Anda di halaman 1dari 27

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN PERTAMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Saat ini Reformasi Birokrasi Polri Kepolisian merupakan persoalan
yang menjadi tuntutan masyarakat. Karena dalam sistem sosial
budaya masyarakat dalam kehidupan seorang Polri tidak terlepas
dari kehidupan sosial masyarakat, untuk itu Polri ditutut untuk lebih
profesional dalam pelaksanaan tugas pokoknya dengan baik serta penuh
rasa bertanggung jawab dan mengimplementasikan karakter insan
Bhayangkara dalam kehidupan kesehariannya sebagai penegak
hukum maupun sebagai insan biasa.
Harus diakui Bersama, bahwa perubahan kultur di tubuh Polri, salah
satunya perubahan mental dan kepribadian anggota Polri, salah satunya
perubahan mental dan kepribadian anggota Polri, merupakan hal yang
paling sulit untuk dilakukan dibandingkan dengan perubahan struktural
maupun instrumental. Mengubah struktur organisasi Polri atau
mengubah pola Pendidikan di Lembaga Pendidikan Polri agar lebih
menonjolkan aspek pemahaman terhadap perlindungan ham, tentunya
relative mudah dilakukan dibandingkan merubah karakter anggota Polri
menjadi Polisi sipil. Hal tersebut di atas tentunya tidak akan terwujud
apabila tidak dilakukan dengan adanya dedikasi tinggi, disiplin serta
profesionalisme dari para personel Polri itu sendiri.
Namun demikian, perubahan pada culture set dan mind set sebagai
upaya mengubah kebiasaan, anggapan, persepsi, perilaku, motif bekerja
ataupun keyakinan selama ini masih belum dapat dirasakan secara
langsung oleh masyarakat dikarenakan kondisi melemahnya disiplin dan
profesionalisme personel Polri tentang tindakan indisipliner, seperti kasus
penyalahgunaan wewenang, terlibat tindak pidana, sewenang-wenang,
dan sebagainya. Hal ini menggambarkan upaya mencapai perubahan
mindset dan culture set anggota Polri sebagai kepribadian insan
Bhayangkara dalam rangka mewujudkan Polri yang profesional belum
dapat terwujud.
Berdasarkan uraian dan fakta tersebut diatas, maka penulis
melihat suatu urgensi mengenai perlunya mengaplikasikan beberapa
pola dan konsepsi untuk mengoptimalkan karakter dan profesionalisme
dari personel Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta
Surabaya.

B. Permasalahan.
Dengan melihat gambaran dari latar belakang diatas, maka
rumusan permasalahan pada penulisan NKP ini adalah “Bagaimana
Optimalisasi karakter personel Unit PPA guna membentuk insan
Bhayangkara dalam rangka mewujudkan Polri yang professional?”

C. Persoalan.
Adapun dalam pembahasannya, terdapat beberapa hal yang
menjadi pokok persoalan antara lain :
a. Bagaimana mengoptimalkan karakter Personel Unit PPA
Polrestabes Surabaya dalam membentuk insan Bahayangkara?
b. Bagaimana sistem dan metode untuk membentuk karakter insan
bhayangkara personel PPA Polresta Surabaya?

D. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup hanya dibatasi pada upaya ‘Optimalisasi karakter
personel Unit PPA guna membentuk insan Bhayangkara dalam rangka
mewujudkan Polri yang professional.
3

E. Maksud dan Tujuan.


1. Maksud.
Adapun maksud penulisan NKP ini adalah sebagai gambaran
tentang upaya untuk mengoptimalkan karakter personel Unit PPA
guna membentuk insan Bahayangkara dalam rangka
mewujudkan Polri yang Profesional.

2. Tujuan.
Tujuan dari penulisan NKP ini adalah untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi Polri dalam rangka mengoptimalkan
karakter Personel Unit PPA guna membentuk insan
Bhayangkara.

F. Metode dan Pendekatan


1. Metode.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan
menggunakan metode deskritif analisis, yaitu dengan
mendiskripsikan fakta-fakta yang ada di lapangan dan studi
kepustakaan yang selanjutnya dilakukan analisa untuk memperoleh
gambaran dalam upaya memecahkan permasalahannya.

2. Pendekatan.
Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan tekhnik
pengamatan dan pengumpulan data serta Kajian Pustaka sebagai
bahan kajian dan analisa data dalam pemecahan permasalahan.

G. Tata Urut (Sistematika)


BAB I P E N D A H U L U A N.

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN.

BAB III KONDISI FAKTUAL.


4

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.

BAB V KONDISI IDEAL

BAB VI UPAYA PEMECAHAN MASALAH

BAB VII P E N U T U P A N.

H. Pengertian-pengertian
1. Optimalisasi adalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti
terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik,
menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan
mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan
sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses,
atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain,
sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna,
fungsional, atau lebih efektif.1
2. Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. 2
3. Insan Bhayangkara dalam Catur Prasetya adalah Insan berarti
manusia sebagai makhluk tertinggi yang secara moral memiliki
kesempurnaan dan bersih dari cela. Bhayangkara berarti
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas
mengawal dan mengamankan masyarakat, bangsa dan Negara.
4. Professional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan
yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan
berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta
mendasari perbuatan

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka), 1994,hlm. 800
2
W.B. Saunders, (1977: 126)
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Operasional.
1. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Undang-undang Kepolisian (No. 2/2002) menguraikan lebih
jauh garis besar cakupan wewenang polisi. Menurut UU Kepolisian,
fungsi POLRI adalah menjadi alat negara yang bekerja untuk
mempertahankan keamanan dan ketertiban sosial, menegakkan
hukum dan memberi perlindungan, pengayoman dan layanan
kepada masyarakat (Pasal 2 dan 13). Polri memiliki tanggung jawab
primer untuk melakukan penangkapan, penahanan dan penyidikan
(Pasal 16.1). Polisi berada langsung di bawah otoritas Presiden
(Pasal 8).

2. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan


Nasional, Pasal 3.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak sserta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3

3. Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi


Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3

1
2

Dalam Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2011 tentang Kode


Etik Profesi Polri, bahwa penegakan Kode Etik Profesi Polri harus
dilaksanakan secara obyektif, akuntabel, menjunjung tinggi
kepastian hukum dan rasa keadilan (legal and legitimate ), serta
Hak Asasi Manusia dengan memperhatikan jasa pengabdian
anggota Polri yang diduga melanggar kode etik profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

B. Landasan Teori.
Teori-teori yang menjadi dasar acuan penulisan serta pembahasan
dalam NKP ini adalah sebagai berikut :
1. Teori Perilaku Manusia
Menurut Lawrance Green menyatakan bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor yaitu: Faktor predisposisi (predisposing factors), yang
mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya4.

2. Teori manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut Umar (2008:128) Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam pengerakan
dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja
dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu.5

3. Analisis SWOT.
4
Notoatmodjo, 2007
5
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-00733-MN%20Bab2001.pdf
3

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara


sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa SWOT
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strenghts) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersaman
dapat meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman
(Threats).6 Implementasi dari analisis SWOT tersebut di
transpormasi kedalam Matrix TOWS yang merupakan kombinasi
dan perpaduan dari factor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman.

6
Freddy Rangkuti,SWOT Balanced Scorecard, 2002, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama halaman 64-65.
BAB III
KONDISI FAKTUAL

A. Karakter Personel Unit PPA Polrestabes Surabaya dalam


membentuk insan Bhayangkara belum sesuai harapan.
Saat ini perubahan mind set dan culture set personel PPA belum
sepenuhnya mengalami perubahan sesuai dengan harapan. Kondisi
faktual saat ini sebagian personel Unit PPA Polrestabes Surabaya masih
ada yang melakukan pelanggaran dalam tugasnya seperti; diskrimintaif,
indisipliner, pungli, sehingga menimbulkan keluhan masyarakat. Kondisi
faktual diatas setidaknya mencerminkan bahwa proses perubahan mind
set dan culture set masih membutuhkan proses panjang dan berliku. Ada
beberapa hal yang teridentifikasi menghambat proses perubahan
tersebut antara lain Intergritas kurang, kurang memiliki rasa hormat
(respect), masih rendahnya kejujuran (honesty), kurang memiliki
kewajaran/adil (fairness) dalam sikap, keberanian dalam menjaga
kebenaran publik masih relatif rendah, kurang memiliki rasa empati.
Pengertian kultur bila dikaitkan dengan institusi Polri merupakan suatu
budaya / kebiasaan yang didasarkan kepada nilai tertentu seperti
penegakan hukum, pengayoman, masyarakat, penjagaan ketertiban
masyarakat, memerangi kejahatan dan perwujudan cinta kemanusiaan.
Masih lemahnya cultur set saat ini karena integritas dari personel yang
masih lemah, maka nilai-nilai seperti kejujuran, keterbukaan, ketekunan,
kerajinan, keberanian, kepercayaan, kesetiaan, kearifan, tanggung jawab
dan profesionalisme belum dapat tercapai.

Tabel 3.1
Data Pelanggaran Disiplin
JENIS
NO JUMLAH KET
PELANGGARAN
Pra peradilan 10 Tindak lanjut
Narkoba Nihil -

1
2

Pungli 3 Tindak lanjut


Sumber Data : Laporan Unit PPA Polrestabes Surabaya, 2020

Tabel 3.2
Data Personel Unit PPA Polrestabes Surabaya
JUMLAH DIK UM DIK TUK DIK PESIALISASI
PANGKAT
SETUKP DIKTUKB LANJUTA
/GOL DSP RIIL PTSMU/K AGOL DASAR
A A N
AKP 1 1 - 1 - - - 1
IPDA/IPTU 1 1 - - 1 - - 1
BRIGADIR 13 13 5 - - 13 3 -
PNS - - - - - - - -
JUMLAH 15 15 5 1 1 13 3 2
Sumber: Laporan Kesatuan Polrestabes Surabaya Tahun 2019

Dari tabel 3.2 dapat di lihat bahwa jumlah personel yang ditugaskan
di Unit PPA Polrestabes Surabaya menurut Daftar Susun Personel (DSP)
telah memenuhi standar, namun demikian, jumlah riil personel untuk unit
PPA pada faktanya tetap disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
fungsi dilapangan.

B. Sistem dan metode untuk membentuk karakter insan Bhayangkara


Personel PPA Polresta Surabaya belum optimal.
Aspek yang turut mempengaruhi karakter Personel Unit PPA yang
berkepribadian insan bhayangkara dalam rangka mewujudkan Polri yang
profesional ditentukan oleh perilaku terpuji setiap personel Unit PPA di
tengah masyarakat. Untuk mewujudkan sifat kepribadian tersebut, setiap
personel Unit PPA dalam menjalankan tugas dan kewenangannya harus
senantiasa terpanggil untuk menghayati dan menjiwai etika profesi
Kepolisian yang tercermin pada sikap dan perilakunya, sehingga
terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.
3

Tabel 3.3
Data Komplen terhadap Unit PPA Polrestabes Surabaya
DALAM
TAHUN JML DUMAS DITANGANI
PROSES
1 2017 11 7 -
2 2018 14 7 -
3 2019 15 9 -
Sumber Data : Polrestabes Surabaya Tahun 2019

Berdasarkan data tersebut diatas, yang menjadi penyebab


tingginya pengaduan DUMAS masih adanya anggapan masyarakat
bahwa ketika pelaksanaan tugas oleh pihak personel Unit PPA karena
masih adanya sikap dan perlakuan diskriminatif dalam melakukan
penyelidikan dan penyidikan, hal tersebut dikarenakan kurang
optimalnya pencegahan sikap diskriminatif dari personel Unit PPA
akibat kurangnya kemampuan personel dan metode dalam mencegah
sikap diskriminatif serta pelaksanaan tugas belum dilaksanakan secara
professional, yaitu belum mampu memberikan rasa aman, belum
memberikan manfaat, kurang dilaksanakan dengan tulus.
Dalam pelaksanaan perannya saat ini Unit PPA Polrestabes
Surabaya telah menjalankannya sesuai dengan kemampuan yang ada,
meskipun peningkatan yang diharapkan belum sepadan dengan
kebutuhan penegakan hukum yang professional dan humanis, hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaannya masih dihadapkan pada kurangnya
kesadaran dan pembinaan dalam upaya mewujudkan mindset dan
culture set sehingga belum tercapai sebagaimana yang diharapkan.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis untuk


mengkaji personel Polri dalam suatu organisasi Polri secara
keseluruhan untuk mengidentifikasi dan menguji berbagai faktor internal
berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness) serta faktor
eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) secara
sistematis untuk melakukan analisa situasi dalam pengambilan
keputusan upaya yang berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
upaya, dan kebijakan. Dengan menggunakan analisis SWOT,
ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :

A. Faktor Internal.
a. Kekuatan (Strenght).
1) Komitmen Pimpinan untuk merubah perilaku personel dengan
mengedepankan Humanisme, rasa keadilan, transparansi dan
akuntabilitasi dalam proses penyidikan.
2) Tribrata dan Catur Prasetya sebagai pedoman hidup dan
pedoman kerja personel Polri.
3) Adanya Lemdiklat reskrim untuk peningkatan kualitas
penyidik.
4) Kegiatan pembinaan rohani dan mental secara rutin
dilaksanakan
5) Sikap Polri yang mulai terbuka terhadap perkembangan
lingkungan strategis dan merespon tuntutan-tuntutan
masyarakat agar dalam proses penegakan hukum Polri lebih
profesional.

1
2

b. Kelemahan (Weakness).
1) Kurangnya sosialisasi, menyebabkan banyaknya personiel
Unit PPA khususnya penyidik tidak mengetahui tentang
Perkap No. 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.
2) Kurangnya penghayatan dan pengamalan personel Polri
terhadap Tri Brata dan Catur Prasetya, sebagai pedoman
moral dan pedoman Kerja serta peraturan Perundang-
undangan khususnya Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun
2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
3) Masih adanya perlakuan diskriminatif dalam pelayanan,
penyidikan atau penyelidikan kasus.
4) Program pelatihan revolusi mental yang dilaksanakan saat
ini belum efektif.
5) Masih lambannya perubahan mind set dan culture set yang
yang berdampak pada meningkatkan profesionalisme.

B. Faktor Eksternal.
a. Peluang (Opportunity).
1) Pemberitaan Media Massa dapat digunakan baik sebagai
motivator maupun sebagai sarana untuk mensosialisasi Kode
Etik Profesi Polri.
2) Perkembangan lingkungan strategis berdampak pada
peningkatan intelektual masyarakat.
3) Adanya sarana dan prasarana sebagai media keluhan
masyarakat yang transparansi.
4) Adanya harapan dan keinginan masyarakat agar Polri
mampu menjalankan tugas pokok dibidang penegakan hukum
secara profesional.
3

5) Pengawasan oleh Kompolnas, merupakan peluang bagi


perbaikan Polri atas adanya komplin dari masyarakat terhadap
perilaku menyimpang (Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri).
b. Ancaman (Threats).
1) Sikap stereotif masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Polri
2) Masih rendahnya pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan
hukum masyarakat tentang proses hukum / penyidikan oleh
Polri sehingga tidak jarang masyarakat yang justru
memberikan kesempatan kepada penyidik untuk “terpaksa”
melakukan Pelanggaran Kode Etik Profesi.
3) Masih adanya pandangan masyarakat terhadap Polri bahwa
ada intervensi dalam penegakan hukum.
4) Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat dalam hal
yang berkaitan dengan kegiatan Kepolisian termasuk dibidang
penegakan hukum.
5) Adanya keluhan / komplen dari masyarakat yang berlebihan
sehingga hal ini berpengaruh besar terhadap citra dan
profesionalisme Polri.
BAB V
KONDISI IDEAL

A. Karakter Personel Unit PPA Polrestabes Surabaya dalam


membentuk insan Bhayangkara sesuai harapan.
Optimalnya sikap dan perilaku sebagai karakter dari Unit PPA
dalam pelaksanaan tugas, hal ini tergambar sebagaimana yang
diharapkan, yang antara lain :
a. Meningkatnya kualitas perilaku dan sikap dalam mendukung tugas
operasional Kepolisian sehingga mendapatkan simpatik dari
masyarakat.
b. Meningkatnya rasa tangung jawab dari setiap personil PPA
sehingga profesionalisme Polri dapat tercapai.
c. Melaksanakan tata aturan yang telah ada (SOP), patuh terhadap
hukum, sehingga penyalahgunaan wewenang dapat diminimalisir

B. Sistem dan metode untuk membentuk karakter insan Bhayangkara


Personel PPA Polresta Surabaya optimal
Karakter insan bhayangkara merupakan kristalisasi nilai-nilai
sebagaimana perwujudan dari pengamalan Pancasila yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku Polri. Berbagai upaya telah dilakukan guna
memperbaiki citra Polri yang pada mulanya dinilai berkarakter militeristik
sehingga dalam bertindak selalu menekankan pendekatan kekuasaan
menjadi Polisi yang humanis dan dekat dengan masyarakat. Optimalisasi
karakter Unit PPA Polrestabes Surabaya guna terbentuknya insan
bhayangkara dalam rangka mewujudnya Porli yang profesional sudah
meningkat dan telah sesuai sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat
tergambarkan sebagai berikut:
a. Meningkatnya pemahaman personel dalam membangun mindset
dan culture set melalui kesadaran, perubahan mendasar yang

1
2

menyangkut kesadaran, cara berpikir, dan bertindak dalam


pelaksanaan tugas.
b. Optimalnya pelaksanaan pendidikan karakter berkeunggulan
sehingga berdampak pada tumbuhnya nilai-nilai kebhayangkaraan
pada setiap anggota.
c. Optimalnya profesionalisme Unit PPA sehingga pelanggaran /
penyalahgunaan wewenang dapat dicegah
BAB VI
PEMECAHAN MASALAHAN

A. U m u m.
Kehadiran Unit PPA dalam lingkungan Polri sebagai pelaksana
fungsi dan tugas dalam penyelidikan dan penyidikan kasus tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga dituntut agar meningkatkan integritas
moral dan profesionalisme demi keberhasilan pelaksanaan tugas.
Keberhasilan pelaksanaan tugas sangat ditentukan oleh kualitas
personel, sedangkan kualitas personel sangat ditentukan oleh etos kerja,
disiplin dan tekad untuk melakukan hal-hal yang terbaik.
Oleh sebab itu upaya pemecahan masalah merupakan suatu
langkah-langkah yang diambil dalam rumusan persoalan-persoalan
sehingga didapatkan upaya dari tindakan awal yang akan dilaksanakan
dalam pemecahan masalah. Dengan mengoptimalkan karakter personel
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) guna terbentuknya
Kepribadian Insan Bhayangkara menuju personel Polri Profesional dapat
berjalan sesuai harapan dengan upaya-upaya yang akan dilakukan.

B. Analisis Strategis.
a. Matrik EFAS.
NO FAKTOR EKSTERNAL Weight Rating Score
1. Kendala (Threats)
Sikap stereotif masyarakat 0.14 3 0.41
Masih rendahnya
pengetahuan, kesadaran dan 0.05 1 0.05
patuh hukum masyarakat
Pandangan masyarakat
terhadap Polri bahwa ada 0.14 3 0.41
intevensi dalam Gakkum.
Rendahnya tingkat
0.05 1 0.05
kepercayaan masyarakat
Keluhan / komplen dari
0.14 3 0.41
masyarakat yang berlebihan
JUMLAH 0.50 1.32

1
2

2. Peluang (Opportunity)
Pemberitaan Media Massa 0.09 6 0.51
Perkembangan lingkungan
0.13 9 1.16
strategis
Sarana prasarana sebagai
media keluhan yang 0.11 8 0.91
transparansi.
Harapan dan keinginan
0.09 6 0.51
masyarakat
Pengawasan oleh kompolnas 0.09 6 0.51
JUMLAH 0.50 3.61
TOTAL 1.00 4.93

b. Matrik IFAS.
N
FAKTOR INTERNAL Weight Rating Score
O
1. Kelemahan (Weaknesses)
Kurang sosialisasi KEPP 0.08 3 0.24
Kurangnya penghayatan dan
pengamalan Tri Brata & Catur 0.11 4 0.42
Prasetya,
Perlakuan disktiminatif 0.08 3 0.24
Program pelatihan revolusi
0.11 4 0.42
mental blm efektif
Lambannya perubahan mind set
0.13 5 0.66
dan culture set
JUMLAH 0.50 1.97

2. Kekuatan (Strength)
Komitmen Pimpinan untuk
0.08 6 0.50
merubah perilaku penyidik
Tribrata dan Catur Prasetya
0.08 6 0.50
sbg pedoman hidup
Adanya lembaga pendidikan
0.10 7 0.68
Polri Pusdik Reskrim
Kegiatan Binroh rutin
0.11 8 0.89
dilaksanakan
Sikap Polri yg terbuka dan
merespon tuntutan masyarakat 0.13 9 1.13
profesional
JUMLAH 0.50 3.69
TOTAL 1.00 5.67
3

c. Matrik SFAS.
JANGKA WAKTU
N
STRATEGIK KUNCI Weight Rating Score KAD KAD KAJ
O
EK ANG ANG
1. Kegiatan Binroh rutin dilaksanakan 0.15 8 1.19 1.19
Sikap Polri yg terbuka dan merespon
2. 0.15 8 1.19 1.19
tuntutan masyarakat profesional
Kurangnya penghayatan dan
3. pengamalan Tri Brata & Catur 0.07 4 0.30 0.30
Prasetya,
Program pelatihan revolusi mental
4. 0.07 4 0.30 0.30
blm efektif
Lambannya perubahan mind set dan
5. 0.09 5 0.46 0.46
culture set
6. Perkembangan lingkungan strategis 0.16 9 1.43 1.43
Sarana prasarana sebagai media
7. 0.13 7 0.91 0.91
keluhan yang transparansi
8. Sikap stereotif masyarakat 0.06 3 0.19 0.19
Pandangan masyarakat terhadap Polri
9. 0.06 3 0.17 0.17
bahwa ada intevensi dalam Gakkum
Keluhan / komplen dari masyarakat
10. 0.06 3 0.17 0.17
yang berlebihan
1.00 6.29

Keterangan :
Proses pentahapan strategi dilakukan dengan cara: nilai terbesar
dikurangi nilai terkecil, 1.43 – 0.17 = 1.26 : 3 = 0.42
1. Jangka Pendek : 0.17 + 0.42 = 0.59 dgn space : 0.17 s/d 0.59
2. Jangka Menengah : 0.59 + 0.42 = 1.01 dgn space : 0.59 s/d 1.01
3. Jangka Panjang : 1.01 + 0.42 = 1.43 dgn space : .01 0s/d 1.43

d. Posisi Organisasi
Dari hasil analisis dapat diketahui total skor bobot IFAS (5.67)
dan EFAS (4.93), maka dihasilkan posisi Polri yang berada pada
posisi Optimalisas.
4

O
E
- Pemberdayaan 9 F - Pemanfaatan
A - Akselerasi
8
S
Turn Agresif
Around 7

6
567
W 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9
S
4,60
4 Posisi Organisasi Polri

Defensif 3
Diversifikasi
2
- Aktualisasi - Optimalisasi
- Implementasi 1
- Revitalisasi
T
Berdasarkan gambar Posisi Organisasi Polri, maka dapat dilihat
bahwa Polri berada pada posisi Diversifikasi. Untuk itu Upaya yang
diterapkan dalam pemecahan masalahnya terkait judul penulisan NKP
ini adalah Optimalisasi.

C. Upaya (Ide dan Gagasan Baru)


Berdasarkan hasil analisis dari IFAS, EFAS dan SFAS tersebut di
atas, maka dapat dihasilkan upaya pemecahan masalah terkait
optimalisasi peran Unit PPA yang profesional dan berintegritas guna
terwujudnya kepribadian insan bhayangkara menuju polri yang promoter,
adalah sebagai berikut :

a. Upaya Jangka Pendek (0-3 bulan).


1. Optimalkan sikap penghayatan dan pengamalan Tri
Brata & Catur Prasetya,
5

2. Tingkatkan Program pelatihan revolusi mental sehingga


terbentuknya kepribadian yang Tangguh dan memaknai
sungguh-sungguh nilai-nilai Pancasila untuk bekerja dengan
tulus dan ikhlas.
3. Meningkatkan kredibilitas Polri sesuai dengan keinginan
dan harapan masyarakat dengan mengubah paradigma lama
menuju paradigma baru Polri berupa mind set dan culture
set dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
4. Meningkatkan kredibilitas Polri sesuai dengan keinginan
dan harapan masyarakat dengan mengubah paradigma lama
menuju paradigma baru Polri berupa mind set dan culture
set dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
5. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berperan serta
secara aktif dalam memberantas tindak pidana.
6. Membangun kemitraan dengan masyarakat guna
menjalin kerjasama (partnership building) sehingga dengan
adanya dukungan dari masyarakat akan meminimalisir
keluhan / komplen yang dilebih-lebihkan.

b. Upaya Jangka Sedang (0-6 bulan).


Optimalkan sarana prasarana yang diberikan sebagai media
penunjang pembinaan dan pendidikan guna melaksanakan upaya
pembentukan karakter Polri yang disiplin dan bertanggung jawab
sehingga terbentuk karakter insan bhayangkara yang melekat pada
setiap personel.

c. Upaya Jangka Panjang (0-12 bulan).


1) Meningkatkan pelaksanaan pembinaan rohani dan mental
(birohtal) sebagai wadah untuk membentuk karakter Unit PPA
supaya menjadi lebih humanis, sehingga citra Kepolisian di
mata masyarakat dipandang lebih baik.
6

2) Meningkatkan pola interiaksi yang harmonis antara


Personel PPA dan masyarakat dengan didukung
profesionalisme dalam bentuk tampilan keseharian yang
mengimplementasikan sikap dan perilaku ramah, sopan dan
santun dan menghidari penggunaan kekuatan.
3) Memahami kultur / budaya sekitar untuk memperdalam
karakteritik pribadi.

D. Optimalisasi Karakter Unit PPA Polrestabes Surabaya.


Upaya yang dilakukan sebagai berikut :
1) Membangun culture set dan mind set Kepolisian dengan melakukan
Internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata, Catur
Prasetya dan Kode Etik Polri kepada seluruh anggota khususnya
kepada personel Unit PPA Polrestabes Surabaya.
2) Membuat MoU (Memorandum of Understanding) dengan lembaga
pendidikan maupun dengan Tokoh-tokoh agama dalam membangun
dan meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan spriritual juga kecerdasan sosial, membangun karakter
kebhayangkaraan kepada seluruh personel khususnya Unit PPA
Polrestabes Surabaya.
3) Melaksanakan pembinaan mental secara komprehensif dan
berkesinambungan guna memacu motivasi kerja dan untuk
membentuk mental yang kuat dan pencerahan akan spiritual
sehingga mampu menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.

E. Sistem dan metode untuk membentuk karakter Insan Bhayangkara


Personel Unit PPA Polrestabes Surabaya.
Upaya yang dilakukan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kompetensi dan pengetahuan personel, yang
dilakukan dengan menginventarisir tingkat pendidikan personel
7

yang ditugaskan pada unit PPA serta meningkatkan keterampilan


personel serta mewujudkan profesionalisme personel melalui
pembenahan sikap personel dengan memberikan arahan dan
pembinaan yang konsisten kepada personel dalam pelaksanaan
tugasnya.
2) Menekankan kepada seluruh anggota untuk menyadari tugasnya
masing-masing sehingga tidak ada salah satu fungsi yang merasa
hebat, sehingga pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan suatu
perkara dapat dilakukan dengan baik secara bersama-sama sesuai
bidang tugasnya.
3) Meningkatkan kedisiplinan dan karakter untuk dapat mengendalikan
diri, menumbuhkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib
atau nilai tertentu dan menciptakan budaya kerja yang
mencerminkan Polri sebagai insan bahayangkara.
BAB VI
PENUTUPAN

Unit PPA merupakan salah satu institusi yang bertanggung jawab


atas tegaknya hukum, Unit PPA dituntut peran sertanya dalam
mendukung terwujudnya perlindungan serta penanggulangan tindak
pidana kekerasan terhadap anak dan perempuan, oleh sebab itu
pemerintah telah mengesahkan UU No. 16 Tahun 2016 tentang
perubahan 7 atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan Anak dan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sehingga Unit PPA Polrestabes
Surabaya dituntut mampu membantu proses penyelesaian dan
penanggulangan terhadap tindak pidana kekerasan terhadap anak dan
perempuan.

A. Kesimpulan.
a. Pembentukan karakter sebagai insan bhayangkara pada personel
unit PPA Polresta Surabaya saat ini belum optimal dan masih perlu
ditingkatkan dengan cara melaksanakan revolusi mental bagi
seluruh personel serta meningkatkan pembinaan baik rohani
maupun mental disiplin secara optimal.
b. Sistem dan metode untuk mengoptimalkan karakter Unit PPA
Polresta Surabaya sebagai insan bhayangkara yang professional
saat ini masih perlu ditingkatkan dengan cara memberdayakan
sarana prasarana atau instansi terkait untuk menyelenggarakan
Pendidikan karakter berkeunggulan dan melaksanakan analisa dan
evaluasi kedisiplinan personel secara optimal, juga keterampilan
serta perilaku dengan sikap penghayatan dan pengamalan Tri Brata
& Catur Prasetya dengan cara mensosialisasikan secara terus
menerus eksistensi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

1
2

B. Saran.

a. Melaksanakan kegiatan berupa seminar dengan tema nilai-nilai


kebhayangkaraan sehingga mampu mengoptimalkan integritas
personel Polrestabes Surabaya khususnya Unit PPA
b. Bekerjasama dengan Lembaga Independen dan membuat MoU
untuk Bersama-sama mengawasi dalam meningkatkan
profesionalisme personel Unit PPA sehingga melalui pengawasan
tersebut dapat mengoptimalkan karakter yang menjadi integritas
personel.
3
DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, Prof,Dr, Mpd dalam bukunya Kurikulum Berbasis Kompetensi


yang diterbitkan oleh PT. Remaja Rosda Karya;2009

Freddy Rangkuti, 2001:14, Analisis SWOT.

_ , Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana (KUHP);

_ , Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);

_ , Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia;

_ , Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen


Penyidikan Tindak Pidana;

_ , Peraturan Kapolri No. 23 Thn 2010, Tentang Susunan


Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Polres dan Polsek;
DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai