PENDIDIKAN PANCASILA
Kelompok 7:
1. Baharudin Alamsyah (1B) 22670044
2. Raka Zhafran Afif (1B) 22670072
3. Rizky Maryam Shinta Mutiara (1B) 22670074
4. Nabila Sabiel (1B) 22670076
5. Dalil Adi Laksono (1D) 22670103
6. Saeful Diyan (1D) 22670115
7. Allawy Umar Maula (1E) 22670139
8. Rehan Angger Pradata (1E) 22670148
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pancasila sebagai etika politik” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Rosalina Br. Ginting M.Si
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, tugas yang telah di berikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaimana rasa
keadilan sebagai cita-cita dalam penegakan hukum.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah2
3. Tujuan Penulisan 2
4. Manfaat Penulisan2
1. Pancasila 3
2. Sistem 4
3. Etika 5
BAB IV PENUTUP 11
1. Kesimpulan 11
2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan berbangsa
dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika
politikIndonesia tertanam dalam jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan
kesadaranrelational akan tumbuh subur bagi warga masyarakat Indonesia ketika
nilai-nilai pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan lebih
berkembang ketikanilai dan moral pancasila itu dapat di breakdown kedalam norma-
norma yang di berlakukan di Indonesia. Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat
pada hakikatnyamerupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala
penjabaran dari norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan
lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis,mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh)
dan sistem pemikira inimerupakan suatu nilai.
Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis
melainkansuatu nilai yan bersifat mendasar.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakansuatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang
berkaitan dengantingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Kemudian yangke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-
undangan yang berlaku diIndonesia. Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber
dari segala hukum diIndonesia, pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur
yang terwujud dalamkehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk
negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa
materialis).
Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus
dijabarkanlebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika politik?
2. Apa yang dimaksud dengan nilai, norma dan moral?
3. Apa yang dimaksud dengan legitimasi kekuasaan?
4. Apa yang dimaksud dengan legitimasi moral dan kekuasaan?
1. Sebagai tanda bukti nyata telah melaksanakan Diskusi tugas yang telah diberikan.
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan untuk Mahasiswa pada umumnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Tengah Semester.
4. Untuk melatih kemampuan siswa dalam menulis laporan secara ilmiah.
5. Memberikan alternatif pemecahan masalah kejuruan dengan lebih luas dan
mendalam
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I. Pancasila
Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno Pancasila adalah kekokohan
masyarakat Indonesia dari nenek moyang turun kepada anak cucu lamanya tertanam
gagu oleh kultur barat. Dengan begitu, Pancasila bukan hanya menjadi prinsip
negara, akan tetapi menjadi pemikiran bagi bangsa Indonesia.
Sedangkan Muhammad Yamin menyebutkan Pancasila bersumber dari kata
“Panca” yang berarti lima sedangkan “Sila” yang berarti dasar, dominasi perilaku
yang fundamental dan benar. Dengan begitu Pancasila ialah lima dasar yang
menyimpan panduan serta pengaturan mengenai budi pekerti yang fundamental dan
benar.
Berbeda dengan Notonegoro menuturkan Pancasila ialah dasar pemikiran
negeri Indonesia, oleh sebab itu dapat disebutkan bahwa Pancasila ialah dasar
pemikiran serta ajaran negara yang dijadikan tumpuan dapat membentuk pendirian
hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar negara, karakter negara, perhimpunan dan
kepaduan.
Dari pernyataan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa
Pancasila adalah pengantar falsafah bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila sebagai
pedoman kaidah petunjuk perilaku yang baik dan pemersatu pengetahuan hidup
bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila sebagai sistem etika harus dipatuhi oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila :
1. Nilai Dasar yaitu nilai yang berkarakter transendental serta tidak
mampu di cermati oleh pemahaman manusia, tetapi pada kesaksiannya nilai
berurusan dengan perilaku manusia.
2. Nilai Instrumen yaitu nilai yang sebagai panduan perwujudan dari nilai
dasar. Isinya belum bisa kasat mata sepenuhnya apabila tidak bisa
menyusun serta mengukur atau kedudukan yang jelas.
3. Nilai Praktis, ialah penjelasan nilai sebelumnya dalam gerakan
yang lebih berwujud maka begitu nilai ini ialah perwujudan secara kasat
mata dari nilai sebelumnya.
Etika Pancasila merupakan cabang ilmu filsafat yang diuraikan menurut nilai
sila Pancasila untuk mengelola budi pekerti kehidupan perilaku bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Menurut Dwi Yanto (2017) nilai sila
Pancasila dalam dasarnya bukanlah merupakan suatu panduan pribadi yang
berkepribadian berpegang teguh pada norma ataupun pragmatis tetapi merupakan
suatu sistem nilai etika yang wajib dibariskan seterusnya dalam norma etika, moral,
dan hukum dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
II. Sistem
Sistem merupakan makna kepaduan yang mencakup materi serta benda yang
dipertemukan untuk memudahkan aliran berita dan elemen untuk sampai suatu
tujuan. Sistem nilai pada Pancasila merupakan suatu kepaduan nilai yang terdapat
pada Pancasila yang silih bertautan antara yang lainnya, tidak dapat dibedakan
ataupun dibedakan tempat lantaran saling bertautan antara yang lainnya. Nilai yang
akan dijelaskan ialah :
Pertama, Nilai Ketuhanan:
Suatu perilaku dapat dinilai baik jika tidak berbenturan dengan kaidah, nilai
serta hukum Pencipta. Pikiran begitu secara pragmatis mampu secara kebenaran
bahwa setiap perilaku yang meninggalkan kaidah, nilai, serta aturan Tuhan,
apapun kaitannya dengan koneksi kasih sayang antarsesama, maka membuat
masalah muncul serta terjadinya pertengkaran. Dari nilai inilah dapat disimpulkan
yaitu agamis, toleransi, ketaatan, serta spiritualitas.
Suatu perilaku dinilai benar jika serasi sesuai nilai humanism. Asas
pokok pada nilai manusiawi Pancasila merupakan kesamarataan serta
ketatasusilaan. Karena itu, suatu perilaku dinilai baik jika serasi dengan nilai
manusiawi yang didasarkan pada konsep kesamarataan dan ketatasusilaan. Dari
nilai manusiawi tersebut dapat melaksanakan kemanusiawian misalnya kerja
sama, saling tolong menolong, dan penghargaan.
III. Etika
Etika sendiri dilihat dari etimologi bahasanya yaitu bersumber dari kata
“ethos” berasal dari Bahasa Yunani dimana memiliki arti adat, karakter ataupun
kepribadian. Etika ialah bidang yang menuturkan tentang bagaimana dan mengapa
kita menerapkan suatu ajaran tertentu (bisa jadi terhadap norma-norma) serta
bagaimana masyarakat berprilaku serta melaksanakan kewajiban dengan beragam
ajaran moral.
Sejalan dengan pemikiran Rafsel Tas’adi (2016) bahwa Etika ialah
personalitas perseorangan. Dalam hal ini dapat diambil makna bahwa orang yang
beretika merupakan orang yang memilki kepribadian baik dan memiliki kesadaran
manusia sebagai pribadi yang beretika.
Menurut Maidiantius Tanyid (2014), Etika pada hakikatnya meninjau
asas moral secara kritis, pada pengertian lain etika mengandung arti sebuah cabang
ilmu yang melibatkan perilaku manusia dalam kolerasinya dengan yang benar dan
salah.
Selain itu, Aristoteles mengatakan istilah “ethica” yang mendapatkan dua
arti yakni etika meliputi kesanggupan dan gabungan patokan, dimana dalam bahasa
Latin dikenal dengan istilah Mores yang artinya sopan santun/bersikap, perilaku
(lahir, perilaku), kemudian Mores menggambarkan bahwa etika merupakan
Moralitas yang mempunyai arti kesediaan jiwa akan kesusilaan. Kedua arti etika itu
ialah sebagai berikut :
a. Etika Umum digunakan untuk memperlihatkan asas-asas yang
Berdasar untuk setiap warga negara.
b. Etika Khusus disini mempelajari asas-asas yang pada dalamnya
terdapat hubungan dan beragam aspek aktivitas manusia, baik sebagai
perseorangan maupun kelompok.
Menurut Emmi Kholilah Harahap (2018), Etika baru saja menjadi bidang
bila kesempatan bermoral yaitu prinsip dan nilai tentang yang dianggap benar serta
salah yang masuk baru saja dalam diri manusia dan sering kali tanpa diketahui oleh
manusia telah menjadi acuan pemikiran bagi suatu penelitian terstruktur dan lengkap.
Pemaparan Pancasila sebagai sistem etika.
Menurut Sri Soeprapto (2013), Etika Pancasila ialah Etika keunggulan
yang tersusun dari nilai, asas, dan keutamaan budi pekerti bagi warga negara. Nilai
sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan, serta keadilan terwujud oleh
pembelajaran dari keterangan sepanjang sejarah kebangsaan Indonesia yang Panjang
ini.
BAB III
PEMBAHASAN
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir.
Bentuk jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata
etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: Mos
(bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-norma moral yang
baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya
dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu
apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.
B. Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota
atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti
warga negara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang berarti pemerintahan Negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan-tujuan itu.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
alokasi dari sumber-sumber yang ada. Untuk bisa berperan aktif melaksanakan
kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan
digunakan baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik
yang mungkin timbul dalam proses itu.
C. Pengertian Etika Politik
Secara substantive pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait
erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian ‘moral’ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban
lainnya, karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun Negara, etika
politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seorang yang baik
secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang buruk
dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika harus senantiasa
mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia
(Suseno, 1987:15). Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika
politik seperti :
1. Pemisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan negara,
2. Kebebasan berfikir dan beragama,
3. Pembagian kekuasaan,
4. Kedaulatan rakyat,
5. Negara hukum demokratis/republikan,
6. Hak-hak asasi manusia,
7. Keadilan sosial
I. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut, bahwa pancasila
adalah dasar negara yang menjadi tolak ukur pemikiran bangsa Indonesia yang
mengandungnilai-nilai yang universal dan terkristalisasi dalam sila-silanya, yang
dikembangkan dan berkembang dalam diri pribadi manusia sesuai dengan
kodratnya, sebagai makhluk pribadi dan sosial. Didalam tubuh pancasila telah
terukir berbagai aspek pemikiran bangsa yang mengandung asas moralitas, sosial,
politik, agama, kemusyawaratan, persatuan dan kesatuan. Seluruh aspek tersebut
senafas, sejiwa, merupakan suatu totalitas saling hidup menjiwai, diliputi dan
dijiwai satu sama lain.
II. Saran
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo,
2012), h
Yanto, Dwi. 2017. Etika Politik Pancasila. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan Volume 15 No.27 April 2017