Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGAUDITAN II

“ Pengujian Substantif Terhadap Persediaan”

DOSEN PENGAMPU
I Gusti Agung Ayu Pramita Indraswari S.E.,M.Si.
Oleh:
Kelompok 2 :
Ni Putu Ary Gangga Dewi (120211522)
Ni Putu Praba Wulandari (120211555)
Ayu Agnes Kleff (120211592)
I Gusti Made Widyadarma Pria (120211572)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “AUDITING II” yang berjudul “PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP
PERSEDIAAN” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan oleh karenanya penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
 penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
 pembaca.

2
BAB I
PENDAHULUAN

Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam
kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam
 pengolahan produk yang akan dijual.

Kekayaan perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan karena


kekayaan tersebut tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan adalah
 persediaan yang menunggu saat penjualan dan surat berharga yang disimpan untuk
dijual di kemudian hari.

Di dalam perusahaan dagang, persediaan terutama terdiri dari persediaan barang


dagangan. Sedangkan dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan
 bahan baku dan bahan penolong, persediaan produk dalam proses, persediaan produk
 jadi, persediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies).

Persediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam
auditnya karena berbagai alasan berikut ini:

1. Umumnya persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup


material dan merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-
kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai persediaan secara langsung mempengaruhi kos barang
yang dijual (cost of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan
laba tahun yang bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai persediaan merupakan tugas yang lebih
kompleks dan sulit dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan
keuangan yang lain.
4. Seringkali persediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan
 pengawasan dan penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam persediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam
melaksanakan auditnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN


PERSEDIAAN DALAM NERACA
1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa persediaan dinilai dengan lower of
cost or market dan harus menyebutkan metode yang digunakan dalam menentukan
kos persediaan.
2. Jika persediaan dinyatakan pada kosnya, nilai pasarnya pada tanggal neraca harus
dicantumkan dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada
harga pasarnya, kosnya harus dicantumkan dalam tanda kurung. Kos pengganti
kini (current replacement cost) harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk
 persediaan yang kosnya ditentukan berdasarkan metode masuk terakhir, keluar
 pertama.
3. Akibat perubahan metode penilaian persediaan terhadap perhitungan rugi laba
tahun yang diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus
menyatakan perkecualian mengenai konsistensi penerapan prinsip akuntansi
 berlaku umum dalam laporan audit.
4. Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika persediaan
digadaikan sebagai jaminan utang yang ditarik oleh klien.
5. Jika jumlahnya material, persediaan dalam perusahaan manufaktur harus
dikelompokkan menurut kelompok utama berikut ini : persediaan produk jadi,
 persediaan produk dalam proses, dan persediaan bahan baku. Penyajian kelompok
 persediaan tersebut dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya.
6. Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalam laporan keuangan, jika jumlahnya
material atau bersifat luar biasa.
7. Cadangan untuk menghadapi kemungkinan turunnya harga persediaan setelah
tanggal neraca harus dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba yang ditahan.
Cadangan ini tidak boleh dikurangkan dari persediaan, namun harus disajikan
sebagai pengurang akun Laba Ditahan.

4
1.2 TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP SEDIAAN

✓ Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan persediaan.

Sebelum auditor melakukan pengujian substantif terhadap kewajaran saldo


 persediaan yang dicantumkan di neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai
ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi persediaan
yang disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo
 persediaan yang dicantumkan di neraca dengan akun persediaan di buku besar dan
selanjutnya ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (jika klien
menggunakan voucher system dengan basis waktu), jurnal pengeluaran kas atau
check register (jika klien menggunakan voucher system dengan basis tunai) , jurnal
 pemakaian bahan baku, jurnal umum, dan ke buku pembantu persediaan.

✓ Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan


keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.

Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian


ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai
dengan aktiva sesungguhnya yang dimiliki oleh klien. Untuk tujuan ini, auditor
melakukan berbagai prosedur audit guna membuktikan eksistensi aktiva yang
 bersangkutan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut,
membuktikan kelengkapan aktiva yang disajikan di neraca dan transaksi yang
 berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan kepemilikan atas aktiva tersebut,
membuktikan kewajaran penilaian aktiva tersebut pada tanggal neraca,
membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tersebut di dalam
laporan keuangan.

Dalam hubungannya dengan pengujian substantif terhadap persediaan, salah


satu tujuan auditnya adalah untuk membuktikan asersi keberadaan sediaan yang
dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
Untuk membuktikan asersi tersebut, auditor melakukan pengujian substantif
 berikut ini:

a. Prosedur analitik

5
3. Usut saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut akun Persediaan, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran
saldo awal kedua akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan
 pengusutan saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas
kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang
diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat
mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi
koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.

4. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke jurnal


yang bersangkutan.
Pendebitan di dalam berbagai akun persediaan tersebut kemudian diusut
ke jurnal pembelian (atau register bukti kas keluar), atau ke jurnal pengeluaran
kas (atau check register), dan pengkreditan ke akun tersebut diusut ke jurnal
 pemakaian bahan baku dan jurnal umum untuk memperoleh keyakinan bahwa
mutasi penambahan dan pengurangan persediaan berasal dari jurnal-jurnal yang
 bersangkutan.

5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu Persediaan dengan akun kontrol


Persediaan di buku besar.
Saldo akun kontrol Sedlaan dl dalam buku besar tersebut kemudian
dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu persediaan yang bersangkutan
untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan
dengan persediaan dapat dipercaya ketelitiannya.

2. Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara menyeluruh mengenai
kewajaran persediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini, auditor
menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan persediaan, misalnya tingkat
 perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi ratio tertentu
dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan penjelasan
mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan antara tingkat
 perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca, dan volume

10
 penjualan semuanya harus mendukung pengujian-pengujian substantif yang telah
dilakukan oleh auditor.

3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo Persediaan sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi


 berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun Piutang Usaha:
a. Transaksi pembelian
 b. Transaksi penjualan, dan
c. Transaksi pemakaian.
Di samping itu, keandalan saldo akun Persediaan ditentukan pula oleh
ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi
tersebut di atas. Oleh karena itu, auditor melakukan pengujian substantif
terhadap transaksi rinci yang mendebit dan mengkredit akun Persediaan dan
 pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan
dengan akun tersebut.

✓ Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Persediaan ke


Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut

Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu persediaan.
Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:

- Sampel akun persediaan yang akan diperiksa transaksi mutasinya.


- Sampel transaksi yang dicatat dalam akun persediaan pilihan.

✓ Periksa Pendebitan Akun Persediaan ke Dokumen Pendukung : Bukti Kas


Keluar, Faktur Pembelian, Laporan Penerimaan Barang, dan Surat Order
Pembelian.

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun


 persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit
 berikut ini:

11
- Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen
 pendukungnya: faktur pembelian, laporan pengiriman barang dan order
 penjualan.
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
- Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
dokumen pendukungnya.
- Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun persediaan
 berdasarkan hukti kas keluar.
- Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat
di sebelah debit akun persediaan.

✓ Periksa Pengkreditan Akun Persediaan ke Dokumen Pendukung :


Faktur Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, Bukti Pemakaian
Barang Gudang, Memo Debit Untuk Retur Pembelian.

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun


 persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit
 berikut ini:

- Mengambil dari arsip klien faktur penjualan, bukti pemakaian barang gudang
dan memo debit beserta dokumen pendukungnya: surat permintaan barang
(material requisitions) dan laporan pengiriman barang.
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung faktur penjualan, surat
 pemakaian barang gudang, dan memo debit.
- Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam faktur penjualan, surat
 pemakaian barang gudang, dan memo debit dan dokumen pendukungnya.
- Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun persediaan
 berdasarkan faktur penjualan, surat pemakaian barang gudang, dan memo
debit.
- Memastikan bahwa semua faktur penjualan, surat pemakaian barang gudang,
dan memo debit yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun persediaan.

12
✓ Periksa Klasifikasi Persediaan di Neraca
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum, jika jumlahnya material,
 persediaan dalam perusahaan manufaktur harus disajikan menurut unsur-unsur
utama persediaan: produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, suku cadang,
dan bahan habis pakai pabrik. Urutan penyajian unsur utama persediaan
tersebut didasarkan pada urutan likuiditasnya. Auditor harus memeriksa apakah
klien telah melakukan klasifikasi persediaan di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum tersebut.

✓ Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan Dengan Persediaan


Dalam prinsip akuntansi berlaku umum, klien diharuskan menjelaskan
di dalam laporan keuangannya mengenai metode penentuan kos dan metode
 penilaian yang digunakan dalam menyajikan persediaan di neraca. Begitu
 juga klien diharuskan mencantumkan penjelasan yang lengkap jika
 persediaannya digadaikan dalam penarikan utang dan jika klien mempunyai
komitmen pembelian yang material dan bersifat luar biasa. Auditor harus
memeriksa apakah klien telah cukup mencantumkan penjelasan yang
 berkaitan dengan persediaan di dalam laporan keuangannya sesuai dengan
 prinsip akuntansi berlaku umum tersebut.

✓ Lakukan Analytical Review Terhadap Persediaan


Review analitik ini merupakan review secara menyeluruh mengenai
kewajaran persediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini auditor
menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan persediaan, misalnya
tingkat perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi
ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan
 penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan
antara tingkat perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca,
dan volume penjualan semuanya harus mendukung pengujianpengujian
substantif yang telah dilakukan oleh auditor.

22
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
 bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan

makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.


Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
 pada umumnya.

23

Anda mungkin juga menyukai