Anda di halaman 1dari 13

UPA YA PE M B ER A N T A SA N

KORUPSI
OLEH :

H Y U B E N Y M U K TI SETIYAWAN
WA
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI
Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi
juga akut. Penyakit ini menempel pada semua aspek bidang kehidupan
masyarakat, terutama menggerogoti dalam bidang perekonomian. Sehingga suatu
Negara, masyarakat harus memiliki cara untuk memberantas korupsi. Upaya yang
paling tepat untuk memberantas korupsi adalah dengan memberikan pidana atau
menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian hukum pidana
akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi.
Dengan adanya hukuman berat maka akan membuat jera para koruptor dan
mencegah adanya bibit-bibit koruptor.
B. UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN
(KORUPSI) DENGAN HUKUM PIDANA
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah
politik kriminal atau criminal policy oleh G. Peter hoefnagels dibedakan sebagai
berikut (nawawi arief : 2008) :
1. Kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application);
2. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan
dan pemidanaan lewat mass media (Influencing views of society on crime and
punishment through mass media)
Upaya penanggulangan kejahatan menurut Barda Nawawi Arief, dapat dibagi
menjadi 2 :
1. Melalui jalur penal (dengan menggunakan hukum pidana).
Jalur ini lebih menitikberatkan pada sifat represif (penumpasan/penindasan/
pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi.
2. Jalur non-penal (diselesaikan di luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-
penal). Lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan), sasaran upaya
jalur ini adalah untuk menangani kondisi baik politik, ekonomi maupun sosial
yang secara langsung atau tidak langsung, upaya yang lain adalah
menggunakan hukum pidana atau dengan menghukum atau memberi pidana
bagi pelaku korupsi.
C. BERBAGAI STRATEGI DAN/ATAU UPAYA
PEMBERANTASAN KORUPSI
Carolien klein haarhuis menyebutkan 4 (empat) tipe kebijakan pemberantasan korupsi
yang dilakukan di berbagai negara :
1. Tipe pertama adalah dengan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
kekuasaan negara terutama dari pejabat publik dalam berbagai bidang kehidupan
2. Tipe kedua adalah dengan menciptakan pemerintahan yang transparan dan
akuntabel dengan mengurangi berbagai bentuk diskresi yang sering dilakukan
oleh pejabat publik.
3. Tipe ketiga adalah dengan menciptakan situasi dimana masyarakat bisa memilih
kemana meminta berbagai jenis pelayanan publik.
4. Tipe keempat adalah dengan melakukan reformasi hukum dan peradilan.
Strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang dikembangkan oleh
united nations adalah :
1. Pembentukan lembaga antikorupsi
a. Lembaga politik seperti partai politik baik yang berkuasa maupun tidak
b. Lembaga legislative
c. Lembaga peradilan termasuk di dalamnya kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan serta lembaga pemasyarakatan.
d. Institusi lain yang memiliki tanggungjawab melakukan audit di lembaga
pemerintahan seperti inspektorat jenderal
e. Lembaga independen (Pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan
media)
f. Lembaga atau sektor swasta yang dapat terlibat dalam korupsi atau upaya
pemberantasan korupsi
2. Pencegahan korupsi di sektor publik
a. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum, saat maupun sesudah menjabat.
b. Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat,
daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi
adalah dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka.
3. Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat
a. Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to
information).
b. Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat
c. Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat dalam mencegah dan
memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana bagi masyarakat
untuk melaporkan kasus korupsi
d. Di beberapa negara, pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’ tidak
dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi dengan
pemikiran bahwa bahaya korupsi dianggap lebih besar dari pada kepentingan
individu.
e. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi,
pemerintah indonesia telah mengeluarkan peraturan pemerintah republik
indonesia no. 71 tahun 2000 tentang tata cara pelaksanaan peran serta
masyarakat
dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
f. Pers yang bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi.
g. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) baik tingat lokal atau internasional juga
memiliki peranan penting untuk mencegah dan memberantas korupsi.
h. Salah satu cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan atau mengoperasikan perangkat electronic surveillance.
4. Pembuatan berbagai instrumen hukum yang mendukung pencegahan dan
Pemberantasan korupsi.
Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya
mengandalkan satu instrumen hukum yakni undang-undang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen
hukum lain perlu dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan
yang
harus ada untuk mendukung pemberantasan korupsi adalah undang-undang
tindak pidana money laundering atau pencucian uang.
5. Kerjasama internasional
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah melakukan
kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain maupun
dengan international ngos. Sebagai contoh saja, di tingkat internasional,
transparency internasional (TI) misalnya membuat program national integrity
systems. Adapun bentuk kerjasama internasional antar negara yang dapat
dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan pertukaran informasi,
peningkatan pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum atau agen
pemberantasan korupsi.
6. Monitoring dan evaluasi
Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program
yang sukses dan yang gagal, tanpa melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit
mengetahui capaian yang telah dilakukan. Untuk strategi atau program yang
sukses, sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai