Anda di halaman 1dari 5

YOSEPHINE LILI SHINTIKE, S.T., M.

T KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


NIP. 199210192020122006 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BPJN NUSA TENGGARA TIMUR KAMIS, 28 JANUARI 2021 (Batch 4)

RESUME
Materi :
PENGETAHUAN DASAR ANTIKORUPSI DAN INTEGRITAS

Submateri 1 (Sesi Pertama) : “Aku ingin Indonesia bebas dari Korupsi”


Bebas dari Korupsi adalah salah satu dari impian Indonesia. Impian ini tidak semata
hanya sebuah keinginan, namun juga impian ini memiliki tujuan yang baik untuk
Indonesia yaitu dengan keadaan Indonesia bebas dari korupsi maka akan
memberikan dampak yang sangat baik untuk Indonesia. Beberapa dampak baik
yang dapat terjadi adalah tidak ada lagi kemiskinan, anak-anak mendapat hak
sekolah, kesehatan seluruh masyarakat terjamin, Indonesia bisa memiliki lingkungan
yang asri, mendapat transportasi umum yang nyaman, masyarakat sejahtera,
produktivitas masyarakat meningkat, layanan publik yang sempurna untuk rakyat,
Indonesia dapat berprestasi diberbagai bidang, dan masyarakat akan lebih peduli
dengan negeri ini.
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dan memiliki potensi yang luar biasa.
Beberapa aspek yang menunjukkan potensi tersebut adalah potensi wilayah, jumlah
penduduk dan sejarah dari Indonesia itu sendiri. Dilihat dari potensi wilayah, posisi
Indonesia sangat strategis karena Indonesia terletak diantara dua benua dan dua
samudera dimana posisi ini dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang
makmur dan sejahtera. Hal tersebut dikarenakan posisi tersebut membuat Indonesia
menjadi tempat persimpangan lalu lintas dan titik persilangan kegiatan
perekonomian dunia. Dan disamping itu Indonesia pun memiliki kekayaan alam yang
berlimpah yaitu 220 ribu jenis fauna, 30 ribu keragaman hayati, 7,2 ribu triliun
potensi maritim, 4,3 miliar barrel minyak, 7,2 TCF Gas Alam, 2,3% cadangan emas
dunia, dan 746 bahasa daerah. Kemudian jika dilihat dari jumlah penduduk
Indonesia yaitu sebanyak 261.115.456 jiwa ini, Indonesia menduduki peringkat ke 4
terbanyak di dunia yang memungkinkan Indonesia memiliki SDM yang menjadi
sumber penyedia tenaga kerja dalam memanfaatkan kekayaan alam yang ada di
Indonesia. Aspek lainnya yang menunjukkan bahwa Indonesia itu kaya adalah garis
sejarah di Indonesia yang besar dan berpengaruh. Beberapa garis sejarah di
Indonesia adalah Samudera Pasai yang menguasai perdangangan pada Abad 13,
Majapahit yang mempersatukan Nusantara pada tahun 1335-1357, penjajahan
Belanda selama kurang lebih 3,5 abad, penjajahan Jepang selama 3,5 tahun, hingga
Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan masih banyak lagi kekayaan yang
berpotensi di Indonesia, dimana jika dikeloka dengan baik dan penuh tanggung
jawab maka Indonesia dapat mewujudkan impiannya yaitu Indonesia bebas dari
Korupsi.
YOSEPHINE LILI SHINTIKE, S.T., M.T KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NIP. 199210192020122006 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BPJN NUSA TENGGARA TIMUR KAMIS, 28 JANUARI 2021 (Batch 4)

Submateri 2 (Sesi Kedua) : Bahaya dan Dampak Korupsi


Korupsi dapat menimbulkan dampak yang masif salah satunya adalah kerugian
terhadap pembangunan di berbagai bidang atau sektor.
Indonesia pada dasarnya dapat menjadi negara yang sejahtera dan juga dapat
mempunyai taraf kemampuan hidup yang tinggi karena Indonesia memiliki potensi
yang kuat. Namun semua itu belum tercapai dikarenakan masih adanya tindakan
korupsi yang menimbulkan dampak yang jauh berbeda dari harapan bangsa kita.
Dampak yang terjadi diantaranya adalah rakyat masih bergelimang miskin, tingkat
kesehatan yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan lain sebagainya.
Disamping itu korupsi juga dapat memperlemah investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu korupsi juga memiliki dampak yang lebih luas lagi dalam
berbagai aspek kehidupan di Indonesia antara lain Indonesia masih menjadi negara
yang memiliki pendapatan perkapita yang rendah, masih tingginya angka
pengangguran di Indonesia (sebesar 5,9%, Maret 2017), tingkat pendidikan rakyat
yang rendah (berada pada tingkat 108 di dunia dengan skor 0,603), masih tingginya
angka putus sekolah (sebesar 44%), angka kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara lain, tingginya angka kriminalitas,
dan rendahnya daya beli masyarakat di daerah. Maka dari itu walaupun Indonesia
merupakan negara yang berpotensi dan kaya, namun belum bisa dikatakan negara
yang makmur dan sejahtera karena masih adanya tindak korupsi di Indonesia.
Dari tahun 2001 hingga 2012 estimasi biaya eksplisit praktik korupsi yang dinikmati
oleh 1.842 koruptor berjumlah 168 Triliun Rupiah. Dan ironisnya, dari jumlah
kerugian tersebut, hukuman final yang dijatuhkan hakim kepada para koruptor hanya
sekitar Rp.15 T dan yang menanggung sisanya adalah rakyat yaitu sebesar Rp. 153
T. Beban pada rakyat tersebut berupa meningkatnya besaran pajak yang dikenakan
kepada masyarakat.
Namun biaya eksplisit bukanlah satu-satunya kerugian akibat tindakan korupsi.
Kerugian negara yang diakibatkan oleh korupsi ini meliputi 4 aspek yaitu biaya
eksplisit, biaya antisipasi korupsi, biaya akibat reaksi terhadap korupsi, dan biaya
implisit korupsi. Biaya antisipasi korupsi merupakan berapa banyak uang negara
yang keluar untuk mengantisipasi dan mencegah korupsi. Ada juga biaya akibat
korupsi yang merupakan kerugian yang ditanggung masyarakat akibat praktik
korupsi. Disamping itu ada juga biaya reaksi korupsi yang merupakan biaya yang
muncul sepanjang proses penyelesaian perkara korupsi, mulai dari proses
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga koruptor masuk ke lembaga
masyarakat. Dan yang terakhir biaya implisit adalah dampak tindakan korupsi yang
dilakukan oleh koruptor dan multiplier ekonomi yang hilang akibat alokasi sumber
daya yang tidak tepat.
Untuk menghitung biaya-biaya tersebut, saat ini KPK bekerja sama dengan ahli
sosiologi, ahli antropologi, ahli hukum pidana serta ahli ekonomi sedang merancang
formula yang bisa dijadikan standar sehingga sanksi ini bisa diterapkan kepada
koruptor.
YOSEPHINE LILI SHINTIKE, S.T., M.T KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NIP. 199210192020122006 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BPJN NUSA TENGGARA TIMUR KAMIS, 28 JANUARI 2021 (Batch 4)

Submateri 3 (Sesi Ketiga) : Berpikir Kritis terhadap Korupsi


Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, korupsi adalah setiap
orang yang dengan sengaja melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan
tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara. Tindak
pidana korupsi (tipikor) terbagi menjadi 7 bentuk yang pada awalnya dibagi menjadi
30 bentuk diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang sehingga merugikan
keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Dari
beberapa bentuk korupsi yang terjadi tentu saja ada pemicu yang membuat
seseorang melakukan tindak pidana korupsi. Faktor-faktor penyebab terjadinya
korupsi adalah keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan pengungkapan.
Disamping itu ada juga faktor lainnya yaitu terpaksa, memaksa dan dipaksa.
Melihat banyaknya ragam bentuk dari korupsi maka perlu dilakukannya strategi
pemberantasan korupsi diantaranya adalah Strategi Represif, Strategi Perbaikan
Sistem, dan Strategi Edukasi dan Kampanye. Melalui strategi represif, KPK dapat
menyeret Koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-
saksi dan alat bukti yang menguatkan. Dalam Strategi Represif ini, tahapan yang
dilakukan adalah penanganan laporan pengaduan masyarakat, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan eksekusi. Kemudian selanjutnya ada strategi perbaikan
sistem yang harus dilakukan karena masih banyak sistem di Indonesia yang masih
membuka celah terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya, prosedur pelayanan
publik cukup rumit, sehingga memicu terjadinya penyuapan dan sebagainya.
Strategi perbaikan sistem ini diharapkan dapat meminimalisasi terjadinya tindak
pidana korupsi. Misalnya dengan cara pelayanan publik yang dilakukan secara
online. Selanjutnya adalah strategi edukasi dan kampanye yang merupakan salah
satu hal penting dalam memberantas korupsi. Dengan dilaksanakannya kampanye
dan mengedukasi masyarakat maka terjadilah kesamaan pemahaman mengenai
tindak pidana korupsi yang sedang terjadi. Dengan adanya persepsi yang sama
maka pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara tepat dan terarah.
Adapun beberapa tips untuk memberantas korupsi antara lain adalah pantang
terlibat tindak pidana korupsi, berlatih untuk memiliki integritas, mengajak orang lain
untuk melakukan hal yang sama, dan memilih salah satu peran.

Submateri 4 (Sesi Keempat) : Nilai-Nilai Antikorupsi


Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan
tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode
etik di tempat kerja, nilai masyarakat atau nilai moral pribadi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki rumusan sembilan nilai antikorupsi
yang juga dikenal sebagai sembilan nilai integritas. Kesembilan nilai itulah yang bisa
dijadikan tolak ukur oleh kita dalam menilai seorang tokoh, apakah bisa dijadikan
YOSEPHINE LILI SHINTIKE, S.T., M.T KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NIP. 199210192020122006 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BPJN NUSA TENGGARA TIMUR KAMIS, 28 JANUARI 2021 (Batch 4)

teladan dalam melawan korupsi atau tidak. Semakin banyak nilai antikorupsi yang
ditunjukkan, semakin tinggi integritas seseorang dan semakin pantas untuk dijadikan
teladan dalam pemberantasan korupsi. Adapun beberapa nilai-nilai antikorupsi yang
harus diaktualisasikan sebagai upaya untuk menjadi pribadi yang berintegritas. Nilai-
nilai tersebut antara lain adalah jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, mandiri, adil, berani, dan peduli. Berintegritas dimulai dari bersikap jujur,
bertanggung jawab dan disiplin yang merupakan inti integritas. Pribadi yang
berintegritas juga dibentuk oleh etos kerja yang merupakan semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok. Etos kerja yang
diperlukan adalah mandiri, kerja keras dan sederhana. Untuk memberantas korupsi
juga dibutuhkan yang namanya sikap integritas antara lain adalah berani, peduli dan
adil.
Integritas dapat berperan dalam pembenahan karakter dan moral bangsa yang
mendukung sikap-sikap anti korupsi di negeri Indonesia. Dengan menumbuhkan
nilai-nilai integritas dalam diri kita makan korupsi dapat dihapuskan.

Submateri 5 (Sesi Kelima) : Belajar Integritas dari Tokoh Bangsa


Bangsa yang besar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh
bangsanya. Ada banyak kisah hidup dari tokoh bangsa Indonesia yang dapat
diteladani diantaranya adalah Bung Hatta dengan kisah hidup “Demi Sebuah
Rahasia” dan “Mimpi tak Terbeli”, Ki Hajar Dewantara dengan kisah hidup “Mi
Godhok Sang Menteri”, Sri Sultan HB IX dengan kisah hidup “Surat Tilang untuk
Sultan”, Baharudin Lopa dengan kisah hidup “Siapa yang mengisi Bensin?”,
Jenderal Hoegeng dengan kisah hidup “Tutup Toko Kembang Kami”, R. Suprapto
dengan kisah hidup “Bola dan Abang Becak”, dan Syafarudin Prawiranegara dengan
kisah hidup “Tertusuk Gunting Sang Suami”.
Dari kisah hidup Bung Hatta kita dapat mengambil teladan sikap jujur, sederhana
dan teguh memegang prinsip tidak mengkhianati negara tercinta. Kemudian dari
kisah hidup Ki Hadjar Dewantara kita dapat meneladani kesederhanaannya dan
sikap tidak mau melakukan tindak korupsi hanya dikarenakan memiliki jabatan. Lalu
dari kisah hidup seorang Sri Sultan HB IX kita dapat meneladani sikapnya dalam
menaati hukum yang ada di negara Indonesia karena bagi beliau apapun jabatannya
setiap orang harus taat terhadap hukum yang ada. Selanjutnya yaitu kisah hidup dari
tokoh bangsa Baharuddin Lopa kita dapat meneladani sikapnya yang berani
menegur orang lain yang tidak menjalankan nilai-nilai integritas dan berani meolak
apapun yang tak masuk dalam takarannya. Adapun juga teladan yang dapat diambil
dari kisah hidup dari seorang Jenderal Hoegeng yaitu memiliki prinsip pantang
menerima pemberian karena jabatan. Lalu dari tokoh lainnya yaitu R. Soeprapto,
teladan yang dapat kita ambil adalah berani memberitahukan sikap yang benar demi
keadilan dan tidak ragu memberikan hukuman bagi pihak yang bersalah sekalipun
pihak tersebut adalah keluarga. Dan kisah dari Syafaruddin Prawiranegara kita
dapat meneladani prinsipnya dalam memegang teguh kesetiaannya kepada negara
Indonesia.
YOSEPHINE LILI SHINTIKE, S.T., M.T KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NIP. 199210192020122006 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
BPJN NUSA TENGGARA TIMUR KAMIS, 28 JANUARI 2021 (Batch 4)

Anda mungkin juga menyukai