Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA

PENYULUHAN (SAP)
Pendidikan Budaya
Anti Korupsi
Mencegah terjadinya
Korupsi

Dosen pengampu:
Rumentalia, S. kep, M.Kep

Nama:
Sartiwi Destrilia
(PO7120122030)

Poltekkes Kemenkes
Palembang
Tahun 2023-2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2023


Waktu : Pukul 10.00 WIB
Pokok Bahasan : Mencegah terjadinya Korupsi
Sasaran : Mahasiswa
Penyuluh : Sartiwi Destrilia
Tempat : Di Kampus Keperawatan

I. Latar Belakang

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan begitu
mengakar dalam setiap sendi kehidupan.Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun
semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi
kualitasyang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek
masyarakat.

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja
terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara
pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal
batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana.

II. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) :


1. Apa itu korupsi?
2. Apa faktor penyebab korupsi?
3. Apa saja cara mencegah korupsi dengan cara sederhana?

III. Metode
4. Ceramah
5. Tanya jawab
6. Demontrasi

IV. Media
Ms. Word

V. Materi Penyuluhan
(Terlampir)

VI. Proses Kegiatan Penyuluhan

1. Kegiatan

Pendahuluan. Respon mahasiswa-mahasiswi. Waktu


1. Memberi salam pembuka. 1. Membalas salam. 5 menit
2. Perkenalan diri. 2. Mendengarkan dan memberi respon
3. Kontrak waktu. 3. Mendengar dan melihat. 20 menit
2. Pengkajian :
1. Menjelaskan definisi dari remaja
2. Menjelaskan tentang dampak korupsi

3. Penutup :
1. Memberi kesempatan
pada audiens untuk 1. Audienc menanyankan
bertanya tentang hal-hal yang belum
di mengeti dan narasumber
2. Melakukan
menjawab pertanyaan yang
evaluasi pada
di sampaikan.
audien dengan
2. Aktif bersama
memberikan
lembar khusus untuk 3. menyimpulkan
di jawab 4. Membalas salam
3. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
4. Memberikan salam
penutup

VII. Evaluasi

Tes awal
7. Apa yang dimaksud dengan Korupsi ?
8. Apa saja faktor penyebab korupsi ?

Tes akhir
1. Bagaimana cara sederhana mencegah korupsi ?

VIII. Observasi
● Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
● Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara penyuluhan selesai.
● Peserta mengajukan pertanyaan
● Peserta mampu menjawab pertanyaan sekilas tentang materi penyuluhan
● Peserta penyuluhan memahami tentang dampak korupsi
Lampiran Materi

Mencegah terjadinya Korupsi

a) Pengertian Korupsi
Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu masalah
atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi karena beberapa
faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.
b) Faktor penyebab korupsi
Faktor penyebab korupsi itu ada 2 yaitu:
1. faktor internal
Faktor internal merupakan sebuah sifat yang berasal dari diri kita sendiri. Terdapat
beberapa faktor yang ada dalam faktor internal ini, antara lain ialah:
1) Sifat Tamak
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti manusia
meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di dapatkan.
Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu
yang lebih dengan cara korupsi.
2) Gaya hidup konsumtif

Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana manusia
pasti memiliki kebutuhan masing masing dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
manusia harus mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan
perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang akhirnya
terjadilah tindak korupsi
2. Faktor eksternal
Secara umum penyebab korupsi banyak juga dari faktor eksternal, faktor faktor tersebut
antara lain :
1) faktor politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Di
dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam mendapatkan
kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih tinggi, dengan
berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya munculah
tindak korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan kekuasaan.
2) faktor hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi.
Dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul ke atas lancip
kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah
di terbukti bahwa banyak praktek praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam
mengatasi suatu masalah.
Sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin
terjadi karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah
masalah.
3) faktor ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi. Manusia
hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi itu sangatlah di
pentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun
penguasa berkesempatan jika mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin memenuhi
kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai dengan apa
yang di kerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang, mereka di dorong untuk
melakukan korupsi.
4) faktor organisasi

Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi. Di suatu
tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak korupsi yang terjadi
dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan aturan yang
dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri seorang
pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan terjadi suatu tindak korupsi jika di
dalam struktur tersebut
belum ada
c) Mencegah terjadinya Korupsi
1) PAHAMI Segala Bentuk Korupsi dan LAWAN !!!
Seringkali kita sibuk bicara tentang kasus korupsi yang besar-besar dan mengutuk
pelaku-pelakunya. Padahal berbagai perbuatan tidak jujur lain
berlangsung di depan mata kita, tanpa kita sdari, bahkan mungkin kita juga melakukannya,
misalnya suap, gratifikasi, pencucian uang. Ada undang-undang yang mengatur semua
perbuatan tersebut dan siapapun dapat kena jeratannya.
Ketidaktahuan mengenai suatu peraturan perundang-undangan bukan alasan untuk
menghindar dari tangggung jawab pidana. Dalam hukum dikenal Teori Fiksi, yang tahu
seketika setelah suatu peraturan perundang-undangan
diberlakukan.“Korupsi tidak selamanya berhubungan dengan uang, tapi dapat
berupa barang/hadiah, keuntungan saham/deviden, obligasi, keuntungan jabatan,
keputusan. Contohnya : perbutan korupsi yang terkait gratifikasi, suap, perbuatan curang,
penggunaan fasilitas, konflik kepentingan dsb”.
2) HINDARI Sikap Ingin JALAN PINTAS !!!
Kebiasaaan untuk selalu mencari jalan pintas paling mudah dilihat di jalan raya.
Mobil dan motor saling serobot tak mau antri, seolah-olah takut tidak kebagian jalan, apalagi
kalau lampu lalu lintas mati. Sikap ambil jalan pintas ini
juga muncul saat mengurus KTP, akte lahir, dan surat-surat identitas lain. Banyak orang
menjawab “supaya cepat beres”, atau ucapan terima kasih (setelah selesai), ketika ditanya
alasan memberikan uang pembayaran lebih dari yang semestinya. Kita tidak menyadari,
bahwa memberi uang pada pejabat publik dengan dijerat undang-undang suap. Melicinkan
urusan dengan uang, lama kelamaan akan menjadi sesuatu yang biasa dan pada akhirnya
akan mengaburkan pemahaman kita tentang perilaku koruptif. Kebiasaan ini akan
dilanjutkan oleh anak-anak kita, sampai saat mereka dewasa dan bekerja, kebiasaan ini
kemudian berlanjut dan
berkembang dalam skala yang lebih besar.
3) Cari Tahu ASAL USUL HADIAH yang Sampai Pada Kita !!!
Kebahagian keluarga seringkali menjadi motovasi untuk memperoleh
penghasilan lebih. Maka, ketika suatu hari seorang istri menerima uang dalam
jumlah besar dari suami, jauh melebihi jumlah yang biasa diterimanya setiap
bulan, ia mengangggap itu adalah rejeki yang harus disyukuri, tanpa bertanya apapun tentang
asal usul uang itu.
Bisa saja uang itu di peroleh suami dari hasil tindak penyuapan, gratifikasi, atau
pencucian uang. Jika benar, maka sesungguhnya suami bukan sedang membahagiakan
keluarga, tetapi justru mencelakakan. Dan istri turut mendukung tindakan koruptif ini. Jika
dari awal asal usul hadiah tersebut sudah diusut, tindak
pidana korupsi pun dapat digagalkan. Ingatlah, apa yang kita lakukan saat ini, menjadi
contoh dan akan ditiru oleh anak-anak kita. Siapakah kita, ketika usia sudah renta,
menyaksikan anak-cucu kita berperilaku koruptif ???
Tahukah kamu ??? “32%” istri langsung membelanjakan uang yang diterima dari
suami, tanpa menanyakan asal-usulnya. Hati-hati lho, seorang istri
bisa terlibat dijerat undang-undang suap atau gratifikasi”
4) AJARKAN dan CONTOHKAN Sikap Anti Korupsi pada Anak Sejak Kecil !!!
Mencontek, membolos, tidur dalam kelas, kabur dari sekolah sering kali dianggap
sebagai kenakalan anak-anak biasa. Semua orang tua dan pendidik tahu itu adalah
pelanggaran disiplin, tetapi tidak semua tahu bahwa perbuatan-
perbuatan tersebut adalah salah satu bibit perilaku korupsi. Apa yang korupsi ??? yang
dikorupsi adalah waktu, yang dikorupsi adalah kepercayaan orang tua, yang dikorupsi
adalah hasil kerja temannya yang sudah belajar.
Sejak kecil anak harus paham mengenai tanggungjawab dan konsekuensi.

Kalau dia tidak belajar, maka hasilnya akan jelek. Menyontek adalah membohongi diri
sendiri. Sebaiknya ibu tidak langsung memarahi bila anak dapat nilai jelek.
Studi KPK, menemukan fakta bahwa “takut dimarahi” adalah alasan anak
berbohong. Anak akan menyontek untuk mendapatkan nilai bagus, agar tidak dimarahi.
Lebih baik tanyakan mengapa dapat nilai jelek, agar kita bisa membantu kesulitannya. Kita
pun bisa bekerja sama mengatasinya.
5) Asah Sikap SENSITIF Anak Terhadap LINGKUNGAN Sekitar !!!
Sikap peduli pada lingkungan sekitar, dapat dilatih pada anak-anak mulai dari
hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Antri saat membayar di kasir, memberikan
tempat duduk untuk orang yang lebih membutuhkan (lebih tua,
perempuan hamil, orang yang membawa bayi/anak kecil), menuntun para disable,

berpartisipasi dalam penggalangan bantuan korban bencana, menegok orang sakit, menjeguk
nenek/kakek, mengunjungi rumah yatim-piatu, dll.
Hal-hal semacam ini akan memberikan pengalaman untuk peduli pada orang lain,
untuk tidak menyakiti mereka yang kurang beruntung. Kepedulian ini, akan membangun
sikap menyanyangi dan melindungi, sehingga menjauhkan tindakan yang akan membuat
orang lain makin menderita atau makin tidak
beruntung.
Kepedulian ini akan tumbuh menjadi sikap hidup yang mereka bawa sampai
dewasa. Kelak saat mereka dihadapkan pada kesempatan yang menawaarkan perilaku
koruptif, hati nurani akan mengahalangi.
Sensitif pada lingkungan juga berarti peka terhadap orang-orang di sekitar dengan
gaya hidup yang mengindikasi perilaku koruptif dan dengan niat memberantas korupsi segera
melaporkan pada lembaga yang berwenang.
Sikap anti korupsi, jujur, sensitif pada kepentingan umum, menghargai orang
lain adalah sikap yang dibentuk dari penanaman nilai sejak dini dan
konsisten. Lakukanlah sekarang dan mulai dari diri kita, sehingga anak dan suami
bisa melakukannya juga.
6) Biasakan HIDUP SEDERHANA, Mencukupi Dari Apa Yang Ada !!!
Memang sulit menakar kepuasan hidup, apalagi bila kita mudah terpengaruh
lingkungan. Akhirnya berapa pun yang kita miliki selalu terasa kurang.
Sikap hidup seperti ini mudah sekali berkembang ke arah perilakku koruptif. Istri dan suami
ingin selalu punya lebih, suami selalu ingin dapat memberi lebih serta menunjukkan
kewenangannya yang besar, tanpa menghiraukan rambu-rambu korupsi.
Anak pun terbiasa untuk mudah mendapatkan keinginannya akan hal-hal konsumtif.
Akibatnya terciptalah lingkungan korupsi dalam keluarga.
Tahukah Anda ???
“Ibu-ibu, korupsi juga disebabkan karena peran individu di dalam keluarga atau anggota
keluarga. Korupsi terjadi karena peluang. Kata pak Busyro Muqqodas, (Mantan Pimipinan
KPK), ada Corruption by need, Corruption by greed, dan Corruption by design
(melegalkan korupsi di Indonesia contohnya sudah banyak). Biasanya orang tergoda,
koleganya punya mobil, dia beli mobil. Tidak puas karena ketinggalan jaman terus ganti
mobil tapi tidak punya uang, sistem kontrol tidak kuat kemudian korupsi”.
7) Berani Mengatakan TIDAK Pada Setiap Tindakan TIDAK JUJUR !!!
Seringkali karena merasa tidak enak hati, kita terpaksa ikut melakukan
tindakan yang tidak jujur. Misalnya, kita melihat sendiri atasan melakukan tindakan
korupsi, tapi kita tidak berani atau segan untuk menegur apalagi melaporkan pada
pihak penegak hukum. Alasnnya karena kita menghormati atasan.
Intinya demi menghormati satu orang, Anda mengorbankan lebih dari 200 juta orang lain
di Indonesia.
Tahukah Anda ???
“Berbaik hatilah pada oraang yang membutuhkan, bukan pada pelaku korupsi yang
sebagian besar sudah Anda biayai dari pajak yang Anda bayar”. “LAPORKANLAH
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh siapapun, termasuk atasan Anda !!!”
KESIMPULAN

Korupsi diartikan sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa pemberian sogokan, upeti, terjadinya
pertentangan kepentingan kelalaian dan pemborosan yang memerlukan rencana dan strategi yang akan
memberikan keuntungan kepada pelakunya, problematika korupsi merupakan probelem nilai yang harus di
berantas oleh semua pihak, Problematika korupsi yang sudah mengakar, membudaya serta sudah menjadi cara
pikir, dan mental. Penanganan problematika korupsi harus dilakukan dengan cara yang lebih komprehensif dan
pencegahan (preventif) sejak dini, karena salah satu sebab terjadinya korupsi adalah sudah mengakarnya mental
korupsi di kalangan masyarakata indonesia. Dan salah satu cara Untuk melakukan pencegahan mental korupsi
sejak dini adalah lewat jalur pendidikan

Anda mungkin juga menyukai