.
Melalui pendidikan antikorupsi yang sistematik
bertujuan mengenal lebih dini hal-hal yang
berkenaan dengan korupsi termasuk apa tujuan akhir
pemberantasan korupsi? apa dampak korupsi bagi
bangsa dan negara? apa indikator keberhasilan
pemberantasan korupsi dan negara mana saja yang
bisa kita jadikan role model keberhasilan
pemberantasan korupsi?
Pada akhirnya, akan mewujudkan PNS yang
sadar & memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk
korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika
melakukan korupsi. Pendidikan anti korupsi
merupakan tindakan untuk menumbuhkan kesadaran
tentang bahaya dan dampak korupsi serta mendorong
generasi mendatang untuk mengembangkan sikap
menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi
2.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran
pada Modul Anti Korupsi Dasar ini, diharapkan
peserta mampu :
1. Memahami apa tujuan akhir pemberantasan
korupsi di Indonesia.
2. Mengetahui indikator keberhasilan pemberantasan
korupsi3.
3. Mengetahui negara-negara paling antikorupsi dan
memahami strategi pemberantasan korupsi di
negara-negara tersebut.
4. Memahami dampak korupsi dan biaya sosial
korupsi yang ditimbukan.

3.
MANFAAT PEMBELAJARAN
1. Peserta menyadari dampak perilaku dan tindak
pidana korupsi bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan kehidupan.
2. Peserta mampu membentuk perilaku yang amanah
dan jujur serta berperan dalam pencegahan
korupsi dilingkungannya.
B. POKOK MATERI:
1.
TUJUAN KEBERHASILAN PEMBERANTASAN KORUPSI
DI INDONESIA
Pemberantasan korupsi di Indonesia merupakan
tujuan kita bersama dan bahkan seluruh lapisan
masyarakat. Kenapa? Karena memberantas korupsi
harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan seluruh anak bangsa.
Cita-cita kemerdekaan Indonesia ini termaktub
dalam alinea keempat pada Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu


Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”
Dalam alinea tersebut terdapat empat fungsi
sekaligus tujuan negara Indonesia yaitu :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia,
Memajukan kesejahteraan umum,
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Fungsi sekaligus tujuan negara Indonesia
tersebut tidak akan pernah bisa terwujud jika korupsi
masih merajalela di negeri ini. Korupsi dengan
berbagai dampak buruk yang ditimbulkannya dalam
berbagai sektor akan melemahkan negara ini,
sehingga tidak akan mampu melindungi segenap
bangsanya dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan baik.
Kesejahteraan umum juga tidak akan terwujud
akibat adanya korupsi. Kesejahteraan hanya akan
menjadi milik segelintir orang yang memiliki kuasa
dan akses kepada kebijakan yang memihak mereka.
Mencerdaskan kehidupan bangsa juga akan mustahil
jika korupsi masih ada di negeri ini. Indonesia
Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa negara
merugi Rp 1,6 triliun dari korupsi di sektor pendidikan
sepanjang 2016-September 2021. Bayangkan jika uang
sebanyak itu digunakan untuk perbaikan mutu
pendidikan atau prasana sekolah, pasti akan sangat
berguna sekali.
Korupsi juga memperparah kemiskinan dan
semakin melebarkan jurang ketimpangan di negeri
ini. Si kaya akan semakin kaya dengan korupsinya, si
miskin yang mengais-ngais keadilan akan semakin
terjerembap dalam jurang kemelaratan. Maka
keadilan sosial akan semakin jauh dari harapan.
2.
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBERANTASAN
KORUPSI
Pemberantasan korupsi di sebuah negara mesti
terus dipantau perkembangannya, untuk mengetahui
apakah strategi yang digunakan sudah tepat atau
belum. Setidaknya ada tiga indikator keberhasilan
pemberantasan korupsi yang digunakan sebagai alat
pengukuran. Indonesia, menggunakan 3 indikator
untuk menentukan tingkat keberhasilan
pemberantasan korupsi, yaitu Survei Penilaian
Integritas (SPI), Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK),
dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
Ketiga indikator ini menunjukkan tingkat korupsi
di sebuah daerah atau negara yang laporannya dirilis
setiap tahun. Dari perbandingan dari tahun ke tahun
dari indikator tersebut, bisa diketahui apakah ada
peningkatan atau penurunan tindak pidana korupsi.
Selain itu, kita juga bisa tahu perubahan perilaku
masyarakat dalam menanggapi korupsi.

a. Survei Penilaian Integritas (SPI)


Survei ini dikembangkan oleh Direktorat Penelitian
dan Pengembangan KPK ini bertujuan untuk
memetakan risiko korupsi dan tingkat integritas, serta
mengukur capaian upaya pencegahan korupsi di
kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Hasil dari
survei akan menjadi dasar menyusun rekomendasi
peningkatan upaya pencegahan korupsi melalui
rencana aksi.
Penilaian didasarkan pada persepsi dan pengalaman
para pemangku kepentingan instansi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD),
yang terdiri dari pegawai, pengguna layanan atau
mitra kerja sama, dan para ahli dari berbagai
kalangan.
Pengukuran survei penilaian integritas adalah budaya
organisasi, pengelolaan SDM, pengelolaan anggaran,
dan sistem antikorupsi. Dimensi budaya organisasi
menilai Informasi terkait institusi, keberadaan calo,
nepotisme tugas, prosedur layanan, dan kejadian
suap/gratifikasi. Hasil survei adalah skala 1 hinga 100
yang menunjukkan level integritas instansi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD),
semakin tinggi angkanya maka semakin baik tingkat
antikorupsinya.

b. Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK)


IPAK dikeluarkan setiap tahunnya oleh Badan Pusat
Statistik Indonesia (BPS) untuk mengukur tingkat
perilaku antikorupsi sehari-hari di masyarakat. IPAK
mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap
perilaku antikorupsi dan mencakup tiga fenomena
utama korupsi, yaitu penyuapan (bribery), pemerasan
(extortion), dan nepotisme (nepotism). Nilai IPAK
berkisar pada skala 0 sampai 5. Semakin mendekati 5
berarti masyarakat semakin antikorupsi.

IPAK disusun berdasarkan dua dimensi, yaitu Dimensi


Persepsi dan Dimensi Pengalaman. Dimensi Persepsi
berupa penilaian atau pendapat terhadap kebiasaan
perilaku anti korupsi di masyarakat. Sementara itu,
Dimensi Pengalaman berupa pengalaman anti korupsi
yang terjadi di masyarakat. Dari hasil IPAK ini, BPS
memberikan beberapa rekomendasi untuk upaya
pemberantasan korupsi dan edukasi antikorupsi.
c. Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau Corruption
Perceptions Index (CPI) adalah pengukuran korupsi
sektor publik sebuah negara yang digunakan secara
internasional. IPK dianggap sangat kredibel dan
diakui dunia sehingga menjadi kebanggaan bagi
negara jika menempati deretan ranking puncak. IPK
diterbitkan setiap tahunnya oleh organisasi non-
pemerintahan asal Jerman, Transparency
International sejak 1995. Hasil IPK dikeluarkan
berdasarkan asesmen dan survei opini yang
dikumpulkan oleh 12 institusi terkemuka, di antaranya
Bank Dunia dan Forum Ekonomi Dunia.

Hasil survei diwujudkan dalam bentuk ranking dan


skor dengan skala 1-100. Semakin tinggi skornya,
maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi.
Jika skornya semakin mendekati nol, maka semakin
korup negara tersebut. Indonesia berada di ranking 96
dengan skor 34, turun empat poin dari 38 pada 2021.

3.
NEGARA PALING ANTIKORUPSI
Tiga Negara Paling Antikorupsi di Dunia adalah
Denmark, Finlandia, dan Selandia Baru. Ketiganya
sama-sama berada di ranking pertama dalam Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) 2021 yang dirilis pada Januari
2022 lalu dengan skor 88 dari 100.

a. Denmark
Korupsi seakan kata yang asing di negeri ini. Bisnis di
Denmark bisa berjalan dengan mulus tanpa hambatan
korupsi, suap, atau pemerasan.
Undang-undang Kriminal Denmark soal larangan
menerima suap dan jenis korupsi lainnya benar-benar
bekerja dengan baik dan dipatuhi. Tidak hanya untuk
pegawai pemerintah atau penyelenggara negara,
penyuapan juga dilarang di Denmark untuk
perusahaan swasta dan pegawai negeri asing.

b. Finlandia
Korupsi pemerintahan hampir nihil di Finlandia saat
ini, tidak ada tradisi suap menyuap dan gratifikasi.
Perihal korupsi semuanya tercantum dalam UU
Pidana Finlandia dan ditegakkan dengan baik.
Bersihnya Finlandia dari korupsi juga berkat kultur
keterbukaan dan transparansi dari penyelenggara
negara, sistem pengendalian internal dan eksternal
yang luar biasa, hinga keterlibatan masyarakat sipil
dalam pemberantasan korupsi.

c. Selandia Baru
Di Selandia Baru, prinsip transparansi dikedepankan
dan birokrasi dipangkas. Iklim usaha juga sangat
kondusif di negara ini, dengan pengurusan izin usaha
yang bisa beres dalam waktu sehari saja. Selandia
Baru juga sukses menegakkan hukum antikorupsi
dengan baik. Pejabat publik dilarang menerima
gratifikasi, yang semuanya diterapkan dengan ketat di
seluruh jajaran pemerintahan.
4.
DAMPAK KORUPSI
a. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi
Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah
negara. Salah satunya pertumbuhan ekonomi yang
lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat
investasi. Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk
ke negara dengan tingkat korupsi yang tinggi. Adanya
suap dan pungli dalam sebuah perekonomian
menyebabkan biaya transaksi ekonomi menjadi
semakin tinggi. Hal ini menyebabkan inefisiensi
dalam perekonomian.
Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan
sosial semakin lebar. Orang kaya dengan kekuasaan,
mampu melakukan suap, akan semakin kaya.
Sementara orang miskin akan semakin terpuruk
dalam kemelaratan.

b. Dampak Korupsi di Bidang Kesehatan


Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW),
korupsi jadi biang keladi buruknya pelayanan
kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang
tidak memadai dan kekurangan obat. Korupsi juga
membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara
langsung mengancam nyawa masyarakat. ICW
mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat
merupakan dua sektor paling rawan korupsi.
Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi
berkualitas buruk, pelayanan purnajualnya juga jelek,
serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat yang
pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti
keampuhannya dipertanyakan.
c. Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan
Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah
pembangunan dan infrastruktur. Salah satu modus
korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank,
adalah mark up yang sangat tinggi. Dampak dari
korupsi ini tentu saja kualitas bangunan yang buruk
sehingga dapat mengancam keselamatan publik.
Proyek infrastruktur yang sarat korupsi juga tidak
akan bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus
dibuka proyek baru yang sama untuk dikorupsi lagi.
Korupsi di sektor ini terjadi dari tahapan
perencanaan, proses pengadaan, hingga pelaksanaan.
Di tahap perencanaan, koruptor sudah mencari celah
terkait kepastian anggaran, fee proyek, atau cara
mengatur pemenang tender. Pada pelaksanaan,
terjadi manipulasi laporan pekerjaan atau pekerjaan
fiktif, menggerogoti uang negara.

d. Korupsi Meningkatkan Kemiskinan


Korupsi yang berdampak pada perekonomian
menyumbang banyak untuk meningkatnya
kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak
korupsi melalui pertumbuhan ekonomi adalah
kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan
kemiskinan relatif.
Alur korupsi yang terus menerus akan semakin
memunculkan kemiskinan masyarakat. Korupsi akan
membuat masyarakat miskin semakin menderita,
dengan mahalnya harga pelayanan publik dan
kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga
tidak akan mampu membawa masyarakat miskin
lepas dari jerat korupsi.
5.
BIAYA SOSIAL KORUPSI
Biaya sosial korupsi bisa diartikan sebagai dampak
kerugian dari perilaku korupsi yang membebani
keuangan negara. Dampak ini timbul bukan hanya
sebatas nominal uang yang dikorupsi, tapi segala
biaya yang harus dibayar negara karena perilaku
korupsi tersebut. Biaya ini termasuk ongkos
pencegahan korupsi, proses hukum pelaku korupsi
mulai dari penyelidikan, penyidikan, hingga
pengadilan, bahkan biaya untuk menghidupi koruptor
di penjara.

DAFTAR PUSTAKA :
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Peraturan Gubernur Jawa Tangah Nomor 10 Tahun
2019 Tentang Implementasi Pendidikan Anti
Korupsi di Jawa Tengah
https://elearning.kpk.go.id/
https://antikorupsi.org/
https://www.transparency.org/en

Anda mungkin juga menyukai