Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Polisi merupakan struktur atau organisasi yang disebut birokrasi, dan

dalam konteks serta wadah itulah ia harus menjalankan pekerjaannya secara

professional. Fungsi kepolisian tersebut salah satunya adalah Intelijen Keamanan

selanjutnya disebut dengan (Intelkam). Fungsi ini merupakan salah satu fungsi

kepolisian, kata Intelijen berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang secara

harfiah berarti kecerdasan. Secara khusus yang barkaitan dengan upaya

mengamankan Negara dan Bangsa. Dalam dasar Intelijen, Intelijen dapat kita

bedakan yaitu Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah, sebagai

orgnisasi dan sebagai kegiatan. Ketiga pengertian ini, walaupun terpisah namun

selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Intelijen keamanan merupakan bagian

integral dari fungsi organik Polri yang menyelenggarakan kegiatn dan operasi

Intelijen baik berupa penyidikan, pengamanan maupun penggalangan dalam

bidang keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan

manajemen Polri dalm rangak mewujudkan keamanan dalam negeri. Sistem

deteksi dini yang dilaksanakan akan menghasilkan informasi intelijen yang

diperoleh melalui suatu proses pengolahan dari bahan keterangan yang didapat.

Bahkan keterangan merupakan bahan dasar yang masih mentah. Bahan mentah

ada yang memenuhi syarat dan ada yang tidak memenuhi syarat guna dijadikan

sebagai bahan Intelijen. Bahan-bahan mentah yang memenuhi syarat untuk


dijadikan bahan Intelijen adalah bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah

keamanan, yang dapat dipercaya sembernya dan relevan dengan masalah yang

dicari atau dibutuhkan. Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah

adalah merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolangan yang

selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi

sebagai banhan penyusunan rencana dan kebijikan yang akan ditempuh dan yang

memungkin untuk bahan mengambil keputusan. Dalam rangka untuk menentukan

lanngkah-langkah dengan resiko yang diperhitungkan, dengan kata lain intelijen

diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat dalam tiga aspek, yaitu

perencanaan, kebijaksanaan dan cara bertindak. Pengembangan diri, dalam

realisasinya dapat dilakukan baik oleh dirinya sendiri maupun atas prakarsa

organisasi, yang salah satunya yaitu dengan cara mengikuti pendidikan dan

latihan. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pelatihan Kepolisian Negara Republik

Indonesia pasal 1 ayat 4 yang berbunyi ” Pelatihan adalah suatu upaya atau

proses, cara perbuatan, kegiatan untuk memberikan, memelihara, meningkatkan

kemampuan dan keterampilan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek

agar mahir atau terbiasa untuk melakukan sesuatu tugas atau pekerjaan”.

Pelatihan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

profesionalisme seseorang dalam melakukan tugas dan tanggung jawab mereka.

Pembentukan dan Pembinaan jaringan merupakan sub sistem dari

penyelidikan yang berperan untuk mengumpulkan bahan keterangan secara

tertutup, dibentuk dengan sasaran tertentu berdasarkan skala rioritas dari satuan
tingkat Polsek sebagai basis deteksi, sampai dengan tingkat Mabes Polri sebagai

perumus. Demi tercapainya sekuruh tujuan keberhasilan tugas tersebut, polisi

membetulkan anggota yang memiliki komitmen organisai yang tinggi, jika tidak

maka keberhasilan tujuan organisasi untuk melindungi dan melayani masyrakt

secara substansial tidak akan terwujud dengan semestinya karena anggota polisi

yang memiliki komitmen rendah tidak memahami tanggung jawab dan peran

merek dalam pekerjaan (Moon&Johnson,2021).

Profesionalisme merupakan komitmen para profesional terhadap

profesinya, sekaligus merupakan 'ruh' atau semangat, cara pandang, metoda,

dan/atau praktek yang menelusupi sekaligus dijabarkan dari serangkaian

karakteristik profesi yang bersangkutan. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan

kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk

mengembangkan kemampuan profesional. Terdapat banyak pendapat mengenai

unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai bagian dari karakteristik yang

membangun profesionalisme sebuah profesi. Salah satu pendapat menyatakan

bahwa suatu profesi dicirikan antara lain oleh adanya spesifikasi tertentu yang

berkenaan dengan pendidikan dan pelatihan. Pengertian komitmen organisasi

menurut Steers (1980) adalah rasa kepercayaan dalam diri, kesesuaian terhadap

nilai-nilai organisasi, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi

terwujudnya kepentingan organisasi, dan keinginan untuk tetap menjadi anggota

organisasi tersebut. Selain itu, untuk memperjelas definisi di atas, Mowday,

Steers dan Porter (1979) menambahkan bahwa komitmen organisasi tidak hanya
keinginan untuk tetap menjadi anggota secara pasif, namun melibatkan perilaku

yangaktif dengan cara berusaha dengan sungguh-sungguh demi organisasi.

Komitmen organisasi penting untuk dimiliki oleh semua pekerja, karena

akan berdampak pada kinerja, mempertahankan keanggotaan, dan absensi

(Sopiah, 2008). Sejauh ini terlihat bahwa rendahnya komitmen organisasi pada

pekerja dan polisi ditunjukan dengan keinginan untuk keluar dari pekerjaannya

sebelum waktunya (Camp, 1994; Hwang, Lynch, Yun, 2015), dan perilaku kerja

yang menyimpang seperti munculnya perilaku beristirahat sebelum jam istirahat,

manipulasi pekerjaan, korupsi, membolos kerja, dan aktivitas menyimpang

terhadap nilai organisasi seperti melawan korban dan saksi dengan kata-kata

kasar, memukul/menampar tersangka maupun saksi (Haarr, 1997). Terdapat

beberapa kasus di Indonesia yang ditemukan berkaitan dengan rendahnya

komitmen organisasi pada anggota polisi. Terdapat beberapa anggota polisi pada

satuan intelkam yang tidak professional dalam berkomitmen menjalakan tugasnya

seperti penyalah gunaan jaringan intelijen untuk kepentingan pribadi.

Penyalahgunaan keahlian kontra intelijen guna menimbulkan perselisihan demi

kepentingan pribadi. Hal tersebut berdasarkan hasil data dari Sie Propam telah

didapati 3 pelanggaran dari jumlah anggota personel Sat Intelkam sebanyak 94

orang yang di antaranya 6 unit opsnal, unit SKCK dan staf. (Doyok, 2020) dalam

penelitiannya yang terdahulu menunjukan bahwa profesionalisme polisi masih

dipertanyakan, masyarakat banyak yang tidak percaya terhadap polisi. Sudah ada

kegiatan untuk pengembangan SDM Kepolisian namun masih belum terwujud

dengn maksimal. (Husada, 2016) menjelaskan di dalam instansi kepolisian


terdapat banyak fungsi dengan masing-masing tugas anggota, terutama pada

anggota baru atau polisi muda yang masih memiliki stamina dan kemampuan

yang produktif sehingga mampu menciptakan sikap yang profesional. Dan

kematangan karir di duga terkait dengan pembentukan sikap profesionalisme.

Berdasarkan fenomena yang ada dan penelitian terdahulu maka peneliti

mengambil judul “IMPLEMENTASI PELATIHAN DAN STRATEGI

PENERAPAN DALAM PEMBENTUKAN JARINGAN INTELJEN

TERHADAP PROFESIONALISME DAN KOMITMEN KINERJA

ANGGOTA DI SATUAN INTELKAM POLRES METRO TANGERANG

KOTA”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan terhadap

masalah yang muncul antara lain :

1. Kurangnya penguasaan pelatihan dalam merekrut jaringan intelijen sehingga

miimnya komitment anggota.

2. Kurangnya profesionalisme anggota Sat Intelkam dalam menjaga informasi demi

kepentingan pribadi.

3. Penyalah gunaan jaringan intelijen untuk kepentingan pribadi.

Penyalahgunaan keahlian kontra intelijen guna menimbulkan perselisihan

demi kepentingan pribadi

4. Upaya pembentukan dan pembinaan jaringan dalam rangka pengumpulan bahan

keterangan secara tertutup yang dilakukan selama ini, belum memenuhi harapan
sesuai dengan kualitas dan kuantitas suatu produk yang disajikan untuk kebutuhan

pimpinan.

5. Kurangnya ketajaman analisis dan penilaian dalam masa pembentukan jaringan

intelijen sehingga dapat menimbulkan kekacauan informasi.

6. Kurangnya kedekatan emosional kepada jaringan intelijen sehinnga riskan untuk

membelot kepihak lawan.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat banyak dan semakin kompleksnya permasalahan yang

harus dipecahkan, maka penelitian ini hanya dibatasi terkait Implementasi

Pelatihan Dan Strategi Penerapan Dalam Pembentukan Jaringan Inteljen

Terhadap Profesionalisme Dan Komitmen Kinerja Anggota Di Satuan

Intelkam Polres Metro Tangerang Kota

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut.:

1. Apakah pelatihan pembentukan jaringan inteljen mempengaruhi komitmen

kinerja anggota satuan intelkam Polres Metro Tangerang Kota

2. Apakah strategi penerapan pembentukan jaringan inteljen mempengaruhi

komitmen kinerja anggota satuan intelkam Polres Metro Tangerang Kota

3. Apakah pelatihan pemebentukan jaringan inteljen mempengaruhi

profesionalisme anggota satuan intelkam Polres Metro Tangerang Kota

4. Apakah strategi penerapan pembentukan jaringan inteljen mempengaruhi

profesionalisme anggota satuan intelkam Polres Metro Tangerang Kota


5. Apakah profesinalisme mempengaruhi kinerja anggota satuan intelkam Polres

Metro Tangerang Kota

6. Apakah pelatihan pembentukan jaringan inteljen mempengaruhi komitmen

kinerja yang di mediasi oleh profesionalisme anggota satuan intelkam Polres

Metro Tangerang Kota

7. Apakah strategi penerapan jaringan inteljen mempengaruhi komitmen kinerja

yang dimediasi oleh profesionalisme anggota satuan intelkam Polres Metro

Tangerang Kota.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan pembentukan jaringan inteljen

terhadap komitmen kinerja anggota satuan intelkam Polres Metro

Tangerang Kota

2. Untuk mengetahui pengaruh strategi penerapan pembentukan jaringan

inteljen terhadap komitmen kinerja anggota satuan intelkam Polres Metro

Tangerang Kota

3. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan pemebentukan jaringan inteljen

terhadap profesionalisme anggota satuan intelkam Polres Metro

Tangerang Kota

4. Untuk mengetahui pengaruh strategi penerapan pembentukan jaringan

inteljen terhadap profesionalisme anggota satuan intelkam Polres Metro

Tangerang Kota
5. Untuk mengetahui pengaruh profesinalisme terhadap kinerja anggota satuan

intelkam Polres Metro Tangerang Kota

6. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan pembentukan jaringan inteljen terhadap

komitmen kinerja yang di mediasi oleh profesionalisme anggota satuan

intelkam Polres Metro Tangerang Kota

7. Untuk mengetahui pengaruh strategi penerapan jaringan inteljen terhadap

komitmen kinerja yang dimediasi oleh profesionalisme anggota satuan

intelkam Polres Metro Tangerang Kota.

1.6 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap bahwa kegiatan penelitian ini akan bermanfaat bagi

peneliti maupun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari

penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan bagi ilmu manajemen sumber daya manusia pada

khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan

bahan masukan bagi penelitian karya ilmiah di bidang manajemen

sumber daya manusia.

2. Manfaat Praktis

a. Perusahaan

Sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan dalam


mempertahankan atau meningkatkan kinerja karyawan di Klinik

Melati Tangerang.

b. Peneliti

1) Menjadi sarana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir ilmiah, dan untuk mengetahui kemampuan

peneliti dalam menerapkan ilmu-ilmu manajemen sumber daya

manusia.

2) Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti

mengenai manajemen sumber daya manusia

c. Peneliti Lain

Menjadi referensi dan perbandingan dalam melakukan penelitian pada

bidang yang sama di masa yang akan datang, khususnya mengenai

pengaruh audit internal dan pengembangan SDM terhadap kinerja

karyawan.

d. Bagi Universitas

Menambah referensi di perpustakaan Universitas Muhammadiyah

Tangerang serta menambah pengetahuan dan informasi pembaca

khususnya mahasiswa program studi manajemen sumber daya

manusia.
1.7 Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dan memberikan gambaran secara menyeluruh

dalam penelitian ini. Maka peneliti membaginya kedalam 5 bab sebagai

berikut ini:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan juga sistematika penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran, dan juga perumusan hipotesis.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, tempat dan waktu

penelitian, definisi dan pengaruh variable serta metode anlisis data (mencangkup

uji instrument, analisis regresi, analisi korelasi, analisi koefisien determinasi serta

uji hipotesis).

BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan proses penganalisaan data yang meliputi

prosedur penentuan sampel penelitian, analisis data, pengujian asumsi klasik,

pengujian hipotesis, dan pembahasan. Dalam bab ini juga dijelaskan dan

dibandingkan pula hasil yang diperoleh dari penelitian

yang sebelumnya.

BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan, keterbatasan penelitian dan saran saran

yang dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai