Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STRATEGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

DISUSUN OLEH:
Nazhatul Izzah (P07124121022)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia telah mengalami perjalanan yang
cukup Panjang dan tidak terlepas dari dinamika perkembangan di sekelilingnya. Seiring
dengan tuntutan masyarakat yang menginginkan roda kehidupan bernegara yang bersih,
kebutuhan politik, tuntutan dunia usaha, dan bahkan tekanan internasional, serta berbagai
kepentingan lainnya. Dimulai sejak terbitnya regulasi pertama untuk pemberantasan
korupsi di tahun 1957 melalui Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957,
regulasi dan Lembaga anti korupsi silih berganti dibentuk dan dibubarkan dengan
berbagai alasan. Sekian lama bangsa kita bergulat dengan isu korupsi dan berbagai upaya
pencegahan dan pemberantasnya, sudah cukup banyak pelajaran yang kita capai
(Wibowo A, dkk 2020).
Korupsi berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Andrea:1951) atau “corruptus”
(Webster Student Dictionary:1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal
dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut
kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian. Istilah korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran.” (S.Wojowasito-WJS Poerwadarminta:1978). Pengertian korupsi lainnya,
“perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya” (Wibowo A, dkk 2020).
Pengertian Korupsi sesuai Undang-undang RI Nomor: 31 tahun 1999 jo Undang-
undang RI Nomor 20 tahun 2001 dikemukakan bahwa Korupsi adalah: a) Tindakan
melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri yang merugikan Keuangan Negara; b)
Menyalahgunakan kewenangan untuk memperkaya diri yang dapat merugikan keuangan
negara, misalnya menyuap petugas (pemberi dan penerima suap), benturan kepentingan
dalam pengadaan barang dan jasa, pemerasan, gratifikasi; c) Perbuatan curang dan mark
up (Wibowo A, dkk 2020).
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Strategi Dalam Pemberantasan Korupsi
Menurut Yusyanti (2015), Strategi pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia
melalui pendekatan politik hukum, yaitu:
a. Pemerintah telah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption
(UNCAC) 2003 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 dan telah
mengimpelentasikan UNCAC dengan membuat Undang-Undang khususnya Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
b. Membentuk KPK melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur bahwa Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi bekerja secara kolektif dan membentuk Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
c. Membuat UU Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap, walaupun hal itu
belum cukup. untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia.

Menurut Andi Hamzah dalam Yusyanti (2015), strategi pemberantasan korupsi


bisa disusun dalam tiga tindakan terprogram, yaitu Prevention, Public Education, dan
Punishment. Prevention ialah pencerahan untuk pencegahan. Publik Education yaitu
pendidikan masyarakat untuk menjauhi korupsi. Punishment adalah pemidanaan atas
pelanggaran tindak pidana korupsi (Agasi P.A, dkk 2020).
1. Strategi Prevention
Strategi Prevention diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara
menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. Konvensi PBB Antikorupsi, United Nations Convention Against Corruption
(UNCAC), menyepakati langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korupsi.
Masing-masing negara setuju untuk: "mengembangkan dan menjalankan
kebijaksanaan antikorupsi terkoordinasi dengan mempromosikan partisipasi
masyarakat dan menunjukkan prinsip-prinsip supremasi hukum, manajemen urusan
publik dan properti publik dengan baik, integritas, transparan, dan akuntabel, saling
bekerja sama untuk mengembangkan langkah-langkah yang efektif untuk
pemberantasan korupsi." Seperti membentuk lembaga antikorupsi (Agasi P.A, dkk
2020).
2. Public Education
Public Education atau pendidikan antikorupsi untuk rakyat perlu digalakkan untuk
membangun mental antikorupsi. Pendidikan antikorupsi ini bisa dilakukan melalui
berbagai pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya, sosioal, ekonomi, etika, dsb.
Adapun sasaran pendidikan antikorupsi secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a. Pendidikan antikorupsi bagi aparatur pemerintah dan calon aparatur pemerintah,
b. Public education antikorupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan tokoh-tokoh masyarakat. Semua itu dilakukan untuk
meningkatkan moral antikorupsi. Publik perlu mendapat sosialisasi terkait
konsep-konsep seperti kantor publik dan pelayanan publik dengan konsekuensi-
konsekuensi tentang biaya- biaya sosial, ekonomi, politik, moral, dan agama yang
diakibatkan korupsi. Contohnya. adalah pencegahan sosial dan pemberdayaan
masyarakat (Agasi P.A, dkk 2020).
3. Strategi Punishment
Strategi Punishment adalah tindakan memberi hukuman terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia memiliki dasar hukum
pemberantasan korupsi paling banyak, mulai dari peraturan perundang-undangan
yang lahir sebelum era reformasi sampai dengan produk hukum era reformasi, tetapi
pelaksanaannya kurang konsisten sehingga korupsi tetap subur di negeri ini. Contoh
strategi ini adalah pembuatan instrumen hukum. Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam bukunya Mengenal Panduan Memberantas Korupsi dengan Mudah. dan
Menyenangkan. Mengelompokan strategi pemberantasan tersebut ke dalam 3 strategi
yakni:
a. Strategi Represif
Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi dimana seseorang
diadukan, diselidiki, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan saksi-saksi dan alat
bukti yang kuat (Agasi P.A, dkk 2020).
b. Strategi Perbaikan Sistem
Strategi perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi caranya
dengan kajian sistem, penataan layanan publik koordinasi/supervisi pencegahan
melalui serta transparansi penyelenggara negara, seperti monitoring dan evaluasi
(Agasi P.A, dkk 2020).
c. Strategi Edukasi dan Kampanye
Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran
strategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun
perilaku dan budaya antikorupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan
masyarakat sejak usia dini. Ketiga strategi tersebut harus dilaksanakan secara
bersamaan (Agasi P.A, dkk 2020).
B. Rencana Menyusun Rencana Aksi
Merancang rencana aksi adalah tahapan yang mesti dilalui para peserta diklat,
e-learning, atau siapapun yang ingin terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi.
Bukan tanpa sebab, rencana aksi akan menjadi pengejawantahan ilmu yang telah didapat
ke dalam tataran praktis. Harapannya, ilmu yang terwujud menjadi aksi dapat membantu
mencegah tindak korupsi di instansi atau lembaga yang bersangkutan (Ibrahim 2003).
Merancang rencana aksi tidak bisa sembarangan, mesti sistematis dan terstruktur
agar bisa berhasil. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah SMART, kependekan
dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Timely. Metode ini pertama kali
diperkenalkan oleh konsultan Amerika Serikat George T. Doran dalam artikelnya pada
1981 berjudul "There's a S.M.A.R.T. Way to Write Management's Goals and Objectives".
Dalam tulisan tersebut, Doran menyadari bahwa banyak perusahaan memiliki objektif
yang terlalu luas dan sulit tercapai. Metode SMART dirancang untuk memberikan arah
yang jelas dan terukur bagi perusahaan untuk mencapai target mereka (Ibrahim 2003).
Berikut adalah penjabaran tentang metode SMART yang bisa diaplikasikan oleh
siapa saja dan organisasi apa saja, termasuk untuk membentuk rencana aksi
pemberantasan korupsi:
1. Specific
Sesuai artinya, maka kata pertama ini menekankan pentingnya menetapkan target
yang spesifik. Hindari target yang terlalu umum atau kurang mendetail. Target tidak
boleh ambigu, harus jelas. dan dipaparkan dengan bahasa yang lugas.
2. Measurable
Kata kedua yang bermakna "terukur" ini menekankan pentingnya kriteria yang
digunakan untuk mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target.
3. Attainable
Kata ketiga yang bermakna "dapat dicapai" ini menekankan bahwa target harus
realistis dan bisa diraih. Target tidak boleh dibuat terlalu mudah sehingga tidak
mampu mendongkrak kinerja, tapi juga tidak boleh terlalu sulit sehingga terasa
mustahil dicapai.
4. Relevant
Kata keempat "relevan" menekankan memilih target yang tepat. Target yang
ditetapkan, khususnya dalam rencana aksi pemberantasan korupsi, mestilah relevan
dengan kebutuhan masyarakat dan target-target lainnya.
5. Timely
Kata kelima yaitu "tepat waktu" menekankan pentingnya menetapkan target dengan
kerangka waktu, yaitu memberikan tenggat waktu pencapaiannya. Setiap target
memerlukan tenggat waktu untuk membantu kita tetap fokus dan bergerak maju.
C. Praktik/Implementasi dari Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi
Firli menjabarkan, Aksi PK Tahun 2023-2024 akan melibatkan 76 kementerian/lembaga,
34 pemerintah provinsi, dan 68 pemerintah kabupaten/kota. Aksi PK Tahun 2023-2024
tersebut terdiri dari 15 aksi, yaitu:
1. Percepatan Penyelesaian Ketidaksesuaian Pemanfaatan Ruang dan Tumpang Tindih
Perizinan Berbasis Lahan melalui Implementasi Kebijakan Satu Peta
2. Pengendalian Ekspor Impor
3. Peningkatan Kualitas Data Pemilik Manfaat serta Pemanfaatan untuk Perizinan,
Pengadaan Barang/Jasa
4. Perbaikan Tata Kelola di Kawasan Pelabuhan
5. Percepatan Proses Digitalisasi Sertifikasi Pendukung Kemudahan Berusaha
6. Penguatan Digitalisasi Perencanaan Penganggaran di Tingkat Pusat, Daerah, dan
Desa
7. Peningkatan Efektivitas Pencegahan Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa
8. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Intensifikasi dan
Ekstensifikasi di Subsektor Mineral dan Batu Bara (Minerba)
9. Penataan Aset Pusat
10. Penguatan Partai Politik dalam Pencegahan Korupsi
11. Optimalisasi Interoperabilitas Data Berbasis NIK untuk Program Pemerintah
12. Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam Pengawasan Program
Pemerintah
13. Penguatan Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana
14. Optimalisasi Pengawasan Keuangan Desa dan Penataan Aset Desa
15. Penguatan Integrasi Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara (ASN)
D. Kampanye Sosial Antikorusi
Mahasiswa merupakan agen perubahan yang tempatnya sangat penting dalam
berbagai sektor. Mahasiswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengkritik berbagai
kebijakan yang merugikan rakyat. Salah satu sektor yaitu pemberantasan korupsi yang
dimana mahasiswa dapat berpartisipasi dalam kampanye antikorupsi. Kampanye
antikorupsi bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk mengawasi agar tidak terjadi
korupsi. Kampanye antikorupsi berguna dalam mencegah terjadinya tindak pidana
korupsi. Korupsi sendiri merupakan masalah yang rentan di negara kita dimana sudah
menjadi hal yang lumrah setiap tahun pasti ada pejabat daerah maupun dari pihak swasta
yang menangkap kasus korupsi (Agasi PA, 2020).
Menindaklanjuti Surat Deputi Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Nomor B/3250/DKM.02.01/10-14/07/2020 terkait kolaborasi kampanye
antikorupsi bersama Pemerintah Daerah, Kementrian Dalam Negeri perlu menyampaikan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kampanye pencegahan tindak lanjuti pidana korupsi adalah upaya untuk
memperkenalkan nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat;
2. Kampanye perlu dilakukan mengingat pemberantasan korupsi di Indonesia tidak
cukup hanya dengan melakukan tindakan represif namun juga memerlukan tindakan
preventif/pencegahan, sehingga perlu kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah untuk
mendorong serta seluruh masyarakat memahami nilai-nilai antikorupsi;
3. Kampanye antikorupsi dilakukan melalui penyampaian materi sosialisasi, kampanye
dan pendidikan antikorupsi dalam berbagai kanal media antara media lain elektronik,
media sosial/digital atau media luar ruang (luar rumah).

KPK sendiri mempunyai program untuk mahasiswa dengan kampanye integritas


ala mahasiswa. Dalam beberapa tahun terakhir, Komisi Pemberantasan Korupsi atau
KPK telah mengadakan Festival Integritas Kampus atau yang lebih dikenal dengan FIK.
FIK merupakan wadah yang dibangun oleh KPK dalam bentuk kampanye sosial
integritas dengan tujuan mengajak mahasiswa untuk berperan secara aktif dalam
menyebarkan nilai-nilai integritas. FIK menjadi bentuk nyata pergerakan mahasiswa
dalam upaya pencegahan korupsi melalui kegiatan kampanye sosial integritas kampus
yang efektif. (Agasi PA, 2020).
Kampanye didefinisikan dalam banyak cara oleh para teoretisi dan praktisi.
Definisi ini berbeda berdasarkan tujuan umum atau spesifik yang diharapkan dari suatu
kampanye, durasi kampanye, efek yang diharapkan, unit analisis dan lokus manfaat dari
suatu kampanye, dan saluran komunikasi yang digunakan (Rogers & Storey, 1987).
Paisley (1981) mencatat bahwa definisi kampanye menekankan baik pada (1) najuan,
maupun (2) proses dari kampanye (Agasi PA, 2020).
Kampanye menampilkan berbagai maksud atau tujuan. la bisa ditujukan pada
populasi di kota atau desa, laki-laki atau perempuan, orang dewasa atau anak-anak, di
negara maju atau sedang. berkembang Kampanye berupaya untuk mempengaruhi
individu-individu (lobi politik untuk mempengaruhi pemilihan anggota dewan atau
pengambilan keputusan politik), kelompok sosial yang besar dan kecil (penerimaan
fasilitas manufaktur yang kontroversial dalam suatu komunitas), dan seluruh warga
masyarakat (kampanye keluarga berencana dan termasuk kampanye antikorupsi) (Agasi
PA, 2020).
Para perancang kampanye harus menyadari bahwa kegiatan kampanye yang
dilakukan bukan semata-mata untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang
apa itu korupsi dan bahayanya, melainkan juga mempengaruhi masyarakat untuk
bertindak. Jadi, kampanye di sini harus dilihat sebagai proses komunikasi yang bersifat
persuasif, tidak hanya informatif. Bahkan kampanye juga harus diarahkan. untuk tujuan-
tujuan yang lebih sekadar perubahan kognitif, tapi juga perubahan sikap dan perilaku
terhadap korupsi. Kalau uspek-aspek perubahan sikap dan perilaku ini dipertimbangkan
dalam tujuan kampanye dan jika kampanye itu dilakukan secara komunikatif dan efektif
dengan menggunakan me- dia yang tepat, niscaya akan diperoleh beberapa manfaat dari
kegiatan kampanye, antara lain: Pertama, akan tergalang opini public mengenai perlunya
eliminasi korupsi secara sistematik dan integrative. Kedua, akan tergalang pula tuntutan
dan tekanan dari masyarakat tentang perlunya upaya mengeliminasi korupsi dalam
birokrasi. Ketiga, akan menguat pula partisipasi masyarakat pengguna layanan publik
dalam mengeliminasi korupsi (Agasi PA, 2020).
E. Sosialisasi Bersama Tentang Antikorupsi
Pendidikan yang diberikan sejak usia dini hingga tingkat mahasiswa. tentang
penumbuhan budaya anti korupsi berpengaruh penting. Dimana mahasiswa merupakan
generasi yang bisa menyalurkan pengarahan tentang anti korupsi kepada generasi
sekarang ataupun ke generasi berikutnya. Menggunakan langkah ini memudahkan semua
generasi memahami sosialisasi atau kampanye mengenai anti korupsi. Media
penyalurannya bisa berupa media sosial. Karena media sosial pada zaman sekarang
berpengaruh di lingkungan kehidupan (Putri E, dkk 2021).
Perkembangan teknologi yang pesat membuat banyak perubahan, salah satunya
informasi yang bisa menyebar lebih cepat. Lewat media sosial, mahasiswa bisa
menyebarkan informasi diadakannya seminar yang dimana pembahasan materinya adalah
mengenai anti korupsi. Melalui seminar atau sosialisasi yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan narasumber dari berbagai bidang seperti narasumber dari KPK, BNN,
Kemendikbud dan lainnya. Seminar yang dilakukan dengan bekerja sama bersama
narasumber KPK memberikan sosialisasi mengenai pendidikan budaya anti korupsi (Putri
E, dkk 2021).
Sudah banyak universitas yang melakukan kegiatan seminar dengan. pembahasan
materinya mengenai anti korupsi. Seminar ini tak hanya bisa diikuti oleh mahasiswa
universitas itu saja, namun bisa juga untuk mahasiswa dari universitas lainnya. Namun
ada juga kegiatan seminar yang hanya bisa diikuti oleh mahasiswa universitas tersebut
saja. Hal tersebut bisa terjadi sesuai keputusan dan kebijakan dari universitas yang
bersangkutan (Putri E, dkk 2021).
Dengan seminar seperti ini memberikan pemahaman terhadap mahasiswa bahkan
pada dosen dan staff kampus lainnya tentang pentingnya memahami budaya anti korupsi.
Peranan mahasiswa dalam pencegahan. korupsi ini tak lain sebagai generasi penerus
bangsa yang diharuskan paham tentang dampak buruknya terlibat dalam korupsi. Dengan
mengerti pemahaman anti korupsi otomatis akan mengurangi jumlah tingkat korupsi.
Sosialisasi seperti ini juga bisa dilakukan oleh Universitas manapun. Bentuk seminar
seperti ini juga bisa diikuti oleh siapapun sesuai ketentuan yang diberlakukan (Putri E,
dkk 2021).
Mahasiswa sebagai salah satu generasi yang berpengaruh besar pada negara
memiliki peranan yang penting. Mereka harus bisa mengerti dan memahami pengaruh
atau dampak buruk dari kasus korupsi. Dimana mereka dapat mengerti cara mencegah
dan mengatasi kasus seperti ini dalam bentuk. peranan mereka dalam generasi bangsa.
Dengan begini pencegahan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik (Putri E, dkk
2021).
Bentuk lain peranan mahasiswa dalam mengkampanyekan atau mensosialisasikan
budaya anti korupsi lainnya adalah seperti penyebaran informasi mengenai budaya anti
korupsi melalui pemanfaatan media sosial. Salah satunya pembuatan video pendek
tentang pendidikan dan penumbuhan budaya anti korupsi yang kemudian disebarkan
melalui media sosial seperti instagram. Di video tersebut mereka bisa menjelaskan
bagaimana pentingnya sikap anti korupsi. Mahasiswa juga bisa membuat event seperti
event kreasi poster, pidato atau event-event lainnya sebagai bentuk tindakan sosialisasi
selain dalam bentuk seminar (Putri E, dkk 2021).
Mahasiswa sendiri bisa menyampaikan kritik dan menghentikan ketidakadilan di
dalam negara dengan berbagai cara. Contohnya dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan
oleh para mahasiswa. Meskipun tindakan unjuk rasa bukanlah tindakan yang baik untuk
dilakukan, tetapi dari hal tersebut. mahasiswa menyampaikan bentuk suara masyarakat.
Seperti yang dikutip dari detiknews: KPK Minta Aksi Mogok Dihentikan, 14 Mahasiswa
Bergeming. Selasa, 03 November 2009 pukul 22.16 WIB. Dimana ada dugaan terlibatnya
Wapres Boediono dalam kasus korupsi. Dimana mahasiswa melakukan aksi mogok
makan di depan Gedung KPK. Plt KPK Tumpak Hatorangan Panggabean menyerukan
kepada para mahasiswa untuk menghentikan aksi mogok makannya, tetapi tidak ada
gubrisan dari para mahasiswa. Menanggapi permintaan tersebut, 14 mahasiswa
bergeming. Salah satu peserta mogok makan dari UIN jakarta mengatakan bahwa aksi itu
tidak hanya ditujukan pada kasus ini saja, melainkan untuk menghadapi kasus korupsi
yang lebih besar lagi, perjuangan ini dilakukan sampai kasus ini terselesaikan (Putri E,
dkk 2021).
Hal tersebut menunjukkan dalam negara mahasiswa memiliki peranan penting
untuk melakukan perubahan dalam negara ini. Mahasiswa merupakan aset negara yang
paling menentukan kondisi zaman di masa yang akan datang.. Mahasiswa yang berani
menyampaikan suara rakyat tak hanya pada kasus korupsi saja tetapi juga dalam hal
memperoleh keadilan terhadap hak mereka (Putri E, dkk 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Agasi PA. dkk. 2020. Strategi Pemberantasan Korupsi: Buku Pendidikan Antikorupsi. Pustaka
Rumah Cinta; Jawa Tengah
Putri Eka AD. 2021. Budaya Antikorupsi Menurut Perspektif Mahasiswa. CV Srikandi Kreatif
Nusantara; Kediri
Wibowo A, dkk. 2022. Pengetahuan Dasar Antikorupsi Dan Integritas. CV. Media Sains
Indonesia; Jawa Barat
Kampanye Publik tentang Antikorupsi - Neliti
https://media.neliti.com/media/publications/150871-ID-kampanye-publik-tentang-
antikorupsi.pdf?shem=ssusba
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220511-merancang-rencana-aksi-
pemberantasan-korupsi-dengan-metode-smart
Kampanye antikorupsi bersama pemerintah daerah inspektorat.jogjakota.go.id diakses 13
Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai