Anda di halaman 1dari 8

Nama: Ni Putu Praba Wulandari

NIM: 120211555
Fakultas/Jurusan: FEB/Akuntansi

RESUME MATERI
BAB V
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
Upaya pemberantasan korupsi membutuhkan kesamaan pemahaman mengenai tindak
pidana korupsi itu sendiri, dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa
dilakukan secara tepat dan terarah. Untuk memberantas korupsi maka sistem dan lembaga
pemerintahan negara harus di reformasi. Reformasi ini meliputi reformasi terhadap sistem
kelembagaan maupun pejabat publik. Kelembagaan ini harus mempertanggung jawabkan apa
yang dilakukannya kepada rakyat.

A. Konsep Pemberantasan Korupsi


Konsep pemberantasan korupsi di Indonesia terbilang kronis, bukan hanya membudaya tetapi
sudah membudidaya. Pengalaman pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa
kegagalan demi kegagalan lebih sering terjadi terutama terhadap pengadilan koruptor kelas
kakap dibanding koruptor kelas Teri. Konsep pemberantasan korupsi telah menjadi salah satu
focus utama pemerintah Indonesia pasca reformasi. Berbagai upaya telah ditempuh, baik
untuk mencegah maupun memberantas tindak pidana korupsi atau tipikor secara serentak
oleh pemegang kekuasaan eksekutif yaitu melalui pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
legislatif, serta yudikatif.
B. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan Hukum Pidana
Upaya penanggulangan kejahatan korupsi pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni
melalui jalur penal dan non-penal. Penanggulangan tindak pidana dengan pendekatan
perundang-undangan dikenal dengan upaya penal (represif) dengan pemberian sanksi barang
siapa yang melakukan tindak pidana sehingga pemberian sanksi terhadap tindak pidana
korupsi merupakan reaksi pendekatan upaya non-penal (preventif) yang berporos kepada
penghapusan atau menghilangkan faktor-faktor potensial yang menjadi ruang terjadinya
tindak pidana korupsi. Sehingga dalam penanggulangan tindak pidana korupsi disamping
menggunakan upaya penal (represif) juga menggunakan upaya non-penal (preventif) guna
mencegah seseorang melakukan tindak pidana korupsi atas perbuatan korupsi yang
dilakukan.

C. Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi


Berikut adalah berbagai strategi dan upaya yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang
di implementasikan oleh Instruksi Presiden adalah sebagai berikut:
1. Upaya Pencegah (Preventif)
a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian kepada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal
dan agama.
b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
2. Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana.
Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK adalah sebagai berikut:
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan helikopter jenis MI-2.
b. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. la diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Upaya Edukasi Masyarakt/Mahasiswa
a. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
c. Melakukan control social pada setiap kebijakan mulai dari pemerintah desa
hingga ke tingkat pusat atau nasional.
d. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
pemerintahan negara dan aspek hukumnya.
4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang
meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia
dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat
melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-
tengah Gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca Soeharto
yg bebas korupsi.

BAB VI
GERAKAN, KERJASAMA DAN INSTRUMEN
INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan kerjasama
internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan Internasional. Keinginan
masyarakat internasional untuk memberantas korupsi dalam rangka mewujudkan pemerintahan
yang lebih baik, lebih bersih dan lebih bertangungjawab sangat besar. Korupsi adalah salah satu
masalah yang menghambat pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di
seluruh dunia, mengancam pemenuhan hak asasi manusia dan merusak lingkungan hidup.
Kegiatan ini hendak diwujudkan tidak hanya di sektor publik namun juga di sektor swasta.
. GERAKAN ORGANISASI INTERNASIONAL
. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Pada kesempatan pertama, kongres ini diadakan di Geneva pada tahun 1955. Sampai
saat ini kongres PBB ini telah terselenggara 12 kali. Isu mengenai Korupsi menjadi
topik pembahasan yang utama. Pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan
pendekatan multi disiplin (multidisciplinary approach) dengan memberikan
penekanan pada aspek dan dampak buruk dari korupsi dalam berbagai level atau
tingkat. Pemberantasan juga dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan pencegahan
korupsi baik tingkat nasional maupun internasional, mengembangkan cara atau
praktek pencegahan serta memberikan contoh pencegahan korupsi yang efektif di
berbagai negara.
. Bank Dunia (World Bank)
World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Core Program yang bertujuan
untuk menanamkan awareness mengenai korupsi dan pelibatan masyarakat sipil
untuk pemberantasan korupsi, termasuk menyediakan sarana bagi negaranegara
berkembang untuk mengembangkan rencana aksi nasional untuk memberantas
korupsi. Program yang dikembangkan oleh Bank Dunia didasarkan pada premis
bahwa untuk memberantas korupsi secara efektif, perlu dibangun tanggung jawab
bersama berbagai lembaga dalam masyarakat. Lembaga-lembaga yang harus
dilibatkan diantaranya pemerintah, parlemen, lembaga hukum, lembaga pelayanan
umum, watchdog institution seperti publicauditor dan lembaga atau komisi
pemberantasan korupsi, masyarakat sipil, media dan lembaga internasional. Oleh
bank dunia, pendekatan untuk melaksanakan program anti korupsi dibedakan menjadi
2 (yakni), pendekatan dari bawah (bottom – up) dan pendekatan dari atas (top –
down). Untuk pendekatan dari atas atau top-down dilakukan dengan melaksanakan
reformasi di segala bidang baik hukum, politik, ekonomi maupun administrasi
pemeritahan. Untuk pendekatan bottom-up yang dikembangkan oleh World Bank
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya korupsi.
. OECD (Organization for Economic Co – Operation and Development)
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada sekitar tahun 1970-an, OECD, didukung
oleh PBB mengambil langkah baru untuk memerangi korupsi di tingkat internasional.
Tujuan dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk mencegah dan memberantas
tindak pidana suap dalam transaksi bisnis internasional. Konvensi ini menghimbau
negara-negara untuk mengembangkan aturan hukum, termasuk hukuman (pidana)
bagi para pelaku serta kerjasama internasional untuk mencegah tindak pidana suap.
. Masyarakat Uni Eropa
Gerakan pemberantasan korupsi secara internasional dimulai pada sekitar tahun 1996.
Tahun 1997, the Council of Europe Program against Corruption menerima
kesepakatan politik untuk memberantas korupsi dengan menjadikan isu ini sebagai
agenda prioritas. Pemberantasan ini dilakukan dengan pendekatan serta pengertian
bahwa: karena korupsi mempunyai banyak wajah dan merupakan masalah yang
kompleks dan rumit, maka pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan
pendekatan multidisiplin; monitoring yang efektif, dilakukan dengan kesungguhan
dan komprehensif serta diperlukan adanya fleksibilitas dalam penerapan hukum.
. GERAKAN LEMBAGA SWADAYA INTERNASIONAL (INTERNASIONAL NGO’s)
. Transperency Internasional
Transparency International  (TI) adalah sebuah organisasi internasional non-
pemerintah yang memantau dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai
korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional. TI
membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di berbagai negara, berdasarkan survei
yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat yang diterbitkan setiap
tahun dan dilakukan hampir di 200 negara di dunia.
. TIRI
TIRI  (Making Integrity Work) adalah sebuah organisasi independen internasional
non-pemerintah yang memiliki head-office di London, United Kingdom dan memiliki
kantor perwakilan di beberapa negara termasuk Jakarta. TIRI didirikan dengan
keyakinan bahwa dengan integritas, kesempatan besar untuk perbaikan dalam
pembangunan berkelanjutan dan merata di seluruh dunia akan dapat tercapai. Misi
dari TIRI adalah memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang adil dan
berkelanjutan dengan mendukung pengembangan integritas di seluruh dunia. TIRI
berperan sebagai katalis dan inkubator untuk inovasi baru dan pengembangan
jaringan.
. INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI
. United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)
Salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan korupsi adalah United Nations Convention against Corruption  yang
telah ditandatangani oleh lebih dari 140 negara. Tindak pidana korupsi dapat
diberantas melalui Badan Peradilan. Namun menurut konvensi ini, salah satu hal yang
terpenting dan utama adalah masalah pencegahan korupsi. Bab yang terpenting dalam
konvensi didedikasikan untuk pencegahan korupsi dengan mempertimbangkan sektor
publik maupun sektor privat (swasta).
. Convention On Bribery Of Foreign Public Official In
International Business Transaction Convention on Bribery of Foreign Public Official
in International Business Transaction adalah sebuah konvensi internasional yang
dipelopori oleh OECD. Konvensi ini memberikan standar-standar atau langkah-
langkah yang terkait yang harus dijalankan oleh negara perserta sehingga isi konvensi
akan dijalankan oleh negara-negara peserta secara efektif. Convention on Bribery of
Foreign Public Official in International Business Transaction adalah konvensi
internasional pertama dan satu-satunya instrumen anti korupsi yang memfokuskan
diri pada sisi ‘supply’ dari tindak pidana suap.
. PENCEGAHAN KORUPSI BELAJAR DARI NEGARA LAIN
Denmark adalah negara pertama yang mendapat indeks persepsi korupsi paling rendah, Ada
sistem yang terintegritas bagi aparat penegak hukum dalam bidang akademik. Hal ini
dilakukan untuk memberikan pemahaman dan komitmen mereka untuk memberantas tindak
pidana korupsi. Selain komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi, pemerintah terus
berupaya untuk bersikap transparan terhadap publik. Bahkan Parlemen Denmark tak akan
memberikan hak imunitas bagi anggota dewannya yang terlibat dalam kasus korupsi, atau
pelanggaran pidana lainnya. Dua ujung tombak pemberantasan korupsi di Denmark.
Keduanya bukanlah aparat kepolisian atau lembaga antikorupsi. Melainkan Ombudsman dan
auditor lembaga keuangan (semacam BPK di Indonesia) yang akan berperan dalam bidang
pengawasan.
. ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA
Indonesia menandatangani Konvensi Anti Korupsi pada 18 Desember 2003. Pemerintah RI
18 April 2006, meratifikasi konvensi ini dengan mengesahkannya di dalam UU No. 7 Tahun
2006, LN 32 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption (UNCAC), 2003. Arti penting dari Ratifikasi Konvensi adalah sebagai berikut:
. Meningkatkan Kerjasama internasional khususnya dalam melacak, membekukan,
menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana korupsi yang ditempatkan
di luar negeri.
. Meningkatkan Kerjasama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan yang
baik.
. Meningkatkan Kerjasama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi,
bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana, dan
kerjasama penegakan hukum.
. Mendorong Terjalinnya Kerjasama teknis dan pertukaran informasi dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah payung kerjasama
pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional dan
multilateral.
. Perlunya harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi.
MoU KPK (Indonesia) dan NACC (Thailand)
National Anti Corruption Commision (NACC) Thailand, kerjasama internasional untuk
pemberantasan korupsi yang ditandatangani oleh Laode Muhammad Syarif selaku Komisioner
KPK dan Pol.Gen. Watcharapol Prasarnrajkit selaku Ketua Nasional Anti Corruption Commision
(NACC) Thailand pada 9 Oktober 2019.

Menurut pendapat saya intensitas korupsi di Thailand cukup tinggi, penanganan kasus korupsi di
Negeri Gajah Putih sepenuhnya menjadi wewenang kepolisian dengan mengandalkan UU
Hukum Pudana. Namun kinerja kepolisian didalam menangani korupsi dianggap kurang
memadai. Keterbatasan wewenang hukum meembuat kekuatan OCCC dalam memerangi korupsi
lemah. Konstitusi Kerajaan Thailand kemudian menambahkan check and balances
penyelenggaraan negara dengan mengikutsertakan rakyat. Beberapa lembaga independen
pemerintahan dibentuk, salah satunya National Counter Corruption Commission (NCCC).

Anda mungkin juga menyukai