Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

DOSEN PENGAMPU : Dr. Rosalina Br. Ginting M.Si

Kelompok 7:
1. Baharudin Alamsyah (1B) 22670044
2. Raka Zhafran Afif (1B) 22670072
3. Rizky Maryam Shinta Mutiara (1B) 22670074
4. Nabila Sabiel (1B) 22670076
5. Dalil Adi Laksono (1D) 22670103
6. Saeful Diyan (1D) 22670115
7. Allawy Umar Maula (1E) 22670139
8. Rehan Angger Pradata (1E) 22670148

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pancasila sebagai etika politik” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Rosalina Br. Ginting M.Si
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, tugas yang telah di berikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaimana rasa
keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata
bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk makalah ini
dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada
makalah berikutnya.

Semarang, 11 Oktober 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 1

2. Rumusan Masalah2

3. Tujuan Penulisan 2

4. Manfaat Penulisan2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 3

1. Pancasila 3

2. Sistem 4

3. Etika 5

BAB III PEMBAHASAN 7

1. Pancasila Sebagai Etika Politik 7

2. Penerapan Etika Dalam Kehidupan Kekaryaan, Kemasyarakatan, dan


Kenegaraan 8

3. Evaluasi Kritis Terhadap Penerapan Etika 10

BAB IV PENUTUP 11

1. Kesimpulan 11

2. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa
dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika
politikIndonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan
kesadaranrelational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika
nilai-nilai pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih
berkembang ketikanilai dan moral pancasila itu dapat di breakdown kedalam norma-
norma yang di berlakukan di Indonesia. Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat
pada hakikatnyamerupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala
penjabaran dari norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan
lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis,mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh)
dan sistem pemikira inimerupakan suatu nilai.
Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis
melainkansuatu nilai yan bersifat mendasar.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakansuatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang
berkaitan dengantingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Kemudian yangke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-
undangan yang berlaku diIndonesia. Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber
dari segala hukum diIndonesia, pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur
yang terwujud dalamkehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk
negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa
materialis).
Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus
dijabarkanlebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika politik?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai, norma dan moral?
3. Apa yang dimaksud dengan legitimasi kekuasaan?
4. Apa yang dimaksud dengan legitimasi moral dan kekuasaan?

III. Tujuan Penulisan


Setelah melaksanakan Diskusi terkait tema Pancasila sebagai etika politik ini,
seluruh kelompok mahasiswa yang telah dibentuk diwajibkan membuat laporan dari
hasil pelaksanaan Diskusi tersebut.

Adapun tujuan penulisan laporan ini antara lain:

1. Sebagai tanda bukti nyata telah melaksanakan Diskusi tugas yang telah diberikan.
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan untuk Mahasiswa pada umumnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Tengah Semester.
4. Untuk melatih kemampuan siswa dalam menulis laporan secara ilmiah.
5. Memberikan alternatif pemecahan masalah kejuruan dengan lebih luas dan
mendalam

IV. Manfaat Penulisan


1. Kita dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Pancasila,
2. Agar para mahasiswa dapat mengetahui peranan Pancasila dalam bernegara,
3. Kita akan mengetahui pengaruh-pengaruh Pancasila dalam etika politik.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

I. Pancasila
Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno Pancasila adalah kekokohan
masyarakat Indonesia dari nenek moyang turun kepada anak cucu lamanya tertanam
gagu oleh kultur barat. Dengan begitu, Pancasila bukan hanya menjadi prinsip
negara, akan tetapi menjadi pemikiran bagi bangsa Indonesia.
Sedangkan Muhammad Yamin menyebutkan Pancasila bersumber dari kata
“Panca” yang berarti lima sedangkan “Sila” yang berarti dasar, dominasi perilaku
yang fundamental dan benar. Dengan begitu Pancasila ialah lima dasar yang
menyimpan panduan serta pengaturan mengenai budi pekerti yang fundamental dan
benar.
Berbeda dengan Notonegoro menuturkan Pancasila ialah dasar pemikiran
negeri Indonesia, oleh sebab itu dapat disebutkan bahwa Pancasila ialah dasar
pemikiran serta ajaran negara yang dijadikan tumpuan dapat membentuk pendirian
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar negara, karakter negara, perhimpunan dan
kepaduan.
Dari pernyataan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa
Pancasila adalah pengantar falsafah bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila sebagai
pedoman kaidah petunjuk perilaku yang baik dan pemersatu pengetahuan hidup
bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila sebagai sistem etika harus dipatuhi oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila :
1. Nilai Dasar yaitu nilai yang berkarakter transendental serta tidak
mampu di cermati oleh pemahaman manusia, tetapi pada kesaksiannya nilai
berurusan dengan perilaku manusia.
2. Nilai Instrumen yaitu nilai yang sebagai panduan perwujudan dari nilai
dasar. Isinya belum bisa kasat mata sepenuhnya apabila tidak bisa
menyusun serta mengukur atau kedudukan yang jelas.
3. Nilai Praktis, ialah penjelasan nilai sebelumnya dalam gerakan
yang lebih berwujud maka begitu nilai ini ialah perwujudan secara kasat
mata dari nilai sebelumnya.
Etika Pancasila merupakan cabang ilmu filsafat yang diuraikan menurut nilai
sila Pancasila untuk mengelola budi pekerti kehidupan perilaku bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Menurut Dwi Yanto (2017) nilai sila
Pancasila dalam dasarnya bukanlah merupakan suatu panduan pribadi yang
berkepribadian berpegang teguh pada norma ataupun pragmatis tetapi merupakan
suatu sistem nilai etika yang wajib dibariskan seterusnya dalam norma etika, moral,
dan hukum dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
II. Sistem
Sistem merupakan makna kepaduan yang mencakup materi serta benda yang
dipertemukan untuk memudahkan aliran berita dan elemen untuk sampai suatu
tujuan. Sistem nilai pada Pancasila merupakan suatu kepaduan nilai yang terdapat
pada Pancasila yang silih bertautan antara yang lainnya, tidak dapat dibedakan
ataupun dibedakan tempat lantaran saling bertautan antara yang lainnya. Nilai yang
akan dijelaskan ialah :
Pertama, Nilai Ketuhanan:

Suatu perilaku dapat dinilai baik jika tidak berbenturan dengan kaidah, nilai
serta hukum Pencipta. Pikiran begitu secara pragmatis mampu secara kebenaran
bahwa setiap perilaku yang meninggalkan kaidah, nilai, serta aturan Tuhan,
apapun kaitannya dengan koneksi kasih sayang antarsesama, maka membuat
masalah muncul serta terjadinya pertengkaran. Dari nilai inilah dapat disimpulkan
yaitu agamis, toleransi, ketaatan, serta spiritualitas.

Kedua, Nilai Kemanusiaan:

Suatu perilaku dinilai benar jika serasi sesuai nilai humanism. Asas
pokok pada nilai manusiawi Pancasila merupakan kesamarataan serta
ketatasusilaan. Karena itu, suatu perilaku dinilai baik jika serasi dengan nilai
manusiawi yang didasarkan pada konsep kesamarataan dan ketatasusilaan. Dari
nilai manusiawi tersebut dapat melaksanakan kemanusiawian misalnya kerja
sama, saling tolong menolong, dan penghargaan.

Ketiga, Nilai Persatuan:


Suatu perilaku dinilai benar jika mampu mempertahankan perhimpunan
serta kepaduan. Sikap mementingkan diri dan egoisme ini lah contoh perilaku
yang tidak baik. Dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari. Akan tetapi apabila
perilaku tersebut dapat membelah perhimpunan serta kepaduan maka berdasarkan
pengetahuan etika Pancasila ini merupakan perilaku tidak baik. Nilai persatuan
menggambarkan rela berkorban, bangga terhadap negara, serta kepentingan
keselamatan.
Keempat, Nilai Kerakyatan:
Berhubungan dengan kedaulatan dan tercantum nilai lain yakni nilai
hikmat atau kebijaksanaan serta permusyawaratan. Pengkajian yang sangat baik
contohnya dalam kejadian penghilangan tujuh kata dalam sila pertama Piagam
Jakarta. Dari nilai kerakyatan ini menggambarkan nilai mengutamakan
kepentingan bersama serta adanya kesejajaran.
Kelima, Nilai Keadilan:
Sila ini lebih mengarah dalam kedudukan sosial. Sesuatu perilaku
dapat dinilai baik jika serasi dengan asas-asas kesamarataan warga negara.
Keadilan mengumpamakan sesama sebagai kolega yang benar dan kesamarataan
dengan orang lain. Dapat digambarkan perilaku yang luhur memperlihatkan
sikap serta kekeluargaan dan gotong royong.
Melihat nilai sila yang tercantum pada Pancasila diatas, dengan demikian
Pancasila menjadi sistem etika yang sangat teguh pendirian, karena nilai yang ada
bersifat keabsahan, realistsis dan penerapan. Nilai-nilai Pancasila ialah nilai yang
seharusnya tertanam pada cita-cita dan tujuan warga negara Indonesia yang wajib
diraih dalam asas kehidupan. Nilai-nilai Pancasila jika betul-betul dipelajari, dihayati
dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, maka mampu menurunkan angka kasus
korupsi.

III. Etika
Etika sendiri dilihat dari etimologi bahasanya yaitu bersumber dari kata
“ethos” berasal dari Bahasa Yunani dimana memiliki arti adat, karakter ataupun
kepribadian. Etika ialah bidang yang menuturkan tentang bagaimana dan mengapa
kita menerapkan suatu ajaran tertentu (bisa jadi terhadap norma-norma) serta
bagaimana masyarakat berprilaku serta melaksanakan kewajiban dengan beragam
ajaran moral.
Sejalan dengan pemikiran Rafsel Tas’adi (2016) bahwa Etika ialah
personalitas perseorangan. Dalam hal ini dapat diambil makna bahwa orang yang
beretika merupakan orang yang memilki kepribadian baik dan memiliki kesadaran
manusia sebagai pribadi yang beretika.
Menurut Maidiantius Tanyid (2014), Etika pada hakikatnya meninjau
asas moral secara kritis, pada pengertian lain etika mengandung arti sebuah cabang
ilmu yang melibatkan perilaku manusia dalam kolerasinya dengan yang benar dan
salah.
Selain itu, Aristoteles mengatakan istilah “ethica” yang mendapatkan dua
arti yakni etika meliputi kesanggupan dan gabungan patokan, dimana dalam bahasa
Latin dikenal dengan istilah Mores yang artinya sopan santun/bersikap, perilaku
(lahir, perilaku), kemudian Mores menggambarkan bahwa etika merupakan
Moralitas yang mempunyai arti kesediaan jiwa akan kesusilaan. Kedua arti etika itu
ialah sebagai berikut :
a. Etika Umum digunakan untuk memperlihatkan asas-asas yang
Berdasar untuk setiap warga negara.
b. Etika Khusus disini mempelajari asas-asas yang pada dalamnya
terdapat hubungan dan beragam aspek aktivitas manusia, baik sebagai
perseorangan maupun kelompok.
Menurut Emmi Kholilah Harahap (2018), Etika baru saja menjadi bidang
bila kesempatan bermoral yaitu prinsip dan nilai tentang yang dianggap benar serta
salah yang masuk baru saja dalam diri manusia dan sering kali tanpa diketahui oleh
manusia telah menjadi acuan pemikiran bagi suatu penelitian terstruktur dan lengkap.
Pemaparan Pancasila sebagai sistem etika.
Menurut Sri Soeprapto (2013), Etika Pancasila ialah Etika keunggulan
yang tersusun dari nilai, asas, dan keutamaan budi pekerti bagi warga negara. Nilai
sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan, serta keadilan terwujud oleh
pembelajaran dari keterangan sepanjang sejarah kebangsaan Indonesia yang Panjang
ini.
BAB III
PEMBAHASAN

I. PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


A. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir.
Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata
etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: Mos
(bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.

Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-norma moral yang
baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya
dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu
apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.

B. Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota
atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti
warga negara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang berarti pemerintahan Negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
alokasi dari sumber-sumber yang ada. Untuk bisa berperan aktif melaksanakan
kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan
digunakan baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik
yang mungkin timbul dalam proses itu.
C. Pengertian Etika Politik
Secara substantive pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait
erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian ‘moral’ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban
lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun Negara, etika
politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seorang yang baik
secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk
dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika harus senantiasa
mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia
(Suseno, 1987:15). Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika
politik seperti :
1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan negara,
2. Kebebasan berfikir dan beragama,
3. Pembagian kekuasaan,
4. Kedaulatan rakyat,
5. Negara hukum demokratis/republikan,
6. Hak-hak asasi manusia,
7. Keadilan sosial

II. PENERAPAN ETIKA DALAM KEHIDUPAN KEKARYAAN,


KEMASYARAKATAN, DAN KENEGARAAN
Etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang
untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana
Syafiie, 1993). Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar
pembanaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Selanjutnya etika dalam kehidupan kekaryaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan
dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1.) Tolak ukur


Sarana tolak ukur menilai baik buruknya suatu produk hukum yang
dibuat oleh lembaga pembuat UU ialah nilai Pancasila sendiri.
Lembaga yang ditugasi untuk mengadakan evaluasi atau pengontrolan
Mahkamah Agung ditingkat perundang-undangan, Komisi Konstitusi
di tingkat UUD. Aspek kehidupan bernegara mencakup banyak hal,
baik bidang ideologi politik, ekonomi, sosial budaya maupun
pertahanan keamanan

2.) Moral negara


Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara mengamanatkan bahwa
moral Pancasila juga menjadi moral negara, artinya negara tunduk
pada moral, negara wajib megamalkan moral Pancasila. Sebagai moral
negara, Pancasila mengandung kewajiban-kewajiban moral bagi
negara Indonesia, yaitu antara lain :
Sila Pertama
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Negara menjamin
kemerdeekaan tiap penduduk untuk pemeluk dan beribadah sesuai
dengan iman agama maing-masing. Menjadi politis negara yaitu
mengayomi, membimbing, dan mengantar warganya menuju
kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang dicita-citakan (alenia
IV Pembukaan UUD 1945).
Sila Kedua
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Negara wajib
menjamin semua warga negara secara adil dengan membuat UU
yang tepat dan melaksanakannya dengan baik
Sila Ketiga
Sila Persatuan Indonesia, Negara harus tetap menjunjung
tinggi asas Bhineka Tunggal Ika. Menolak faham primordialisme
(sukuisme,daeraisme,separatisme).
Sila Keempat
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan / Perwakilan, Mengakui dan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
Sila Kelima
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Bahwa
setiap warga Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang
hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

III. EVALUASI KRITIS TERHADAP PENERAPAN ETIKA


Memberi evaluasi terdapat etika dalam kaitannya dengan nilai dan norma
yang sesuai yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan etika Practical. Maka
penjelasan dari etika deskriftif, etika normatif dan etika practical dibawah ini.
Etika Deskriptif adalah suatu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidupnya. Dalam etika ini membicarakan mengenai penghayatan nilai,
tanpa menilai, dalam suatu masyarakat tentang sikap orang dalam menghadapi
hidup dan tentang kondisi-kondisi yang mungkin manusia bertindak secara etis.
Etika Normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dan tindakan apa yang
seharusnya diambil. Dalam etika ini terkandung norma-norma yang menuntun
tingkah laku manusia serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia
untuk bertindak sebagaimana yang ada dalam norma-norma. Sesuai dengan pola
pendekatan etika kritis dan rasionel, etika menuntun orang untuk mengambil sikap
dalam hidup.
Etika Practical adalah suatu etika yang sadar pada saat memperlakukan etika
supaya sesuai dengan status dan kemampuan manusia dalam menyikapinya.
Dengan etika deskriptif, manusia disodori fakta sebagai dasar mengambil putusan
tentang sikap dan perilaku yang akan diambil, sedangkan etika normatif manusia
diberi norma sebagai alat penilai atau dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan dan etika practical lebih kepada manusia untuk melakukan tindakatan
agar sesuai dengan tujuan atau yang di inginkan.
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut, bahwa pancasila
adalah dasar negara yang menjadi tolak ukur pemikiran bangsa Indonesia yang
mengandungnilai-nilai yang universal dan terkristalisasi dalam sila-silanya, yang
dikembangkan dan berkembang dalam diri pribadi manusia sesuai dengan
kodratnya, sebagai makhluk pribadi dan sosial. Didalam tubuh pancasila telah
terukir berbagai aspek pemikiran bangsa yang mengandung asas moralitas, sosial,
politik, agama, kemusyawaratan, persatuan dan kesatuan. Seluruh aspek tersebut
senafas, sejiwa, merupakan suatu totalitas saling hidup menjiwai, diliputi dan
dijiwai satu sama lain.
II. Saran

III. Pancasila hendaknya


disosialisasikansecara
mendalam sehingga
dalam
IV. kehidupanberbangsa,
bernegara dan
bermasyarakat
sertaberpolitik dalam
berbagai
V. segi kegiatan dapat
terwujud dengan baik
dan lancar. Untuk
Mewujudkan
masyarakat
VI. yang adil dan
makmur, pemerintah
selaku pemegang
amanat rakyat dan
VII. penyelenggara Negara
harus mentaati
peraturan yang telah
ditetapkan, karena
VIII. kekuatan politik suatu
negara ditentukan
oleh kondisi
pemerintah yang
absolut,
IX. pemerintah yang
didukung penuh oleh
rakyat, karena
kedaulatan tertinggi
berada di
X. tangan dan rakyat
merupakan bagian
terpenting dari
terbentuknya suatu
negara
XI. Pancasila hendaknya
disosialisasikansecara
mendalam sehingga
dalam
XII. kehidupanberbangsa,
bernegara dan
bermasyarakat
sertaberpolitik dalam
berbagai
XIII. segi kegiatan dapat
terwujud dengan baik
dan lancar. Untuk
Mewujudkan
masyarakat
XIV. yang adil dan
makmur, pemerintah
selaku pemegang
amanat rakyat dan
XV. penyelenggara Negara
harus mentaati
peraturan yang telah
ditetapkan, karena
XVI. kekuatan politik suatu
negara ditentukan
oleh kondisi
pemerintah yang
absolut,
XVII. pemerintah yang
didukung penuh oleh
rakyat, karena
kedaulatan tertinggi
berada di
XVIII. tangan dan rakyat
merupakan bagian
terpenting dari
terbentuknya suatu
negara
XIX. Pancasila hendaknya
disosialisasikansecara
mendalam sehingga
dalam
XX. kehidupanberbangsa,
bernegara dan
bermasyarakat
sertaberpolitik dalam
berbagai
XXI. segi kegiatan dapat
terwujud dengan baik
dan lancar. Untuk
Mewujudkan
masyarakat
XXII. yang adil dan
makmur, pemerintah
selaku pemegang
amanat rakyat dan
XXIII. penyelenggara Negara
harus mentaati
peraturan yang telah
ditetapkan, karena
XXIV. kekuatan politik suatu
negara ditentukan
oleh kondisi
pemerintah yang
absolut,
XXV. pemerintah yang
didukung penuh oleh
rakyat, karena
kedaulatan tertinggi
berada di
XXVI. tangan dan rakyat
merupakan bagian
terpenting dari
terbentuknya suatu
negara
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sertaberpolitik dalam
berbagaisegi kegiatan dapat terwujud dengan baik dan lancar. Untuk Mewujudkan
masyarakatyang adil dan makmur, pemerintah selaku pemegang amanat
rakyat danpenyelenggara Negara harus mentaati peraturan yang telah
ditetapkan, karenakekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut,pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat, karena
kedaulatan tertinggi berada ditangan dan rakyat merupakan bagian terpenting dari
terbentuknya suatu negara
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2016, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo,
2012), h

K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 22


Pureklolon, Thomas Tokan. 2020. Pancasila Sebagai Etika Politik dan
Hukum Negara Indonesia. Law Review Volume XX, No. 1 – Juli 2020

Yanto, Dwi. 2017. Etika Politik Pancasila. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan Volume 15 No.27 April 2017

Anda mungkin juga menyukai