Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGAUDITAN II

“ Pengujian Substantif Terhadap Persediaan”

DOSEN PENGAMPU
I Gusti Agung Ayu Pramita Indraswari S.E.,M.Si.
Oleh:
Kelompok 2 :
Ni Putu Ary Gangga Dewi (120211522)
Ayu Agnes Kleff (120211592)
I Gusti Made Widyadarma Pria (120211572)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “AUDITING II” yang berjudul “PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP
PERSEDIAAN” di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan oleh karenanya penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
 penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
 pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan
bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam
 pengolahan produk yang akan dijual.

Kekayaan perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan karena kekayaan
tersebut tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan adalah
 persediaan yang menunggu saat penjualan dan surat berharga yang disimpan untuk dijual di
kemudian hari.

Di dalam perusahaan dagang, persediaan terutama terdiri dari persediaan barang dagangan.
Sedangkan dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan
 bahan baku dan bahan penolong, persediaan produk dalam proses, persediaan produk
 jadi, persediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies).

Persediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam auditnya karena
berbagai alasan berikut ini:

1. Umumnya persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan
merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan- kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai persediaan secara langsung mempengaruhi kos barang yang dijual
(cost of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang
bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai persediaan merupakan tugas yang lebih kompleks dan
sulit dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan keuangan yang lain.
4. Seringkali persediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan
 pengawasan dan penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam persediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam melaksanakan
auditnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN


PERSEDIAAN DALAM NERACA
1. Laporan keuangan harus menjelaskan bahwa persediaan dinilai dengan lower of cost or
market dan harus menyebutkan metode yang digunakan dalam menentukan kos persediaan.
2. Jika persediaan dinyatakan pada kosnya, nilai pasarnya pada tanggal neraca harus dicantumkan
dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan nilainya pada harga pasarnya, kosnya
harus dicantumkan dalam tanda kurung. Kos pengganti kini (current replacement cost)
harus dicantumkan dalam laporan keuangan untuk
 persediaan yang kosnya ditentukan berdasarkan metode masuk terakhir, keluar
 pertama.
3. Akibat perubahan metode penilaian persediaan terhadap perhitungan rugi laba tahun yang
diaudit harus dijelaskan dalam laporan keuangan dan auditor harus menyatakan perkecualian
mengenai konsistensi penerapan prinsip akuntansi
 berlaku umum dalam laporan audit.
4. Penjelasan yang lengkap harus dibuat dalam laporan keuangan jika persediaan digadaikan
sebagai jaminan utang yang ditarik oleh klien.
5. Jika jumlahnya material, persediaan dalam perusahaan manufaktur harus dikelompokkan
menurut kelompok utama berikut ini : persediaan produk jadi,
 persediaan produk dalam proses, dan persediaan bahan baku. Penyajian kelompok
 persediaan tersebut dalam neraca berdasarkan urutan likuiditasnya.
6. Perjanjian pembelian harus dijelaskan dalam laporan keuangan, jika jumlahnya material atau
bersifat luar biasa.
7. Cadangan untuk menghadapi kemungkinan turunnya harga persediaan setelah tanggal neraca
harus dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba yang ditahan. Cadangan ini tidak boleh
dikurangkan dari persediaan, namun harus disajikan sebagai pengurang akun Laba Ditahan.
1.2 TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP SEDIAAN

✓ Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan persediaan.

Sebelum auditor melakukan pengujian substantif terhadap kewajaran saldo


 persediaan yang dicantumkan di neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi persediaan yang disajikan di
neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo
 persediaan yang dicantumkan di neraca dengan akun persediaan di buku besar dan selanjutnya
ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (jika klien menggunakan voucher system
dengan basis waktu), jurnal pengeluaran kas atau check register (jika klien menggunakan
voucher system dengan basis tunai) , jurnal
 pemakaian bahan baku, jurnal umum, dan ke buku pembantu persediaan.

✓ Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan


keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.

Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian ditujukan untuk
membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva sesungguhnya
yang dimiliki oleh klien. Untuk tujuan ini, auditor melakukan berbagai prosedur audit guna
membuktikan eksistensi aktiva yang
 bersangkutan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan
kelengkapan aktiva yang disajikan di neraca dan transaksi yang
 berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan kepemilikan atas aktiva tersebut, membuktikan
kewajaran penilaian aktiva tersebut pada tanggal neraca, membuktikan kewajaran penyajian
dan pengungkapan aktiva tersebut di dalam laporan keuangan.
Dalam hubungannya dengan pengujian substantif terhadap persediaan, salah satu tujuan
auditnya adalah untuk membuktikan asersi keberadaan sediaan yang dicantumkan di neraca
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan. Untuk membuktikan asersi
tersebut, auditor melakukan pengujian substantif
 berikut ini:

a. Prosedur analitik
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan
c. Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan
d. Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan
e. Konfirmasi persediaan yang berada di tangan pihak luar
✓ Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang dicatat dalam
catatan akuntansi dan kelengkapan saldo persediaan yang disajikan di neraca
Untuk membuktikan bahwa saldo persediaan yang dicantumkan di neraca mencakup semua
persediaan pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan persediaan dalam
tahun yang diaudit, auditor melakukan  berbagai pengujian substantif berikut ini :
a. Pengujian analitik. 
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan  persediaan.
c. Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
d. Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan. 
e. Konfirmasi persediaan yang berada di tangan pihak luar
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya persediaan mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap perhitungan saldo persediaan pada tanggal neraca,sehingga ketidaktepatan dalam
penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan akan. Erdampak langsung terhadap
perhitungan saldo akun persediaan dan kos barang dijual (cost of goods sold). Oleh karena itu, salah satu
pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan persediaan adalah pemeriksaan terhadap
ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan.
✓ Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca
Persediaan yang ada pada tanggal neraca belum tentu merupakan hak milik klien, karena persediaan
yang ada di tangan klien merupakan barang
titipan  perusahaan lain atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang. Untuk membuktikan asersi hak
kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini: 
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan. 
b. Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan. 
c. Konfirmasi persediaan yang berada di tangan pihak luar. 
d. Pemeriksaan perjanjian konsinyasi

✓ Membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca. 


Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berlaku umum dalam
penyajian  persediaan di neraca, persediaan harus disajikan di neraca pada nilainya pada tanggal neraca.
Nilai persediaan yang disajikan di neraca harus dipilih di antara mana yang lebih rendah antara kos dengan
harga pasar persediaan tersebut pada tanggal neraca. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengujian substantif
persediaan adalah membuktikan kewajaran inventory costing dan inventory pricing yang digunakan oleh
klien dalam mencantumkan nilai persediaan di neraca. Untuk membuktikan asersi penilaian persediaan
yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: 
a. Pengujian analitik.  
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan  persediaan. 
c. Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan.
d. Permintaan informasi mengenai metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien. 
e. Pemeriksaan kesesuaian kos per satuan persediaan dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 
f. Pemeriksaan catatan pendukung yang berkaitan dengan data kos per satuan persediaan.
g. Pelaksanaan gross-profit test.
h. Meminta surat representasi dan persediaan dari klien
 
✓ Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan di neraca. 
Penyajian unsur-unsur laporan keuangan dan pengungkapannya harus didasarkan pada prinsip
akuntansi berlaku umum. Pengujian substantif terhadap  persediaan diarahkan untuk mencapai salah satu
tujuan membuktikan apakah unsur  persediaan telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan  prinsip akuntansi berlaku umum. Untuk membuktikan asersi penyajian dan  pengungkapan 
persediaan yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan  pengujian substantif berikut ini : 
a. Pemeriksaan terhadap perjanjian konsinyasi.  
b. Pemeriksaan penggolongan persediaan dalam neraca.
c. Pemeriksaan pengungkapan persediaan di neraca
1.3 PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PERSEDIAAN
1. Prosedur Audit Awal 
Sebelum membuktikan apakah saldo persediaan yang dicantumkan oleh klien di neracanya sesuai
dengan persediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara
informasi persediaan yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang
mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa
informasi  persediaan yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan 5 prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi persediaan di neraca dengan catatan akuntansi yang  bersangkutan:
1. Usut saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun persediaan yang bersangkutan
di dalam buku besar
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo persediaan yang tercantum di neraca didukung dengan
catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo persediaan
yang dicantumkan di neraca diusut ke akun buku besar berikut ini: 
a. Persediaan Bahan Baku 
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi pembelian bahan baku,
retur  pembelian, transaksi pemakaian bahan baku, retur bahan baku ke gudang, dan adjustment
hasil penghitungan fisik persediaan. 
b. Persediaan Produk dalam Proses 
Akun ini digunakan untuk mencatat kos produk dalam proses pada tanggal neraca. 
c. Persediaan Produk Jadi 
Akun ini digunakan untuk mencatat kos produk jadi yang ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian
Gudang, kos produk jadi yang dikirim ke pembeli, dan adjustment hasil penghitungan fisik
persediaan. 
d. Persediaan Suku Cadang 
Rekening ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian dan pemakaian suku cadang, serta
adjustment hasil penghitungan fisik persediaan. 
e. Persediaan Bahan Habis Pakai Pabrik (Factory Supplies) 
Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian dan pemakaian bahan habis pakai pabrik
(seperti minyak pelumas) serta adjustment hasil  penghitungan fisik persediaan
2. Hitung Kembali saldo akun Persediaan buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun persediaan,
auditor menghitung kembali saldo akun persediaan, dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah
pendebitan dan mengurangnya dengan jumlah pengkreditan tiap-tiap akun kontrol tersebut
3. Usut saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut
akun Persediaan, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun
tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan
 pengusutan saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas kerja tahun
lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor
dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah
ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.

4. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke jurnal yang


bersangkutan.
Pendebitan di dalam berbagai akun persediaan tersebut kemudian diusut ke jurnal
pembelian (atau register bukti kas keluar), atau ke jurnal pengeluaran kas (atau check
register), dan pengkreditan ke akun tersebut diusut ke jurnal
 pemakaian bahan baku dan jurnal umum untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi
penambahan dan pengurangan persediaan berasal dari jurnal-jurnal yang
 bersangkutan.

5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu Persediaan dengan akun kontrol


Persediaan di buku besar.
Saldo akun kontrol Sedlaan dl dalam buku besar tersebut kemudian dicocokkan
dengan jumlah saldo akun pembantu persediaan yang bersangkutan untuk memperoleh
keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan persediaan dapat
dipercaya ketelitiannya.

2. Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara menyeluruh mengenai kewajaran
persediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung berbagai ratio
yang bersangkutan dengan persediaan, misalnya tingkat
 perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi ratio tertentu dari ratio
tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan antara tingkat
 perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca, dan volume
 penjualan semuanya harus mendukung pengujian-pengujian substantif yang telah dilakukan oleh auditor.

3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo Persediaan sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi


 berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun Piutang Usaha:
a. Transaksi pembelian
 b. Transaksi penjualan, dan
c. Transaksi pemakaian.
Di samping itu, keandalan saldo akun Persediaan ditentukan pula oleh ketepatan
pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh
karena itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rinci yang
mendebit dan mengkredit akun Persediaan dan
 pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut.

✓ Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Persediaan ke


Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut

Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu persediaan.
Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:

- Sampel akun persediaan yang akan diperiksa transaksi mutasinya.


- Sampel transaksi yang dicatat dalam akun persediaan pilihan.

✓ Periksa Pendebitan Akun Persediaan ke Dokumen Pendukung : Bukti Kas


Keluar, Faktur Pembelian, Laporan Penerimaan Barang, dan Surat Order
Pembelian.

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun


 persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit
 berikut ini:
- Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen
 pendukungnya: faktur pembelian, laporan pengiriman barang dan order
 penjualan.
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
- Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan
dokumen pendukungnya.
- Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun persediaan
 berdasarkan hukti kas keluar.
- Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di
sebelah debit akun persediaan.

✓ Periksa Pengkreditan Akun Persediaan ke Dokumen Pendukung : Faktur


Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, Bukti Pemakaian Barang
Gudang, Memo Debit Untuk Retur Pembelian.

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun


 persediaan yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit
 berikut ini:

- Mengambil dari arsip klien faktur penjualan, bukti pemakaian barang gudang dan memo
debit beserta dokumen pendukungnya: surat permintaan barang (material requisitions) dan
laporan pengiriman barang.
- Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung faktur penjualan, surat
 pemakaian barang gudang, dan memo debit.
-Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam faktur penjualan, surat
 pemakaian barang gudang, dan memo debit dan dokumen pendukungnya.
- Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun persediaan
 berdasarkan faktur penjualan, surat pemakaian barang gudang, dan memo debit.
- Memastikan bahwa semua faktur penjualan, surat pemakaian barang gudang, dan
memo debit yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun persediaan.
✓ Pengujian Pisah Batas Transaksi yang Berkaitan dengan Persediaan
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas
yang konsisten dalam memperhitungkan
transaksi  pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan yang termasuk dalam tahun yang diaudit
dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan tanggal pisah batas yang
konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan yang seharusnya
diakui sebagai pendapatan atau biaya dalam tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai pendapatan atau
biaya dalam tahun yang diaudit. Di lain pihak, transaksi pembelian, penjualan, dan pemakaian
dalam tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai pendapatan atau biaya
tahun  berikutnya. Dengan demikian, jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas,
perhitungan rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan
pemeriksaan terhadap
transaksi  pembelian, penjualan, dan pemakaian persediaan dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah
tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap pengakuan pendapatan dan biaya.
✓ Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembelian Dalam Minggu Terakhir Tahun yg
Diaudit dan Minggu Pertama Setelah Tanggal Neraca
Prosedur audit ini dilakukan oleh auditor dengan cara memilih
transaksi  pembelian yang dicatat di dalam register bukti kas keluar dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Dari  jurnal ini kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya berupa surat order pembelian,
laporan  penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Informasi yang diperlukan oleh auditor untuk
menguji ketepatan pisah batas adalah:
- Syarat pembelian (f.o.b shipping point, f.o.b destination), yang dapat diperoleh auditor dari surat
order pembelian dan faktur dari pemasak
- Tanggal penerimaan barang, yang dapat diperoleh auditor dari laporan penerima barang
- Tanggal pencatatan ke dalam catatan akuntansi (register bukti kas keluar)
✓ Periksa Dokumen yang Mendukung Berkurangnya Persediaan (Karena Transaksi Penjualan Atau
Pemakaian Sendiri) Dalam Minggu Terakhir Tahun yang Diaudit dan Minggu Pertama Setelah
Tanggal Neraca
Prosedur audit lnl dilakukan oleh auditor dengan cara memilih transaksi penjualan yang dicatat di
dalam jurnal penjualan dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca. Dari jurnal ini kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa faktur penjualan dan
dokumen pendukungnya berupa surat order pengiriman, laporan pengiriman barang, dan surat muat (bill
of lading). Informasi yang diperlukan oleh auditor untuk menguji ketepatan pisah batas transaksi
penjualan persediaan adalah:
- syarat penjualan (f.o.b shipping poirlt, f.o.b destination), yang dapat diperoleh auditor dari surat
order pengiriman dan faktur penjualan,
- tanggal pengiriman barang, yang dapat diperoleh auditor dari laporan pengiriman barang, dan –
- tanggal pencatatan ke dalam catatan akuntansi (jurnal penjualan). Untuk transaksi pemakaian
persediaan, auditor memeriksa transaksi pemakaian barang dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
Dari jurnal ini kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa bukti permintaan dan pemakaian
barang gudang. Untuk mengetahui ketepatan pisah batas yang diterapkan oleh klien terhadap transaksi
pemakaian persediaan, auditor membandingkan tanggal pencatatan di dalam jurnal pemakaian bahan
baku atau jurnal umum dengan tanggal yang tercantum di dalam bukti permintaan dan pengeluaran
barang gudang.
✓ Periksa Klasifikasi Persediaan di Neraca
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum, jika jumlahnya material,
 persediaan dalam perusahaan manufaktur harus disajikan menurut unsur-unsur utama
persediaan: produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, suku cadang, dan bahan habis
pakai pabrik. Urutan penyajian unsur utama persediaan tersebut didasarkan pada urutan
likuiditasnya. Auditor harus memeriksa apakah klien telah melakukan klasifikasi
persediaan di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum tersebut.

✓ Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan Dengan Persediaan


Dalam prinsip akuntansi berlaku umum, klien diharuskan menjelaskan di
dalam laporan keuangannya mengenai metode penentuan kos dan metode
 penilaian yang digunakan dalam menyajikan persediaan di neraca. Begitu
 juga klien diharuskan mencantumkan penjelasan yang lengkap jika
 persediaannya digadaikan dalam penarikan utang dan jika klien mempunyai komitmen
pembelian yang material dan bersifat luar biasa. Auditor harus memeriksa apakah klien
telah cukup mencantumkan penjelasan yang
 berkaitan dengan persediaan di dalam laporan keuangannya sesuai dengan
 prinsip akuntansi berlaku umum tersebut.

✓ Lakukan Analytical Review Terhadap Persediaan


Review analitik ini merupakan review secara menyeluruh mengenai kewajaran
persediaan yang disajikan di neraca. Dalam prosedur ini auditor menghitung berbagai ratio
yang bersangkutan dengan persediaan, misalnya tingkat perputaran berbagai kelompok
persediaan, dan jika terdapat fluktuasi ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor
berkewajiban mendapatkan
 penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan antara tingkat
perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca, dan volume penjualan
semuanya harus mendukung pengujianpengujian substantif yang telah dilakukan oleh
auditor.
4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
Pengamatan terhadap Penghitungan Fisik Persediaan untuk membuktikan asersi
- keberadaan dan keterjadian
- kelengkapan,
- penilaian persediaan,
Auditor melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan. Prosedur audit yang ditempuh
oleh auditor dalam melaksanakan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan adalah:
a. memeriksa instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik persediaan
Instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik persediaan sebaiknya disusun bersama antara klien
dengan auditor independen, sehingga jika instruksi tersebut digunakan untuk melaksanakan
penghitungan fisik persediaan, tidak terjadi pengajuan keberatan-keberatan oleh auditor karena
pertimbangan ketelitian dan keandalan prosedur penghitungan atas persediaan. Auditor harus
memeriksa instruksi tertulis yang dibuat oleh klien untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
dan keandalan data hasil penghitungan fisik persediaan.
b. melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh klien
Penghitungan fisik persediaan merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh klien untuk
menjamin ketelitian data persediaan yang dicatat di dalam catatan akuntansinya. Biasanya karena
penyimpanan di gudang, persediaan mengalami perubahan kondisi fisiknya, rusak, atau
kemungkinan hilang karena dicuri. Oleh karena itu, secara periodik klien harus menye-lenggarakan
penghitungan fisik persediaan yang disimpan di gudang untuk menyesuaikan data persediaan di
dalam catatan akuntansinya dengan keadaan fisik persediaan yang ada di gudang. Prosedur audit ini
dilaksanakan oleh auditor dengan dua tujuan:
- untuk menguji efektif atau tidaknya struktur pengendalian intern terhadap persediaan dan
- untuk menguji kewajaran informasi persediaan yang dicantumkan di neraca
Oleh karena itu, pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan disebut dengan
Dual Purpose Test , yaitu pengujian yang mempunyai tujuan ganda seperti tersebut di atas.
Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan dalam pengujian substantif ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa klien telah mengadjust catatan akuntansinya berdasarkan data hasil
penghitungan fisik persediaan yang andal. Dalam prosedur pengamatan terhadap penghitungan fisik
persediaan ini, auditor mela-kukan kegiatan berikut ini :
a. Melakukan hitung uji (test count)
terhadap penghitungan fisik yang dilakukan oleh klien. Penghitungan uji ini dilakukan untuk
mengecek ketelitian penghitungan fisik yang dilakukan oleh klien.
b. Melakukan compilation test, yaitu pengujian penyalinan data di dalam kartu penghitungan fisik
(inventory tags) ke dalam daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheets). Prosedur audit
ini dimaksudkan untuk mengecek ketelitian penyalinan data dari kartu penghitungan fisik ke dalam
daftar hasil penghitungan fisik.
c. Melakukan pricing test, yaitu pengujian pencantuman kos per satuan setiap jenis persediaan
yang dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik dan perkalian kos per satuan tersebut
dengan kuantitas hasil penghitungan fisik persediaan. Prosedur audit ini dimaksudkan untuk
mengecek ketelitian pencantuman harga per satuan dan hasil perkalian kos per satuan tersebut
dengan kuantitas persediaan yang dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik.
d. Melakukan adjustment test, yaitu pengujian adjustment yang dilakukan oleh klien terhadap data
persediaan di dalam kartu persediaan atas dasar data yang tercantum di dalam daftar hasil
penghitungan fisik. Prosedur audit ini dimaksudkan untuk mengecek apakah catatan akuntansi
persediaan telah di-adjust dengan data yang benar dari hasil penghitungan fisik persediaan
✓ Kirimkan Surat Konfirmasi Persediaan yang Disimpan Di Gudang Pihak Luar
Adakalanya lklien memiliki persediaan yang disimpan di Gudang luar,dibawah wewenang
penyimpanan perusahaan lain. Untuk memperoleh keyakinan tentang eksistensi persediaan klien yang
disimpan di Gedung luar,auditor perlu mengirimkan surat konfirmasi kepada perusahaan yang
menyimpan persediaan tersebut. Prosedut audit ini ditunjukan untuk membuktikan asersi berikut :
1. Keberadaan dan keterjadian.
2. Kelengkapan.
3. Hak kepemilikan
Persediaan yang dicantumkan di neraca perlu diverifikasi hak kepemilikannya, karena adakalanya di
gudang klien terdapat persediaan yang merupakan barang titipan milik perusahaan lain, atau terdapat
persediaan klien yang dititipkan kepada perusahaan lain sebagai barang konsinyasi, atau persediaan klien
yang dicantumkan di neraca telah digadaikan dalam penarikan utang. Untuk memverifikasi hak pemilikan
klien terhadap persediaan yang disajikan di neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
pendukung pemerolehan persediaan, meminta informasi dari klien mengenai barang titipan milik
perusahaan lain yang ada di tangan klien dan barang konsinyasi klien yang dititipkan perusahaan lain,
serta meminta informasi dari klien mengenai persediaan yang dijaminkan dalam penarikan utang.
✓ Mintalah informasi mengenai barang-barang klien yang dijual secara konsinyasi dan barang-
barang titipan yang ada di tangan klien
Informasi mengenai barang titipan milik perusahaan lain yang ada di tangan klien dan barang milik
klien yang dititipkan perusahaan lain sebagai barang konsinyasi dapat diperoleh auditor dengan cara
mewawancarai manajer bagian pemasaran dan memeriksa arsip korespondensi antara klien dengan
perusahaan yang menitipkan barang kepada klien dan perusahaan yang dititipi barang oleh klien. Laporan
penjualan barang konsinyasi yang diterima oleh klien dari perusahaan yang dititipi barang merupakan
sumber informasi untuk mengetahui persediaan klien yang berada di tangan perusahaan lain. Copy
laporan penjualan barang titipan yang dibuat oleh klien untuk perusahaan yang menitipkan barang
merupakan sumber informasi untuk mengetahui persediaan yang ada di tangan klien namun bukan
merupakan milik klien.
✓ Mintalah informasi mengenai persediaan yang dijadikan jaminan penarikan utang.
Informasi mengenai persediaan klien yang dijaminkan dalam penarikan utang dapat diperoleh auditor
dengan cara mewawancarai manajer keuangan dan mereview jawaban konfirmasi dari bank.
✓ Lakukan Pengujian terhadap Penilaian Persediaan
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum persediaan harus disajikan di neraca sebesar nilainya yang
lebih rendah di antara nilai pasar dan kosnya pada tanggal neraca. Oleh karena itu, pengujian terhadap
penilaian persediaan dimaksudkan untuk menilai kewajaran penentuan nilai pasar dan kos persediaan
pada tanggal neraca.
✓ Mintalah Informasi Mengenai Metode Penilaian Persediaan yang Digunakan Oleh Klien
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum, persediaan disajikan di neraca sebesar nilainya pada
tanggal neraca. Terdapat 3 metode penilaian persediaan:
a. Metode harga pasar (market value method),
b. Kos historis, (historical cost method) dan
c. The lower of cost or market.
Langkah permulaan untuk memverifikasi penilaian persediaan adalah meminta informasi mengenai
metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien dalam menyajikan persediaannya di neraca.
Dalam prosedur audit ini, auditor, di samping mengumpulkan informasi mengenai metode penilaian
persediaan yang digunakan oleh kliennya, juga menilai apakah metode penilaian persediaan yang
digunakan oleh klien cocok dengan kondisi persediaannya.
✓ Periksa Kesesuaian Kos Per Satuan Persediaan Dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
Prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan jika persediaan dinyatakan pada kosnya,nilai pasarnya
pada tanggal neraca harus dicantumkan di dalam tanda kurung, dan jika persediaan diturunkan
nilainya  pada harga pasarnya, kosnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. Oleh karena itu,
auditor perlu memperoleh informasi mengenai metode penentuan  kos
persediaan ( i n v e n t o r y   costing method) yang digunakan oleh klien dan menilainya apakah metode
penentuan kos persediaan  tersebut sesuai dengan  prinsip akuntansi berlaku umum. Metode
penentuan kos persediaan yang sesuai dengan prinsip  akuntansi berlaku umum adalah:  
a. Metode identifikasi khusus (Special  identification method); 
b.  Metode kos rata-rata (Average method);
c. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO); dan  
d. Metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO).  
✓ Periksa Catatan Pendukung yang Bersangkutan Dengan Data Kos Per  Satuan Persediaan
 Untuk persediaan bahan baku, persediaan suku cadang,
dan persediaan  bahan habis pakai pabrik, data kos per satuan dapat diverifikasi oleh auditor dengan
memeriksa kartu persediaan yang bersangkutan. Untuk persediaan produk dalam proses dan
persediaan produk jadi, data kos per satuannya dapat diverifikasi oleh auditor dengan
memeriksa kartu persediaan dan kartu kos produk yang bersangkutan (jika
perusahaan menggunakan metode kos pesanan/job  order cost method)  atau ke laporan kos
produksi (jika perusahaan menggunakan metode kos proses/process  c o s t   method). 
✓ Bandingkan Laba Bruto Tahun yang Diaudit Dengan Laba Bruto  Tahun Sebelumnya
 Pembandingan laba bruto tahun yang diaudit dengan laba bruto tahun sebelumnya digunakan sebagai dasar
untuk menilai kewajaran nilai  persediaan barang dagangan dengan menggunakan metode laba bruto (gross
profit method). Sebagai contoh , misalnya rata-rata persentase laba bruto tahun yang  lalu sebesar
30%. Jika diketahui persediaan awal tahun yang diaudit sebesar  Rp 60.000.000, pembelian dalam
tahun yang diaudit sebesar Rp 200.000.000, dan hasil penjualan dalam tahun tersebut Rp 280.000.000,
maka persediaan  barang dagangan pada akhir tahun dapat diperkirakan seperti tercantum pada  Gross Profit
Test berikut ini: 

Persediaan awal (pada kosnya)  Rp 60.000.000,- 
Pembelian (pada kosnya)  Rp 200.000.000,- 
Barang tersedia untuk dijual  Rp 260.000.000,- 
Hasil penjualan (pada harga pasar/jual)  Rp 280.000.000,- 
Dikurangi laba bruto: 30% x Rp 280.000.000 Rp 84.000.000,- (-)
Hasil penjualan (pada kosnya)  Rp 196.000.000,- (-) 

Taksiran persediaan akhir (pada kosnya)  Rp 64.000.000,- 

Angka taksiran persediaan akhir tersebut kemudian dibandingkan  dengan angka persediaan
yang dicantumkan oleh klien di neracanya untuk  menilai kewajaran penilaiannya.  
✓ Lakukan Pengamatan Terhadap Unsur Persediaan yang Rusak  
Persediaan yang rusak akan mengurangi nilai persediaan yang  disajikan di neraca. Oleh karena
itu, pada waktu melakukan pengamatan  terhadap penghitungan fisik persediaan klien, auditor
perlu melakukan peng-amatan terhadap kondisi fisik persediaan
✓ Hitung Tingkat Perputaran Persediaan dan Bandingkan Dengan  Tingkat
Perputaran Persediaan Tahun Sebelumny a
 Informasi mengenai tingkat perputaran persediaan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah
suatu persediaan lambat dalam
proses  penjualan atau pemakaiannya dalam kegiatan perusahaan. Auditor perlu menghitung tingkat perputaran
semua kelompok persediaan dan membandingkan hasil perhitungannya tersebut dengan tingkat
perputaran  persediaan tahun sebelumnya
Biaya Bahan Baku Setahun
Inventory turnover bahan baku = --------------------------------------- 
Persediaan rata-rata setahun 

HPP SETAHUN
Inventory turnover barang jadi = ------------------------------------------ 
Persediaan rata-rata setahun 

Menghitung kecepatan peredarannya yaitu dengan membagi 365 hari : inventory turnover 


✓ Lakukan Pengamatan Terhadap Persediaan yang Almbat  Pemakaiannya atau
Penjualannya
Persediaan yang lambat penjualan dan pemakaiannya akan mempunyai nilai yang berkurang dari kos
pemerolehannya. Oleh karena itu,
dalam  pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan auditor melakukan  pengamatan terhadap barang-barang 
yang lambat penjualannya dan  pemakaiannya. 
✓ Mintalah Surat Representasi Dari Klien 
Surat representasi digunakan oleh auditor untuk menyadarkan
klien  bahwa tanggung jawab atas kewajaran informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan berada di tangan
klien, bukan di tangan auditor. Surat representasi persediaan berisi pernyataan klien mengenai persediaan yang
di sajikan di neraca. 

5. P e m e r i k s a a n P e n y a j i a n d a n P e n g u n g k a p a n P e r s e d i a a n d i N e r a c a  
Di atas sudah dicantumkan 7 butir prinsip akuntansi berlaku umum dalam  penyajian unsur persediaan di neraca.
Atas dasar prinsip akuntansi berlaku umum tersebut, auditor melakukan verifikasi penyajian persediaan di neraca
dengan cara:
a. memeriksa klasifikasi persediaan di neraca,  
b. memeriksa penjelasan yang bersangkutan dengan persediaan, dan 
c. melakukan analytical review terhadap persediaan.
✓ Periksa Klasifikasi Persediaan di Neraca
Menurut prinsip akuntansi berlaku umum, jika jumlahnya material,  persediaan dalam perusahaan manufaktur
harus disajikan menurut unsur-unsur utama persediaan: produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, suku cadang, dan
bahan habis pakai pabrik. Urutan penyajian unsur utama persediaan tersebut didasarkan pada urutan likuiditasnya.
Auditor harus memeriksa apakah klien telah melakukan klasifikasi persediaan di neracanya sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum tersebut.  
✓ Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan Dengan Persediaan
Dalam prinsip akuntansi berlaku umum, klien  diharuskan menjelaskan di dalam laporan keuangannya
mengenai metode penentuan kos dan
metode  penilaian yang digunakan dalam menyajikan persediaan di neraca. Begitu  juga klien diharuskan mencantumka
n penjelasan yang lengkap jika  persediaannya digadaikan dalam penarikan utang dan jika klien mempunyai komitmen
pembelian yang material dan bersifat luar biasa. Auditor harus  memeriksa apakah klien telah cukup
mencantumkan penjelasan yang  berkaitan dengan persediaan di dalam laporan keuangannya sesuai dengan  prinsip
akuntansi berlaku umum tersebut. 
✓ Lakukan Analytical Review Terhadap Persediaan  
Review analitik ini merupakan review secara menyeluruh mengenai  kewajaran persediaan yang disajikan
di neraca. Dalam prosedur ini auditor  menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan persediaan,
misalnya tingkat perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi  ratio tertentu
dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban
mendapatkan  penjelasan mengenai penyebab terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan antara tingkat
perputaran persediaan, tingkat persediaan pada tanggal neraca,  dan volume penjualan semuanya harus
mendukung pengujianpengujian  substantif yang telah dilakukan oleh auditor.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
 bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
 pada umumnya.

23

Anda mungkin juga menyukai